2006-2008 HAGI
Kolom Editorial
Executive Committee President Abdul Mutalib Masdar Mobile : +62.815.8051484 +62.888.8469400 Email :
[email protected] [email protected]
Secretary General Martinus Sembiring Mobile : +62.815.9806905 Email :
[email protected] [email protected]
Treasurer Dian Nugrahaningsih Mobile : +62.816.1967701 Email :
[email protected] [email protected]
VP. Organization Elan Biantoro Mobile : +62.812.56135 Email :
[email protected] [email protected]
VP. PIT & Special Event Yosi Hirosiadi Mobile : +62.812.8171824 Email :
[email protected] [email protected]
VP. Science & Technology Dr. Ir. Yusuf Surachman, M. Sc. Mobile : +62.0811.157962 Email :
[email protected] [email protected]
VP. Gov., Univ. & Industry Relations Bob Wikan H. Adibrata, Ph. D. Mobile : +62.812.1007791 Email :
[email protected] [email protected]
Chief Editor Dr. Hendra Grandis Mobile : +62.812.2308775 Email :
[email protected] [email protected]
VP. Certification Dr. Abdul Haris Mobile : +62.815.950848 Email :
[email protected]
Bermanfaat untuk Masyarakat Adi Susilo
U
sia HAGI yang sudah lebih dari 30 tahun merupakan usia yang cukup matang untuk melakukan reposisi dan revitalisasi organisasi. Dari segi kuantitas, jumlah anggota HAGI yang terus meningkat hingga mencapai hampir seribu orang, merupakan aset SDM yang harus terus didorong dan mendapat tempat yang pas untuk pengembangan ilmu dan teknologi Kebumian di Indonesia. Lebih khusus lagi keberadaan dan manfaatnya harus lebih dirasakan oleh masyarakat umumnya. Anggota HAGI tersebar diberbagai bidang keahlian dan pekerjaan. Hampir disemua lembaga pemerintahan yang berhubungan dengan kebumian (geosains) dan pengelolaan sumber daya alam seperti BPPT, LIPI, BMG, DKP dan di lembaga-lembaga pemerintah lainya pasti terdapat anggota HAGI. Belum lagi anggota HAGI yang bekerja di perusahaan-perusahaan migas, pertambangan dan jasa serta bidang-bidang lain. Apalagi kalau bergeser ke perguruan tinggi seperti ITB, UGM, UI, dll pasti sebagian besar pengajar G & G nya adalah anggota HAGI. Artinya secara kuantitatif sebaran anggota HAGI yang ada cukup representatif untuk dikelola menjadi sebuah kekuatan yang significant bermanfaat tidak hanya untuk kepentingan organisasi semata, namun lebih luas lagi untuk kepentingan rakyat Indonesia secara umum. Potensi anggota HAGI yang demikian besarnya, untuk dunia industri migas dan pertambangan mungkin sangat menggembirakan. Namun bagaimana untuk dunia penelitian dan pengabdian langsung ke masyarakat, termasuk mitigasi bencana alam. Banyak pertanyaan yang muncul dimasyarakat, dimana posisi HAGI saat adanya bencana ? Dimana peran HAGI saat rakyat kita menangis karena meratapi hancur dan tenggelamnya rumah mereka akibat gempa bumi, tsunami, atau akibat keluarnya lumpur Lapindo ? Padahal banyak anggota HAGI yang punya kemampuan dan spesialisasi dalam bidang-bidang pengelolaan bencana, gempa bumi, tsunami dan lain-lain. Sebuah pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab, dan ini mungkin pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama secara sistematis dan terarah, tidak hanya pekerjaan dan tanggung jawab HAGI semata namun juga organisasi profesi sejenis dan instansi terkait lainnya. Memang masih banyak yang harus kita lakukan bersama untuk mendorong dan mengoptimalkan seluruh potensi dan asset SDM dan Ilmu yang dimiliki, agar HAGI dapat lebih membumi. HAGI terus berusaha memberikan langkah-langkah kongkrit kepada pemerintah dan masyarakat perihal bencana alam dan hal-hal terkait lainnya. Melalui kegiatan Luncheon Talk dan Seminar-seminar HAGI terus mendorong para ahli kebumian Indonesia untuk memberikan masukan-masukan yang konstruktif, termasuk soal teknis penanganan banjir Jakarta dan lumpur Lapindo. Di Pangandaran, Yogya, Bantul dan Padang-Sumatera Barat, HAGI mencoba membangun kesadaran masyarakat melalui sosialisasi ilmu gempa dan tsunami beserta penanggulannya. Di Jakarta, saat banjir melanda, HAGI berusaha meringankan beban penderitaan melalui pemberian bantuan makanan dan pakaian. Bukanlah suatu hal yang mustahil, apabila disinergikan semua kekuatan dan potensi yang ada, HAGI dapat tumbuh menjadi sebuah organisasi yang besar, dicintai anggota dan rakyatnya karena peduli terhadap masyarakat dan lingkungannya. Tidak mudah memang membangun kesadaran berorganisasi, membangun kepedulian dan kesadaran masyarakat akan potensi dan kemampuan bangsa sendiri. Namun asa harus tetap kita jaga, dan impian haruslah tetap kita rebut agar kita terus dapat hidup, tidak hanya untuk hari ini semata, namun mungkin untuk seribu tahun lagi..
Salam HAGI.
[email protected] Penanggungjawab Presiden HAGI; Chief Editor Dr. Hendra Grandis; Editor 1 Dr. Wahyudi; Editor 2 Dr.Adi Susilo; Editor 3 Syaeful Bahri, Creative & Publisher Nova Shinta Uli Marbun, Graphic Designer Roy Baroes
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
>> Kolom President
LULA & TANGISAN PRESIDEN Konsistensi dukungan pemerintah juga patut dipertanyakan untuk upaya penanggulangan bencana ini. Sampai-sampai tim dari ITB yang juga anggota HAGI (Dr. Satria Bijaksana dan Dr. Bagus Endar) yang sudah berusaha keras berpikir dan memberikan solusinya melalui Insersi Bola Beton berujar bahwa pekerjaan menutup semburan lumpur panas lapindo ini adalah pekerjaan yang dibayar dengan mata uang baru yang namanya ”ikhlas” (bukan rupiah atau dollar). Sungguh ironis dan dilematis sekali.
K
etika beberapa waktu lalu membaca di media cetak dan nonton di media elektronik bahwa saat berkunjung ke Sidoarjo Presiden SBY menangis di hadapan korban Lumpur Lapindo (LULA), banyak orang mencoba mencerna apa arti tangisan tersebut. Tangisan Politikkah atau memang tangisan keprihatinan ? Atau kalo mengikuti cara berpikir anggota DPR, ada agenda politik apakah di balik tangisan Bapak Presiden tersebut ? Sama mungkin dengan pikiran rakyat kebayakan, kok baru sekarang (setelah 1 tahun) ”beliau” menangis soal Lumpur Lapindo ini ? Satu tahun sama dengan 12 bulan, ekuivalen dengan kurang lebih 365 hari. Satu hari sama dengan 24 jam dan kalau dijumlahkan, Pak Presiden dan Kabinetnya punya total waktu 8760 jam untuk memikirkan langkah-langkah terbaik bagaimana menyelesaikan kasus Lapindo ini dengan maksimal. Dipotong waktu tidur sekitar 6 jam sehari, Pemerintah masih punya periode waktu yang cukup panjang sekitar 6570 hari untuk mengatasi masalah ini. Sambil becanda tetangga saya mengatakan ”Pak Presiden baru bisa menangis setelah 6570 hari......kejadian berlalu”. Hmmmm.....
