PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DI SMP ISLAM KEDUNGBONDO BALEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Novi Mayasari, M.Pd Dosen IKIP PGRI BOJONEGORO E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui : Pembelajaran yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, pada siswa dengan Model Pembelajaran konvensional, Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD atau pada siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen di Kota Bojonegoro. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling, 1 kelas sebagai kelas eksperimen dikenakan model pembelajaran STAD dan 1 kelas sebagai kelas kontrol yang dikenakan Model Pembelajaran Konvensional .Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, dan tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui nilai UAS matematika siswa kelas VII semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013, yang selanjutnya digunakan untuk uji keseimbangan antara kelas Konvensional dan STAD pada pokok bahasan Himpunan.Sebelum digunakan, instrumen tes divalidasi terlebih dahulu oleh para validator. Setelah dinyatakan valid oleh para validator, selanjutnya kedua instrumen diujicobakan di SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro. Sedangkan instrumen tes dianalisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran, dan diperoleh instrumen tes dinyatakan reliabel, sedangkan dari 35 butir tes, hanya 20 butir tes yang dinyatakan mempunyai daya pembeda dan tingkat kesukaran yang baik.Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji t pada taraf signifikansi 5%. Dan hasil penelitian ini adalah: prestasi belajar matematika siswa pada Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa pada Model konvensional. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan Prestasi belajar. This research was conducted in order to determine: which one gives better learning mathematics achievement, the student with a conventional Learning Model and Cooperative Learning with STAD model. This study is a quasi-experimental study. The population in this study was students of class VII SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro. Sampling was done by cluster random sampling, 1 class is as the experimental class with STAD learning model and 1 class is as class control class with Conventional Learning Model. The data was collected by the method of documentation, and testing. 27
Documentation method was used to determine the value of UAS class VII Semester 1 Academic Year 2012/2013, which is then used to test the balance between conventional and STAD classes on the subject of the Association. Before use, the instruments were validated in advance by the validator. Then, both instruments were tested in SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro. The instruments were analyzed its reliability, and level of difficulty of distinguishing. Hypothesis testing used t-test analysis at a significance level of 5%. And the result of this study is: There is positive effect of STAD Cooperative Learning Model on mathematics achievement of students. A. LATAR BELAKANG Tidak dipungkiri kualitas mutu pendidikan Di Negara Indonesia dibandingkan dengan Negara-negara lain khususnya bidang Pendidikan masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil nilai UAN (Ujian Akhir Nasional), khususnya pada mata pelajaran matematika. Peryataan di atas didukung oleh fakta bahwa sampai saat ini, mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai peningkatan secara signifikan. Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa Rata–rata Nilai Ujian Akhir Nasional terendah mata pelajaran Matematika untuk SMP Negeri dan Swasta di Bojonegoro Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 7,42. Sedangkan untuk nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 10 dan untuk nilai terendah yang dicapai siswa adalah 3,70 . Sedangkan pada Tahun Pelajaran 2010/2011 Rata – rata nilai Ujian Akhir Nasional adalah 6,83. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 10 dan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 1,25. Kemungkinan banyak faktor yang memmpengaruhi diantaranya: faktor dari Guru,siswa, Penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai, sarana dan prasaran, kurikulum, administrasi dan lain sebagainya. Dan terutama yang paling berpengaruh adalah faktor dari Guru dan model pembelajaran yang diterapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Terkait dengan model pembelajaran, berdasarkan observasi peneliti pada beberapa sekolah, hingga saat ini masih banyak pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran konvensional, yang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa dalam belajar mengajar seh-
ingga menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami konsep atau materi yang diberikan. Hal ini ditunjukkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Monlila Beni Rian P, RiniAsnawati, Sugeng Sutiarso (2012:88), yang menghasilkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran STAD lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran konvensional. Dapat juga dikatakan bahwa cara belajar para siswa menjadi kurang bermakna. Karena bisa jadi, siswa di kelas hanya menjadi seorang pendengar yang pasif. Ketika siswa menerima ataupun menemukan dan menggali sendiri pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari saat itu, mungkin siswa hanya menghafalkan materi-materi yang baru diperolehnya. Siswa tidak berusaha mengkaitkan antara informasi baru yang diperoleh dengan struktur kognitif yang sebenarnya telah dimiliki. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang sesuai, selain model pembelajaran tradisional (konvensional). Dalam proses pembelajaran ini tidak lagi siswa menjadi seorang pendengar, tetapi siswa dapat memecahkan masalah dengan sendirinya sesuai dengan kecakapan yang siswa miliki untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah serta siswa menerima ataupun menemukan dan menggali sendiri pemecahan masalah pada pelajaran Matematika. Pembelajaran yang sesuai dengan yang dimaksud adalah Pembelajaran Cooperatif seperti (LT), (AC), (STAD), (TGT), (GI), Jigswa, (TAI), (CIRC). Kedelapan memiliki dampak yang positif terhadap prestasi belajar siswa seperti yang dinyatakan David W. Johnson, Roger T. Johnson dan 28
