Dari Pantai Gading, Daniel Bitty Jadi Wisudawan Terbaik S-3 UNAIR UNAIR NEWS – Pentingnya pengaruh keuangan dalam kehidupan sehari-hari dan memahami kebijakan yang berkembang di negara Afrika dan Asia, menjadi sorotan Dr. Moro Kadjo Daniel Bitty, BBA, M.E., dalam penelitian disertasinya. Hasil penelitian itu ikut mengantar Daniel menjadi wisudawan terbaik S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, pada wisuda 16 Juli 2016. Berarti ia adalah satu-satunya wisudawan terbaik dalam wisuda ini yang meraih IPK 4,00 (sempurna). Pria kelahiran Tiassale, Pantai Gading, 25 April 1986 ini memfokuskan penelitian terhadap masalah moneter. Judulnya ”Exchange Rate Regime for the Macroeconomic Performance: Lessons from Regional Integrated Areas in Southeast Asia (ASEAN-10) and West Africa (ECOWAS-15)”. Menurut Daniel, sekarang nilai tukar tampaknya menjadi alat moneter tunggal yang dapat digunakan secara bersamaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melindungi fundamental ekonomi nasional terhadap guncangan eksternal. Dalam disertasinya itu Daniel menganalisis korelasi faktual antara nilai tukar dan lima makroekonomi variabel, yaitu pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto), inflasi, investasi asing langsung, tingkat pengangguran, dan neraca perdagangan. Pria yang berasal dari Côte d’Ivoire ini mengaku sejak kecil sudah termotivasi oleh sosok Nelson Mandela, melalui kata mutiaranya: “Pendidikan adalah senjata terkuat yang bisa kau gunakan untuk mengubah dunia”.
Pengalaman di Indonesia ”Saya ingat pertama kali sampai di Indonesia dengan membawa impian memperoleh gelar doktoral dari ekonomi ASEAN. Saya hanya punya uang 200 US Dollar di kantong dan tidak punya simpanan. Saya sadar tidak akan mampu melaluinya dengan baik karena beasiswa saya, beasiswa unggulan, hanya bisa digunakan untuk biaya kuliah,” kenangnya. Tetapi selama melakukan penelitian, Daniel mendapatkan dukungan dan bantuan dari dosen-dosen di Universitas Airlangga. Karena ia merasa harus menyampaikan terima kasih kepada para pembimbing disertasinya, yakni Prof. Djoko Mursinto, Dr. Unggul Heriqbaldi, dan Dr. Rudi Purwono. Daniel juga mengucapkan terima kasih pada semua sivitas akademika UNAIR dan orang-orang yang membantunya selama di Indonesia. Ia berharap penelitiannya dapat berguna bagi dunia akademisi Indonesia. ”I will only give you the same advice my father gave me before i fly to Indonesia: Daniel, you have to allow changes in your life, don’t be affraid of it, because changes will help you to know and overcross your pretended limits,” kata Dr. Moro Kadjo Daniel Bitty. (*) Penulis: Lovita Martafabella. Editor: Dilan Salsabila.
