Bermanfaat untuk Sesama, Cita-cita Miranti, Wisudawan Terbaik FST UNAIR UNAIR NEWS – Miranti Puspitasari, M.Si patut berbangga. Kerja kerasnya dalam mendalami ilmu Kimia jenjang pendidikan S2 (Master) di Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga mengantarkannya sebagai wisudawan terbaik periode September 2016. Ia meraih IPK 3,95. Berangkat dari keinginan awal yang sangat idealis, yakni mengembangkan kesejahteraan sesama manusia melalui riset, Miranti semakin menyadari tentang perlunya ilmu kimia untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat industri. Sehingga tekadnya semakin bulat untuk mendalami riset tentang kimia tersebut. “Kesuksesan seorang manusia tidak hanya diukur melalui materi, namun juga seberapa besar sumbangsihnya bagi kesejahteraan manusia lainnya,” katanya kepada UNAIR News. Bidang biokimia yang ia tekuni di FST UNAIR memang sedikit menyimpang dari yang ditekuninya pada studi S1-nya, yakni kimia anorganik. Namun ia tetap menunjukkan hasil cemerlang dalam penelitian untuk tesisnya yang berjudul “Deteksi Gen dan Uji Aktivitas Enzim Katabolik dari Actinobacillus sp. P3(7) terhadap substrat hidrokarbon”. Penelitian itu mengkaji kemampuan bakteri hidrokarbon oklastik dalam mendegradasi senyawa-senyawa hidrokarbon. Penelitian dengan menggunakan isolat bakteri itu, awalnya cukup menyulitkan. Ia perlu beberapa kali mengulang metode untuk meremajakan bakteri agar sesuai dengan kondisi suhu ruang, hal itu karena pada saat penelitian, perubahan suhu di Surabaya sempat ekstrim. Tentu saja berpengaruh pada proses penumbuhan bakteri dan mengakibatkan bakteri tidak dapat hidup
dan berkembang dengan baik. Namun dengan kesabaran dan keuletannya, ia bisa melalui semua itu. Kedisiplinan mengatur waktu, semangat, penuh tanggungjawab, dan ikhlas, adalah kunci suksesnya. Namun diatas semua itu, ibadah dan memohon kepada Tuhan YME adalah yang utama. Ditambah dengan dukungan orangtua dan teman-teman, membuat Miranti ingin memberikan hasil yang terbaik ini. Meski juga aktif dalam kegiatan non-akademik, toh ia tetap berprestasi. “Kewajiban utama mahasiswa adalah belajar, namun akan lebih baik jika mahasiswa juga meluangkan waktu mengikuti kegiatan kampus yang bermanfaat seperti organisasi, olahraga, relawan, atau kegiatan kerohanian. Karena belajar berkomunikasi dengan baik didapatkan saat kita sering berinteraksi dengan masyarakat luas,” pungkas Miranti, meyakinkan. (*) Penulis; Okky Putri Rahayu Editor: Bambang ES
Menuju World Class University, Mahasiswa UNAIR Study Visit ke NUS UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) terus berupaya untuk mencapai target menjadi World Class University (WCU) pada tahun 2019. Upaya ini dilakukan oleh semua elemen di UNAIR, termasuk mahasiswa. Salah satu kontribusi mahasiswa dalam mendukung UNAIR menuju WCU ialah melakukan study visit ke beberapa universitas ternama di luar negeri. Dalam study visit yang diadakan pada tanggal 4-9 September
tersebut, enam mahasiswa UNAIR berkunjung ke National University of Singapore. Keenam mahasiswa tersebut yakni Dwi Yulian Fahrudin Shah (FST/2013), Denika Liyan Nur Wibowo (FST/2014), Audyla Dwiki Kartikawati (FST/2015), Iflah Aninda Wahdani (FST/2015), Muhammad Vikar Reza (FISIP/2015) dan Agung Tri Putra (FISIP/2015). Mereka kompak menamai study visit ini, Asean Youth Global Forum 2016. “Kami memilih nama Asean Youth Global Forum 2016, karena ini perkumpulan atau forum mahasiswa Asean (NUS dan UNAIR,red). Selain riset dan scholarship, kita juga membahas dan berdiskusi tentang isu – isu global,” ujar Dwi Yulian selaku Ketua kelompok tersebut. Selama
kegiatan,
mereka
diberi
kesempatan
untuk
mempresentasikan UNAIR, baik dari kegiatan akademik maupun non akademik. Mereka juga saling sharing dengan pihak mahasiswa NUS mengenai beasiswa, riset, kegiatan akademik dan alumni.