Novi Mayasari, Pengaruh Model Pembelajaran 29
Mary Beth Stanne (2000): All eight cooperative learning methods had a significant positive impact on student Achievement.When the impact of cooperative learning was compered with competitive learning, (LT) promoted the greatest effect, followed by (AC), (STAD), (TGT), (GI), Jigsaw, (TAI) and finally (CIRC). Dari kedelapan pembelajaran kooperatif yang disebutkan di atas Student Team Achievemen Division( STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang baik, untuk permulaan bagi para guru dalam menggunakan pendekatan kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, siswa mulai dikenalkan dengan kerja kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Ada kemungkinan setiap kelompok menemui kesulitan dalam pembelajaran. Oleh karena itu menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Anjani (2008: 62) perlu adanya strategi Peer Lesson (Belajar dari Teman) dan Perlu adanya Pembelajaran yang lebih ditekankan pada kemandirian siswa dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator, guru tidak perlu menjelaskan materi secara langsung kepada murid, murid hanya diberikan referensi berupa modul kepada siswa dan siswa dituntut untuk mempelajari sendiri. Dengan strategi ini diharapkan dapat menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada temannya dan lebih aktif serta kreatif dalam belajar. Sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara merata di setiap siswa. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Rendahnya prestasi belajar matematika. Ada kemungkinan disebabkan oleh kurang tepatnya pembelajaran yang digunakan guru. 2. Penggunaan pembelajaran konvensional yang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa dalam belajar mengajar sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami konsep atau materi yang diberikan. C. PEMILIHAN MASALAH
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, akan diteliti masalah dalam penelitian ini adalah apakah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi prestasi belajar matematika siswa pada pelajaran matematika khususnya himpunan. D. PEMBATASAN MASALAH Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan tenaga dalam penelitian ini, serta agar penelitian ini lebih mendalam dan terarah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Penelitian akan dilaksanakan pada siswa kelas VII di SMP Islam Kedungbondo Balen di Kabupaten Bojonegoro semester Genap tahun pelajaran 2012/2013. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD 3. Prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen di Kabupaten Bojonegoro semester Genap tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan Himpunan. E. RUMUSAN MASALAH Maka Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Model Pembelajaran Koopereatif tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII semester genap SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro? F. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian diatas adalah untuk mengetahui Apakah Model Pembelajaran Koopereatif tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII semester genap SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro. G. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Secara umum, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya pada peningkatan hasil belajar siswa. b. Secara khusus, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada bidang pendidikan
30
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. b. Bagi guru sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. c. Bagi sekolah yaitu pihak sekolah memperoleh informasi dan masukan yang terkait dengan peningkatan motivasi dan keaktifan belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. H. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1.Pengertian Belajar Dari beberapa pengertian belajar di atas, maka yang digunakan sebagai landasan proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah belajar berdasarkan aliran konstruktivisme yang mengutamakansiswa mengkonstruksikan pengeta-
huan dalam benak siswa sendiri. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu ide atau informasi kompleks ke situasi lain. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar: Faktor internal dan Faktor eksternal 3. Prestasi Belajar Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar yang berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan, yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu. I. Model Pembelajaran 1.Pembelajaran Koperatif Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Pembelajaran yang dimaksud sering disebut sebagai pembelajaran kooperatif.
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Berdasarkan hasil dan penemuan dari studi tersebut, ada beberapa kesimpulan yang tampak: STAD terletak pada tingkatan yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran jika
dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, STAD lebih efektif pada peningkatan prestasi akademik dalam kelas matematika jika dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, STAD lebih efektif untuk penerimaan materi pembelajaran dalam kelas matematika
Novi Mayasari, Pengaruh Model Pembelajaran 31
jika dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional tetapi tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan. Kemudian pada kenyataannya
STAD adalah sebuah strategi pembelajaran yang aktif.
Tabel 2.2 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Model Pembelajaran Konvensional
Sumber data : Adaptasi dari Buku Cooperative Learning, Robert E. Slavin, 1995.