Termotivasi Janji Pada Ibunya, Amelia Wisudawan
Terbaik FISIP UNAIR NEWS – “Jika saya diberi kesempatan Allah untuk kuliah, saya berjanji tidak akan lulus hanya sekedar lulus,” janji Amelia Tri Mawarni kepada ibunya. Kini dengan lulus ber-IPK 3,88 Lia memenuhi janjinya karena dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S1 FISIP UNAIR. Baginya, awalnya tak pernah terbayangkan bisa kuliah di kampus terbaik ini. Kondisi ekonomi yang keadaan orang tua, membuat Lia selepas lulus SMA menjadi buruh pabrik di Mojokerto. Bagi perempuan 17 tahun saat itu, bukan hal mudah untuk dilewatinya. Sempat berhenti sekolah dua tahun, semangat besarnya akhirnya menemukan jalan terbaik, ayahnya sembuh total dari sakit. Dari sana Amelia membangun kembali mimpimimpinya; bertekad bisa kuliah. Manjadi mahasiswa Prodi Ilmu Ilmu informasi dan Perpustakaan (IIP) FISIP UNAIR, dirasanya membuat ia tersesat di tempat yang tepat. Awalnya kurang mengerti dan tak paham dengan jurusan yang diambilnya, justru mengantarnya menemukan passionnya. Ilmu-ilmu yang dipelajarinya memberikan banyak pengetahuan dan Amelia dapat senjata ampuh dalam memutus rantai kemiskinan. “Dengan membaca dan belajar, saya sangat berharap tidak ada lagi anak Indonesia yang harus menjalani pekerjaan berat seperti pernah SAYA alami,” tegas Lia. Ia saat itu7 mendapat bantuan pendidikan Bidik Misi untuk selama studinya. Diluar kuliah ia juga aktif dalam beragam kegiatan dan tetap menorehkan prestasi. Amelia berhasil mendirikan Taman Bacaan Masyarakat “POCER” di Desa Janti, Kec. Papar, Kab. Kediri, tempat tinggalnya. Tekadnya ia serius menebarkan semangat membaca, meski tidak sedikit yang dulu meremehkannya. Saat ini Amelia bangga bahwa ia telah menjadi seseorang yang lebih dari sebelumnya. Perjuangan kedua orang tua adalah dorongan
utama Amelia untuk berjuang dan terus menebarkan manfaat. “Apapun akan saya lakukan untuk membuat bapak/ibu bahagia. Saya kuliah untuk beliau dan menjadi wisudawan terbaik ini pun untuk bapak dan ibu,” tutur Amelia. (*) Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Nuri Hermawan
Dosen UNLAM Djoni Sumardi Gozali, Wisudawan Terbaik S-3 FH UNAIR UNAIR NEWS – Perjuangan Dr. Djoni Sumardi Gozali, SH., M.Hum “bolak-balik” antara Banjarmasin-Surabaya membuahkan hasil manis. Ia meraih predikat sebagai wisudawan terbaik jenjang S-3 Fakultas Hukum UNAIR, dengan raihan IPK 3,86. Padahal selain “wira-wiri” itu, ia juga harus membagi waktu antara mengajar dan berkuliah. “Selama mengikuti kuliah S3 saya sering berada di Surabaya, tapi pada saat menyusun disertasi saya bolak-balik Banjarmasin-Surabaya, mengerjakan lebih banyak di Banjarmasin dan konsul di Surabaya. Disela waktu itu saya dapat mengajar di Banjarmasin,” ujarnya. Djoni memulai sebagai tenaga pendidik sejak tahun 1986. Hingga saat ini ia tercacat sebagai dosen tetap di Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Banjarmasin. Kemudian tahun 1988 hingga sekarang Djoni juga tercacat sebagai dosen tidak tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam, Banjarmasin. Tahun 2000 hingga 2006 pernah diamanahi sebagai
Kepala Bidang Pendidikan Program Magister Ilmu Hukum UNLAM, dan dilanjutkan tahun 2006-2010 menjadi Kepala Bidang Pendidikan Program Reguler B Fakultas Hukum UNLAM Banjarmasin. Djoni mengangkat topik disertasi mengenai asas kesepakatan dalam pengadaan tanah yang berjudul “Asas Kesepakatan dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum”. Menurutnya, pemilihan topik itu karena melihat fenomena di masyarakat mengenai persoalan pengadaan tanah yang selalu menarik dan selalu menimbulkan persoalan hukum dan juga keadilan. Atas bentuk pengabdiannya di dunia pendidikan, tahun 2010 Djoni pernah mendapat Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden RI. Di tahun 1996 Djoni juga pernah mendapat Penghargaan sebagai Kordinator Pelaksana Studi Lapangan (empirik) di Barjarmasin “Studi Diagnostik Perkembangan Hukum Indonesia” dari Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan kantor Konsultan Hukum Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro dan Mochtar, Karuwin & Komar. Saat ini kesibukan Djoni masih mengajar mahasiswa jenjang S-1 dan S-2 di Fakultas Hukum UNLAM di Banjarmasin. Setelah menyelesaikan program Doktoralnya ini, ia akan menyiapkan dirinya untuk jenjang jabatan fungsional, yaitu Guru Besar. “Tips untuk mahasiswa S-3 adalah sabar, karena semua ada waktunya, tidak bisa diperoleh secara instan,” pesanya. (*) Penulis: Pradita Desianti Editor: Faridah Hariani.
