Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Ide Dalam Menulis Cerpen Menggunakan Pendekatan Proses dan Media Gambar Pada Siswa Kelas IX SMPN II Kenduruan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Agus Darmuki IKIP PGRI Bojonegoro ABSTRAK Dalam rangka menghadapi pembangunan diperlukan sumber daya berkualitas. Upaya peningkatan kualitas sumber daya dilakukan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Dalam pengajaran Bahasa Indonesia terutama menulis cerpen yang berlangsung selama ini di sekolah terutama di SMP ada kecenderungan guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai ilmu formalitas, bukan lagi ilmu yang didasarkan atas pola komunikasi yang sangat penting penerapannya dalam berbagai kegiatan di Indonesia. Kemampuan menulis memiliki fungsi strategis tetapi kurang mendapat perhatian secara proporsional dari guru. Dewasa ini guru hanya menuntut produk cerpen dalam pengajaran kemampuan menulis siswa saja tanpa memperhatikan prosesnya sehingga tidak terbimbing secara prosedural. Bahkan, guru menggunakan metode pembelajaran secara konvesional atau tradisonal dan diperparah lagi guru juga tidak pernah menggunakan media pembelajaran sehingga hasilnya pun biasa–biasa saja. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Ide Dalam Menulis Cerpen Menggunakan Pendekatan Proses dan Media Gambar Pada Siswa Kelas IX SMP N 2 Kenduruan Tuban Tahun Pelajaran 2009 / 2010". Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Dari setiap siklus terdapat peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa dengan nilai rata-rata sebelum melakukan pendekatan proses sebesar 64 dan setelah menggunakan pendekatan proses terjadi peningkatan nilai rata – rata sebesar 70,5 pada siklus I dan meningkat menjadi 77,65 pada siklus II. Hal ini menandakan bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan proses dan media gambar telah dapat mencapai tujuan dan berhasil dalam pelaksanaannya terjadi peningkatan. Kata Kunci : Mengembangkan ide, Menulis Cerpen, Pendekatan Proses, Media Gambar In order to deal with the construction, it needs quality resources. An effort to improve the quality of the resources is done through a process of good and purposeful education. In the teaching of Bahasa Indonesia mainly in writing short stories nowadays, especially in junior high school there was a tendency of teachers to deliver course material using the lecture method. Teachers teach Bahasa Indonesia as a formal science, it is no longer taught as a science based on the communication which is very important to be applied in various activities in Indonesia. The ability to write has a significant function but proportionally less attention from the teacher. Today the teachers are demanding products in teaching short story writing skills of students without regarding to the process so it is not guided procedurally. In fact, teachers use conventional teaching methods or traditional, even they almost never use instructional media so that the results were mediocre. Therefore, the researcher conducted a study entitled "Improving Students’ Ability in Writing Short Story by Developing Ideas Using Process Approach and Pictures Media on Students at Class IX of SMP N 2 Kenduruan Tuban in the Academic Year of 2009/2010". This research is Classroom Action Research which consists of two cycles. There is an improvement in each cycle with the average value before applying process approach is 64 and after using a process approach the average is 70.5 in the first cycle, and 77, 65 in the second cycle. This indicates that the use of process approach and picture media had been able to achieve goals and succeed in its implementation.
PENDAHULUAN Menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai, setelah seseorang terlebih
dahulu terampil mendengarkan atau menyimak, berbicara dan membaca (Khoirudin dkk, 2009: 213). Pengajaran menulis terutama menulis cerpen tidak
banyak diminati oleh siswa dengan berbagai alasan salah satunya karena kesulitan membuatnya dan tidak begitu paham prosesnya, diperparah dengan metode pembelajaran guru yang kurang tepat dalam menyampaikan materi tentang menulis cerpen termasuk pencarian ide dan mengembangkan ide. Kemampuan menulis memiliki fungsi strategis tetapi kurang mendapat perhatian secara proporsional dari guru. Dewasa ini guru hanya menuntut produk cerpen dalam pengajaran kemampuan menulis siswa saja tanpa memperhatikan prosesnya sehingga tidak terbimbing secara prosedural. Bahkan, guru menggunakan metode pembelajaran sangat konvensioanal atau tradisonal sehingga hasilnya pun biasa–biasa saja. Oleh karena itu, perlu pemecahan segera melalui inovasi pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan mengembangkan ide dalam menulis cerpen serta siswa dapat terbimbing secara berkelanjutan. Pendekatan proses yang penulis gunakan untuk memecahkan masalah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, mencoba hal–hal yang baru dalam inovasi pembelajaran diharapkan mampu menjawab persoalan diatas. Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji efektivitas pembelajaran menggunakan metode pendekatan proses. Penulis melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Ide Dalam Menulis Cerita Pendek Melalui Pendekatan Proses Siswa di kelas IX-A SMPN II Kenduruan Tuban Tahun Ajaran 2009 / 2010”. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran objektif atau memperoleh deskripsi tentang Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa mengembangkan ide dalam menulis cerita pendek.
