Rizky Novi Anggraini, Wisudawan Terbaik D-IV Vokasi Ingin Jadi Dosen Handal UNAIR
NEWS
–
Butuh
perjuangan
untuk
menamatkan
studi
perkuliahan, terutama untuk menjadi seorang wisudawan terbaik. Begitulah yang dirasakan Rizky Novi Anggraini, S.Tr., wisudawan terbaik D-IV Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, dari Program Studi Pengobat Tradisional (Battra). “Butuh motivasi yang besar untuk bisa mendapatkan nilai tertinggi diantara wisudawan lainnya,” kata Rizky. “Saya terinspirasi oleh sebuah ayat Alquran, bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan oleh umat manusia, inilah yang senantiasa menjadi inspirasi sekaligus motivasi terbesar dalam hidupku untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik,” ujar wisudawan dengan IPK 3,88 ini. Dalam skripsinya, Rizky meneliti terkait pengaruh pemberian kapsul ekstrak daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia) terhadap berat badan dan ukuran lingkar perut pada mahasiswa dengan berat badan berlebih. Berkat penelitiannya itu, perempuan kelahiran Kuala Kapuas, 6 November 1993, ini terinspirasi untuk membuat program baru penanganan obesitas, yaitu program “Slimming Diary”. “Slimming Diary” merupakan kombinasi terapi herbal, akupuntur, dan managemen diet. Program tersebut telah tersedia di klinik yang ia gunakan sebagai tempat praktik bersama sejawat lainnya. Rizky, dipercaya sebagai therapis dan konsultan di bidang akupuntur, herbal, dan nutrisi di klinik tersebut. “Saya sangat senang karena antusiasme mahasiswi yang ingin menjadi pasien dalam penelitian ini sangat tinggi,” ujar perempuan berhobi membaca dan menulis ini.
Rizky menyatakan dirinya sangat bersyukur karena mendapatkan predikat sebagai wisudawan terbaik. Namun ia menambahkan bahwa disisi lain ada tanggungjawab besar yang kelak akan dipertanggungjawabkannya. “Untuk apa ilmu yang sudah saya dapatkan ini? Sudahkan ilmu yang saya peroleh memberikan kontribusi untuk masyarakat? Semoga menjadi ilmu yang barokah ya dan memberikan banyak kebaikan dan manfaat besar untuk masyarakat,” tegasnya. Setelah wisuda, Rizky bergegas mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke jenjang magister. Selain ingin menjadi seorang tenaga medis, ia juga mempunyai mimpi menjadi seorang dosen yang handal dalam bidangnya. “Seorang dosen sangat berpotensi besar untuk menciptakan dan mendidik generasi untuk menjadi ilmuwan hebat. InsyaAllah nanti di Prodi S-2 Herbal,” katanya mengakhiri. (*) Penulis: Dilan Salsabila Editor: Binti Quryatul Masruroh
Alumni UNAIR di Berikan Kuliah Kardiovaskular
Inggris Umum
UNAIR NEWS – Internasionalisasi pendidikan di Universitas Airlangga terus diupayakan. Upaya yang kini sedang gencargencarnya dilakukan adalah visiting profesor dan pengembangan jejaring alumni di luar negeri. Salah satu alumnus UNAIR yang kini berkiprah di luar negeri adalah Dr. Delvac Oceandy. Delvac adalah lulusan Fakultas
Kedokteran UNAIR tahun 1996 yang kini menjadi pengajar senior di Universitas Manchester (UoM), Inggris. Delvac merupakan profesor yang akan memberikan kuliah tamu di UNAIR tentang kardiovaskuler pada Kamis (11/8). Selain sebagai profesor, Delvac merupakan supervisor yang berwenang mengenai penerimaan calon mahasiswa pascasarjana di UoM. “Kuliah tamu Delvac ini penting karena akan dijadikan satu kegiatan di mana orang bisa melihat, contohnya untuk membangun terus relasi yang baik dengan universitas asal seperti apa. Yang kedua, Kehadiran Delvac di UNAIR diharapkan untuk bisa mendorong lebih banyak kerjasama antara UNAIR dengan Universitas Manchester (UoM),” ujar Margaretha Rehulina, Deputi International Office and Partnership UNAIR, ketika ditanya tentang kuliah tamu oleh Delvac nanti. Selain kedatangan Delvac, UNAIR juga akan mengundang para pengajar di lingkungan UNAIR bidang kardiovaskular dan teknobiomedik yang memiliki minat untuk melanjutkan studi ke Eropa. Begitu juga sebaliknya. UNAIR juga akan mengundang para pengajar UNAIR yang merupakan lulusan berbagai universitas di Eropa. “Dalam kuliah umum nanti peserta memiliki kesempatan untuk berdiskusi bersama Delvac dalam mengembangkan proposal risetnya. Dan tentu saja, kuliah umum ini nanti juga sebagai ajang peserta untuk bertemu lulusan-lulusan Eropa, berjejaring, dan mengembangkan kerjasama satu sama lain,” tambah Margaretha. Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin yang membidangi kerjasama riset mengatakan, akan ada beasiswa yang dialokasikan untuk dosen yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Pemberian beasiswa ini bertujuan untuk mengembangkan kapasitas keilmuan dosen agar memiliki jumlah publikasi riset yang lebih banyak. “UNAIR akan menyediakan beasiswa bagi para dosen untuk kuliah di luar negeri. Tiap fakultas rata-rata lima dosen,” ujar