Ekha Mar’atus, Pertahankan Beasiswa dan Wisudawan Terbaik FIB UNAIR UNAIR NEWS – Sebagai salah satu dari empat orang penerima beasiswa unggulan dari Yayasan Supersemar, Ekha Mar’atus Sholikhah dituntut untuk mempertahankan nilainya agar tetap bagus. Lulusan program studi S-1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, UNAIR tersebut mengaku, ia mendapatkan beasiswa sejak semester tiga sampai ia berhasil lulus dan dinobatkan menjadi wisudawan terbaik. “Sebenarnya, sejak semester satu saya sudah mengajukan beasiswa karena masalah ekonomi. Saya masuk melalui jalur mandiri tapi bukan berasal dari keluarga yang sangat mampu. Sejak saat itu, saya berusaha bisa mendapat beasiswa. Itu juga yang menjadi motivasi utama bagi saya untuk mendapat nilai bagus,” kenangnya. Semasa kuliah, ia pernah bergabung menjadi anggota Badan Semi Otonom Sie Kerohanian Islam tingkat fakultas. Perempuan asal Gresik itu juga aktif dalam bidang riset dan keilmuan sejak tahun 2012 hingga tahun 2014. Dalam periode tersebut, ia bersama rekan-rekan organisasinya kerap menyelenggarakan diskusi-diskusi bertema keislaman, dan peningkatan prestasi mahasiswa. Sedangkan untuk penelitian skripsinya, ia membahas tentang dampak industrialisasi terhadap lingkungan di Gresik. Skripsinya yang berjudul “Pencemaran Lingkungan di Kabupaten Gresik (1970-1994)” termasuk kajian sejarah perkotaan dengan sudut pandang masalah lingkungan. “Saya memilih topik tersebut karena kajian sejarah lingkungan merupakan hal baru di Indonesia, terutama prodi Ilmu Sejarah UNAIR. Selama ini, tulisan sejarah masih didominasi topik
politik dan ekonomi. Historiografi Gresik memang seringkali diulas peneliti, tapi belum ada yang menyinggung soal lingkungan. Padahal kehadiran industri memberikan dampak besar terhadap perubahan lingkungan hidup,” tutur peraih IPK 3,91 tersebut. Menurut perempuan kelahiran 8 Februari 1995 itu, industrialisasi di Gresik mulai berkembang pesat sejak tahun 1970. Tentu saja, aktivitas industri yang tinggi mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya. Sejak saat itu, masalah polusi udara, air, hingga tanah bermunculan. Udara Gresik semakin panas disertai debu, serbuk kaya, dan asap tebal. Begitu pula dengan kondisi perairan sungai maupun pantai yang mulai tercemar. Kondisi tersebut ditandai dengan air yang mengeruh, ikan-ikan yang mati secara mendadak, dan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lingkungan telah tercemar. Sebagai pihak yang dirugikan, masyarakat memiliki respon yang berbeda-beda terhadap sikap pemerintah dan industri dalam menanggulangi dampak buruk industrialisasi. Meski sering kali, dalam upaya penanggulangan, tidak berjalan efektif. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila.