Saat diundang oleh Dewan Riset Nasional sebagai pembahas dalam Forum Diskusi/Workshop soal Lumpur Lapindo tgl 28 Juni yang lalu, perlahan tapi pasti saya mulai dapat menarik benang merah mengapa penyelesaian masalah ini menjadi berlarut-larut, seakan-akan tidak ada ujungnya. Dari diskusidiskusi yang dilakukan, tergambar dengan jelas bahwa negara kita memang belum punya ERP (Emergency Response Planning) sama sekali soal bencana seperti ini. Koordinasi antar department seakan bergerak lambat sekali. Bisa dibayangkan setelah setahun kejadian, yang namanya Dewan Riset Nasional (DRN) baru mencoba untuk mendiskusikan formula atau solusi yang tepat untuk mengatasi masalah Lumpur Lapindo ini. Uhhh...sungguh mengharukan. Air mata rakyat sudah kering tergerus seperti lumpur panas yang mengering, namun kita belum punya sama sekali blue print yang jelas untuk mengatasi problem ini. HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
Kembali ke cerita awal kasus Lapindo ini terjadi, sebagai orang awam mencoba berpikir mundur ke belakang, merefresh memori sekitar 1 (satu) tahun lalu, tepatnya tanggal 29 Mei 2006 dimana terjadinya semburan lumpur panas di sekitar lokasi Banjar Panji-1. Berbagai agrumen sudah diperbincangkan dalam diskusi-diskusi teknis diberbagai tempat. Ada yang berargumen bahwa semburan lumpur panas distimulasi oleh adanya gempa yang melanda Jogjakarta, ada kesalahan pemasangan selubung (set casing) dalam operasi pemborannya, dan ada pendapat lain lagi yang berpendapat bahwa zona objektif yang ditembus adalah zona shale diapir. Cukup banyak argumen-argumen saintifik yang telah disampaikan oleh para ahli maupun para praktisi, namun sampai hari ini belum ada satupun yang konklusif atau lebih ekstrim lagi yang berani menyimpulkan secara komprehensif apa penyebab munculnya si Lula ini. Namun ada juga teman kantor yang berani dan sedikit nakal mengomentari argumen-argumen yang disampaikan para ahli. ”Kalo sekiranya penyebab atau minimal yang menjadi stimulan terjadinya Lumpur Lapindo ini adalah gempa Yogya, kenapa gempa tersebut tidak berpengaruh terhadap kegiatan pemboran di tempat kita bekerja atau ditempat pemboran lain di JATIM ya ?” ujarnya. Padahal pada saat yang bersamaan dilakukan juga pemboran ditempat lain yang justru jaraknya relatif lebih dekat dengan pusat gempa yogya. Kok aman-aman saja. Dan produksi minyaknya juga baik-baik saja, tidak terganggu sama sekali, padahal proses pekerjaan pemboran, termasuk workover sumur-sumur yang ada dilakukan secara serentak. Terus tetangga sebelahnya lagi berkomentar seandainya penyebab munculnya si LULA adalah kesalahan dalam set casing, apakah pada saat akan dilakukan pemboran hal itu tidak bisa diprediksi sama sekali. Terus kalo memasuki zona diapir, apakah sebelumnya tidak bisa diidentifikasi dari data-data yang ada baik data graviti, seismik maupun data sumur. Terus dengan play konsep geologi yang relatif sama, mengapa tetangga kita bisa melakukan pemboran dengan hasil maksimal tanpa ada kesalahan. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti ini terus bergelayut di kepala banyak orang dan sampai tulisan ini dimuat
3
>> Kolom President belum ada satu pihak pun yang dapat memberikan jawaban konklusif. Fenomena Alam, human error, mis-interpretation atau ??? Tapi ah.. sudahlah. Pertanyaan-pertanyaan teman kantor saya diatas...Just Kidding aja kata Tukul Arwana. Kalo kata WAPRES Republik BBM – Jarwo Kuwat ... cape...deh.....!!! Kalo meminjam bahasa bijak birokrat sekarang, jangan ditanya apa penyebabnya, tapi mari kita bicara bagaimana mengatasinya. Sisi lain yang harus kita dorong, mungkin para petinggi kita harus datang langsung ke Sidoardjo (nggak hanya lihat di media elektronik atau Media Cetak) untuk merasakan dan menikmati langsung sepak terjang si LULA atau merasakan bagaimana tangisan korban Lapindo ini. Mencoba untuk melihat dan merasakan dari dekat bagaimana atmosfer di sekitar pusat semburan, mungkin akan memberikan sentuhan nurani yang lebih dalam untuk dapat menyelesaikan kasus Lapindo ini dengan bijaksana. Di tengah aroma bau lumpur yang agak menyengat dan mencoba berjalan setapak demi setapak, melihat dari dekat apa sesungguhnya yang terjadi di tempat ini dan berbagi cerita dengan rakyat sekitar yang masih berusaha bertahan dan mengais-mengais rejeki dari si Lula ini mungkin juga akan membuka mata hati kita bahwa lumpur Lapindo ini tidak hanya cukup untuk ditangisi tapi harus diatasi segera. Derita rakyat yang seakan ditunjukkan dengan tenggelamnya rumah-rumah, hilangnya tempat-tempat ibadah, tenggelamnya sekolah-sekolah, rusaknya fasilitas infrastuktur mereka, termasuk pabrik-pabrik dan tempat mata pencahariannya, tidakkah cukup menunjukkan betapa penatnya hati dan pikiran saudara-saudara kita yang ada di Sidoarjo ?. Ketika berjalan diatas lumpur kering di sekitar lokasi yang seakan terus bergerak, saya merasakan kehampaan yang begitu dalam. Di penghujung senja, nun jauh di ujung sana saya melihat ujung menara mesjid yang masih tertinggal, pintu gerbang pemakaman yang terbenam oleh lumpur panas. Asap putih terus mengepul, Sunyi senyap mencekam. Astagfirullahullazim, entah peringatan apa lagi yang ingin Tuhan berikan kepada kita ini. Tak terasa airmata ikut menetes..... Inikah tangisan yang sesungguhnya. Entahlah sama atau tidak air mata yang menetes ini dengan air mata presiden. Wallaluhalam..... Sidoardjo, Mei 2007 Abdul Mutalib Masdar President HAGI
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
CALL FOR PAPER International Workshop on Seismo-Electromagnetic Phenomena : Recent Progress Under JSPS-LIPI Bilateral Program Bandung, Indonesia November 6-8, 2007
SEMINAR SEHARI HAGI-UI PERANAN GEOFISIKA DALAM MITIGASI BENCANA ALAM DAN IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA ALAM Hari dan Tanggal Waktu Tempat
: 15 Agustus 2007 : 08.00-16.00 wib : Ruang Serbaguna BSM, Gedung C Lt. 1 FMIPA UI
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Graha Simatupang, Tower II b, 9th Floor Jl. Letjen. T. B. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12450 Phone : +62. 21. 7829401, Fax : +62. 21. 7829401 Email :
[email protected]; http : www.hagi.or.id 4
>> Rubrik Profesional
Moh. Untung
Bumi dan Pendidikan “Your Planet needs you” Kata-kata ini diucapkan oleh Mrs Brundtland (World Commission on Environment and Development) dari buku yang berjudul “Battle for the PLANET”, karangan Andre Singer tahun 1987, terbitan Pan Books Ltd, Cavaye Place, London SW 109 PG. Bumi dan Pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan diperingatinya hari pendidikan dengan mengumandangkan slogan-slogan yang berisi teori yang mencetuskan penanggulangan kerusakan yang menimpa bumi kita. Bencana yang terjadi seperti banjir, gempa bumi dan letusan gunung api mengakibatkan rakyat menderita kelaparan dan timbulnya penyakit yang membawa korban jiwa. Rusaknya hutan-hutan di daerah tropis, termasuk negeri kita Indonesia, merupakan kerusakan lingkungan paling disorot saat ini, karena dapat menyebabkan katastrof bagi kehidupan makhluk Allah SWT. Berdasarkan hasil penelitian US National Academy of Sciences dan PBB , 30 puluh juta hektar hutan lenyap setiap tahun dengan perhitungan per hari hutan yang ditebangi manusia kira-kira 50 sampai 100 m2. Dampaknya penduduk yang berdomisili di pinggiran kota atau di hutan-hutan kehilangan lahan sebagai mata pencarian sehingga urbanisasi ke kota untuk bekerja apapun demi untuk menghidupi dirinya, dampaknya tingginya tingkat kriminal akibat semakin banyaknya pengemis dan anak jalanan. Hal ini menyinggu moral dan harga diri sebagai suatu bangsa yang sudah tidak dihiraukan lagi. Penulis ingin mencari hubungan langsung antara bumi dan unsur-unsur pendidikan. Bumi yang kita tinggali adalah ciptaan Allah yang Maha Besar dan Maha mengetahui. DiciptakanNya bumi untuk tempat makhluk hasil ciptaannya, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Bumi dan makhluk ciptaanNya merupakan suatu sistim yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya; kalau salah satu diantaranya tidak berfungsi maka bubarlah kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu bumi harus dijaga, dipelihara dan dimengerti cara bekerjanya. Siapa yang harus menjaganya? Jawabannya adalah manusia, karena manusia dianugerahi akal dan pikiran. Akal dan pikiran yang dimiliki oleh manusia ini mengemban perintah Allah. Oleh karenanya perlu diasah melalui pelajaran dan pendidikan. Di mana seseorang mendapat pendidikan? Di alam terbuka, dalam ruangan kelas di sekolah, di tempat ibadah dan di rumah. Begitu kita keluar dari rumah, kita berjumpa dengan segala macam ciptaan Allah berupa pepohonan, sungai besar dan kecil, gunung dan lembah dan deretan pegunungan, dan yang paling dahsyat ialah manusia. Manusia ini ada yang kecukupan dan berlebihan harta bendanya ada yang sedang-sedang saja dan ada yang kurang sama sekali. Beberapa hewan seperti burung, kijang, katak, ular dan hewan-hewan besar seperti gajah, harimau, jerapah dan lain-lain adalah penghuni alam yang perlu dilestarikan. Untuk itu ekosistem perlu dipelajari sebagai dasar rambu-rambu untuk mengurangi kerusakan. Dari perjumpaan dengan isi alam ini kita mamahami betapa kompleksnya ekosistem perlu kita renungkan dan harus diuraikan dengan ilmu yang dipelajari di ruangan kelas seperti Ilmu seperti biologi, geologi, fisika, kimia, matematika dan ilmu sosial, sedangkan akhlak kita mendapat pendidikan di rumah dari orang tua kita.
