Anak Tukang Krupuk Menjadi Wisudawan Terbaik Teknik Informatika ITN Malang Dilahirkan dari seorang penjual kerupuk sama sekali tidak membuat Dodi Rismawan Affruddin minder dalam belajar. Dodik, sapaan akrabnya justru membuktikan bahwa untuk menjadi terbaik tidak peduli dari mana asal keluarga. Perjuangan dan usaha keras serta ketekunanlah yang menjadi penentu akhir bagaimana kualitas seseorang itu. Dodik resmi dinobatkan sebagai wisudawan terbaik jurusan teknik informatika Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang angkatan 57 periode I tahun 2017. Ditemui di kampus I, Dodik menceritakan perjalanan selama proses belajar di kampus biru. Menurutnya, setamat jenjang SMA dirinya sempat dilarang oleh orang tuanya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Mengingat keadaan ekonomi keluarga yang belum baik. Ibunya seorang rumah tangga biasa, ayahnya sebagai pedagang kerupuk selama 25 tahun. Tapi Dodik pantang menyerah, dia yakin bahwa sekolah adalah cara paling sederhana untuk mengubah martabat diri dan keluarga. Akhirnya dia masuk ITN Malang jurusan Teknik Informatika S1. Benar saja selama proses studi sempat beberapa kali kekurangan dana. Alhasil dia harus memutar otak mencari solusi. Dia sambil bekerja di CV. Reach U Solusion dibidang digital branding, dia berposisi sebagai programmer. Selain itu, dia membuka les bimbingan skripsi. Les ini rupanya banyak peminatnya, dan dia mendapat bayaran 600 ribu rupiah per orang, dengan ketentuan 8 kali pertemuan seminggu dua kali dan setiap pertemuan 3 jam lamanya. “Nah dari situ saya dapat tambahan biaya untuk kuliah saya,” kenangnya. Untuk skripsi anak pasangan Suyamin dan Eko Nuru Fatchunudin
itu menciptakan alat sistem deteksi untuk keamanan rumah elit. Alat ini semacam CCTV tetapi sudah terintegrasi dengan android. Sehingga jika ada orang yang mencurigakan maka akan bisa langsung diamati melalui android yang ada di tangannya, dan tidak perlu membawa TV besar. Bagaimana mengetahui bahwa ada yang mencurigakan di jika android ditaruk di saku celana? Menurut pemuda asal Blitar tersebut temuannya berupa applikasi yaitu Home Scurity App. Aplikasi ini memiliki notifikasi seperti BBM dan Whatsapp. Jadi jika ada yang mencurigakan yang tertangkap oleh CCTV, maka notifikasi akan aktif. Sehingga pemilik rumah dapat langsung melihat apa yang terjadi melalui applikasinya. Dengan temuan ini diharapkan dapat membantu keamanan rumah masyarakat. Berkat kreativitasnya itu, Dodik mendapat proyek dari PT PLN transmisi Jawa-Bali. Dia diminta untuk mengerjakan izin kerja online dari para karyawannya. Dan proyek itu sudah dikerjakan dengan baik olehnya. “Selama dua bulan saya mengerjakannya, dan sudah selesai,” tuturnya. Kini, pasca wisuda ini Dodik sedang mempersiapkan CV. DAPP Solution, yaitu CV yang bergerak dibidang sofware dan proyek sistem perumahan. “Rencanya CV akan ditaruk di rumah Blitar,” kata dia. (her)
Lia Zahrotin Ni’mah, Wisudawati Terbaik ITN Malang
Ciptakan Alat Ergonomis Dan Langsung Diterima Perusahaan Besar Mengenakan kerudung warna hitam dengan almamater, Lia Zahrotin Ni’mah terlihat tidak berlebihan secara penampilan. Cara bicaranya tegas, jelas, dan tidak bertele-tele. Dara asal Tuban ini memang dikenal vokal oleh teman-temannya. Itulah kesan yang tampak saat pertama kali mewawancarai wisudawati terbaik Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang jurusan teknik industri D3. Ditemui digedung rektorat, Lia menceritakan banyak hal soal perjalananya