Mahasiswa UNAIR berpose bersama dengan mahasiswa NUS (Foto: Istimewa)
Selain pengalaman, Dwi Yulian mengungkapkan bahwa beragam keuntungan yang bisa didapat dari kegiatan tersebut. Ia mengaku mendapatkan informasi seputar suasana akademik dan non akademik di universitas nomor satu Asia tersebut. Dwi Yulian berharap, informasi yang ia dapatkan dari kegiatan ini bisa diaplikasikan di UNAIR. “Di NUS itu mahasiswanya punya inisiatif yang besar untuk berkembang, suasana akademiknya lebih terasa. Karena di setiap spot yg saya jumpai selalu ada mahasiswa yang belajar, diskusi, ataupun mengerjakan tugas. Jadi bisa menambah semangat belajar jika berada di lingkungan seperti itu,” pungkasnya. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Ciptakan Ide Sistem Pakar, Siffian Menangkan Lomba Esai Help Centre UNAIR NEWS – Bagi sebagian mahasiswa, menentukan mata kuliah pilihan memang bukan perkara mudah. Mata kuliah yang seharusnya menunjang minat dan bakat mahasiswam, nyatanya banyak yang diambil dengan tidak cermat. Banyak dari mahasiswa mengambil mata kuliah pilihan dalam Kartu Rencana Studi (KRS), hanya karena ingin menambah jumlah SKS saja. Bahkan ada yang hanya sekedar ikut-ikutan teman. Keadaan ini mendorong Siffian Assauri, mahasiswa S1-Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk menciptakan sistem pakar. Dalam esainya yang berjudul “Sistem Pakar Penentu Mata Kuliah Pilihan Bagi Mahasiswa UNAIR”, Siffian berinisiatif menciptakan suatu website untuk membantu mahasiswa dalam
menentukan mata kuliah pilihan sesuai minat dan bakatnya. “Jadi nanti dalam website mahasiswa terkait ada semacam direktori untuk menyimpan pertanyaan seputar mata kuliah pilihan. Sistemnya akan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada mahasiswa dan setelah itu menyimpulkan mata kuliah pilihan apa yang sesuai minat dan bakatnya,”ujar Siffian saat ditemui usai pengumuman hasil final lomba pada Rabu (31/8). Bagi mahasiswa yang aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bridge tersebut, dirinya sudah sering mengikuti lomba menulis esai. Kepiawaiannya dalam menulis dan membuat ide memang diakui juri cukup bagus dan inovatif. Sistem pakar yang dia ciptakan dianggap sangat membantu mahasiswa dalam membantu memilih mata kuliah pilihan. Terobosan tersebut nantinya diharapkan mampu membantu mahasiswa agar tidak mengambil mata kuliah pilihan karena alasan menghabiskan SKS ataupun sekedar ikutan teman. Menurut Siffian, website yang dia ciptakan tidak cukup sulit untuk segera direalisasikan. Namun akan dibutuhkan banyak data untuk membuat pertanyaan seputar mata kuliah pilihan. Pertanyaan-pertanyaan akan diambil langsung dari silabus masing-masing mata kuliah pilihan, sehingga kemampuan mahasiswa dapat diukur sesuai atau tidaknya untuk mata kuliah tersebut. Pada presentasi esai yang berlangsung selama 10 menit dan dilanjutkan pertanyaan dewan juri dalam durasi 10 menit pula, Siffian mendapatkan nilai tertinggi dan berhasil menjadi juara. Idenya yang sangat inovatif dan memberikan sumbangsih yang besar bagi UNAIR tersebut mampu mengalahkan enam finalis lainnya. “Saya senang bisa mendapat juara. Tapi tetap saja sistem pakar ini masih perlu diuji coba dulu jika ingin diaplikasikan. Namun kesulitannya tidak banyak, hanya butuh pengumpulan data saja untuk direktori nya,”ujar Siffian dengan optimis. (*)
Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Nuri Hermawan