Peringatan dini terhadap gempabumi dan letusan gunung api telah kita lakukan sebatas kemampuan kita. Peta-peta rawan gempa dan aliran lava, demikian juga rawan tanah longsor telah kita buat. Kita sebetulnya mengetahui di mana daerah yang paling akan mengalami kerusakan akibat bencana-bencana tadi. Tetapi kita belum melakukan apa dan bagaimana melindungi orang-orang yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Daerah yang rawan akan kerusakan tadi biasanya subur, sehingga orang segan untuk meninggalkannya, karena khawatir ditempat baru mereka akan kesukaran dalam mengaih rezeki. Setiap musim hujan tiba, bencana banjir menyerang kita. Desa, kampung, bahkan kota pun dapat tergenang oleh air yang meluap. Kita ingat lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang, yaitu ”Di musim hujan air meluap sampai jauh akhirnya ke laut, dimusim kemarau ... dst” Zaman Gesang menggubah lagu ini, air memang meluap tetapi hanya sepanjang aliran sungai ke laut. Tetapi sekarang luapan melebar ke samping, desa-desa di samping aliran habis terrendam air. Kota metropolitan Jakarta pun tidak luput dari air bah. Penduduk menderita, terutama mereka yang menempati di pinggiran sungai dan kawasan kumuh. Hal ini disebabkan oleh ulah manusia dengan membuang sampah kesungai sehingga aliran air tidak lancar, dan tidak adanya kontrol dari pemerintah . Siapa yang mengira bahwa lumpur akan menggenangi sebagian besar seluruh kawasan kabupaten Sidoarjo? Para pengusaha hanya memikirkan diri sendiri, pokoknya kerja, mengebor misalnya, mendapat apa yang dicari. Penelitian yang mendalam tidak terpikir olehnya. Pekerjaan yang semula sederhana, malah menyebabkan malapetaka. Rakyatlah yang menjadi korban dari kesembronoan para pencari keuntungan. Sudah diketahui sejak zaman kolonial Belanda bahwa di daerah lajur dari Grobogan sampai selat Madura banyak sekali struktur garam (salt structure). Data terkumpul cukup banyak tentang keadaan struktur pulau Jawa. Masalahnya orang enggan mempelajari data lama. Akibatnya bencana yang terjadi. Padahal tantangan telah di identifikasi dan pemecahnnya telah di kembangkan. Di mana letak kesalahan ini semua? Ketidak pedulian, kesombongan atau kurang pengawasan? Apa yang harus dikerjakan oleh para pakar kebumian paling tidak memberikan kontribusi yang bermakna guna mencegah kecelakaan akibat dari bencana tersebut?. Ada beberapa butir yang perlu diperhatikan: 1. Penyuluhan kepada orang-orang yang bermukim di daerah rawan bencana. Perpustakaan sederhana perlu diadakan di daerah (kecamatan dan desa). 2. Penelitian yang seksama dan rinci bagaimana melakukan mitigasi yang praktis. 3. Kerjasama erat dan saling menguntungkan dengan pemerintah daerah tanpa pamrih. 4. Bertukar fikiran dengan pakar di luar bidang ke-ahliannya. 5. Terjun sendiri memimpin latihan-latihan dengan pemuda desa melakukan cara penyelamatan bila terjadi gempa, gunung meletus, dsb.
Demikian tulisan pendek ini, semoga dapat dibaca oleh mereka yang Sebagai orang-orang yang terdidik dalam ilmu kebumian, apa yang dapat peduli terhadap pederitaan rakyat. kita sumbangkan untuk membantu memperkecil kerusakan di bumi? Ini adalah tantangan bagi para pakar geologi, geofisika dan biologi. Al Bandung, 17 Mei 2007 Gore, mantan wakil Presiden zamannya Bill Clinton mengatakan: ”What we do in this generation will determine the destiny of life on our planet” M. Untung Singkatnya, seruan kepada para ahli kebumian agar berperan lebih aktif lagi dalam penanggulangan kerusakan akibat dari bencana.
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
5
>> Rubrik Profesional
Maryanto
[email protected]
SALAMOLOGI
S
ALAM (“Seven to the nth power of ten Annum Long of Age and Minor”) cycle, merupakan satu gelombang sinuoidal fungsi waktu, berakurasi setahun, sepanjang 70 Ga, sejak Big Bang 18.617.394.521 BC hingga 51.382.606.479 AD, untuk kosmos setiap perkalian 10 dari 1.E-20 m (10 pangkat -20) hingga 1.E+28 m, yang merupakan Kalender SALAM. Data evolusi penunjangnya termasuk: perubahan kutub, paleomagnetik, kimiawi, tektonik, gempa, stratigrafi, muka laut, biota, temperatur, curah hujan, sejarah, ekonomi, kebudayaan, dll. Atas banyaknya parameter alam yang di pakai, dan mendekati semua 4 energi utama , energi dari semua parameter berawal: Gravity, Unified electromagnetic, Nuclear strong And Nuclear weak (GUNA)”, menganjurkan fungsi tersebut di sebut GUNA “Grand Unified Natural evolusions Algoritm”. Penemuan ini bisa menyokong hasil milyartan dollar dalam: menurunkan biaya pencarian siklus evolusi alam, untuk mendapatkan kesejahteraan, dan mengurangi dampak hazard. Gelombang SALAM. Gelombang SALAM adalah jumlahan fungsi sinusoidal waktu pereode (satuan a “annum”): 7, 70, 700, 7 K, 70 K, 700 K, 7 M, 70 M, 700 M, 7 G, dan 70 G, dan minor siklusnya: setahun, sebulan, seminggu, sehari, dengan amplitudo masing-masing pereode membesar dengan lebih panjangnya pereode. Fungsi gelombang ini adalah: 10
ψ = [ k − ∑ A n − 2 Sin{ n =1
[c −
28
∑B
n = −20
n
Sin{
2π (t − θ )}] * 7.10 n −1
2π ( x − φ )}] R.10 n −1
Dimana : Y = Harga fungsi SALAM (satuan su “salam unit”). k = konstata pembuat datum pada tahun 2000. t = waktu (satuan a “annum”). A= amplitudo setiap pereode (A=2 di pakai kini untuk keperluan utamanya batas waktu, dan perlu di cari harga yang lebih tepat agar empirik parameter alam-alamnya). O= 18.617.394.521 BC. Persamaan dalam kurung kurawal kedua, berupa fungsi jarak “space” X, yang sebagai fungsi waktu, dan dianggap konstan pada gambar 1. Harga c dan B = konstanta. R= 5 hingga 7 meter. Gelombang ARIF, Struktur Kusuma SYUKUR, CAKRA. Gelombang SALAM memperlihatkan juga perubahan jarak “space”. Gelombang jarak di perjelas dengan Gelombang ARIF “Alternating extention-compression Result in Imaging a Form of space wave from a central point”. Pereode, R = 5 hingga 7 meter, untuk semua materi di dunia, berukuran E-20 m (partikel preelementer), hingga E+28 m (Jagadraya). Daerah kompresi di tunjukkan oleh adanya antiklin (atau kumpulan massa): elektron, HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