selama belajar di kampus biru hingga dinobatkan sebagai terbaik. Menurutnya, setamat dari SMKN 1 Tuban, gadis yang juga seorang organisatoris itu sempat ingin masuk ke UGM. Tetapi rupanya belum takdir. Lalu berkat saran ayah tiri dia masuk ke ITN Malang jurusan teknik industri. Sejak itulah perjuangannya di mulai. Anak pasangan Tutik dan Sumitro tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan belajar itu. Apalagi selama belajar ini dibiayai oleh perusahaan Semen Indonesia. “Sejak SMP saya mendapat beasiswa dari Semen Indonesia hingga kuliah,” terangnya. Alumni SMP 1 Kerek tersebut belajar sangat tekun selama proses kuliah. Setiap tugas yang diberikan oleh dosen dikerjakan dengan baik jarang bolos. Ketekunan inilah yang membuatnya memperoleh IPK 3,69, sekaligus sebagai nilai tertinggi di antara semua wisudawan-wisudawati angkatan ke 57 periode I 2017. Pada tugas akhirnya Lia membuat skripsi berjudul Perancangan Mesin Pencacah Pakan Ternak Yang Ergonomis Sebagai Usaha Pemenuhan Pakan Ternak. Dari penelitian ini, dia menciptakan alat pencacah rumput yang sangat efektif. Alat pencacah ini
dapat mencacah lebih cepat 365 persen dari alat tradisional. Kemudian harga untuk membuatnya sangat murah berkisar 3,5 juta rupiah. Sementara alat tradisional 10 hingga 15 juta rupiah. “Alat ini cepat mencacahnya karena saya menggunakan mikrokontroller. Dari kontroller ini juga dapat diatur kecepatan mencacahnya,” kata anggota publik relation Perhumas muda Malang Raya itu. Dari mana insprasinya? Menurutnya inspirasi itu datang di daerah Lia hidup ada banyak peternak sapi yang dalam kesehariannya harus mencacah rumput untuk memberi pakan ternaknya. Namun sayang keluhan mereka kadang cacahan itu tidak cukup lantaran tidak terlalu cepat. Nah dari keadaan ini, mantan ketua HMJ Teknik Industri itu ingin menemukan sesuatu yang dapat memudahkan peternak. “Paman saya itu peternak sapi, jadi saya tahu di situ bahwa alat pencacah rumputnya sangat lambat,” ujarnnya. Selain itu, yang spesial dari dara manis ini adalah tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga ceras secara sosial. Terbukti di sela-sela kuliah, Lia selalu menyempatkan diri untuk menjadi relawan pengajar anak jalanan di Kota Malang. “Kalau waktu saya senggang saya ngajar anak jalanan di bawah jembatan Arjosari dan di sekitar kawasan Muharto,” kata ketua divisi pendidikan save street child Malang (SSCM). Adapun materi pelajaran yang berikan bermacam-macam mulai dari bahasa Inggris, bahasa Indonesia, hingga matematika. Pengalaman menjadi relawan inilah, yang membuat Lia semakin luwes dalam bergaul. Dia memiliki banyak teman tidak hanya dari ITN Malang tetapi juga dari kampus lain, seperti UB dan UM. Di situ dia dapat saling tukar pengalaman dan pengetahuan. Dua kecerdasan inilah yang membuat PT. Sambu Guntung, perusahaan besar yang bergerak di bidang kelapa sawit di Riau langsung meminangnya untuk bekerja. (her)
Bayu Wirawan, Wisudawan Terbaik Sejak Mahasiswa Banyak Dapat Proyek Nama Bayu Wirawan tidak asing lagi di kalangan tim robotik Insitut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Pasalnya, pria asal Lumajang tersebut penah mewakili kampus biru dalam ajang kontes robot. Yaitu, kontes robot Indonesia berkaki di ajang regional dan nasional pada 2015. Tak hanya itu, Bayu sapaan akrab sudah terbiasa “diorder” untuk menyelesaikan proyekproyek tertentu hingga di luar Malang. Kekayaan pengalaman inilah yang membuatnya dapat menyelsaikan studinya dengan