Penelitian Yang Relevan: Untuk menunjang penelitian yang akan peneliti lakukan, berikut ini penelitian yang relevan sebagai pembanding peneliti akan lakukan adalah sebagai berikut: Monlila Beni Rian P., RiniAsnawati, Sugeng Sutiarso (2011: 20) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Development) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII Semester Genap pada pokok bahasan segitiga di SMP Negeri 2 Yogygkarta”. Salah satu hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: Dengan kata lain, Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester genap pada pokok bahasan segitiga di SMP Negeri 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Persamaanya: sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan perbedaanya terdapat pada materi dan tempat penelitian yang diambil.
J. Kerangka Berpikir Hasil dari proses pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Selain potensi yang dimiliki siswa, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut dapat berasal dari luar diri siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi siswa, dapat meningkatkan minat siswa untuk ikut serta dalam proses membangun pengetahuan. Dalam hal ini Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menjadi faktor yang akan ikut meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran ini termasuk model pembelajaran kontruktivisme yaitu siswa berusaha untuk menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri sehingga siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa akan lebih mudah menemu-
32
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
kan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran, apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimungkinkan yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik Hal ini disebabkan karena pada model pembelajaran tipe STAD, siswa dalam suatu kelompok dapat berdiskusi dengan kelompoknya. Sehingga anggota kelompok dapat mudah mengerjakan tugas dapat membantu anggota kelompok lain yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Sehingga pencapaian pemahaman konsep akan lebih cepat tercapai dan lebih merata pada seluruh siswa. Dengan demikian, memungkinkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dinilai lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dari pada model pembelajaran konvensional K. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan hipotesis penelitiannya adalah “Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Himpunan kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro” L. Metodologi Penelitian A. Tempat,Subyek dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro, dengan subyek penelitiannya siswa kelas VII (tujuh) semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Satu kelas sebagai kelompok eksperimen,dan satu kelas sebagai kelas kontrol. 2. Waktu Penelitian: Proses penelitian ini mulai pada bulan November 2012 sampai dengan Juni 2013, dengan pembagian waktu sebagai berikut : 1. Tahap perencanaan (November 2012Pebruari 2013): Pengajuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal, penyusunan instrumen penelitian dan pengajuan ijin penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan (Maret 2013 – Mei 2013): a. Uji coba instrument b. Pelaksanaan eksperimen dengan men-
erapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional c. Pengambilan data dengan instrumen yang telah diuji validitas, analisis butir soal dan reliabilitasnya. 3. Tahap Penyelesaian (Mei - Juli 2013): Analisa data dan penyusunan laporan penelitian. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (research) dengan alasan tidak mungkin selama penelitian dapat mengontrol semua jenis variabel yang relevan. C. Rancangan Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat maka dapat menggambarkan rencana penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :
Pada kelas eksperimen akan diberikan perlakuan berupa model pembelajaran dengan STAD sedangkan untuk kelas kontrol masih diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan, akan diuji kembali kemampuan kedua kelas tersebut dengan soal tes yang sama, kemudian hasilnya akan dicari nilai t–test yang baru, bila nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t– tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. D. Populasi, Sampel, dan Sampling 1.Populasi Menurut Prof. Dr. Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Prof. Dr. Sugiyono, 2009 : 61) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro tahun pelajaran 2012 / 2013. 2. Sampel dan Sampling Dalam penelitian ini, sampel yang dipi-
Novi Mayasari, Pengaruh Model Pembelajaran 33
lih adalah kelas VIIA dan VIIB SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro cara menentukan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Menurut Prof. Dr. Sugiyono, teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas 1) Model Pembelajaran: a) Definisi operasional: model pembelajaran adalah suatu konsep atau cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. b) Skala pengukuran : skala nominal dengan dua kategori, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan konvensional. c) Kategori: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan konvensional. d) Simbol: Menerapkan model Pembelajaran STAD pada kelas Eksperimen b. Variabel Terikat 2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika. a) Definisi operasional: prestasi belajr siswa yang dicapai setelah melewati proses pembelajaran matematika, yang ditunjukkan dengan nilai tes prestasi belajar matematika. b) Skala pengukuran: skala interval c) Kategori: nilai tes prestasi belajar matematika (AB). d) Simbol: Hasil Nilai Ulangan Semester pada Kelas Eksperimen 2. Metode Pengumpulan Data a. Metode Tes Menurut Budiyono (2003: 54), metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan setiap jawaban benar mendapat skor 1, sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0. b. Metode Dokumentasi Menurut Budiyono (2003: 54), metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen
yang ada. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang nilai uas semester 2 kelas VII SMP Islam KedungBondo Balen Bojonegoro. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Sebelum diujikan, instrumen yang akan digunakan hendaknya harus diuji terlebih dahulu mengenai tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reabilitas soal tersebut. 1) Uji Validitas isi. Uji validitas pada instrumen tes dimaksudkan untuk menguji apakah tes tersebut mampu mempresentasikan seluruh isi hal yang akan diukur. Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut: Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar. Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang telah diajarkan. Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. (Budiyono, 2003: 58) Penguji validitas instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini adalah dosen yang dianggap mampu dalam bidangnya. 2) Uji Reliabilitas. Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Tes prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian memakai tes obyektif, dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Untuk menghitung tingkat reliabilitasnya digunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20. (soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,7) 3) Daya Pembeda Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antar skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Daya pembeda menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson. Butir soal tes dipakai jika rxy 0,3 (Budiyono, 2003: 65) 4) Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran butir soal merupakan rasio antara penjawab butir dengan benar dan
34
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
banyaknya penjawab butir. Dalam penelitian soal tes yang dipakai jika 0,30 p 0,70 (Saifuddin Azwar, 2007: 134) F. Teknik Analisa Data 1. Uji Prasyarat Uji prasyarat perlu dilakukan uji keseimbangan, uji normalitas, dan uji homogenitas. Langkah ini diperlukan sebagai prasyarat untuk melakukan uji t atau t – test, bila data berdistribusi normal maka teknik analisa data dapat digunakan uji t atau t-test, tapi bila data tidak berdistribusi normal maka uji t atau t-test tidak dapat digunakan untuk analisa data. Beberapa uji yang harus dilakukan di dalam uji prasyarat diantarannya: a. Uji Normalitas Untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors. (Budiyono, 2009:170) a. Uji Homogenitas Sebelum data yang diperoleh dianalisis, maka terlebih dahulu diuji homogenitasnya untuk mengetahui bahwa populasi-populasi homogen. Dalam uji homogenitas ini penulis menggunakan uji Bartlett. (Budiyono, 2009: 176) 1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum perlakuan dikenakan kepada kelompok eksperimen dengan kata lain secara statistik uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata yang berarti dari dua sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai UAS matematika kelas VII semester 1. I. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen tes maupun diujicobakan pada kelas yang relevan dan normal tetapi bukan kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 1. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika Dari hasil uji coba tes prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan Himpunan adalah sebagai berikut: a. Validitas Isi Tes prestasi belajar matematika pada pokok Bahasan Himpunan terdiri dari 30 soal obyektif. Dari 3 orang validator diperoleh bahwa 20 soal tes prestasi belajar dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang diberikan. b. Daya Pembeda Hasil perhitungan uji daya pembeda tes prestasi belajar matematika dari 30 butir soal yang diujicobakan diketahui bahwa ada 10 butir soal yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yaitu butir nomor 1, 2, 4, 12, 18, 19, 21 dan 23. c. Tingkat Kesukaran Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar matematika,dapat diketahui bahwa 20 butir soal dapat dipergunakan. d. Reliabilitas Dari hasil perhitungan uji reliabilitas tes prestasi belajar matematika diperoleh 0,816 > 0,7 dari 20 butir soal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes reliabel. e. Kesimpulan Dari uji validitas isi, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal, maka soal yang digunakan sebanyak 20 butir soal untuk tes prestasi belajar matematika. B. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan untuk uji keseimbangan pada kelompok STAD, dan konvensional. Hasil analisis uji normalitas dengan Lilliefors untuk setiap kelas dengan tingkat signifikansi dapat dilihat dari tabel rangkuman berikut:
Novi Mayasari, Pengaruh Model Pembelajaran 35