atom, molekul, antiklin, planet, bintang, galaksi, dll. Daerah ekstensi berupa sesar atau sela antar-massa-nya. Semua sesar dan antar-massa membentuk Flower Structure of SYUKUR “Structural plate or mass Yielded by Unrested convection flows as Key Unifying fragmented plate or mass Reference”. Bentuk struktur “flower” (kusuma/kembang) ini amat dominan di alam, dan amat berjaya untuk menerangkannya. Karenanya ini bisa di sebut cangkok (gabungan), menjadi Kembang Cangkok Wijoyo Kusumo. Gelombang SALAM adalah siklus yang bisa di hasilkan dari roda (cakra) berputar terhadap waktu. CAKRA adalah “Continental or mass Accretion Kinetically Recycled Accomplisments”. Ilmu SALAM adalah alat, senjata yang bisa di sebut sebagai Senjoto Cokro dan Kembang Cangkok Wijoyo Kusumo (aksen bhs.Jawa). Alat ini bisa mempermudah mendapatkan kesejahtaeraan lewat mengetahui tempat tambangtambang, “menyuruh” gerak materi alam, kapan Matahari-BulanBumi membentuk gerhana, mendekat-menjauhnya banyak materi, terbit-terbenamnya Matahari dan Bulan, gempa, lautan keringmeluap, panas-dingin, pancaroba, kepunahan masal, evolusi biota, banyak penyakit “pageblug”, hama, krisis ekonomi, bunga bank, jumlah kepegawaian, “menghidupkan dan berbicara dengan” makluk yang telah mati (fosil), diskusi dengan filosof dulu (lewat membaca bukunya), atau keadaan masa depan, dll. Satu fungsi tunggal, yakni satu Gelombang SALAM, perlihatkan satu “mother nature”, amat sempurna, dominan, mengatur perubahan alam. Kalender SALAM Kalender sepanjang 70 Ga, sejak Big Bang (18.617.394.521 BC), hingga 51.382.606.479 AD. Interval kotak merah di setiap grafik, di perbesar pada grafik kanannya. Setiap grafik untuk suatu Pereode dengan satu/dua pereode lebih kecilnya: a. 70 Ga, b. 7 Ga, c. 700 Ma, d. 70 Ma, e. 7 Ma, f. 700 Ka, g. 70 Ka, h. 7 Ka, i. 700 a, dan j. 70 a, 7 a. Angka-angka berada pada zcu “zero cross up”. Bumi, selain berotasi sehari-semalam dan berevolosi sekali pertahun, maka Bumi relatif terhadap Matahari bergerak spiral dengan Lintasan SALAM. Dengan pertambahan waktu (bergerak ke atas pada grafik), dan bila harga SALAM mengecil (skala kearah kiri pembaca) serta membesar (kearah kanan pembaca), berhubungan dengan harga: paleomagnetik menguat-melemah, jarak Bumi-Matahari rata-rata pertahun memendek-memanjang, temperatur Bumi meninggi-merendah, jari-jari Bumi memanjang– memendek, permukaan bumi memendek, permukan Bumi meluas-menyempit, lithosfer ekstensi-kompresi, muka laut naik-turun, jari-jari Pangea memanjang-memendek, cekungan meluas-menyempit, suatu lokasinya bergerak ke arah laut-darat, transgresi-regresi, kontinental (relatif terhadap muka laut) adalah
6
>> Rubrik Profesional turun-naik, curah hujan mengecil-membesar, kelembaban merendah-meninggi, besar butir sedimen mengecil-membesar, porositas mengecil-membesar, potensi batuan-induk sedimen membesar-mengecil ketebalan lapisan menipis-menebal, volume lapisan menyusut-menambah, hingga kini jumlah biota spesies dalam suatu famili semakin banyak – semakin sedikit, ekonomi melemah-menguat, bunga bank mengecil-membesar, inflasi menurun-menaik, dll.
Gambar 2: Type grafik SALAM sepanjang satu sequence. Ya=Sin(Age)=Harga SALAM= misal elevasi kontinental, muka laut. Yb= Cos(A) = evolusi besar kecepatan attribute(misal elevasi, muka laut). Yc=Negatif Tan(A) pada quarter 1 dan 4 serta Tan(A) pada quarter 2 dan 3. Yc = identik dengan log verikal sumur untuk: Gamma Ray, besar butir, porositas. Yd=-Yc= identik Log Resistivity
Kalender SALAM perlihatkan perubahan yang kontiniu, yang terbagi menjadi sequence-sequence yang mirip, sama-berubah, banyak persamaan pada sequence dengan sequence berikutnya dengan sedikit berubah yang meningkat. Semua menjadi satu kesatuan, dan dengan di batas oleh batas-batas sequence dan parasequence lebih kecilnya. Batas suatu sequence menjadi bisa kapan saja sepanjang pereode itu. Batas sequence lebih sering pada waktu kompresi di banding waktu ekstensi. Waktu kompresi adalah sejak salamin hingga salamax, sekitar sepanjang 0,45 pereode, dengan tengah-tengahnya yang di sebut zcu sequence, menghubungkan 5 parasequence, mengubungkan 5 zcu Gambar 1: Kalender SALAM. Sumbu vertikal = umur (satuan “annum” BC) parasequencenya, yakni pada: M8, M9, M10, M1, dan M2. Ada horisontal = sumbu Fungsi SALAM (su “salam unit”). tiga titik utama perubahan: salamin, zcu, dan salamax. Lithosfer kompresi, menyebabkan lebih ada sedimen tererosi, paling awal Tipe Grafik SALAM Satu sequence terdiri 10 parasequnce. Berturut-turut, nama M7, lalu M6, lalu bisa hingga M0. Parasequence Maryanto’s Time Scale (harga SALAM; harga kecepatan; nama parasequence tektonik): M0 (0,0; +1,0; ps- Secara vertikal, erosi ini menjadikan adanya “hiatus”, dan batuan compression-1), M1 (+0,6; +0,6; ps-compression-4), M2 (+1,0; vertikal tercermin sebagi perubahan lebih drastis, dari halus 0,0; ps-lowstand), M3 (+0,6; -0,6; ps-early synrift), M4 (0,0; -1,0; menjadi lebih kasar. Diantara salin, zcu, salamax, maka zcu ps-maximum synrift), M5 (-0,6; -1,0; ps-late-synrift), M7 (-1,0; adalah paling kelihatan. Sehingga zcu sequence lebih sering 0,0; ps-mfs “maximum flooding surface”), M8 (-0,6; +0,6; ps- sebagai hasil analisa umur batas sequence, SB “Sequence compression-1), M9 (0,0; +1,0; ps-compression-2). Boundary”. Ini adalah zcu ps-kompresi-3 M0. Walaupun begitu, batas bisa salah, dan di nyatakan pada zcu ps-kompresi-2 M9, Harga SALAM maximum (salamax) pada umur 0,25 atau zcu parasequence sesudahnya, yakni zcu ps-kompresi-4 M1. ps-lowstand. Harga SALAM minimum (salamin) pada umur 0,75 Salamax juga kelihataan sebagai batas sequence, karena sebagai ps-mfs). Lithosfer ekstensi selama salamax hingga salamin, pada batas kompresi ke ekstensi. Umur analisanya perubahannya tetap M2 hingga M7, transgresi, butir sedimen “finning upwards”, log pada zcu, yakni lebih sering pada zcu parasequencenya, zcu GR-Resitivity berbentuk “bel”, ps-lowstand hingga ps-mfs. ps-lowstand M2, dan kadang pada zcu ps-early synrift M3. Lithosfer kompresi selama salamin hingga salamax, pada M7 Salamin, juga sebagi batas sequence karena sebagai batas hingga M2, regresi, butir “coarsening upwards”, GR-Resistivity ekstensi ke kompresi. Umur analisa batasnya, bisa pada zcu berbentuk “U”, ps-mfs hingga ps-lowstand. parasequencenya, zcu ps-mfs M7, atau zcu parasequence setelah salamin, zcu ps-kompresi M8.