baik, bahkan menjadi wisudawan terbaik di jurusan Teknik Elektro konsentrasi elektronika. Ditemui di kampus I, alumni SMK I Lumajang itu menceritakan beberapa proyek yang selama ini ditanganinya. Menurut, Bayu mulanya pada saat masih duduk di semester 6 dia diajak oleh seniornya untuk membuat alat otomasi industri, yaitu alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini bekerja melepaskan pakan ikan ke dalam kolam sesuai frekuensi waktu yang sudah diatur. “Alat ini menggunakan mikrokontroller, dan saya hanya membuatnya dalam semalam,” uturnya tersenyum. Setelah itu, pembicara dalam workshop Arduino tersebut mendapat proyek di Trenggalak yaitu membuat alat pemantau di jalan-jalan. Alat ini bekerja untuk mendeteksi apakah lampu di jalan masih hidup atau sudah mati. Untuk menyelasikan proyek ini, dia menggunakan dua model sensor. Sensor cahaya untuk mendeteksi malam hari dan sensor arus untuk malam hari. “Awalnya semua pakai sensor cahaya, tetapi kalau siang menjadi tidak berfungsi karena sudah banyak cahaya. Maka untuk siang
diganti dengan sensor arus,” tuturnya. Kemudian, anak pasangan Edi Indarto dan Endang Nanik itu memperoleh proyek di kapal kargo ekspres di Surabaya. Kapal ini mengalami masalah gensetnya mati dan tidak bisa dihidupkan. Karena kontroller menggunakan dari Cina, dan di Indonesia belum ada yang bisa mengatasi. Akhirnya dia dipanggil untuk mengatasi ini, dan Bayu memilih membuat mikrokontroller sehingga genset dapat diatur lagi. “Kalau yang genset ini baru, beberapa minggu yang lalu kita baru cek ke lapangan,” kata dia. Berapa besaran bayaran yang didapat? Menurutnya dari setiap proyek ini dia tidak mendapat bayaran sepenuhnya. Karena dia masih ikut dengan para seniornya, maka tentu harus berbagi dengan sang seniornya walaupun dalam pembagian itu, dia dapat yang paling banyak. “25 persen untuk kakak tingkat, 75 persen untuk saya,” katanya tersenyum. Pengalaman-pengalaman inilah yang membuat Bayu mudah mengikuti setiap pelajaran di kampus. Dia lulus dengan IPK 3,71. Adapun skripsi yang dibuat tentang Penerapan Metode Kendali PID (Propotional Integral Derivative) Pada Robot Keseimbangan Roda Dua. Robot buatannya ini sebetulnya ditargetkan untuk menjadi robot yang dapat melayani di restoran. “Ini masih prototipe yang bisa dikembangkan, dan saya berencana menjadikannya robot di restoran yang bisa ngantarkan makanan,” kata dia. (her)
Agung Purwanto, Wisudawan Terbaik Ciptakan Alat Scan
Portable Jika selama ini saat melakukan scan atau pendataan, barangbarangnya yang dibawa mendekat ke komputer dan discan. Tentu saja pendataan demikian terbatas pada benda-benda yang mudah dipindah. Bagaimana jika yang ingin discan atau didata adalah bangku kursi, meja, papan tulis, alat-alat kantor lainnya. Rasanya cukup sulit harus membawa benda-benda itu ke hadapan komputer. Kesulitan inilah yang ingin dijawab oleh Agung Purwanto, salah satu wisudawan terbaik Insitut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Dia berhasil membuat alat scan portable yang bisa dibawa kemana-mana. Sehingga saat ingin mendata benda-benda inventaris kantor tidak perlu bendanya yang dibawa ke depan komputer. “Barangnya hanya sebesar HP BB, jadi sangat mudah dibawa kemana-mana,” terang Agung saat ditemui di kampus I. Secara lebih rinci wisudawan jurusan Teknik Elektro spesifikasi komputer tersebut menjelaskan bahwa alat yang dibuat itu merupakan rancangan dari berbagai alat-alat yang ada. Misalnya untuk dayanya menggunakan power