Pengorbanan Fiory Berbuah Lulus Terbaik S-2 FKG UNAIR UNAIR NEWS – Diperlukan sebuah pengorbanan untuk dapat mewujudkan cita-cita. Kalimat ini tampaknya tepat bagi Fiory Dioptis Putriwijaya, drg., M.Kes., dalam menyelesaikan studi di Program Master Ilmu Kesehatan Gigi, Fakultas Kedokteran
Gigi (FKG) Universitas Airlangga. Dua tahun perjuangannya itu, kini berbuah manis. Fiory berhasil menyabet gelar wisudawan terbaik S-2, dengan meraih IPK 3,89. Keberhasilannya ini tak lepas dari sebuah proses. Selama menjalani perkuliahan, perempuan asal Kediri ini harus selalu menempuh perjalanan pergi-pulang Surabaya-Kediri setiap akhir pekan. Jumat sore ia pulang ke Kediri, sebab Sabtu harus ngajar di FKG Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Senin dini hari sudah harus berangkat lagi ke Surabaya, begitu terus sampai lulus. Perjuangannya tak berhenti sampai disitu. Di semester I, Fiory mengandung anak pertama. Karena mobilitasnya cukup tinggi dalam kondisi hamil, ia sempat ‘bedrest’. Beberapa bulan setelah melahirkan, ia hamil lagi anak kedua ketika semester III. Namun hamil yang kedua ini ia lebih banyak di rumah karena kuliah sudah selesai. Fiory juga bersyukur, semua terlampaui dengan baik. Baginya, keberhasilan ini tidak lepas dari support keluarga, teman-teman, dan para dosen yang pengertian. “Namun yang berat ketika harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil di rumah, karena harus melakukan penelitian dan bimbingan tesis di Surabaya,” kata penghobi traveling ini, seraya menerangkan ia meneliti tentang dampak posisi kerja dokter gigi saat melakukan penambalan gigi. Hasilnya, lebih banyak duduk selama beberapa menit hingga berjam-jam ketika memeriksa atau menangani gigi pasien menjadi rutinitas pekerjaan para dokter gigi. Walau tampaknya sepele, posisi duduk saat menangani pasien itu dapat memengaruhi kesehatan tulang maupun persendian. Dari penelitiannya, banyak dokter gigi mengeluh sakit punggung (low back pain) setelah merawat pasien. Lebih spesifik, keluhan sakit punggung ini masuk dalam kategori gangguan muskuloskeletal (MSD). MSD merupakan gangguan pada otot, tendon, sendi, ruas tulang
belakang, saraf perifer, dan sistem vaskuler yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan akut maupun secara perlahan dan kronis. Diantara penyebabnya adalah posisi kerja yang tidak tepat dan faktor pekerjaan seperti distorsi postur, postur statis yang terlalu lama, dan gerakan repetitif. Sebanyak 78% dokter gigi mengeluh sakit pada bahu kanan, 68% sakit pada punggung, dan 63% sakit pada leher atas. Fiory menyarankan agar para dokter gigi tidak menyepelekan posisi duduk. Memahami posisi duduk yang tepat dan nyaman saat menangani pasien merupakan upaya preventif menghindari resiko terkena MSD. ”Selain bekerja secara ergonomis, jangan lupa olahraga dan kerja sewajarnya, batasi jam kerja dan batasi jumlah pasien agar tubuh beristirahat,” katanya. (*) Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha. Editor: Defrina Sukma S.