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
>> Rubrik Profesional Setiap sequence, ada pancaroba terjadi pada setiap 5 parasequence, yakni pada kecepatan perubahan maximum. Pancaroba Pertama pada ps-maximum synrift M4, penurunan kontinental tercepat, kenaikan muka laut tercepat, temperatur naik tercepat, cekungan lapar “starving”, ekstensi paling cepat, paling banyak gempa (data tsunami di Indonesia 200 th terakhir). Pancaroba Kedua pada ps-kompresi-2 M9, kenaikan kontinental tercepat, muka laut turun tercepat, pendinginan tercepat, penurunan jari-jari Bumi tercepat, pengkerutan lithosfer tercepat, wrench fault terkuat, pembentukan antiklin terbanyak, terjadi kepunahan masal. Kepunahan masal menjadikan batas sequence lebih banyak di nyatakan setelah M9 ini di banding M4. Penamaan umur geologi di mulai dari nama-nama biota. Biota yang berbeda, menjadikan nama berubah, berganti. Dengan pereode yang ditemukan sesuai periode SALAM, mengisyaratkan perubahan evolusi akan terjadi pada skala setiap pereode SALAM. Salah satu buktinya adalah studi “jam atom”, perlihatkan ada mutasi biota sekitar 7 Ka. Data Kalender SALAM. Sejak awal peradapan, semua orang, termasuk filosof, mengumpulan data alam, menyusunnya, mencari aturan alam yang ada. Jutaan hingga milyartan data, terutama yang untuk membuat GTS “Geologi Time Scale” (1983, 1999), ICS 2004. Dengan deviasi “error” pengukuran umur, penulis melihat adanya siklus yang bisa memenui semua umur waktunya. Ada siklus 700 Ma (“Era”), 70 Ma (“Period”), dan 7 Ma (“Stage). Dugaan adanya siklus SALAM lain terbukti dengan data 4 (empat) energi GUNA “Gravity, Unified electromagnetic, Nuclear weak And strong”. Gravitasi pengaruhi adanya perubahan 100 th terakhir kutub Bumi, pereode 7a, dan 70a. Paleomagnetik di semua resolusi, tunjukkan adanya siklus 700 a, 7 Ka, …, dan 7 Ga, dengan korelasi amat-sangat tinggi (95 % atau lebih). Nuklir, dengan “jam atom”nya, perlihatkan salah satu mutasi biota dengan 7 Ka. Dugakan adanya mutasi oleh “jam atom” untuk setiap pereode SALAM. Ini sudah terlihat dengan nama-nama umur, yang berubah dengan pereode SALAM, termasuk pereode “Era, Period, Stage”, juga sekitar 70 a siklus sedimentasi. Ratusan evolusi “property” alam, yakni parameter penunjang kalender ini, telah di korelasikan dengan kalender ini. Atas keakuratan penentuan umurnyanya, kalender menjadi acuan penentuan umur lain. Terlihat bahwa penentuan umur geologi mempunyai deviasi pengukuran, mulai ribuan tahun hingga ratusan juta tahun. Kesalahan (standar deviasi, “error”) penentuan batas masa, timbul dari pengukuran, yang bersumber dari ketelitian alat, resolusi alat, subjektivitas, batuan terukur yang mungkin tak tepat pada batas umur, batuan terukur lebih muda dari batas (beberapa cm, m, km di atas batas), lateralnya batuan tak terletak pada batas (tak di pusat cekungan sebagai terbaik batas masa), dll. Masa Alam dan Nama Umur. Kalender SALAM memberikan ketelitian umur hingga satu tahun
Nama umur, atau nama formasi, di mulai tahun zcu, dengan kode MU atau M, di ikuti angka desimal, mulai 0, hingga 9. Order sequence mulai OrderMin1, Order0, hingga Order9, bersesuaian pereode : 70 Ga, 7 Ga, …, 7 a. OrderMin1 (70 Ga), bernama MU sejak Big Bang 18.617.394.521 BC, hingga kini, serta hingga 51 Ga kedepan, adalah semua kehidupan Jagadraya. (MU = “Marto Utomo” writer’s father name). Order0 (7 Ga): MU0 Big Bang), MU1 (terbentuknya Galaksi Bimasakti, 11.617.394.521 BC), MU2 (terbentuknya tatasurya, 4.617.394.521 BC), M3 (tatasurya kolaps menjadi satu titik “black hole”), di ikuti MU4 hingga MU9 (masa akherat berakhir 51.382.606.479 AD)). Order1 (700 Ma) hingga Order9 (7a) menggunakan M (“Maryanto”) di ikuti digit: Order1 (M0-M9), Order2 (M00-M99), Order3 (M000-M999), …, Order9 (M000.000.000-M999.999.999). Tatasurya terbentuk pada dua masa 7 Ga setelah Big Bang. Lahir pada 4.617.394.521 BC, Bumi telah mengalami 6 masa siklus 700 Ma, dan kini pada masa ke 7. Kehidupan di mulai sejak dua masa pertama, di ikuti 4 masanya, yakni terciptanya warna-warni kehidupan serta berkah penunjangnya: gunung-gunung, laut, padang pertanian, hujan, angin, atmosfer, dll. Waktu berjalan mulai detik, hari, bulan, tahun, stage, era, kontinyu, tak berhenti. Kosmos PAKEM “Physical Arrangement Knowledge of Ecosystem of Masses”. PAKEM “Physical Arrangement Knowledge of Ecosystem of Masses” adalah semua kosmos materi dunia (“dunya”) di bahas kosmos pada setiap perkalian sepuluh meter, dari partikel preelementer (diameter 1E-20 m, kosmos Pakem.E-20), hingga Jagad raya (diameter 1E+28 m, kosmos Pakem.E+28). Tujuh tingkat kelompok dunya, masing-masing berukuran terkecil ke terbesar berkelipatan E+07 m. 1. Tingkat Partikel pre-elementer (E-20 hingga E-14 m) . 2. Tingkat Molekuler (E-13 hingga E-07 m). 3. Tingkat Biota (E-06 hingga E+00 m). 4. Tingkat Bumi (E+01 hingga E+07 m). 5. Tingkat Tatasurya (E+08 hingga E+14 m). 6. Tingkat Galaksi (E+15 hingga E+21 m). dan 7. Tingkat Jagadraya (E+22 hingga E+28 m). Desimal, angka berbasis 10, adalah paling sering di pakai, di banding basis angka lain. Ini menunjukkan adanya sistim desimal banyak terdapat di alam. Sistem 10 terdapat pada kelompok materi berikut. 1. Ada 10 ruang antara dari 9 pasang elektron (atau 18 elektron) pada suatu kulit untuk bersifat pereodik. 2. Tatasurya dengan 10 materi pada suatu kelompok kwantum: Matahari, Venus, Merkurius, Bumi, Mars, Materi meteor, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Bahwa Pluto, mungkin dalam 10 kwantum berikutnya. 3. Galaksi Bimasakti dengan 10 baris kumpulan bintang, yakni satu pusat dengan dua tangan yang melingkar memutar 5 kali. Kemungkinan, Jagadraya juga dengan 10 kumpulan materi berkwantum, juga prediksikan akan banyak sistim materi alam. ( bersambung)
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
8
>> Rubrik Teknologi
INSERSI HDCB (high density chained balls) dan hasil penerapannya pada skala lapangan. Oleh: Bagus Endar B N, Satria Bijaksana & Umar Fauzi *
* KK Fisika Sistim Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB
G
enap satu tahun sudah, lumpur panas terus menyembur dari dalam perut bumi hingga nyaris menggenangi bumi Porong Sidoarjo. Bahkan, total volume lumpur yang menyembur sejak 29 Mei 2006 pun diperkirakan sudah mencapai lebih dari 10 juta meter kubik ( Sumber : Timnas). Kini dua belas desa di tiga kecamatan sudah tergenang. Berbagai penangananpun telah diupayakan untuk menutup semburan lumpur panas tersebut, mulai dari: Snubbing Unit, side-Tracking, Relief Well-1 dan Relief Well-2 menelan biaya sekitar 800 milyar dengan teknologi impor dari negara asing (US-Canada). Parallel dengan metode sebelumnya, muncul metode yang diusulkan oleh dosen-dosen dari Institut Teknologi Bandung, yaitu metoda Insersi HDCB (High Density Chained Balls) yang sebetulnya pada awalnya hanya didesain untuk membantu metode sebelumnya yaitu hanya untuk mengurangi debit dan energi semburan di pusat semburan lumpur. Perangkat pendukung insersi HDCB inipun juga dibuat dengan teknologi cukup terdepan meski semuanya diusahakan harus dilakukan dengan biaya cukup murah, rencana awalnya kurang dari 4 milyar rupiah, menekan aspek bisnis sebesar mungkin karena diperuntukkan bagi penanganan bencana. Namun hal ini harus tidak mengurangi kaidah kehandalan perangkatperangkat tersebut. Perangkat kesemuanya dibangun didalam negeri berbekal pengetahuan kami melayani Industri perminyakan baik didalam maupun diluar negeri. Dari perangkat-perangkat ini, kami mendapat beberapa hak patent. Kemudian, kabar yang terpantau dari media massa bahwa juga akan diterapkan teknik Double Coffer-Dam dari Katahira Engineering Jepang dengan biaya 600 milyar.