bank, webcam yang ada auto fokusnya, layar touch screen, dan beberpa alatalat kecil lainnya. Benda-benda ituah yang dirancang hingga dapat menjalankan fungsi untuk scan. “Alat ini, awalnya karena kajur (kepala jurusan) mengeluh alat-alat kantor sulit di data ke komputer, akhirnya saya terinspirasi untuk membuat alatnya,” katanya. Temuan inilah yang dijadikan tugas akhir dengan judul Rancang Bangun Alat Pembaca QR Code Menggunakan Kamera Berbasis Raspberry PY. Dan membawa pemuda asal Malang tersebut menjadi salah satu wisudawan terbaik. Pada kesempatan itu, Agung juga menceritakan perjuangannya dalam belajar hingga menjadi wisudawan terbaik yang membanggakan keluarga. Menurutnya, setamat dari SMK
Muhammadiyah I Kepanjen dia tidak langsung kuliah. Sempat merantau ke Jakarta mencari kerja, di sana dia sempat menjual bakso. “Saat saya SMP orang tua saya pisah, di SMK saya dibiayai ibu sekolah. Setelah itu tidak bisa langsung lanjut,” terang anak pasangan Budi Utomo dan Ngatini itu. Namun sekitar setahun di Jakarta, dia kembali ke Malang dan berkesempatan melanjutkan studi di ITN Malang. Sejak itulah petuangan belajarnya dimulai. Ibu tercinta rela bekerja keluar Malang untuk membantu mewujudkan cita-citanya. Namun demikian, pendaannya masih belum sepenuhnya mencukupi. Akhirnya dia sempat cuti tiga bulan dan bekerja di Telkom Kepanjen. “Setelah cukup dana lagi, saya lanjut studi lagi,” ujarnya. Namun kini pemuda tangguh ini merasa lega dan dapat menikmati hasil perjuangannya. Dia dapat menuntaskan studi dan mempersembahkannya untuk keluarga tercinta, lebih-lebih setelah dinobatkan sebagai wisudawan terbaik jurusan teknik elektro konsentrasi teknik komputer. “Setelah wisuda ini, rencana terdekat saya pokoknya harus kerja dulu,” ujarnya. (her)
BAAK : Ijazah dan Transkrip Akademik Sukses Dibagikan Saat Wisuda Prosesi upacara wisuda ke-57 Tahun 2017 ITN Malang berjalan dengan baik dan lancar. Tiap tahun panitia melakukan evaluasi dan perbaikan, baik itu tempat upacara sampai pelayanan kepada orang tua wisudawan dan undangan. Di balik itu semua ada satu tim yang merasa was-was namun optimis. Ialah Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) yang bertanggung jawab
mengenai ijazah dan transkrip akademik harus sampai ke tangan masing-masing wisudawan saat wisuda. Ir. Ida Bagus Suardika MM, KABIRO BAAK menyampaikan, wisuda ke-57 Tahun 2017 ini semua ijazah dan transkip akademik diberikan kepada wisudawan saat upacara prosesi pengukuhan. Sebenarnya ijazah dan transkrip akademik sudah akan diberikan sejak tahun kemarin, namun karena beberapa hal belum bisa terlaksana. Ijazah dan transkrip diberikan kepada mahasiswa yang sudah memenuhi syarat Form A1, dimana tidak mempunyai tanggungan kepada perpustakaan, jurusan dan keuangan. “Tahun kemarin sudah kita coba berikan pada jurusan geodesi tapi setelah acara pengukuhan oleh Rektor. Dan ternyata berhasil, sukses, maka untuk selanjutnya kami optimis bisa melakukan ke seluruh mahasiswa. Dengan syarat mahasiswa sudah tidak memiliki tanggungan,” terangnya kepada itnmalangnews.com, Jumat (10/3). Biasanya
wisudawan
saat
pengukuhan
akan
diberikan