Prof. Amin. Forum dosen lulusan Eropa Pada Selasa (2/8) akan diselenggarakan forum dosen lulusan Eropa di UNAIR. UNAIR akan memanfaatkan forum ini untuk memperkuat peran alumni, khususnya dosen UNAIR yang menjadi alumni perguruan tinggi di Eropa. “Forum ini untuk memperkuat peran dari dosen-dosen UNAIR alumni universitas asing untuk menjadi motor penelitian dan publikasi yang juga mendukung UNAIR. Dosen-dosen alumni ini bisa nanti bikin riset, bekerjasama dengan mantan supervisornya, atau terus membangun kerjasama, baik riset maupun pengabdian masyarakat, sehingga bisa menghasilkan publikasi yang levelnya internasional,” ujar Margaretha. Margaretha melanjutkan, tujuan lain dari forum ini untuk memetakan diaspora UNAIR yang ada di luar negeri, lulusan UNAIR yang tinggal di luar negeri, bekerja di sana, dan menjabat peran strategis di negara-negara tersebut. Sebelumnya, forum seperti ini sudah pernah dilakukan, yaitu pertemuan antara alumni universitas di Australia. Besar harapan, seluruh sivitas akademika UNAIR yang pernah studi di luar negeri, utamanya dosen, dapat terlibat dalam forum ini. “Forum alumni nanti akan dibagi-bagi, dikelompokkan berdasarkan negara atau lokasi studi negara asing. Misalnya, yang yang sudah terjadi adalah forum alumni Australia. Dosen dan sivitas akademika UNAIR lulusan Australia berkumpul ke forum ini. Itu nanti mereka mencari siapa saja lulusan UNAIR yang bekerja di Australia,” lanjutnya. Ke depan, UNAIR yang digawangi IOP akan mengembangkan forum alumni yang berkuliah di negara-negara lain guna mengembangkan kolaborasi demi meningkatkan kualitas internasionalisasi pendidikan di UNAIR. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Gandeng UNAIR, Awali Program Pengenalan Wawasan Kemaritiman Pada Siswa SD UNAIR NEWS – Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya RI, Asosiasi Mitra Bahari Indonesia (AMBIN), beserta Konsorsium Mitra Bahari (KMB) Regional Center Jawa Timur, menggandeng Universitas Airlangga dalam kegiatan Program Pengenalan Wawasan Kemaritiman untuk Anak Indonesia (PPWK-AI) 2016. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari, di Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR pada hari pertama dan Ekowisata Mangrove pada hari kedua. Acara yang dibuka di ruang kuliah B-304 (FPK) UNAIR pada Senin, (1/8) tersebut, diikuti oleh guru pendamping dan peserta dari SD Al Azhar Surabaya, SDHT 11 Gedangan, SDN 7 Sidokumpul Gresik, dan SDID Insan Kamil Sidoarjo. Pada sambutannya, Ketua Panitia PPWK-AI 2016, Drs. Ambar Kristanto menyatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 100 siswa SD tersebut, bertujuan untuk mengenalkan dunia kemaritiman kepada generasi masa depan bangsa sejak dini. “Dengan kegiatan ini kami harap bisa memotivasi anak-anak Indonesia agar kenal dan paham wawasan tentang kemaritiman. Selain itu bisa mencintai laut dan ikut serta melestarikannya,” jelasnya.
Senada dengan pernyataan Ketua Panitia, Warek III UNAIR, Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., juga mengatakan, sebagai negara maritim pemahaman atau rasa mencintai dunia maritim bagi anak-anak harus ditumbuhkan sedemikian besar, jika tidak, ke depan akan mengecewakan. Bagi Prof. Amin, potensi SDA Indonesia sangat luar biasa sekali, di negara maju hal-hal seperti ini sudah digalakkan sejak lama. “Dengan adanya KMB dan Kemenko Maritim bersama UNAIR, merupakan suatu hal yang luar biasa sekali, karena hal ini merupakan suatu hal aktivitas untuk tataran Indonesia, ini masih baru dilakukan, ke depan saya berharap bisa memberikan pandangan kepada anak-anak kita, dengan eksplorasi laut semaksimal mungkin,” jelasnya. Dalam kesempatan tersebut, Sekjen AMBIN, Sam Littik, Ph.D., menuturkan bahwa kegiatan PPWK-AI sudah disusun sejak lama. Hanya saja, program ini baru berjalan bagi siswa yang menempuh jenjang SMP dan SMA. Kali ini, dengan dukungan banyak pihak termasuk UNAIR, AMBIN menggalakkan program serupa di jenjang SD.