Sebagai konsekwensinya, debit sepenuhnya bergantung pada luas permukaan yang dilalui lumpur. Dengan mengurangi luas permukaan, maka debit akan menurun. Rekayasa insersi berurut dari dalam hingga ke atas, untuk tahapan kedepan kedalaman target minimum adalah 1200-1300 meter ( 3600-3900 kaki), dengan menempatkan bola-bola pada kedalaman cukup dan dilakukan secara gradual maka akan menghasilkan keadaan yang aman dan tidak akan timbul terobosan-terobosan baru setelah proses ini dilaksanakan. Mekanisme gradualitas ini untuk mempertahankan kondisi supaya terus dalam bentuk quasi statik. Kondisi ini tidak menciptakan perubahan momentum tiba-tiba dan menghindari adanya mekanisme hydro-fracturing. 3. Hasil pantauan skala lapangan Data lapangan dari pantauan tim ITB, tim Fergaco dan Lapindo membuktikan bahwa dengan teknik insersi HDCB secara pelan-pelan ini terbukti sangat aman, terlihat dari gambar 1, dimana gelembung (atau bubble) baru yang timbul per bulannya turun drastis dari penaikan secara eksponensial sebelum insersi HDCB dilakukan (hingga rekornya 9 bubble per bulan pada bulan Februari 2007). Namun begitu insersi HDCB dilakukan, terlihat secara jelas tren penurunan yang sangat tajam, maka hingga bulan Maret 2007 tercatat tidak ada kemunculan gelembung baru dan bulan selanjutnya (April dan Mei, 2007) kemunculan bubble tercatat hanya 1 bubble per bulannya. Data ini membuktikan bahwa insersi HDCB ini juga meredam timbulnya bubble-bubble baru. Di gambar 2 terlihat total bubble
Trend penurunan aktifitas kawah berhasil didapat setelah insersi HDCB ini disekitar kawah semburan selalu terjadi didalam dan disekitar tanggul, dilakukan, seperti penurunan frekuensi semburan, penurunan laju keseluruhannya berjumlah 60 bubble dengan 35 bubble yang aktif. kemunculan bubble dan penurunan debit, dsbnya. Hasil tersebut sudah didapat meski target insersi belum optimal terkendala luar biasa secara birokrasi. 2. Metode HDCB Sesuai namanya HDCB (high density chained balls) tidak lain adalah sebuah untaian atau rangkaian yang terdiri dari empat buah bola terbuat dari material dengan rapat massa yang cukup tinggi. Dua dari empat bola tersebut berdiameter 40 cm dan dua lainnya berdiameter 20 cm. Keempat bola dihubungkan dengan kabel baja (sling). Pada desain awalnya, bola ini bukanlah bola beton biasa, namun sebuah material berdensitas sangat tinggi > 3 gr/cc (misalnya: besi atau beton tercampur slag besi dan batuan alam). Namun berdasarkan pertimbangan kemudahan pembuatan, kekuatan bahan dan kelayakan pembiayaan, dipilihlah beton dengan spesifikasi K350 dengan rapat massa sekitar 2,4 gr/cc sebagai bahan pembuatan HDCB. Pada tahap berikutnya sudah dibuat beton dengan spesifikasi yang lebih tinggi yaitu Gambar 1. Penurunan signifikan kemunculan bubble baru per bulan setelah insersi K500 dilapisi dengan pozollant, semua perancangan bahan semen bola dan dilakukan. Terlihat secara jelas bahwa setelah insersi HDCB kemunculan bubble aktif sistem fabrikasinya ini dirancang oleh Dr. Ir. John Dahtar, ahli beton anggota teredam secara signifikan. Timnas yang berasal dari Balitbang PU Bandung. Susunan rangkaian HDCB ditujukan untuk berada pada saluran (conduit) semburan lumpur. Dengan susunan ini, akan mengubah sebagian energi semburan menjadi energi mekanik dan juga menyebabkan adanya friksi dengan jejak aliran lumpur yang jauh lebih panjang. Mekanisme ini menyebabkan head loss pressure cukup besar yang akan mengurangi energi lumpur dan tekanan di dalam konduit (saluran) lumpur. Berdasarkan model sistem tertutup, dimana tidak ada pasokan (supply) energi dari luar dan sistem memiliki tekanan residual pori (residual pore pressure) tetap. Dengan model seperti ini, maka laju lumpur aliran juga tetap.
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
Banyak parameter yang diukur dilakukan sebelum, saat dan sesudah dilakukan insersi HDCB ini, diantaranya adalah survey sonar, temperature kawah dan gelembung di sekitarnya, Intensitas dan frekwensi semburan, sifat fisis Lumpur (densitas, kadar air, kadar kimia air, X Ray Difractometer, Scanning Electron Microscope, Suseptibilitas), rekahan (crack) di sekitar kawah semburan dan kadar H2S serta LEL pada asap semburan yang dilakukan oleh PT. Fergaco. Selain itu, beberapa sensor ditanam disekitar cincin kawah semburan sebagai detektor early warning jika pada saat bekerja ada bocoran lumpur yang mengalir dibawah permukaan.
9
>> Rubrik Profesional merupakan zona yang cukup aman (Gambar 5). Dengan adanya fenomena ini, membuka kemungkinan akan adanya mekanisme self healing yaitu semburan lumpur akan menutup dengan sendirinya secara pelan-pelan.
70.00 65.00 60.00 55.00 50.00 B LM A -20 W -2 02 A 4-0 -20 W 2 07 -2 6- 200 A 7 W 02 -2 -1 -0 00 10 A 7W 32 -0 20 07 A 3-0 W -1 3-0 20 0 A 5-0 W 3- 7-1 -0 20 0 A 7-0 W 3- 7-1 -1 20 00 A W 03- 7-1 2 -1 00 A 2-0 W 3- 7-2 -1 20 0 A 3-0 W 3- 7-1 -1 20 0 A 5-0 W 3- 7-2 -1 20 0 A 8-0 W 3- 7-1 -2 20 10 A W 03- 7-1 -2 20 0 A 5-0 W 3- 7-1 -2 20 803 071 -2 00 71
Kadar Air Absolut (%)
Variasi kadar air absolut harian dari tanggal 20 Feb - 29 Mar 2007
Tanggal pengambilan conto
Gambar 2. Sebaran bubble-bubble disekitar kawah semburan, seluruh bubble ini hanya terjadi didalam tanggul dan di daerah dekat tanggul saja. Keseluruhannya berjumlah 60 bubble, hanya satu bubble yang muncul setelah insersi bola beton dilaksanakan, sebelumnya telah mencapai 58 bubble. (Gambar: Sumber Timnas, BPLS).
Gambar 5. Kenaikan kadar air dari lumpur dari pusat semburan, fenomena ini kemungkinan diakibatkan oleh terjadinya mekanisme filtering yang terjadi oleh kumpulan bola-bola beton, sehingga material padat lumpurnya tertahan, sedangkan material halus, air dan gasnya tetap menerobos di sela-sela celah bola-bola.
4. Rencana kedepan
Gambar 3. Penurunan aktifitas semburan lumpur setelah insersi HDCB dilakukan, hal ini terlihat dari frekuensi jumlah semburan yang menurun saat periode insersi dilakukan dan setelah dilakukan.