Iwenda Bella, Wisudawan Terbaik S2 FST, Kiatnya Bekerja Keras UNAIR NEWS – Bekerja Keras. Itulah tips dari wisudawan terbaik S-2 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yang bernama Iwenda Bella Subagio, peserta wisuda periode Juli 2016. Tesisnya berjudul “Variasi Ukuran Megasekleres Oxea Xestospongia Testudinaria Lamark, 1815 pada Kedalaman dan Perairan Berbeda” ikut mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,78. Penelitian tesis Iwenda dilakukan di perairan Situbondo. Dengan alat scuba, ia menyelam dengan mengambil sampel di tiga kedalaman. Pada setiap kedalaman, Iwenda mengambil beberapa sampel individu X testudinaria, yang nantinya akan diambil bagian spikula di laboratorium spesimen. Namun penelitian Iwenda tak semulus yang ia perkirakan. Banyak kendala harus ia lalui, terutama saat melakukan pengambilan sampel. “Karena jadwal pengambilan sampel tidak serta merta ke lapangan, jadi saya selalu mengoptimalkan jadwal yang telah ada, apalagi jika cuaca pada akhir-akhir bulan sangat tidak bersahabat, seperti angin kencang dan visibilitas air yang sangat rendah. Hal itu yang pengakibatkan penelitian saya ditunda hingga 1-2 minggu,” kata mahasiswa kelahiran Ponorogo, 20 Juni 1990 itu.
Iwenda pernah mendapatkan beasiswa PPA periode 2010-2011, dan ia tergolong aktif dalam keikutsertaan organisasi di kampus. Tidak ada kata menyerah dalam prinsip Iwenda. Buktinya, meskipun sibuk menjalani kegiatan magang di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, ITS, sebagai surveyor ataupun analisator yang umumnya dipakai dalam keperluan AMDAL, ia tetap bisa mengukir prestasi pada studi Masternya. ”Meskipun sampai saat ini belum ada prestasi secara formal, tetapi saya selalu bersyukur. Semoga nantinya ilmu yang saya peroleh dapat bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya. (*). Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Quryatul Masruroh
Sering Juara Kompetisi MIPA , Fandi Wisudawan Berprestasi FST UNAIR NEWS – Mochammad Fandi Ansori alumnus program studi S-1 Matematika berhasil mengantongi predikat wisudawan berprestasi Fakultas Sains dan Teknologi pada prosesi wisuda periode Juli 2016. Kegemarannya terhadap pelajaran Matematika dan Fisika sejak kecil membuatnya sering mengikuti kompetisi di bidang yang sama, dan sering kali menjadi juara pada kompetisi yang berbeda-beda. Di tahun 2014 dan 2015 lalu peraih indeks prestasi kumulatif sebesar 3,75 itu secara rutin kompetisi ON MIPA PT (Olimpiade Nasional Matematika dan IPA Perguruan Tinggi) bidang
Matematika yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal dan Pendidikan Tinggi RI. Pada kompetisi itu, ia lolos sampai tahap nasional meski tidak menyabet juara. Usahanya tak berhenti di situ. Fandi juga pernah mengikuti kompetisi Olimpiade Sains dan Teknologi Mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015. Pada kompetisi tersebut, ia meraih juara II. Pada tahun yang sama, Fandi meraih sertifikat perunggu pada ajang lomba Pemecahan Analisis dan Geometri di Institut Teknologi Bandung. Terakhir, ia pernah meraih juara harapan II pada ajang Mathematical ITS Calculus Competition tahun 2016. Salah satu pengalaman Fandi yang paling berkesan semasa kuliah adalah ketika ia menjadi pemateri seminar analisis dan geometri di ITB. Ia mendapatkan mandat dari dosen pemimbing skripsinya Dr. Eridani untuk menggantikan beliau menjadi pemateri. “Saat itu saya memang sempat nervous karena lima pemateri lainnya bergelar S-3 dan hanya saya yang mahasiswa S-1. Pesertanya pun semua S-3, tidak ada yang S-1. Tapi waktu saya maju, saya tidak merasa gugup lagi,” ujar Fandi. Dalam seminar itu, Fandi memaparkan materi operator BesselRiesz dengan beta positif. Tema yang ia paparkan sama dengan skripsinya yang berjudul “Operator Bessel-Riesz di Ruang Lebesgu”. Operator Bessel-Riesz ialah solusi dari suatu persamaan diferensial yang sulit dicari solusi analitiknya. Kehadirannya sebagai pemateri dalam seminar itu mendapat apresiasi dari panitia acara. Sebab, mahasiswa dari kampus yang bersangkutan tak ada yang turut serta dalam seminar tersebut. “Ketua panitia seminar itu senang saya berani bergabung menjadi pemateri sebab tidak ada mahasiswa ITB yang turut serta dalam seminar itu,” imbuh Fandi.