Wakil Rektor III UNAIR Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., (tengah) Bersama dengan Tim PPWK-AI Sesaat Setelah Pembukaan Acara di FPK UNAIR. (Foto: Istimewa) “Jatim kami pilih untuk memulai acara ini, dengan ini pula saya harap bisa menjadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia,” tegasnya. Ketua KMB Jatim, Prof.Dr. Sri Subekti, BS. drh., DEA., menuturkan, tujuan dari terselenggaraannya acara perdana tersebut tidak lain untuk membangun budaya maritim kepada anak-anak sejak dini, selain mengenali dunia maritim, anakanak diharapkan bisa memahami Sumber Daya Alam yang ada di laut. “Jadi anak-anak bisa lebih tahu beragam biota laut. Kan di laut tidak hanya ikan, ada rumput laut, karang dan sebagainya,” terang mantan Dekan FPK UNAIR dua periode tersebut. Selepas acara tersebut, Prof. Sri Subekti berharap, peserta bisa menularkan pengetahuannya tentang kemaritiman kepada orang lain. “Kami pilih perwakilan sekolah yang ada di kota, karena mereka kemungkinan besar tidak begitu paham dengan kelautan, dan setelah ini bisa dikenalkan ke teman-temannya,” jelasnya. Rencananya, acara tersebut akan digelar tiap tahun dan diadakan di berbagai kabupaten dan kota. Sumarlin, selaku guru SD Hangtuah menuturkan bahwa nantinya akan menjalin kerja sama dengan FPK UNAIR untuk menjadi mitra pendidikan kemaritiman bagi anak didiknya. “Kami ini kan sekolah di yayasan yang berkecimpung dengan maritim, jadi perlu untuk mendalami tentang kemaritiman ini,” jelasnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
Iwenda Bella, Wisudawan Terbaik S2 FST, Kiatnya Bekerja Keras UNAIR NEWS – Bekerja Keras. Itulah tips dari wisudawan terbaik S-2 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yang bernama Iwenda Bella Subagio, peserta wisuda periode Juli 2016. Tesisnya berjudul “Variasi Ukuran Megasekleres Oxea Xestospongia Testudinaria Lamark, 1815 pada Kedalaman dan Perairan Berbeda” ikut mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,78. Penelitian tesis Iwenda dilakukan di perairan Situbondo. Dengan alat scuba, ia menyelam dengan mengambil sampel di tiga kedalaman. Pada setiap kedalaman, Iwenda mengambil beberapa sampel individu X testudinaria, yang nantinya akan diambil bagian spikula di laboratorium spesimen. Namun penelitian Iwenda tak semulus yang ia perkirakan. Banyak kendala harus ia lalui, terutama saat melakukan pengambilan sampel. “Karena jadwal pengambilan sampel tidak serta merta ke lapangan, jadi saya selalu mengoptimalkan jadwal yang telah ada, apalagi jika cuaca pada akhir-akhir bulan sangat tidak bersahabat, seperti angin kencang dan visibilitas air yang sangat rendah. Hal itu yang pengakibatkan penelitian saya ditunda hingga 1-2 minggu,” kata mahasiswa kelahiran Ponorogo, 20 Juni 1990 itu. Iwenda pernah mendapatkan beasiswa PPA periode 2010-2011, dan ia tergolong aktif dalam keikutsertaan organisasi di kampus. Tidak ada kata menyerah dalam prinsip Iwenda. Buktinya,
meskipun sibuk menjalani kegiatan magang di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, ITS, sebagai surveyor ataupun analisator yang umumnya dipakai dalam keperluan AMDAL, ia tetap bisa mengukir prestasi pada studi Masternya. ”Meskipun sampai saat ini belum ada prestasi secara formal, tetapi saya selalu bersyukur. Semoga nantinya ilmu yang saya peroleh dapat bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya. (*). Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Quryatul Masruroh
Farah Aliyah, Wisudawan Terbaik FH, Ikuti Passion dan Hargai Proses UNAIR NEWS – Sebagai lulusan terbaik S1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga dalam wisuda, Juli 2016 ini, Farah Aliyah mengaku memiliki dua kiat sukses selama menjalani perkuliahan, yaitu ikuti minat dan menghargai proses. Perempuan kelahiran Surabaya, 19 Oktober 1994 ini, mengaku memiliki minat terhadap hukum tata negara. Selain faktor minat, Farah juga percaya bahwa hal-hal yang baik itu membutuhkan waktu untuk berproses. Proses inilah yang tentu saja diiringi dengan usaha terus-menerus untuk mencapai target. Alhasil, kiat ini mengantarkannya meraih hasil akhir yang memuaskan. Farah diobatkan menjadi lulusan terbaik S1 FH dengan IPK 3,70. “Hal yang baik terkadang membutuhkan waktu. Jalani saja