selongsongan, untuk Wisuda ke-57 dan seterunya wisudawan akan memperoleh map. Map tersebut berisi ijazah, transkrip akademik, piagam wisuda, Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) dan janji wisudawan. Sedangkan bagi wisudawan yang belum lengkap Form A1 akan memperoleh map dengan isi yang sama tanpa ijazah dan transkrip. “Dari 491 wisudawan, yang memenuhi syarat ada 391. Sisanya masih ada kendala dalam tugas dan revisi-revisi,” ungkap KABIRO BAAK. Lebih jauh KABIRO yang memiliki moto kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas ini berharap nantinya begitu mahasiswa diyudisium untuk Form A1 sudah tidak ada masalah. Perlu adanya komunikasi efektif antara prodi, keuangan, perpustakaan dan BAAK guna menuju perbaikan. Meskipun terkendala SDM namun BAAK tetap optimis akan adanya perbaikan. “Mahasiswa adalah pelanggan harus diladeni dengan baik. Inilah fungsi BAAK sebagai dapurnya pelayanan. Maka BAAK membutuhkan SDM yang loyal,” pungkasnya. (sar)
Koordinator Kopertis VII: ITN Malang Bagus, Jatah Bidik Misi Akan Ditambah Prestasi demi prestasi yang diukir oleh Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang membuat koordinator kopertis wilayah VII, Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA, mengacungi jempol buat kampus biru. Hal itu dinyatakan, pada saat yang bersangkutan menyampaikan pidatonya dalam acara wisuda ke 57 periode I 2017 di kampus II. Menurut Suprapto, ITN Malang memang layak menjadi kampus terbaik untuk tingkat institut se Jawa Timur. Pasalnya, berbagai torehan prestasi telah dicapai, dan yang mengagumkan adalah dibidang penelitian dan pengabdian masyarakat yang sebelumnya di klaster binaan naik menjadi utama. “Untuk level institut ITN Malang terbaik, dan jika digabung dengan non institut yang jumlahnya 332, ITN Malang rangking 10, luar biasa,” ujarnya. Suprapto juga optimis bahwa untuk tahun yang akan datang ITN Malang dapat meningkatkan rangkingnya dari posisi sepuluh ke lebih tinggi lagi. Jika dilihat dari trennya, imbuhnya, perkembangan nilai ITN Malang meningkat, pada tahun 2015 nilainya 372 dan pada tahun 2016 nilainya 500. “Dilihat dari kemajuan ini, kok firasat saya mengatakan tahun depan akan naik peringkatnya,” katanya tersenyum. Dalam kesempatan itu Suprapto menyampaikan terimakasihnya kepada ITN Malang telah mengelola beasiswa bidik misi yang disediakan oleh DIKTI. Yang mana dalam wisuda kali ini ada sebanyak 4 penerima beasiswa bidik misi berhasil diwisuda dan
salah satunya menjadi mahasiswa terbaik di jurusannya. “Terimakasih telah mengelola bidik misi dengan baik, ITN Malang pokoknya bagus, tahun depan jatah bidik misi akan ditambah,” terangnya. Namun demikian, Suprapto belum menyatakan berapa persen peningkatan jatah bidik untuk ITN Malang. “Beasiswa ini kan dibatasi. Tapi yang pasti secara keseluruhan akan ditingkatkan jumlahnya. Karena itu, pertambahan ini juga akan diberikan pada ITN Malang. Kita tunggu saja,” paparnya. Selain mengapresiasi pencapaian ITN Malang, Suprapto juga mengajak kepada segenap orang tua untuk berlomba-lomba menyekolahkan putra-putrinya. Karena dibanding negara-negara tetangga tingkat pendidikan masyarakat Indonesia kalah dengan negara-negara tetangga, misalnya di Singapura 80 persen penduduknya lulus sarjana, sementara di Indonesia untuk tahun ini baru 27 persen yang berpendidikan tinggi. “Untuk itu, bapak-ibuk sekalian silahkan masukkan putra-putrinya ke ITN Malang,” katanya. (her)
Rektor ITN Malang: Mahasiswa ITN Malang Memiliki Karakter Iptek dan Iptak Rektor ITN Malang, Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, kembali menekankan bahwa menjadi generasi di era global tidak cukup hanya berbekal pengetahuan teknologis (Iptek) tetapi perlu dilengkapi dengan karakter ketakwaan (Iptak). Karena itu, menurutnya, mahasiswa harus didekatkan pada tiga hal, yaitu dekat dengan kitab sucinya, dekat dengan tempat