Prof. Kacung: Salah Satu Poin Penting Politik Ialah Keadilan UNAIR NEWS – “Politik tidak melulu bicara mengenai kekuasaan, tapi politik juga bicara tentang bagaimana alokasi dan distribusi resource dari sebuah negara itu dilakukan harus merata. Karena salah satu poin penting politik ialah Keadilan.” Pernyataan tersebut terlontar dari Prof. Kacung Marijan, Ph.D. Laki-laki yang akrab disapa Kacung, merupakan salah satu guru besar di bidang Ilmu Politik Universitas Airlangga. Sosok Kacung Marijan juga cukup dikenal luas karena ia
tergolong aktif dalam menuangkan pikiran-pikirannya di beberapa media massa. Kacung juga sering diminta untuk menjadi kolumnis di beberapa media cetak nasional untuk mengulas mengenai isu – isu sosial, politik, dan juga kebudayaan. Dari tahun 1986 hingga sekarang sudah terhitung lebih dari 300 artikel yang pernah ia tulis di koran maupun majalah. Selain menulis artikel di media masa, sebagai seorang penggiat pendidikan, Prof. Kacung juga telah menghasilkan beberapa jurnal Ilmiah dan buku. “Awalnya saya lebih banyak pada politik Islam karena skripsi saya lebih banyak bicara soal politik Islam, tulisan saya pun banyak soal itu. Dalam perkembangannya saya masuk ke wilayah ekonomi politik khususnya mengenai kebijakan public,” tandas Kacung. Kacung mengatakan bahwa disiplin ilmu mengenai ekonomi politik yang ia tekuni membahas tentang sumber dan alokasi pada negara itu dilakukan. Menurutnya, poin penting pada politik ialah keadilan, maka dari itu lewat ilmu ekonomi politik diharapkan menghantarkan masyarakat agar mengerti bagaimana kebijakankebijakan alokasi yang adil dan merata. “Politik
itu
bicara
bagaimana
soal
kekuasaan
itu
dipergunakan,” ungkap Kacung Ia menambahkan bahwa dari ilmu politik, muncul teori yang bisa dijadikan acuan kebijakan dan intervensi untuk mewujudkan keadilan. “Kemakmuran itu terhalang dengan persaingan tidak sempurna, maka dari itu perlu menggunakan kebijakan” ungkapnya Dosen yang mengampu mata kuliah perbandingan politik ini juga kerap menjadi pembicara di beberapa seminar. Keterlibatannya dalam dunia politik tidak sekedar berupa tulisan. Di tahun 1999, Kacung mendirikan sebuah Pusat Studi Hak – Hak Asasi Manusia dan Demokrasi (PUSDEHAM) Surabaya.
Kiprahnya tidak hanya bersentuhan dengan dunia politik, ia juga merambah ke ranah budaya. Pria asal Lamongan ini pernah menjabat menjadi Direktur Jenderal (DIRJEN) Kementrian, Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2012 hingga 2015. Darisana ia mulai mendalami kebudayaan dan kebijakannya. Kacung juga sering memimpin dalam beberapa sidang kebudayaan UNESCO. Selain menjadi dosen dalam lingkungan akademisi UNAIR, nama Kacung juga cukup dikenal karena pernah menduduki beberapa jabatan penting diantaranya, anggota Senat Akademik, Koordinator Program Mahasiswa Kemitraan Negara Berkembang, Ketua Badan pertimbangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Sosial. “Manusia itu tidak akan hidup tanpa ilmu politik. Sekarang ini banyak menggunakan sarjana politik untuk menganalisis tren yang terjadi. Dan yang paling penting untuk kita adalah banyak-banyak belajar dan membaca,” ungkap Kacung Mengakhiri. (*) Penulis: Farida Hari Editor: Nuri Hermawan
Rais Razak, Wisudawan Terbaik S2 Farmasi, Serius Kembangkan Ilmu Farmasi UNAIR NEWS – Datang jauh-jauh dari Makassar demi studi pascasarjananya, Rais Razak boleh berbangga hati dengan hasil yang didapat. Selain karena telah berhasil mendapat gelar Magister Farmasi (M.Farm) dengan nilai IPK 3,79, Rais juga