prosesnya walau terkadang berat. Pada akhirnya, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Selain itu jangan lupa untuk selalu jujur agar hasilnya berkah,” kata mahasiswi yang semasa kuliah pernah bergabung dengan Sie Kerohanian Islam FH UNAIR ini. Dalam tugas akhirnya, Farah menulis skripsi dengan judul “Pemilihan Pendahuluan untuk Penentuan Calon Kepala Daerah dari Partai Politik”. Alasannya, karena topik mengenai pemilihan pendahuluan itu sendiri di Indonesia belum banyak dibahas. Mengapa Indonesia butuh melakukan pemilihan pendahuluan? Menurut Farah, sebagian besar parpol di Indonesia tidak demokratis dalam pencalonan kepala daerah, sehingga pemilihan pendahuluan bisa menjadi gagasan baru untuk mewujudkan transparansi dalam penentuan kandidat kepala daerah. Ia berharap penelitian skripsinya bisa memberi sumbangsih terhadap ilmu di bidang hukum tata negara, khususnya di bidang hukum Pemilu. Dalam proses pengerjaan penelitian yang berlangsung selama 6 – 7 bulan, alumni SMAN 48 Jakarta ini dibimbing langsung oleh Radian Salman, SH., LL.M., yang memang memiliki passion serupa di bidang yang sama. “Beliau membantu saya dari awal pemilihan tema skripsi hingga akhir penulisan. Pada saat penulisan, beliau tidak susah ditemui dan mudah untuk diajak berdiskusi. Pada saat mengoreksi pekerjaan saya juga sangat detil, sehingga kemungkinan kesalahan pada saat sidang jadi makin kecil,” kata Farah Aliyah. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor : Defrina S. S.
Beragam Cara Mahasiswa UNAIR Dekati Masyarakat dalam Program KKN-BBM UNAIR NEWS – Mengikuti kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat adalah salah satu cara mahasiswa Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat (KKN – BBM) Universitas Airlangga mendekatkan diri dengan warga setempat. Nantinya, pendekatan itu akan berguna dalam melaksanakan program-program yang telah dirancang sekaligus memahami kehidupan masyarakat secara lebih dalam. Itulah yang kini dilakukan oleh 3.052 mahasiswa UNAIR yang kini sedang mengikuti program KKN – BBM. Mereka diterjunkan ke lima wilayah di Jawa Timur dan Kepulauan Riau sejak 19 Juli – 13 Agustus 2016. Kedatangan mereka disambut ramah oleh warga dan pejabat setempat. Seperti yang diutarakan oleh Roby Suhada, koordinator mahasiswa KKN – BBM Desa Putren, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk. “Kedatangan kami disambut dengan suasana hangat dan nyaman,” ungkap Roby, yang juga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNAIR. Wilayah kelompok penerjunan KKN – BBM di Putren ini tergolong wilayah pertanian yang subur. Letaknya tak jauh dari pendopo kecamatan setempat. Desa yang memiliki lima dusun ini ditinggali oleh masyarakat yang sebagian besar berprofesi yang tak jauh-jauh dari petani. Berdasarkan pengamatan Roby, warganya sudah cukup sejahtera. “Kami memanfaatkan kondisi tersebut untuk belajar bersama masyarakat. (Kami) tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berbaur dengan masyarakat sini. Biasanya, kami ikut pergi ke sawah, menanam bawang merah, dan panen sayur sawi. Sambil ngobrol juga dengan warga,” cerita Roby.
Lain Nganjuk, lain pula dengan Sampang. Siti Rohmah, peserta KKN – BBM di Desa Penyapen, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, turut bercerita tentang pengalamannya mendekatkan diri dengan masyarakat. Di Penyapen, salah satu kegiatan rutin yang dilakukan warga setempat adalah berselawat usai salat Magrib. Siti bersama kawan-kawan kelompok KKN – BBM turut serta bersama warga mengikuti selawat hampir setiap malam. “Di depan rumah tempat kita KKN – BBM kan ada masjid besar. Lha ketika di sana ada kegiatan seperti baca selawat setiap Magrib. Nah, kita ambil momen itu untuk memperkenalkan diri lebih jauh mengenai KKN – BBM dan program-program kelompok,” tutur Siti yang juga mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, UNAIR itu. Menyeduh kopi bersama warga juga dilakukan oleh mahasiswa UNAIR untuk mendekatkan diri dengan masyarakat setempat. Ricky Nuari, contohnya. Mahasiswa Ekonomi Islam yang juga peserta KKN – BBM di Desa Sarirejo, Kabupaten Bojonegoro, memilih untuk ngobrol dan ngopi di warung kopi agar bisa berbaur dengan masyarakat. Selain dengan warga, anak-anak muda juga harus didekati demi kelancaran implementasi program KKN – BBM. Reny Rachmalia, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, ini memilih mendekatkan diri dengan anggota karang taruna di Desa Karangtengah, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk. “Kita harus akrab sama karang taruna sehingga nantinya kita bisa mengajak mereka bekerja sama,” ujar Reny. (*) Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S.