Berdasarkan tabel di atas, untuk masingmasing sampel nilai dari Lobs < L0,05;n, sehingga H0 diterima. Ini berarti bahwa masingmasing sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Hasil analisis uji homogenitas variansi kelompok eksperimen dan kontrol dengan uji Bartlet pada tingkat signifikansi menunjukkan bahwa obs = 2,29 Daerah kritik untuk uji ini DK={ | > 3,841}. Ini berarti diterima. Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas, dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. 3. Uji Keseimbangan Dari hasil uji keseimbangan dengan uji t dan taraf signifikansi 0,05 thit = 0,130 sedangkan DK = {t|t<-1,96 atau t> 1,96} maka thit DK sehingga diterima, dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok pembelajaran mempunyai kemampuan awal yang seimbang. A. Deskripsi Data Prestasi Belajar Dalam penelitian ini diperoleh data, yaitu berupa data skor kecerdasan majemuk siswa dari instrumen penelitian berupa angket dan nilai prestasi belajar matematika yang berasal dari instrumen penelitian berupa tes matematika yang ditulis dan dikembangkan penulis. Datadata tersebut adalah: Data Nilai Tes matematika berdasarkan model Pembelajaran Pendekatan pembelajaran yang digunakan ada dua yaitu STAD, dan konvensional. Data prestasi belajar matematika siswa untuk masing-masing kelompok model pembelajaran sebagai berikut:
B. Analisis Variansi 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi , adapun rangkumannya adalah:
Dari rangkuman hasil analisis uji normalitas dengan uji normalitas menunjukkan bahwa sampel kelompok STAD dan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Dalam penelitian ini uji homogenitas variansi yang digunakan adalah uji F dengan tingkat signifikansi . Rangkuman hasil penelitian untuk uji homogenitas sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas Fhitung < Ftabel maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda secara. 2. Uji Hipotesis Penelitian Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan analisa data menggunakan rumus t-test atau uji t. Karena jumlah siswa kelas eksperimen tidak sama dengan jumlah siswa kelas kontrol, sedangkan kedua kelas tersebut homogen (setelah dilakukan uji F) maka rumus t-test yang digunakan adalah polled varians
36
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data tabel 4.6 dapat dilihat nilai rata-rata tes siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Selain itu juga ditunjukkan dengan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel (1,6927>1,67096), karena t hitung lebih besar berarti berada diluar daerah penerimaan Ho, dengan kata lain Ha diterima yang artinya adalah ada pengaruh positip menggunakan model pembelajaran STAD terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Himpunan kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro. M. Kesimpulan, Implikasi, dan saran A. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil analisis yang telah dituliskan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan pada siswa kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro adalah pada analisa data harga thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini dapat diartikan bahwa dengan model pembelajaran STAD dalam kegiatan pembelajaran matematika pada pokok bahasan Himpunan semester genap SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan pada landasan teori dan kesimpulan pada hasil penelitian ini, penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 1. Implikasi Teoritis Dari kesimpulan telah dinyatakan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa pada materi Himpunan dengan menggunakan Model pembelajaran STAD dan konven-
sional. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan Model pembelajaran matematika pada materi pokok Himpunan pada khususnya dan materi pokok lainnya pada umumnya. 2. Implikasi Praktis Dari uraian pada implikasi teoritis, bahwa proses belajar mengajar matematika membutuhkan suatu Model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dan tidak memberi kesan menjenuhkan. Pembelajaran dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan system belajar kelompok seperti Model pembelajaran STAD akan memberi kesempatan yang luas bagi siswa untuk dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. C. Saran 1.Bagi Siswa: Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya siswa dapat berperan aktif sesuai dengan langkah-langkah yang disampaikan oleh guru 2. Bagi Guru: Hendaknya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3.Kepada Pihak Sekolah: Hendaknya menghimbau para guru untuk mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. Kepada Peneliti/Peneliti Lain Hasil penelitian hanya terbatas pada pokok bahasan Himpunan di kelas VII SMP Islam Kedungbondo Balen Bojonegoro, sehingga dapat dikembangkan pada pokok bahasan lain di jenjang yang lain pula.
Novi Mayasari, Pengaruh Model Pembelajaran 37
DAFTAR RUJUKAN Asri Budiningsih, (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Monlila Beni Rian P, RiniAsnawati, Sugeng Sutiarso (2012:88). Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Budiyono. (2004). Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Effandi Zakaria and Zanaton Iksan. (2007). Promoting cooperative learning in Science and Matehematics Education: A Malaysian Perspective,Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, vol 3, no1, pp 35-39.
Eric M. Andermas. (1994). Motivation and Strategy Use in Science Individual Differences, Journal of Research in sciense teaching, vol 31, no 8, pp 811-831 Martinis Yamin. (2008). Paradigma Pendidikan Kontruktivisme. Jakarta: Gaung Persada Pres. Merrlilyn Goos. (2004). Learning Mathematics in a Classroom Community of Inquiry. Journal of Research in Mathematics Education, vol 35, no 4, pp 2581-291. Monlila Beni Rian P, RiniAsnawati, Sugeng Sutiarso (2012:88). “Pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Development) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII Semester Genap pada pokok bahasan segitiga SMP Negeri 2 Yogygkarta. Skripsi Program Sarjaana Universitas Sbelas Maret. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, second edition. Allyn &