ibadahnya, dan dekat dengan pemuka agamanya. “Mahasiswa kita datang dari berbagai daerah, berbagai suku, dan berbagai agama, karena itu kita dorong untuk menjaga ketakwaan berdasarkan keyakinan agamanya masing-masing. Itulah mahasiswa yang berkarakter,” terang pria asal Lombok itu dalam sambutannya di acara wisuda ke 57 periode 1 tahun 2017. Untuk mewujudkan para lulusan yang dilengkapi dengan wawasan keagamaan mumpuni, imbuh Lalu, ITN Malang sudah menyediakan tempat ibadah berdasarkan agamanya masing-masing. Masjid Al Kautsar sudah dibangun untuk mahasiswa muslim, peletakan batu pertama Kapel (semi gereja) Santo Thomas Aquinas sudah dilakukan bagi mahasiswa Nasrani, dan direncanakan ke depannya akan dibangun pura untuk mahasiswa Hindu. “Saya sudah berkoordinasi dengan para alumni, agar Pura ini segera terealisasi. Bagi alumni yang ingin berpartisipasi kami sangat terbuka,” terang ayah empat anak itu. Dalam kesempatan itu, Lalu juga menyampaikan kepada para orang tua wisudawan prestasi-prestasi ITN Malang sejauh ini di bidang teknologi. Prestasi terbaru ITN Malang meloloskan 22 tim PKM (program kreativitas mahasiswa) dengan 5 bidang yang didanai oleh kemeristek-DIKTI, dan satu tim karya tulis yang juga menerima insentif dari kemenristek-DIKTI. Menjadi finalis Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) kategori racing plane. Kemudian, yang paling membanggakan tim U.A.R.T (Uber Alles Roboboat Team) menjadi juara 1 nasional dalam Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKTCBN) yang diselenggarakan oleh Kemenristek-DIKTI. Kemudian kampus biru juga meloloskan wakilnya ke lomba mobil irit oleh Shell Eco Marathon yang digelar di Singapura 15-19 Maret mendatang. “Dan kita berturut-turut selama 8 tahun memperoleh Anugerah Kampus Unggul (AKU) dari kopertis wilayah VII,” ujar alumni Universitas Teknologi Malaysia (UTM) itu. Selain itu, berbagai kerjasama sudah ditandatangani baik dengan kampus dalam negeri maupun di luar negeri. Di luar
negeri di antaranya: UiTM Malaysia, UMP (Universitas Malaysia Pahang), Unisel, UTHM, dan UTM. Dari dalam negeri, di antaranya: Politeknik negeri Samarinda, Universitas Marwadewa Bali. “Kerjasama ini menyangkut pertukaran mahasiswa, dan kolaborasi riset,” kata dia. Selain itu juga dengan SMK-SMA di Kabupaten Malang dan dengan pemerintah Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan sejumlah prestasi dan kerjasama ini, semakin optimis ITN Malang akan menjadi world class university. (her)
Wisuda ITN Malang : 491 Wisudawan, Yang Terbaik Dapat Penghargaan Prosesi acara wisuda ke 57 periode I Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang berjalan dengan lancar. Acara yang digelar di kampus II itu resmi melepas 491 orang wisudawanwisudawati. Sejumlah ini berasal dari 15 program studi untuk jenjang D3, S1, dan S2. Adapun rinciannya sebagai berikut: dari jenjang S2, Teknik Industri konsentrasi manajemen industri 8 orang, Teknik Sipil konsentrasi manajemen konstruksi 8 orang, total 16 wisudawan. Dari jenjang S1, khususnya Fakultas Tekik Industri (FTI) yaitu Teknik Mesin S1 102 orang, Teknik Elektro konsentrasi energi listrik 15 orang, Teknik Elektro konsentrasi elektronik 8 orang, konsentrasi komputer 10 orang, konsentrasi telekomunikasi 3 orang, Teknik Industri 35 orang, Teknik Kimia 17 orang, Teknik Informatika 114 orang,Teknik Mesin D3 6 orang, Teknik Listrik D3 3 orang, dan Teknik Industri D3 3 orang, total 316.