Tuberculosis Terus Mengancam, UNAIR Seminarkan GSEID dengan Pakar Dunia UNAIR NEWS – Tuberculosis (TB) sungguh penyakit yang mbandel. Kata itu kiranya yang pas untuk melukiskan betapa sulitnya penyakit yang menyerang dan merusak jaringan organ paru itu sulit diberantas. Itulah yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara di dunia dengan prevalensi TB tinggi. Program pengendalian TB sudah 20 tahun digencarkan dan diimplementasikan, tetapi hingga kini TB masih menjadi penyakit infeksi yang menyebabkan angka kematiannya nomor tiga di Indonesia.
kesakitan
dan
”Puluhan tahun kita mengatasinya. Banyak juga yang sembuh dan berhasil. Tetapi ditengah-tengah itu, kasus TB ini muncul lagi dan lagi dengan beragam masalah baru. Realita itulah yang mendorong UNAIR mengadakan seminar dan menghadirkan ahli-ahli TB dari berbagai negara pada 8-9 Agustus 2016 untuk mencari solusi,” tandas Dr. Soedarsono, dr., Sp.P(K), Ketua Panitia “International Seminar on Global Strategy to Combat Emerging Infectious Diseases in Borderless Era” (GSEID 2016). Dalam press conference di FK UNAIR, Jumat (29/7) kemarin, Dr. Soedarsono juga didampingi ahli-ahli mikrobiologi dan penyakit TB seperti Prof. Dr. Kuntaman, dr., MS., Sp.MK(K)., Prof. Dr. Ni Made Mertaniasih, dr., MS., Sp.MK(K) Wakil Dekan III FK UNAIR, dan Prof. Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., Sp.MK(K) Ketua Institute of Tropical Diseases (ITD) UNAIR. Seminarnya nanti akan diadakan oleh kerjasama antara FK dengan ITD UNAIR, di Aula FK UNAIR. Dirancang juga menghadirkan keynote speaker dr. H. Muhamad Subuh, MPPM., Dirjen P2P Kemenkes RI. Ahli dari luar negeri yang akan dihadirkan antara lain Prof.
Toshiro Shirakawa MD., Ph.D (Kobe Iniversity), Prof. Keigo Shibayama MD, Ph.D (National Institute of Infectious Disease, Japan), Prof. Katsushi Tokunaga, PhD (Tokyo University), Prof. Dr. Mark A. Graber, MD, MSHCE, FACEP (Iowa University USA), Prof. Dr. Eric C.M van Gorp (Erasmus Medical Center, Rotterdam), dan Dr. Carmelia Basri, M.Epid (Senior Public Health Consultant). Kasus-kasus baru TB yang muncul itu antara lain penyakit penyerta (komorbit) HIV-AIDS, diabetes, resistensi Mycobacterium tuberculosis atau kuman kebal obat yang disebut multi-drug resistance (TB MDR). Kasus demikian muncul ditengarai antara lain karena dampak dari lamanya pengobatan TB hingga enam bulan non-stop, muncul rasa bosan/jenuh, berganti dengan obat lain, atau kebiasaan minum obat separo dosis, sehingga penyakit tak sembuh-sembuh dan bakteri penyebab TB (Mycobacterium tuberculosis complex) menjadi kebal atau resisten terhadap obat. “Kasus-kasus demikian itu yang akan dibahas dalam seminar nanti, termasuk pengobatannya, dengan mengolaborasikan hasil penelitian pakar-pakar Soedarsono.
dari
luar
negeri,”
tambah
Dr.
Di tingkat global, saat ini Indonesia berada di urutan 8 dari 27 negara dengan TB-MDR yang terbesar di dunia, dengan perkiraan pasien TB-MDR mencapai 6.900 kasus. Program pengobatan TB-MDR sudah diterapkan menyeluruh pada rumah sakit di Indonesia sejak 2009. “Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai penerapan program pengobatan TB-MDR di rumah sakit yang lamban, masalah diagnosis yang cepat, efek samping yang lebih banyak, komitmen dari berbagai pihak yang kurang memadai, membuat kasus penularan TB-MDR makin bertambah banyak. Jadi perlu ada intervensi dengan mencari akar permasalahan sehingga kedepan program pengobatan TB MDR lebih berhasil,” tambah Soedarsono, Pulmonologist RSUD Dr.Soetomo/FK UNAIR ini.