Penulis: Faridah Hari. Editor: Defrina Sukma S.
Tuhfatul Janan, dari Tutor Mengantarkannya Jadi Wisudawan Terbaik UNAIR NEWS – Tuhfatul Janan, mahasiswa peminatan Analisis, prodi Matematika ini berhasil menjadi wisudawan terbaik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga jenjang S-1. Ia lulus dengan IPK 3,81. Selain unggul pada kegiatan akademik di kampus, Tuhfal aktif menjadi tutor sejak masih semester dua. “Selama kuliah ini tak pernah terpikirkan oleh saya untuk memperoleh penghargaan ini. Dari semester I sampai semester VII saya mencoba untuk menyukai semua mata kuliah yang saya ambil. Tidak peduli siapa dosennya, yang terpenting adalah disiplin dalam belajar. Ketidaktahuan justru menantang saya untuk lebih tahu,” terang laki-laki kelahiran Probolinggo, 17 Desember 1993 ini. Kebiasaan Tuhfa menjadi tutor bagi teman-temannya membawa hikmah tersendiri. Dengan menjadi tutor, ia mampu menyalurkan ilmu yang ia dapat. Ia juga menjadi aktif mencari tahu berbagai materi yang belum ia kuasai. “Saya menjadi tutor sejak semester II untuk teman seangkatan, dan semester III untuk adik kelas. Biasanya saya lakukan sore hari, pukul 15.00 sampai 17.30. Karena menyesuaikan dengan jadwal kuliah yang kosong juga,” ujar Tuhfa.
Dalam menjadi tutor, ia selalu mempelajari materi berulangulang. Kalau belum paham maka mencari catatan milik teman yang lengkap. Kadang juga mencari e-book. Kalau mendekati UTS/UAS, jam tutornya dia kurangi, dan semua materi ia pelajari kembali supaya tidak lupa, itu kiatnya. Kesibukannya menjadi seorang tutor bagi teman-teman seangkatan dan adik angkatan juga menambah jendela ilmu matematika yang kerap tidak diketahui teman yang lain. Meskipun mengambil peminatan Analisis, tetapi ia kombinasikan dengan materi bidang aljabar. Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusannya mengangkat penelitian berberjudul “Polinomial Pembangun dari Ideal dan Kode Siklik”. Tuhfa yang merupakan saudara kembar dari Syifaul Janan, juga mengambil prodi Matematika FST UNAIR, ia mendapatkan beasiswa PPA 2013-2015 dan seringkali dikirim menjadi kontingen dalam olimpiade nasional seperti Olimpiade Nasional Matematika dan IPA Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT) di Malang tahun 2014 dan 2015, Olimpiade Sains Nasional Pertamina (OSN Pertamina) di ITS tahun 2014 dan 2015, serta Olimpiade Sains dan Teknologi DIY (OST DIY) tahun 2014. Tak hanya bergelut pada bidang akademik saja, Tuhfa juga jago dalam permainan bulu tangkis. Pada acara Dekan Cup 2016 silam, ia berhasil merebut Juara I. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Q. Masruroh
MEDSCUPE,
Mesin
Ergonomis
Pencegah Sampel Tertukar di Rumah Sakit UNAIR NEWS – Sering mendengar kasus tertukarnya hasil laboratorium, sampel darah, sampel jaringan, urin, fases, dsb di rumah sakit? Berangkat dari kasus yang Merugikan pasien itulah lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat karsa cipta alat “MEDSCUPE” sebuah mesin ergonomis yang mampu mencegah tertukarnya sampel di rumah sakit. Itulah karya tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta (PKM-KC) mahasiswa UNAIR yang dipimpin Mokhammad Dedy Batomi (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dengan anggota Mokhammad Deny Basri (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), Masunatul Ubudiyah (Keperawatan 2013), Pratama Bagus Baharsyah (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dan Sucowati Dwi Jatis (Keperawatan 2014). Mereka bersyukur dengan menjadi salah satu penerima dana hibah PKM dari Kemenristek DIKTI tahun 2016, merupakan kebanggaan tersendiri sebagai wujud kontribusi untuk almamaternya. Apalagi jika kelak mendapat kesempatan berlaga di PIMNAS ke-29 di IPB Bogor. “Mau tidak mau, suka tidak suka ini merupakan prinsip dalam hidup kami sebelum masuk UNAIR. Jadi berkontribusi itu wajib hukumnya, apalagi kami kuliah dibiayai oleh negara,” ujar Dedy. Sependapat dengan Dedy, Masunatul juga punya alasan kenapa ia mengikuti kompetisi ini. “Sebenarnya kami semua tidak hanya melulu ingin masuk nominasi PKM, namun lebih dari itu kami ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Indonesia melalui inovasi yang kita ciptakan ini,” tambah Masunatul.
Menurut penelitian tim dengan judul “MEDSCUPE: (Medical Specimens Cube Shipper) Alat Ergonomis Pengirim Dan Direct Labelling Spesimen Pasien Berbasis Pengolahan Citra Solusi Kasus Malpraktek Sampel Tertukar Di Laboratorium Medis”, diterangkan bahwa saat ini mungkin masyarakat sudah tidak asing lagi dengan kasus malpraktik, sampel uji tertukar, tidak valid, dan hasil uji lab yang lama tersampaikan, bahkan hilang.
ALAT MEDSCUPE yang dibuat untuk memisah-misah hasil lab: sampel darah, fases, urin, dsb di rumah sakit agar tidak tertukar. (Foto: Dok Tim) Sebenarnnya semua itu disebabkan banyak faktor, bisa dikarenakan tenaga kerjanya atau alat yang digunakan, namun melihat semua itu pihak rumah sakit tak hanya tinggal diam. Kini di sejumlah rumah sakit sudah mulai dibangun mesin pipa penghantar specimen uji ke laboratorium. Mengapa ini penting? Karena pada dasarnya specimen harus cepat diuji agar komponen di dalamnya tidak berubah. Selain itu juga menghindari peluang sampel tertukar saat semua dikerjakan secara manual. Sayangnya, mesin ini belum secara penuh
mengontrol otomatis pengiriman sampel. Sesampainya sampel di ruang laboratorium, petugas masih harus memilah-milah sampel sesuai jenis untuk diantarkan ke tempat uji masiing-masing. Banyak sekali jenisnya, ada darah, urin, feses, jaringan, sputum dan lain-lain. Darah sendiri masih banyak jenis pemeriksaannya, terdiri dari uji plasma, eritrosit, leukosit, dan lain-lain. “Hal ini membuka peluang tertukarnya sampel dan memakan waktu yang lebih lama. Itulah yang mengilhami tim PKM kami membuat sebuah terobosan baru dengan judul seperti diatas,” tambah Dedy. Medscupe (Medical Specimens Cube Shipper) merupakan alat yang mempunyai sistem kendali dan kontrol spesimen berbasis pengolahan citra warna. Alat ini mampu meningkatkan efisiensi proses pelabelan maupun pengiriman spesimen pasien ke laboratorium, sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kasus malpraktik sampel tertukar di laboratorium medis. Efisiensi Medscupe terletak pada bagian pipa terakhir yang berhenti di ruang Lab medis rumah sakit. Medscupe memberikan percabangan otomatis yang memiliki kamera scanning citra solusi dan slot khusus pemisah sesuai warna yang dideteksi. Dengan begitu, specimen dengan cepat akan terklasifikasi dan