Sementara dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), yaitu: Teknik Sipil 29 orang, Teknik Sipil konsentrasi sumber daya air 2 orang, Teknik Arsitektur 43 orang, Perencanaan Wilayah dan Kota 52 orang, Geodesi 28, dan Teknik Lingkungan 5 orang, total 159 wisudawan. Elizabeth Catur Yulia, kepala humas ITN Malang menjelaskan bahwa di antara setiap jurusan ini diambil 3 yang terbaik untuk mendapat penghargaan berupa sertifikat dan uang tunai. “Penghargaan ini berbeda dari tahun sebelumnya, jika sebelumnya hanya dapat sertifikat sekarang dapat uang tunai masing-masing dengan besaran tertentu,” terang perempuan yang akrab disapa Yulia itu di sela-sela acara wisuda. Selain itu, imbuh Yulia, ada kebaruan lainnya yaitu SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) dan transkrip langsung diberikan pada saat wisuda. Mahasiswa tidak perlu repot lagi menunggu ijazah pasca diwisuda. “Transkrip itu menunjukkan hard skill, semetara SKPI menjunjukkan soft skill. Itu dibutuhkan untuk lamar kerja,” kata dia. (her)
Monsar Marito SIR, Wisudawan PWK Terbaik Pernah Tidak Tidur Dua Hari Ngerjakan Tugas Memang tidak mudah untuk menyandang gelar terbaik. Seperti yang dialami oleh Monsar Marito SIR, wisudawan terbaik jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Monsar, sapaan akrabnya, bahkan pernah tidak tidur dua hari hanya untuk mengerjakan tugas dari
dosennya. “Memang kita itu punya tiga tugas besar yang harus turun ke lapangan. Itu butuh bayak waktu, dan kita harus lulus setiap tugas,” terangnya saat ditemui di ruang humas ITN Malang. Pemuda kelahiran Kupang itu sebenarnya tidak menduga bahwa dirinya akan menjadi yang terbaik. Karena sejauh ini dia hanya fokus dan menikmati proses belajar. Dia memiliki jadwal rutin untuk belajar setiap jam 4 pagi, setelah itu bersih-bersih dan berangkat kuliah. “Waktu belajar rutin saya pagi, sudah terbiasa sejak berada di asrama di Kupang. Kalau sepulang kuliah biasanya evaluasi pelajaran di kelas dan istirahat,” terang pria yang hobi nyanyi tersebut. Adapun skripsi yang dibuat sebagai tugas akhir adalah tentang penanda khusus untuk perempuan di ruang publik. Menurut Monsar sejauh ini perempuan di ruang publik selalu kalah dengan lakilaki, beberapa tempat publik justru tidak menyediakan tempat kebutuhan khusus untuk perempuan seperti untuk menyusui. Sehingga tak heran jika banyak perempuan yang menjadi korban pelecehan para lelaki. Anak Theofilus SIR itu melakukan penelitiannya di alun-alun Merdeka Kota Malang. Mula-mula dia mengamati jumlah perempuan yang datang ke alun-alun kebanggan masyarat Malang itu dalam setiap harinya. Dia mendapati sebanyak 1000 perempuan lebih setiap harinya yang mengunjungi alun-alun mulai pukul 06.00 hingga 23.00. “Meskipun banyak perempuan yang ke sana tapi tidak ada pemisahan, ini kurang baik buat perempuan,” terangnya. Untuk itu Monsar kemudian membuat simulasi di alun-alun itu dengan membagi areal itu ke dalam lima segmen. Segmen I di depan kantor pos, segmen II di depan KPPN, segmen III deket Ramayana, segmen IV sekitar pos polisi, segmen V di tengah. Dalam segmen ini ditemukan yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung perempuan adalah segmen 1 dan V. “Karena itu saya memberikan pemetaan di situ, dan hasilnya positif. Namun