Ditambahkan oleh Prof. Kuntaman bahwa bakteri resisten yang menjadi perhatian dunia saat ini minimal ada tiga kelompok. Pertama, MRSA (Methicillin Resistant Staphycoccus aureus) yaitu resisten terhadap semua obat golongan pinisilin dan turunannya. Prevalensinya tahun 2002 kurang dari 1% dan kini (2015) telah meningkat menjadi 8%. Kelompok yang kedua adalah bakteri penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) yang telah resisten terhadap antibiotika generasi baru dari pinisilin dan turunannya, kecuali beberapa yang masih sensitif. “Pada tahun 2006 baru mencapai 24%, tetapi tahun 2013 sudah mencapai 38-66%. Jadi saat ini (2016) mungkin sudah makin tinggi lagi,” kata Prof. Kuntaman. Kelompok ketiga adalah Carbapenem Resistance Enterobacteriaceae (CRE) yang merupakan ancaman terbaru, dimana bakteri ini telah resisten terhadap antibiotik pamungkas yang dimiliki Indonesia maupun dunia pada umumnya. “Bahteri ini sudah dideteksi di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Surabaya. Kan Indonesia ini sangat luas, sehingga informasi terbaru bakteri resisten mungkin tidak merata. Inilah tanggungjawab kita untuk menyebarluaskan,” tambah Guru Besar ilmu Mikrobiologi Klinik FK UNAIR ini. (*) Penulis: Bambang Bes
Rangkuman Berita Media (29/7) Glossitis, Anak Jadi Sulit Makan
UNAIR
di
Berat badan anak turun karena sulit makan sebaiknya segera mendapat perhatian. Jika terjadi, dan terdapat pembengkakan pada lidah, bisa jadi itu gejala glossitis. dr. Dian Pratamastuti, SpA., mengungkapkan, glossitis atau peradangan pada lidah umumnya muncul karena infeksi di rongga mulut. Sumber masalahnya adalah infeksi bakteri. Menurut Alumni FK UNAIR tersebut, infeksi terjadi lantaran anak kurang menjaga kebersihan gigi. Penanganan glossitis tergantung penyebab, kalau masalahnya infeksi, bisa diberikan antibiotik. Kalau disebabkan karena trauma luka bakar atau panas, tangani dengan pendingin. Jika disebabkan oleh oral hygiene, maka harus membatasi makanan asam dan pedas. Jawa Pos, 29 Juli 2016 halaman 44 Tambah Kuota Antisipasi Bangku Kosong Sebanyak 1.557 calon mahasiswa baru program sarjana dinyatakan lolos seleksi jalur mandiri UNAIR. Jumlah peserta yang diterima lebih banyak daripada kuota yang ditetapkan sebelumnya, 1.430 kursi. Menurut Rektor UNAIR, Prof. Moh. Nasih, kelebihan 127 kursi tersebut mengantisipasi adanya bangku kosong yang disebabkan camaba lolos seleksi, tapi tidak mendaftar ulang. Daya tampung UNAIR pada PPMB 2016 mencapai 6.225 kursi. Dari jumlah itu, 10 persen atau 622 kursi di antaranya diperuntukkan peserta bidikmisi. Perinciannya, 373 camaba diterima melalui jalur SNMPTN, 293 camaba dari SBMPTN, dan 172 dari jalur mandiri. Selain itu, UNAIR menerima 24 mahasiswa yang berasal dari daerah yang masuk kategori 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Jawa Pos, 29 Juli 2016 halaman 29 Siap Mengikis Kesenjangan Mutu Pendidikan Muhadjir Effendy mengawali kegiatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan hari Kamis, (28/7). Sambil berkonsolidasi secara internal dan memetakan persoalan pendidikan dan kebudayaan di Tanah Air, ia berancang-ancang
mempersempit kesenjangan mutu pendidikan antar daerah. Muhadjir yang tercatat telah menyelesaikan program doktoralnya di UNAIR menyatakan bahwa akan menekankan permasalahan kesenjangan pendidikan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Terkait dengan pemerataan dan pemenuhan standar pendidikan Kartu Indonesia Pintar, Muhadjir akan membenahi percepatan penyebarannya. Perkara keberlanjutan atau modifikasi Ujian Nasional, akan ditinjau kembali untuk melihat capaian standar nasional pendidikan. Hingga kini, belum ada peraturan pemerintah yang secara terperinci mendefinisikan turunan dari standar pendidikan lebih lanjut. Ini akan dicermati untuk merancang langkah kerja secara detail. Kompas, 29 Juli 2016 halaman 8 Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila
Menteri Sudan dan Perwakilan Korsel Apresiasi Surabaya dan UNAIR UNAIR NEWS – Kegiatan UN Habitat yang diselenggarakan di Kota Surabaya telah usai. Sebagai perguruan tinggi, Universitas Airlangga turut menjadi bagian konferensi yang dilaksanakan setiap 20 tahun sekali itu. Usai acara UN Habitat berakhir, perwakilan dari negara Sudan dan Korea Selatan (Korsel) menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Kantor Manajemen UNAIR, Kamis (28/7). Kunjungan persahabatan tersebut diterima oleh Wakil Rektor III, Prof. Ir. M. Amin Alamsjah, Ph.D, dan Sekretaris
International Office and Partnership UNAIR Margaretha, M.Sc. Dari Sudan, kunjungan ke UNAIR dilakukan oleh Ali Mosa Tawer selaku Menteri Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, dan Pembangunan Fisik Sudan. Ketika ditanya mengenai kunjungan tersebut, Margaretha menjelaskan bahwa kedatangan menteri asal Sudan itu dalam rangka mempererat persahabatan dengan UNAIR. Mosa mengucapkan terima kasih kepada pihak UNAIR karena telah membantu mendidik salah satu mahasiswa asal Sudan, Naila Mohammed. Naila merupakan salah satu lulusan pendidikan magister pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNAIR yang diwisuda pada bulan Juli 2016. “Pengalamannya Naila selama kuliah di sini cukup positif, sehingga dia bilang sama menterinya ini yang datang juga pada hari ini untuk berterimakasih pada UNAIR,” ujar Margaretha. Menanggapi ungkapan terimakasih tersebut, Prof. Amin menyambut baik pernyataan yang telah disampaikan oleh Ali Mosa, dan mengungkapkan bahwa UNAIR siap membantu dan mendidik lebih banyak mahasiswa asal Sudan yang berminat melanjutkan pendidikan di UNAIR. “Follow up nya biasanya kan dalam bentuk kerjasama, tapi kali ini kita menawarkan berbagai skema pendidikan yang bisa ditempuh di UNAIR, jadi mempermudah mahasiswa asal Sudan untuk menempuh pendidikan di UNAIR,” ungkap Margaretha. Sebelum menerima kunjungan dari Menteri Sudan tersebut, UNAIR melalui IOP juga menerima kunjungan persahabatan dari perwakilan Korsel, Prof. Shin Gonggu selaku Executive Director of Gwangju Internasional Center. Profesor Emeritus dari Universitas Nasional Chonnam (CNU) tersebut bercerita bahwa kota Gwangju di Korsel merupakan salah satu destinasi kota dengan jumlah mahasiswa Indonesia yang cukup banyak.
“Tentu saja mahasiswa dari UNAIR banyak yang kesana (CNU, red),” jelas Margaretha. Selain mengapresiasi UNAIR, Margaretha mengatakan, bahwa kedua perwakilan asal Sudan dan Korsel, mengapresiasi Surabaya, dan menganggap UNAIR sebagai salah satu institusi pendidikan terbaik di Indonesia. “Surabaya ini kota yang sangat menarik. Banyak budayanya terus juga modern, cuma kalian harus lebih nunjukin gimana Surabaya itu dan UNAIR itu adalah gimana,” ucap Margaretha mengulangi perkataan Prof. Shin Gonggu. “Itu pandangan orang asing terhadap Surabaya lho ,” imbuh Margaretha. “Itu menurut saya menjadi masukan bagus, mungkin dari dua pertemuan ini menunjukkan bahwa UNAIR dan Surabaya ini sama sama hal yang baik,” pungkas Margaretha. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
Pemimpin Bukan Peminta Pemimpin bukan peminta. Tersebutlah seorang pemimpin agung dari jazirah arab yang pengangkatannya diwarnai perdebatan sengit dengan pemimpin yang terdahulu. “Jangan Kawan! Aku tidak memerlukan jabatan itu.” tukas pemimpin agung yang pada waktu itu masih berstatus calon pemimpin. “Tetapi kepemimpinan memerlukanmu. Aku khawatir maut menjemputku dan meninggalkan rakyat tanpa pemimpin lalu terjadi hal yang tidak baik seperti di masa-masa lalu.”