menyabet predikat wisudawan terbaik dalam wisuda periode Juli 2016. Selain hobi di bidang fotografi yang sering mengantarkannya menang kontes, ilmu farmasi juga merupakan hal menyenangkan baginya. Maka tak segan ia mengerahkan semua usahanya untuk menggeluti bidang ilmu ini. Ketertarikannya dengan pengembangan obat di Indonesia mendorongnya untuk melakukan penelitian mengenai obat turunan alilthiourea sebagai calon obat analgesik dalam studinya di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR). Obat analgesik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengatasi peradangan. Dalam tesisnya, Rais memberikan judul “Sisntesis Hubungan Kuantitatif StrukturAktivitas Analgesik Terhadap Mencit (Mus musculus) dari Beberapa Turunan N-Alil-N’-Benzoilthioure.” “Bidang ilmu farmasi yang saya pelajari semakin memotivasi untuk terus mempelajari pengembangan obat di Indonesia, terlebih lagi untuk bisa menciptakan produk obat buatan anak bangsa,” jelas Rais. Kesuksesan Rais dalam penelitiannya itu, tak terlepas dari pembimbing tesisnya, yang bagi Rais telah banyak menginspirasi selama ini. Beliau adalah Prof. Dr. Siswandono, Apt., MS., yang juga Guru Besar bidang Kimia Medisinal di FF UNAIR. Dari Prof. Siswandono, Rais merasa termotivasi dalam mengerjakan tesisnya meskipun di tengah jalan sempat berganti judul dan cukup membuatnya kewalahan. “Kata beliau, jangan cepat menyerah selalu optimis semua ada jalannya tetap berusaha dan tawakal. Dan benar, ketika saya melakukannya dengan perasaan senang dan usaha yang gigih hasilnya memuaskan,” ujar Rais. Bahkan demi keberhasilannya ini, Rais harus mengorbankan banyak waktu pribadinya, terlambat makan hingga harus sering begadang. Semua tentu terasa tidak sia-sia dan membuatnya puas. Ia juga bertekat untuk mengaplikasikan ilmunya selama di
UNAIR ini demi kemajuan farmasi di Indonesia dan tidak akan berhenti belajar. Dukungan dari seluruh orang terkasih, yaitu keluarga dan teman adalah pemantik semangatnya dalam pencapaiannya saat ini, terlebih didukung staf pengajar di UNAIR yang sangat baik. (*) Penulis: Okky Editor: Nuri Hermawan
Wisudawan Terbaik, Kevin Tio Fokus Kuliah, Robby Tunjukkan Gaya Kepemimpinan Transformasional UNAIR NEWS – Lulusan S-2 Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Kevin Tio, berhasil menyelesaikan kuliahnya pada program studi Magister Kenotariatan dengan memuaskan, yaitu wisudawan terbaik. Selama menempuh studi master itu, dalam kurun yang sama Kevin juga menjalani kuliah hukum di suatu PTS di Surabaya. Peraih IPK 3,89 itu bersedia berbagi kiat-kiatnya.
Kevin Tio alumnus S-1 FH UNAIR (Foto: Istimewa) ”Ikuti semua jadwal perkuliahan dan serap setiap ilmu yang diberikan dosen,” kata alumnus S-1 FH UNAIR ini, yang menulis tesis tentang “Klausula Cross Default dan Cross Collateral dalam Perjanjian Kredit Perbankan”. ”Sekarang, dinamika bisnis semakin berkembang pesat dan kebutuhan modal dan investasi dalam jumlah besar. Untuk meminimalisir risiko opsi yang dipilih (misalnya Initial Public Offering/IPO, loan agreement, corporate bond emission), bank dapat menggunakan klausula cross default dan cross collateral,” terangnya. Laki-laki kelahiran Surabaya 17 Januari 1992 ini mengaku menyelesaikan penelitian kurang lebih delapan bulan, dibawah bimbingan Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, SH., MH. Menurutnya, Prof. Agus Yudha merupakan sosok berwibawa, berpengetahuan luas, rendah hati, dan perfeksionis. “Saya mendapat banyak sekali bimbingan dan pelajaran ketika menjadi murid beliau. Prof. Agus Yudha memacu saya mengerjakan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Beliau juga memacu saya untuk mau berpikir ‘keluar’ dan menjadi yang ‘berbeda’,” imbuh Kevin. (*) GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Membahas topik leadership beserta peranan dan pengaruhnya dalam organisasi, telah menjadi bahasan yang berkembang oleh banyak peneliti. Terlebih pembahasan peranan dan fungsi tim dalam organisasi yang telah terbukti secara akademik ataupun prakteknya membawa pengaruh positif terhadap kinerja tim (performance) dan kepuasan kerja dalam tim (team job satisfaction).