sampai di tempat analisis jenis specimen masing-masing dengan tepat. Berbicara kendala, Deny mengatakan sejak awal dalam proses pembuatan prototype alat ini memang sering ditemukan banyak kendala, mulai dari pembelian komponen sampai tahapan akhir yaitu programming dan scanning. “Kita sekelompok tidak dari satu fakultas, yaitu dari dua fakultas: Voaksi dan Keperawatan, sehingga bisa dipastikan jam kuliah kami juga berbeda. Dampaknya, waktu untuk berkumpul untuk sekadar diskusi atau menyelesaikan alat ini juga susah,
sehingga waktu ba’da salat maghrib sampai jam 22.00 malam selalu kami sisihkan untuk membuat alat ini setiap minggunya,” tambahnya. Saat ditanya harapan kedepannya tentang prototype ini, Deny mempunyai harapan besar untuk bisa menjalin mitra dan alatnya bisa diterapkan mengingat urgency kebutuhan di pelayanan kesehatan. “Saya berharap alat ini nanti bisa dipatenkan dan terlebih bisa digunakan di pelayanan kesehatan, dan juga semoga PKM KC ini mempu menembus PIMNAS dan pulang membawa juara untuk Universitas Airlangga,” katanya berharap. (*) Penulis : Sucowati Dwi Jatis. Editor : Bambang Bes.
Mahasiswa FST Bentuk Kader Lingkungan di MAN Surabaya UNAIR NEWS – Suasana sekolah yang rindang dan nyaman tentunya dibutuhkan untuk mendukung sarana belajar-mengajar yang kondusif di sekolah. Letak sekolah yang berada dekat dengan area mangrove dengan pengaruh cuaca yang panas, dibutuhkan adanya penghijauan agar lahan yang gersang bisa berubah rindang. Permasalahan itulah yang melatarbelakangi mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR melakukan pengabdian masyarakat di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya, sekolah yang terletak di Jalan Wonorejo Timur No.14, Surabaya. Pengabdian masyarakat tersebut merupakan implementasi dari Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M)
dengan judul “ENVISCHO (Environmental School) Pemanfaatan Lahan Kosong Sebagai Integrasi Kepedulian Lingkungan dan Pendidikan Karakter Siswa-siswi MAN Surabaya”. “Sekolah ini memiliki lahan baru yang masih gersang, sehingga membutuhkan penghijauan supaya menjadi sekolah yang rindang dan nyaman bagi siswa-siswinya. Sekolah ini berada di dekat area mangrove Wonorejo, sehingga tak heran bila cuacanya panas, terlebih didukung oleh minimnya penghijauan di sekolah ini,” ujar Muhammad Yufansyah Purnama selaku ketua tim PKM-M. Yufansyah tidak sendirian dalam menjalankan program tersebut. Ia bersama keempat rekannya yakni Pradika Annas Kuswanto, Triadna Febriani Abdiah, Aulia Sukma Hafidzah, dan Shifa Fauziyah. Diantara mereka ada yang mengambil program studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan (ITL) dan Biologi. Solusi minimnya lahan untuk penghijauan yang ditawarkan Yufansyah dan tim yaitu dengan menerapkan urban farming, pertanian khas perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit. Tanaman yang ditanam adalah tanaman lokal, seperti sayursayuran, obat-obatan, atau tanaman lain berbatang herba sehingga bisa dipanen dalam satu waktu. “Tanaman yang dapat ditanam dengan metode hidroponik ini antara lain bayam, selada, dan kangkung. Tanaman tersebut bernilai jual tinggi, karena merupakan sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat,” ujar Yufansyah.