“Carilah pengganti selain aku, si fulan, misalnya. Dia Amienul Ummah, kepercayaan umat.” Si calon berkelit. “Aku juga sempat memikirkannya. Tapi krisis multidimensi membuat rakyat kita membutuhkan seorang kuat yang terpercaya. Al-qawiyyul amien!” sang pemimpin berdalih. “Bagaimana kau bisa memilihku, wahai Kawan, sedang aku sering berbeda pendapat denganmu?” “Justru itu yang memperkuat pilihanku. Aku ingin seseorang yang bila mengatakan tidak, ia mengatakannya dengan sepenuh hati: bila mengatakan ya, dia mengatakannya dengan sepenuh hati.” Mereka saling berdebat dan bertukar argumentasi. Yang satu bersikeras meminta, yang satu bersikeras menolak. Didesak terus, si calon pemimpin yang terkenal perkasa itu pun menangis. “Sahabatku, dalam urusan kekuasaan, ada dua golongan yang celaka. Pertama, golongan orang yang berambisi menjadi penguasa padahal dia tahu bahwa ada orang lain yang lebih pantas dan lebih mampu daripada dirinya. Kedua, orang yang menolak ketika diminta dan dipilih padahal dia tahu dirinyalah yang paling pantas dan paling mampu.” “Sahabatku, demi persahabatan dan kecintaanku padamu, jauhkanlah aku dari beratnya hisab di hari kiamat kelak!” si calon pemimpin berusaha merayu pemimpin yang menunjuknya. “Kau lupa, Kawan. Pemimpin yang adil kelak, akan dipayungi Allah di hari tiada payung kecuali payung-Nya.” “Pemimpin yang adil, ya. Tapi aku?” si calon pemimpin semakin keras menangis. “Kau juga, Kawan! Kau juga!” Akhir kisah, perdebatan itu dimenangkan oleh keduanya. Dengan
berbagai pemaparan yang objektif, sang pemimpin berhasil meyakinkan si calon pemimpin tentang keniscayaannya menjadi pemimpin selanjutnya. Si calon pemimpin tak lupa menyarankan sang pemimpin untuk bermusyawarah dulu dengan tokoh-tokoh lain. Sang pemimpin menyanggupi. Dalam sejarah, si calon pemimpin yang kemudian menjadi pemimpin agung tersebut terbukti sanggup membawa rakyatnya menyinari dunia dengan kepemimpinan dan peradaban yang luhur. Pemimpin hebat yang dimaksud adalah Umar bin Khaththab, dan pemimpin terdahulu yang menunjuknya adalah Abu Bakar Ashshiddiq. Cerita diatas dinukil-sarikan oleh A.Mustofa Bisri alias Gus Mus dari kitab Malhamah Umar-nya Ali Ahmad Baktsier. Di buku kumpulan esai Kompensasi, cerita ini termaktub dengan judul Abu Bakar dan Umar. Dituturkan dengan bahasa yang lugas dan cerdas, cerita ini terasa hidup dan menggugah. Ada banyak topik yang dihadirkan dalam buku ini. Selain tentang kepemimpinan, terdapat pula tentang saling pengertian dan rendah hati. Seperti pada artikel bertitel Kisah Nyata atau Dongeng? Suatu ketika datang seorang tua miskin pada seorang ulama bernama Syiekh Sa’id bin Salim, hendak menyampaikan sesuatu keperluan meminta tolong pada orang yang sangat disegani itu. Serupa dengan kebanyakan orang tua yang senantiasa berdiri dengan bertelekan tongkat, orang itu pun bertelekan tongkat sebagai penopang ketuaanya. Tanpa disadari, ujung tongkat itu menghujam di kaki Syiekh sampai berdarah-darah. Seperti tidak merasakan apa-apa, Syiekh Sa’id bi Salim mendengarkan dan mengabulkan curahan hati dan permintaan orang tua itu. Selepas si wong cilik berlalu pergi, orang-orang yang kebetulah melihat kejadian itu, dengan heran bertanya. “Kenapa Syiekh diam saja, tidak menegur, ketika orang tua tadi tanpa sengaja menghujamkan tongkatnya di kaki syiekh?”
“Kalian kan tahu sendiri, dia datang kepadaku untuk menyampaikan keperluannya, kalau aku mengaduh atau apalagi menegurnya, aku khawatir dia akan merasa bersalah dan tidak jadi menyampaikan hajatnya.” Gus Mus memang piawai menyampaikan kisah-kisah inspiratif. Wawasan dan pergaulan yang luas, nampaknya turut mengasah kelihaian bertutur. Pemimpin dan pembina pondok pesantren Roudlotul Thalibien Rembang yang juga pengasuh situs internet Mata Air gusmus.net ini dikenal pula sebagai orang yang tidak gila jabatan. Dia pernah meletakkan kesempatan menjadi anggota DPD jawa tengah pada pemilu 2004 lalu. Dia juga menolak tawaran menjadi pegawai musim haji di Arab Saudi meski jabatan itu memungkinkan dia berhaji tiap tahun dengan mudah. Bahkan dia pernah pula mengundurkan diri dari bursa calon ketua umum PBNU walaupun dia mengaku sempat tergiur dengan posisi itu. Penolakan-penolakan itu dilatarbelakangi kepandaian Gus Mus bercermin menilai diri. Bukan karena ingin lari dari tanggung jawab atau enggan mengemban beban mulia, namun lebih disebabkan kejujuran dan kesadaran diri. Rasulullah SAW, tokoh idola Gus Mus dan seluruh umat muslim, pernah berpesan, agar umatnya senantiasa jujur menakar kapasitas diri, celakalah orang-orang yang tak kenal dirinya sendiri.—
sebab
Buku Judul : Kompensasi; Kumpulan Tulisan A. Mustofa Bisri ISBN : 978-979-25153-5-0 Penulis : A. Mustofa Bisri (Gus Mus) Penerbit : Mata Air Publishing Tanggal Terbit : 27/07/2011 Halaman : x + 286 halaman