Robby
Sanjaya,
ST., lulusan Studi Manajemen
M.SM., Program Sains UNAIR
(Foto: Istimewa) Itulah yang melatarbelakangi Robby Sanjaya, ST., M.SM., lulusan Program Studi Sains Manajemen UNAIR untuk meneliti dalam tesisnya bertajuk “Transformational Leadership Style, Team Performance, Team Job Satisfaction: Dimediasi Oleh Cognitive Trust Dan Collective Efficacy (Studi pada Karyawan PT. Bank Mandiri Tbk. Surabaya)”. Dalam penelitian, pria kelahiran Malang 8 Februari 1982 ini fokus pada peranan faktor kepercayaan dan rasa percaya diri pada kemampuan dalam kelompok yang terjadi pada proses pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan. “Penelitian ini menjadi menarik ketika proses yang terjadi di dalam tim, dimana peranan Leadership dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dan rasa percaya diri akan kemampuan dalam kelompok, yang akhirnya dapat meningkatkan tingkat performa dan kepuasan kerja tim di sebuah organisasi,” kata Roby. Selama melakukan penelitian tidak ada kendala berarti. Proses pengumpulan data hingga selesai diproses selama 3-5 minggu. Penelitiannya dilaksanakan di 12 cabang Bank Mandiri di Surabaya. Menurut wisudawan terbaik dengan IPK 3,93 ini, seluruh manajemen Bank Mandiri sangat membantu dan cooperative
untuk setiap kegiatan. Ia berharap hasil penelitiannya dapat bermanfaat bagi masyarakat, dengan memberikan gambaran bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat memberikan dampak dan pengaruh pada setiap orang yang dipimpinnya. “Tetap bersemangat, serta bersiap menjadi mahasiswa yang Excellence, sehingga dapat berdampak bagi sesama dan bagi Indonesia,” tutupnya. (*) Penulis: Ahalla Tsauro, dan Lovita Martavabella Editor: Bambang Bes
Hikmah dari Pelatihan Bahasa Inggris, Defi Lulus Terbaik Vokasi UNAIR NEWS – Salah satu pengalaman menarik yang pernah dirasakan Defi Ika Suwandari, A.Md selama kuliah di Universitas Airlangga adalah ketika mengikuti pelatihan Bahasa Inggris di Pusat Bahasa. Pelatihan itu merupakan bagian dari kegiatan pengembangan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Selama pelatihan itu Defi dan peserta lain menerima materi tentang persiapan TOEFL (Test of English as a Foreign Language). Lalu bersama mahasiswa UNAIR penerima Bidikmisi lainnya, ia diajak mempelajari tentang structure, listening, dan reading. “Saat saya mengikuti training Bahasa Inggris itu, saya bertemu banyak teman dari jurusan lain di tiap semesternya. Saya merasa training ini sangat bermanfaat, mengingat sekarang saya bekerja di lingkungan yang sering bertemu dengan pasien
asing,” tutur Defi. Dari situlah, Defi menganggap pelatihan Bahasa Inggris itu banyak memberi manfaat terhadap pekerjaannya sekarang. Meski baru resmi diwisuda periode Desember 2016, alumnus prodi Teknik Kesehatan Gigi Fakultas Vokasi ini sudah bekerja sebagai laboran di salah satu laboratorium kesehatan gigi di Bali, selama sekitar tiga bulan. “Saya dipercaya untuk bekerja di departemen keramik, dan beberapa kali melakukan tugas yang mengharuskan adanya interaksi langsung dengan pasien,” ujarnya. Peraih IPK 3,74 ini mengaku seperti belajar dari nol karena faktanya kehidupan di lingkungan kerja sangat berbeda dengan proses belajar di kampus. Tapi Alhamdulillah karena selalu diberi kepercayaan dan tantangan, sehingga