Tim PKM dari kiri ke kanan M Yufansyah, Triadna Febriani, Shifa Fauziyah, Aulia Sukma, Pradika Annas. (Foto: Istimewa) Membentuk kader lingkungan yang berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan adalah misi besar tim PKM-M ini. Pembentukan kader tersebut tentunya terdiri atas berbagai tahap, terdiri dari brainstorming, pembekalan urban farming, pembekalan manajemen organisasi, serta pembekalan cara memasarkan produk dari urban farming. Sehingga program ini bukan hanya mengajak siswa untuk peduli lingkungan, namun juga melatih jiwa kewirausahaan mereka. “Mereka juga diberi pembekalan cara memasarkan produk dari urban farming sehingga bernilai ekonomi. Tim Envischo memberikan pelatihan untuk memanfaatkan produk daun kaca piring. Pelatihan enterpreneurship ini diberikan dengan tujuan membentuk kader lingkungan yang mandiri dan pandai memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia,” lanjut Yufansyah. Meskipun pengkaderan dilakukan di hari Sabtu, namun antusiasme siswa MAN Surabaya untuk bergabung dengan program ini sangat
tinggi. Terbukti dengan jumlah kehadiran mereka yang memenuhi ruang kelas saat pengkaderan. Hal ini juga karena sekolah dan para guru, utamanya guru mata pelajaran Biologi, mendukung penuh kegiatan ini. “Program ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang lingkungan, tentang memanajemen organisasi, dan wawasan baru yang tidak kami dapat di kelas. Harapannya, program ini berlanjut hingga beberapa tahun ke depan, sehingga permasalahan lingkungan di sekolah bisa teratasi,” ujar Mawardi, siswa kelas XI MAN Surabaya yang menjadi anggota kader lingkungan dari Program Envischo. Yufansyah selaku ketua PKM berharap, kader lingkungan yang ia bentuk bersama tim bisa berkontribusi untuk masyarakat secara luas, tidak hanya di MAN Surabaya. Selain itu, ia juga berharap kader yang telah terbentuk bisa terus berjalan hingga tahun-tahun kedepan. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Nuri Hermawan
Dikembangkan, Bantalan Tulang Rawan untuk Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis UNAIR NEWS – Chronic Low Back Pain (CLBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Sekitar 60-80% dari penduduk dunia selama hidupnya pernah mengalami paling tidak nyeri pungung bawah. Penyebabnya bermacam-macam,
salah satunya adalah degenerasi diskus invertebralis, yaitu bantalan tulang rawan pada tulang belakang yang berfungsi sebagai penyangga beban tubuh dan body shock absorber. Pasien dapat merasakan nyeri, mati rasa, bahkan kelemahan pada anggota tubuh yang disebabkan oleh saraf yang tertekan. Berbagai cara untuk penyembuhan nyeri punggung bawah ini diantaranya adalah tindakan konservatif dan pembedahan. Tetapi tindakan konservatif dan pembedahan ini bisa menimbulkan komplikasi serta infeksi. Berawal dari kasus diatas, maka lima mahasiswa Prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yaitu Cityta Putri Kwarta (2012), Miftakhul Jannah (2012), Dina Kartika Putri (2012), Evlyn Anggraini Santoso (2013), dan Wilda Kholida Annaqiyah (2013), berhasil membuat injectable hydrogel berbasis polimer untuk terapi degenerasi diskus intervertebralis. Dibawah bimbingan dosen Dr. Prihartini Widiyanti, drg.,M.Kes., mereka menjadikan inovasi temuan itu sebagai Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dengan judul “Paduan Hyaluronic Acid (HA) – Polyethylene Glycol (PEG) sebagai Injectable Hydrogel untuk Terapi Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis”. Proposal ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristek dalam Program PKM-PE 2016.