Berdasarkan hasil pantauan harian kami, data-data lapangan menunjukkan bahwa insersi HDCB berlangsung aman. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terjadinya peningkatan aktivitas gelembung (bubble) dan tidak terpentalnya HDCB ke luar kawah akibat semburan. Hasil pantauan terhitung debit berkurang sekitar 30%, dari 150.000 m3 per hari sebelum insersi dilakukan menjadi kisaran 80.000-100.000 m3 per hari setelah insersi dilakukan, setidaknya hasil ini berhasil mematahkan kenaikan debit yang berlangsung sebelumnya (Gambar 4) Setelah dilakukan insersi, teridentifikasi adanya penurunan aktivitas semburan di main hole berupa penurunan frekuensi semburan dan mulai muncul adanya ”periode tenang” yang sempat teramati pada hari Raya Nyepi di tahun ini selama 35 menit (periode tenang ini tidak pernah muncul sebelumnya), ini kemungkinan diakibatkan oleh penurunan aktifitas semburan akibat insersi. Pantauan kadar air dari lumpur secara harian dari pusat semburan mulai menaik pasca insersi, ini mengindikasikan bahwa mekanisme filtering dari bola-bola beton ini mulai bekerja dengan memerangkap material padatan dan mengalirkan material halus, gas plus airnya, mekanisme filtering ini terjadi pada kedalaman lebih dari 1000 meter yang merupakan zona yang cukup aman.
Kurva Debit Semburan Lumpur
Debit
(meter kubik per hari)
180000 150000 120000 90000
Hingga kini baru 398 untai HDCB yang sudah berhasil menembus sumber lumpur dari 2000 untai HDCB yang direncanakan ( baru 1/5 target), untaian HDCB itu menembus hingga kedalaman lebih dari 1000 meter (> 3000 kaki) dan sebagai perbandingannya sepatu (shoe) casing terdalam dari BJP-01 adalah 3650 kaki (sumber Timnas) dan ini adalah target kedalaman yang akan ditembus oleh teknik HDCB ini. Banyak kendala teknis maupun non teknis menghadang misi ini, namun kami merasakan yang non teknis ini lebih dominan, bisa mencapai lebih dari 75% dari total kendalanya. Jatuh bangun misi ini mulai dari pendanaan yang tak kunjung turun, ancaman teror, cemoohan di mailing list maupun di media massa serta lamanya pengambilan keputusan oleh pengambil kebijakan. Disamping panasnya terik matahari, panas-sesaknya asap semburan, guyuran hujan dan seringnya tanggul jebol dan overtopping (1-2 minggu sekali). Namun ini semua memacu semangat dan ketabahan tim kami untuk melaksanakan niat kami menolong korban semburan lumpur disamping tantangan ilmiah yang luar biasa dari misi ini. Selama menunggu penantian perihal kelanjutan insersi HDCB ini, secara keputusan maupun pendanaan. Tim insersi HDCB ini melakukan beberapa hal yaitu membangun perangkat ukur untuk mengukur tekanan dan temperatur pada kedalaman hingga 1000 meter serta perangkat untuk mendeteksi bentuk geometri dari kawah semburan lumpur hingga kedalaman 1000 meter. Semuanya diukur tanpa kabel ke permukaan, ini dikenal sebagai perangkat wireless logging (di industri perminyakan yang umum adalah wireline logging). Inipun juga merupakan proyek peluncuran logging pertama kali di dunia untuk pengukuran parameter kawah hingga kedalaman sedalam itu. Setelah pengukuran diatas dilaksanakan, strategi insersi HDCB pasca 398 untai adalah penggunaan penambahan teknologi baru yang disebut sebagai Insersi HDCB plus Spider-web technology alias insersi HDCB plus jaring laba-laba. Teknik ini layaknya jaring laba-laba akan membentuk sistem jaring yang akan dibuka pada kedalaman 1200 meter (3600 kaki), benda ini jika terbuka akan berdiameter 3 meter. Jaring ini yang akan menahan bolabola beton ini pada kedalaman yang kita harapkan dan mengantisipasi sifat multifasa aliran lumpur. Dengan demikian insersi bola beton akan terkonsentrasi pada kedalaman tertentu dan hasilnya diharapkan menjadi kian signifikan.
Berkisar
60000 30000 0
13-May
2-Jul
21-Aug
Sebelum insersi tahap 1
10-Oct
29-Nov
Tanggal
18-Jan
9-Mar
28-Apr
Selama insersi tahap 1
Gambar 4. Penurunan debit sekitar 30%, dari 150.000 m3 per hari sebelum insersi dilakukan menjadi kisaran 80.000-100.000 m3 per hari setelah insersi dilakukan.
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
Harapan ke depan metode ini menjadi solusi nasional yang dikembangkan oleh ahli-ahli domestik, setidaknya ini nanti bisa menjadi pembangkit harga diri bangsa, pembangkit kepercayaan diri bangsa dan pemicu semangat inovasi bangsa. Disampaikan pada workshop Dewan Riset Nasional tgl 28 Juni 2007 di Gedung BPPT
10
>> Rubrik Kerjasama HAGI-Universitas
G
eofisika adalah ilmu yang mempelajari struktur bawah permukaan bumi dengan cara fisika. Sedangkan Eksplorasi Geofisika adalah bagian Geofisika yang bertujuan untuk memperoleh informasi keberadaan sumber daya alam yang ada di dalam bumi, yang dipergunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Metode Geofisika yang secara luas dipergunakan dalam eksplorasi Geofisika adalah metode non seismik dan metode seismik. Metode non seismik misalnya: Graviti, Magnetik, Listrik dan Elektromagnetik. Tetapi yang sangat cepat perkembangannya adalah metode Seismik. Bahan tambang, minyak bumi atau hidrokarbon banyak diangkat karena sifatnya yang strategis serta dalam teknolginya mengalami perkembangan yang sangat cepat. Walaupun perkembangan metode non seismik tidak secepat seismik, tetapi untuk kasus-kasus tertentu metode seismik seolah-olah tumpul. Maka peranan metode non seismik cukup signifikan dalam eksplorasi sumber daya alam tersebut. Masing-masing metode dalam geofisika memiliki kelebihan dari yang lainnya. Metode non seismik, juga mengalami perkembangan yang signifikan dalam mendukung eksplorasi hidrokarbon serta eksplorasi Sumber Daya Alam yang lainnya. Untuk mengetahui perkembangan metode tersebut, Jurusan Teknik Geofisika bekerja sama dengan HAGI menggelar Studium General bertajuk ”METODE MAGNETO TELLURIK DARI EKSPLORASI SUMBER DAYA ALAM SAMPAI MONITORING GEMPA BUMI”. Bertempat di Ruang Seminar UPN pada hari Sabtu tanggal 5 Mei 2007.