pemisahan ini bukan dipsahkan secara ekstrim, ini hanya sebatas penanda,” katanya. Dalam kesempatan itu, Monsar juga menceritakan perjalanan hidupnya hingga berlabuh di ITN Malang. Awalnya ingin masuk di jurusan kedokteran, tapi nasib belum berpihak. Dia juga mencoba di STAN, tetapi lagi-lagi belum rejeki. Akhirnya, sang ayah yang juga bekerja di dinas pendidikan di Kupang menyarankan untuk masuk ITN Malang dengan jurusan perencanaan wilayah dan kota. “Ayah menyuruh ke PWK ITN Malang, karena memang bidang ini sangat prospek di daerah saya,” kata pria yang berencana lanjut S2 itu. (her)
Wisudawan Terbaik ITN Malang – Mahasiswa Timur Leste Mahasiswa Timur Leste Ciptakan Antena Penangkap Energi Bebas Tower Untuk Menghidupkan Lampu Mahasiswa Timur Leste bisa jadi saingan berat bagi mahasiswa ITN Malang untuk menjadi yang terbaik saat wisuda, khususnya jurusan teknik elektro spesifikasi telekomunikasi. Pasalnya, jika tahun lalu Amaro Arnaldo Pinto, kini giliran Oscar Da Costa Amaral menjadi yang terbaik, dengan IPK 3,34. Keduanya memiliki jurusan yang sama dan sama-sama berasal dari negara beribukota Dilli. Ditemui di ruang humas ITN Malang, Oscar menceritakan tentang perjuangannya hingga menjadi wisudawan terbaik. Menurutnya, setamat dari SMK di negaranya dia mendapat beasiswa studi di perguruan tinggi kampung halamannya. Namun demi meningkatkan pengetahuannya dia menolak dan memiliki studi di luar negeri, Indonesia. “Saya menolak beasiswa bukan apa-apa, bukan
sombong. Tapi karena saya ingin pengetahuan yang lebih baik lagi,” tutur pria yang suka dengan Arema FC tersebut. Setelah betul-betul direstui oleh kelurganya untuk studi di luar negeri, anak pasangan Rogerio da Costa dan Rosalia Ferreira itu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia mendapat saran dari pamannya untuk ngambil jurusan teknik elektro spesifikasi telekomunikasi. Hal ini karena sesuai dengan kebutuhan di negara asalnya. “Alumni ITN Malang disana jadi menteri telekomunikasi, dan saya pernah bertemu,” paparnya. Selama belajar di Indonesia, salah satu fans Barcaleno itu menyatakan bahwa kesulitan pertamanya adalah komunikasi dalam bahasa Indonesia. Mulanya, dia tidak lancar karena di rumah menggunakan bahasa portugis biasanya. Alhasil dia sering tidak mengerti yang disampaikan dosen. Tetapi dia punya cara untuk mengatasi kelemahannya, yaitu setelah jam pelajaran dia datang langsung ke dosen untuk mengulangi penjelasannya atau sekedar bertanya lagi pada teman-temannya yang sudah paham. “Tetapi lama-kelamaan saya lancar bahasa Indonesia, dan tak perlu mengulang-ngulang lagi,” imbuhnya. Di akhir kuliahnya dia menuntaskan satu skripsi yang penting sebagai tugas akhir, yaitu tentang antena rektifire yang dapat mengubah gelombang bebas dari AC ke DC sehingga hasil akhirnya dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan lampu. Penelitian ini dilakukan di sekitar kampus yang ada tower telkomsel. Menurut Oscar tower-tower itu semakin banyak digunakan akan menyisakan gelombang bebas. Nah gelombang bebas ini masih dimanfaatkan lagi yaitu dengan diubah menjadi arus DC untuk menghidupkan lampu. Dari ekperimennya itu ternyata ternyata Oscar berhasil. Ujicobanya membuktika bahwa antena rektifire itu dapat mengubah dari AC ke DC, walaupun pada saat itu hasilnya Cuma 0,23 volt. Tetapi, imbuhnya, alatnya itu dapat dikembangkan lagi dan bisa digunakan ke tempat-tempat yang memang banyak menggunakan signal tower. Karena semakin sering digunakan
signal tower, energi bebasnya semakin banyak, dan tentu saja arus yang ditangkap antena semakin besar. “Kalau suplai ke antena besar, maka otomatis arus DC yang dihasilkan juga besar,” kata pria yang pernah jadi asisten laboratorium itu. (her)