Hasil Uji In Vitro Injection Model Hidrogel ke Agarose. (Foto:
Dok Tim) Cityta Putri Kwarta, ketua Tim ini menjelaskan, dalam prosesnya kelompok penelitiannya ini menggunakan polimer alam yakni Hyaluronic Acid dan polimer sintetik Polyethylene Glycol serta menambahkan Enzim Horse Radish Peroxide sebagai bahan utama pembuatan hidrogel. Ketiga material ini dipilih karena memiliki sifat biokompatibel, biodegradable, dan nontoksik. Untuk memenuhi kriteria sifat tersebut, hidrogel melewati beberapa uji, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan mengembang, uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel bertahan dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat toksik sampel, uji in vitro injection model untuk mengetahui proses gelasi hidrogel, dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk meggambarkan ikatan kimiawi pada bahan. ”Jadi injectable hydrogel ini sudah lolos uji coba dan memenuhi syarat sebagai hidrogel untuk bantalan tulang rawan. Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan injectable hydrogel dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya. (*) Editor : Bambang Bes
Mahasiswa UNAIR Kembangkan Program Penyadap Sinyal Otak UNAIR NEWS – Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting manusia yang dibutuhkan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungannya, dan tentunya komunikasi memerlukan aktifitas bicara. Jika organ yang
berfungsi untuk berbicara terganggu,maka akan berakibat pada sulitnya berkomunikasi. Salah satu contohnya adalah penderita Aphasia. Aphasia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik, terutama berbicara. Kesulitan berbicara akan mengakibatkan penderita susah mengutarakan apa yang ia inginkan. Situasi ini menyebabkan penderita mengalami tekanan dari lingkungannya. Tekanan tersebut dapat membuat penderita stress dan akhirnya memperparah penyakitnya. Hal inilah yang kemudian mendorong empat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk membuat sebuah program dengan judul “Aplikasi Brain Computer Interface (BCI) menggunakan Elektro Ensephalo Graf (EEG) Pada Aktifitas Unspoken-Speech Sebagai Alat Bantu Komunikasi Penderita Aphasia”. Keempat mahasiswa tersebut yaitu Zahwa Arsy, Hafizh Fadhlul, Sita Ari, dan Puspita Sari, serta didampingi oleh Endah Purwanti, S.Si., M.T, selaku dosen pembimbing. Pada dasarnya, Zahwa dan timnya membangun sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan otak atau sistem saraf pusat manusia dengan perangkat komputer secara langsung, sehingga BCI memungkinkan terjadinya aktivitas bicara yang tidak menghasilkan suara sama sekali, yang biasanya disebut sebagai unspoken-speech. Sehingga, penderita Aphasia dapat berkomunikasi tanpa harus menggunakan saraf melainkan hanya memanfaatkan sinyal otaknya.
motoriknya,
Proses kerjanya, sinyal otak akan memberikan respon yang berbeda tiap kali seseorang hendak mengatakan sesuatu. Artinya, ketika seseorang tersebut hendak mengatakan sesuatu, sinyal otak akan disadap. “Penyadapan sinyal otak tersebut menggunakan sebuah alat, yaitu Elektro Ensephalo Graf (EEG,red),” jelas Zahwa selaku ketua kelompok. Dikarenakan penderita Aphasia di Indonesia termasuk dalam
kategori sangat sedikit, kelompok PKM Karsa Cipta tersebut menggunakan naracoba orang normal dalam pengambilan data sinyal otak. Sementara waktu, kata yang dipilih untuk diklasifikasikan dalam proses uji coba oleh kelompok tersebut adalah kata “Sakit” dan “Tolong”. Pemilihan kata tersebut dalam proses coba karena dianggap sering digunakan oleh manusia dalam pembicaraan sehari-hari. “Sebelum sinyal otak naracoba disadap, naracoba kita arahkan dulu agar berada dalam posisi yang nyaman, karena kondisi naracoba juga berpengaruh pada sinyal otak yang dihasilkan,” terang Zahra. “Setelah didapatkan, hasil sinyal otak akan kita olah sedemikian rupa menggunakan program yang telah kita kembangkan, sehingga dapat menampilkan apa yang ingin dikatakan oleh naracoba,” imbuhnya mengakhiri. (*) Editor : Dilan Salsabila