Bpk. Djedi S. Widarto (instruktur) bersama peserta studium general
Studium general ini dimaksudkan untuk membuka wawasan dan menambah pengetahuan serta peranan Geofisika kususnya metode Magneto Tellurik. Peserta berjumlah kurang lebih 90 orang yang berasal dari S-1 Jurusan Teknik Geofisika, Pertambangan, Perminyakan dan mahasiswa S-2 Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta dan dari prodi Geofisika UGM, serta beberapa dosen yang berasal dari Fakultas Teknologi Mineral UPN. Suasana peserta seminar sehari Pengajar Studium General adalah Dr. Djedi S.Widarto yang merupakan maestro Metode ElektroMagnetik di Indonesia, yang sekarang Pada sesi pertama penjelasan konsep dasar serta kegunaan metode MT mendarmabaktikan tenaganya di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan untuk eksplorasi sumber daya alam mendapat perhatian yang cukup besar dari audien, dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan pada pemIndonesia) Bandung. bicara. Dilanjutkan dengan data acquisition MT, parameter apa saja yang di ukur oleh alat Magneto Tellurik serta bagaimana cara memprosesnya setelah didapatkan data-data tersebut. Dengan peralatan yang berasal dari Phoenix, secara menarik dan dicoba memasukkan data-data lapangan oleh peserta Studium Generale ini, sehingga diperoleh parameterparameter bawah permukaan. Dengan pemodelan dijelaskan bagaimana interpretasi data hasil olahan tersebut kedalam kondisi subsurface. Pada sesi kedua dibahas aplikasi penggunaan MT di Tanjungkerta dan daerah prospek Banyuasin. Untuk membantu interpretasi data seismik yang telah ada, maka digunakan metode MT. Dari hasil interpretasi data MT menunjukkan adanya zona-zona dengan harga resistivitas rendah Bpk. Djedi S. Widarto Bersama panitia studium didekat permukaan dan resistivitas yang relatif tinggi pada kedalaman yang besar. Dengan mengkombinasikan data Seismik, data Geologi serta Kursus ini terselenggara berkat kerja sama Jurusan Teknik Geofisika data MT diperoleh hasil interpretasi yang semakin baik. UPN “Veteran” Yogyakarta dengan HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia). Kerja sama ini diharapkan akan ditindak lanjuti dalam Monitoring atau prediksi gempa bumi merupakan suatu kajian yang bentuk yang lebih intens kedepannya,. berupa pemberian kuliah Kapita sangat menarik. Dengan pemakaian metode MT untuk keperluan Selekta Geofisika yang para pengajarnya direkomendasikan oleh HAGI. monitoring gempa bumi, merupakan suatu terobosan yang perlu Studium General ini berisi tentang konsep dasar Metode Magneto dilakukan oleh instansi yang berwenang dalam menangani permasalahan Tellurik, kelebihan metode MT, Aplikasi MT. Dari data acquisition, bencana gempa bumi, dalam hal ini adalah BMG. processing sampai dengan interpretasi MT dibahas dengan detail dan sangat interaktif. Terakhir adalah studi kasus MT untuk eksplorasi hidroYATINI karbon, MT untuk eksplorasi panas bumi, MT untuk keperluan monitorJurusan Teknik Geofisika ing gempa bumi. UPN ”Veteran” Yogyakarta
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
11
>> Rubrik Kerjasama Pemerintah, Industri dan Universitas
Peserta one day course HAGI-UGM
Sri Hartanto (PT.Geotech),Burhannudin (Geologi, Univ. Trisakti) dan Abdul Mutalib Masdar bersama panitia dan peserta one day course HAGI-UGM Penyerahan sertifikat kepada peserta kursus oleh Bpk. Mutalib Masdar (Presiden HAGI)
P
ada tanggal 2 Juni 2007, HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) bekerjasama dengan Program Studi Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT. Geotech menggelar kursus sehari dengan tema: “FAULT SEAL ANALYSIS: OUTCROP THROUGH SUBSURFACE” Kursus ini bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai “fault system” hubungannya dengan pemerangkapan hidrokarbon. Kursus ini dihadiri lebih kurang 50 orang yang berasal dari Jurusan Geofisika dan Geologi UGM, Geologi UNDIP dan beberapa dosen yang berasal dari FMIPA UGM. Kursus diawali dengan kata sambutan dari Ketua HMGI, dan dilanjutkan sambutan dari Presiden HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) Bpk. Abdul Mutalib Masdar. Kemudian dilanjutkan dengan sesi kursus oleh Bpk. Burhannudin (Geologi, Univ. Trisakti) dan Bpk Sri Hartanto (PT. Geotech).
Sri Hartanto (PT. Geotech) menjelaskan software yang digunakan untuk sealing fault analysis
Cakupan materi kursus ini antara lain memuat: 1. Struktur Geologi 2. Definisi Fault 3. Anlisis sealing fault 4. Konsep leaking dan sealing 5. Predicting fault-rock properties 6. dll
PERTAMINA Sesi Tanyajawab
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
12
>> Event HAGI (IPA EXHIBITION 14-16 Mei 2007)
Registrasi anggota HAGI
Suasana IPA EXHIBITION di stand HAGI
Poster sosialisasi kegiatan HAGI
Dirjen Migas Bpk. Luluk Sumiarso bersama Presiden HAGI Bpk. Abdul Mutalib Masdar dan Bpk. Andang Bachtiar beserta pengurus HAGI.
Penarikan Lucky Draw oleh asisten HAGI
Golf games HAGI Exhibition, IPA Event Pemenang Lucky Draw HAGI Exhibition (Taufik A. Manan)
13
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
>> Event HAGI (HAGI COURSE BANDUNG)
Pembukaan kursus oleh Sekretaris Jenderal HAGI Bpk. Martinus Sembiring
Kursus reguler Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) dengan judul “Petroleum Geology of the Salawati Basin: Revisit the concepts” dilaksanakan di Hotel Sheraton Bandung pada tanggal 25-26 Mei 2007, Peserta yang hadir berasal dari berbagai institusi seperti Pertamina, PetroChina, Pear Oil, job Pertamina-Petrochina Salawati dan BPMIGAS. Acara dibuka Sekretaris Jenderal HAGI, Bpk. Martinus Sembiring dan dilanjutkan sesi kursus oleh Bpk. Awang Harun Satyana (BPMIGAS). Pada penutupan hari terakhir kursus, dihadiri oleh Presiden HAGI Bpk. Abdul Mutalib Masdar yang menyampaikan ucapan terimakasih kepada peserta atas partisipasinya mengikuti kursus regular yang diselenggarakan HAGI.
Suasana kursus saat diskusi
Peserta kursus sedang melakukan diskusi dan exercise dengan Bpk. Awang Harun Satyana (instruktur)
Penyerahan sertifikat kepada peserta kursus oleh instruktur
Penyerahan memento HAGI kepada instruktur Bpk. Awang Harun Satyana
Para geophysicist wanita (HAGI) sedang mendengarkan presentasi dari instruktur.
14
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
>> Event HAGI (HAGI COURSE BALI)
Peserta kursus Carbonate Reservoir and Seismology for Exploration and Development”
Fieldtrip GWK pada kursus “Carbonate Reservoir and Seismology for Exploration and Development”
Penyerahan memento kepada instruktur
Kursus reguler HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) telah dilaksanakan di Hotel Ramada Bintang Bali secara bersamaan pada tanggal 2-6 Juli 2007, dengan judul “Carbonate Reservoir and Seismology for Exploration and Development” dan tanggal 3-6 Juli 2007 dengan judul “ How to get a better seismic data for shallow and deep targets”. Peserta kursus berasal dari berbagai institusi seperti Pertamina, Medco, PetroChina, JOB PPEJ dan BPMIGAS. Kursus dibuka oleh Sekretaris Jenderal HAGI yaitu Bpk. Martinus Sembiring dan dilanjutkan sesi kursus oleh Bpk. Adriansyah Ph.D (Pertamina EP) dan Bpk. Ngakan Alit Ascaria (Premier Oil) Bpk. Imam Setiaji (Elnusa Geosains) dan Bpk. Joko Padmono (Pertamina) sedang memberikan presentasi materi pada kursus “ How to get a better seismic data for shallow and deep targets”.
Penyerahan sertifikat kepada peserta oleh instruktur (Bpk.Imam Setiaji).
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4
Pada kursus Carbonate Reservoir and Seismology for Exploration and Development, dipelajari beberapa hal seperti: Carbonate sedimentology and reservoir, Clasification of carbonate rock, sedimentary fasies pattern, dll. Sedangkan untuk kursus “ How to get a better seismic data for shallow and deep targets” diharapkan peserta lebih dapat memahami prinsip-prinsip dasar dan aplikasi metode seismik (refleksi), serta mengerti implementasi dan integrasi dari kegiatan seismik dilapangan/survey seismik secara keseluruhan. Pada kursus ini dipelajari beberapa hal penting antara lain : • Pengantar Geofisika Umum, Vibroseis sistem • Sampling Theory, Basic Modeling, Parameter Estimation, Seismik Operasi dan instrumentasi. • Land and Marine Simulation Workshop dll. 15
Kursus Reguler HAGI 2007
1. Judul Instruktur Waktu Biaya Tempat
Data & Knowledge Management: From Assessment, Implementation and Auditing Prajuto 5– 7 September 2007 US$ Hotel Holiday Inn, Bandung
2. Judul Instruktur Waktu Biaya Tempat
Seismic Preserved Amplitude Processing & Modeling for Exploration and Development (4 hari Kursus) Sonny Winardhie Ph. D & Wahyu Trioso Ph. D 4 - 7 September 2007 US$ Hotel Holiday Inn, Bandung
3. Judul Instruktur Waktu Biaya Tempat
Weather, Climate change impacts and risk Dr. -rer. nat. Armi Susandi MT 10 - 11 September 2007 Rp. Hotel Manhattan, Jakarta
(3 hari Kursus)
(2 hari Kursus)
PLEASE REGISTER AS SOON AS POSSIBLE TO: HAGI SECRETARIAT GRAHA SIMATUPANG, Tower II B, 9th floor Jl. Letjen. T. B. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12540 Phone: +62. 21. 7829401, Fax: +62. 21. 7829401
Email:
[email protected]
HAGI-IAGI-IATMI CONFERENCE & EXHIBITION
“Optimization of Mixed-Energy Resources for National Energy Security”
Bali-Indonesia, 13-16
November 2007
For Information : Email:
[email protected] http: www.jcb2007.com
16
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-4