membuatnya lebih percaya diri. Ketika prodi tersebut masih berada dalam manajemen Fakultas Kedokteran Gigi, ia bergabung dengan Unit Kegiatan Fakultas (UKF) Tari Saman. Sebagai penari, ia dan kawan-kawan UKF sudah pernah tampil di berbagai acara, baik di fakultas, universitas, bahkan sampai keluar kampus. Termasuk ke sejumlah seminar nasional dan beberapa event swasta lain. Selain itu ia juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa TKG dan pernah bergabung dalam sejumlah kepanitiaan di FKG. “Beberapa kali saya sempat aktif dalam beberapa kepanitiaan di FKG seperti PPKMB serta seminar. Memasuki semester III dan IV, saya mulai aktif di HIMA TKG dan sempat ikut dalam kegiatan program pengenalan mahasiswa baru Fakultas Vokasi,” cerita Defi. Setelah tiga tahun kuliah di UNAIR, Defi merasa bangga bisa menjadi bagian dari keluarga alumni sivitas akademika. Baginya, ada banyak ilmu, wawasan, pengalaman baru, dan banyak bertemu dengan orang-orang hebat. Selain melanjutkan karirnya sebagai laboran, ia berharap dapat melanjutkan studi ke
jenjang sarjana. (*) Penulis: Defrina Sukma Satiti Editor: Dilan Salsabila
Berkat Semangat Orang Tua, Ika Meylan Wisudawan Terbaik S2 FKM UNAIR NEWS – Mengukur kondisi bahaya di lingkungan kerja yang berasal dari faktor fisik dan kelelahan dari para pekerja, menjadi fokus penelitian tesis Wisudawan Terbaik S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Ika Meylan Christina Harahap. Ia sukses menyelesaikan studi dengan memperoleh IPK nyaris sempurna, yaitu 3.98. Penelitian yang dilakukan fokus pada faktor fisik dan kelelahan berdasarkan dua indikator, yaitu sensitivitas dan spesifisitas. Dengan tesisnya itu, ia memberikan gambaran umum jenis pekerjaan dan alat ukur asam laktat apa yang cocok bagi pekerja. Tesis dengan judul “Pengaruh Paparan Faktor Fisik Terhadap Kelelahan pada Para Pekerja di Bagian Weaving dan Office PT. X Surakarta” ini akhirnya mengantarkan Ika menjadi wisudawan terbaik September 2016. “Semuanya itu tidak ada yang sempurna. Tapi saya selalu berusaha melakukan apapun dengan cara sesempurna mungkin,” sebuah prinsip yang selalu Ika pegang selama menjalani studi sejak masih menempuh studi Sekolah Menengah Atas sampai dengan perolehan gelar magister. Mahasiswa kelahiran 18 Mei ini mengaku, kuliah itu tidak lain
merupakan ‘seni’ menguji kesabaran dan keuletan mahasiswa. Berdasarkan pengalaman yang ia peroleh dari mengikuti profesional penggerak K3 bernama Health Safety Environment (HSE) Indonesia wilayah Jawa Timur, mengajarkan Ika cara belajar bernegoisasi dan melakukan pendekatan ke perusahaan. Selain memunculkan motivasi dari diri sendiri, dukungan orangtua merupakan motivasi terbesar yang sangat berpengaruh baginya. Mahasiswa yang pernah mendapatkan pendanaan dari Kopertis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) saat masih studi S-1 tersebut, sekarang tergabung dalam Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) Surabaya. “Yang sangat memotivasi saya selama ini tidak lain adalah orang tua. Ibaratnya kita diberi gaji secara cuma-cuma tiap bulan dan tugas kita hanya untuk belajar. Hanya dengan cara seperti ini saya dapat membalas dengan menjadi kebanggaan orang tua saya,” ucapnya. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Q Masruroh.
putri