LANDASAN TEORI 1. Pengertian Mengembangkan Ide Untuk dapat menelaah lebih lanjut tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan mengembangkan ide, maka terlebih dahulu perlu dimengerti definisi ide (gagasan) menurut Hasnun (2006 : 3) beberapa langkah yang perlu di lakukan dalam mengembangkan ide adalah: a. Menentukan Tema dan Judul Sebelum menulis suatu karangan, terutama cerpen, mula–mula kita harus menentukan tema. Tema adalah pokok persoalan, pokok permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu cerita/ karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan/cerita. Untuk lancar
b.
c.
d.
e.
memperoleh tema dan judul suatu cerita, adalah dengan melalui kebiasaan membaca. Mengumpulkan Bahan Untuk menulis hal–hal yang sederhana mengembangkan ide tidak akan terlaksana tanpa ada bahan. Oleh karena itu, mengumpulkan bahan merupakan syarat penting untuk mengembangkan ide. Cara mengumpulkan bahan bisa melalui catatan khusus, perpustakaan, museum, bahkan internet, dan melalui penelitian serta studi dokumentasi. Menyeleksi Bahan Penyeleksian bahan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memudahkan pemilihan dan penentuan bahan yang sesuai dengan topik pembahasan. Membuat Kerangka (ide dituangkan dalam bentuk tulisan) Kerangka karangan (outline) dapat diistilahkan sebagai rancangan atau rencana kerja seorang penulis dalam rangka menguraikan setiap topik atau masalah. Mengembangkan Kerangka Karangan Berbeda dengan buku, tujuan pembuatan kerangka karangan dalam penyusunan suatu prosa pendek (cerpen) bukanlah untuk mengembangkannya menjadi bab, melainkan menjadi paragraf. Selama proses pengembangan rancangan menjadi karangan hal yang penting adalah penguasaan materi yang hendak kita tulis dan pengumpulan bahan–bahan bacaan yang menyediakan wawasan untuk pengembangan karangan.
Soedjito dan Hasan (1991: 57) mengatakan bahwa setiap jenis karangan terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan (pembuka), bagian inti (isi) dan bagian penutup. Berdasarkan ketiga bagian tersebut dikenal tiga macam paragraf dalam karangan yaitu paragraf pendahuluan, paragraf penghubung (transisi) dan paragraf penutup. a. Paragraf Pendahuluan Paragraf pendahuluan ialah paragraf yang mengantar suatu karngan atau pokok–pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Peranan paragraf pendahuluan ialah membimbing masuk (belum mulai) kepada persoalaan yang akan dibicarakan. Oleh karena itu, paragraf pendahuluan harus menarik minat dan perhatian pembaca. Selain itu, paragraf pendahuluan hendaknya ringkas dan jelas agar tidak membosankan pembaca. Contoh: pelajaran bahasa memiliki nilai yang lebih penting bila dibandingkan dengan pelajaran–pelajaran lainnya karena bahasa menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang akan dilalui oleh pelajaran–pelajaran lainnya itu. Hasil pekerjaan remidi yang dilakukan oleh para ahli dalam membantu murid–murid yang terbelakang telah membuktikan kebenaran pernyataan di atas.
b. Paragraf Penghubung (transisi) Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terdapat diantara paragraf pendahuluan dan penutup. Pada paragraf inilah inti sari persoalan dikemukakan. Oleh karena itu, harus diperhatikan agar hubungan antar paragraf yang satu dengan yang lain teratur serta disusun secara logis. Contoh: pada umumnya murid–murid yang kurang menguasai pemakaian bahasa memperlihatkan gejala–gejala perkembangan mental yang lambat bila dibandingkan dengan anak–anak yang baik penguasaan bahasanya. Biasanya anak–anak yang kurang mampu berbahasa mempunyai sifat pemalu, pendiam, dan kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan. c. Paragraf Penutup Paragraf penutup ialah paragraf yang dipakai untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Karena bagian terakhir paragraf ini harus dibuat mengesankan. Paragraf penutup berfungsi menekankan pokok–pokok pikiran yang harus diingat pembaca, memberi saran terakhir, harapan, seruan, atau ajakan untuk berbuat. Contoh: gambaran diatas memperlihatkan kepada kita betapa pentingnya pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban guru–guru bahasa dan guru-guru lainnya untuk melaksanakan pengajaran bahasa yang sebaik–baiknya. Hasnun (2006: 29), berdasarkan cara mengembangkan ide pokoknya maka kita bisa mengelompokkan paragraf ke dalam empat struktur yaitu: a. Paragraf Deduksi Paragraf deduksi menguraikan masalah umum ke masalah khusus. Proses pengembangan paragraf deduksi adalah: 1) memandang masalah secara umum; 2) memisahkan masalah yang umum dengan yang khusus; dan 3) antara yang umum dan yang khusus merupakan kesatuan yang utuh. Contoh: Mutu lulusan SMA tahun ini menurun untuk program Bahasa dan IPA. Nilai Matematika tahun lalu rata– rata 6,50, tahun ini menurun drastis menjadi 5,50. Bahasa Jerman dari nilai rata–rata 7,00 turun menjadi 6,00. b. Paragraf Induksi Pola pengembangan paragraf induksi adalah dari hal yang khusus hal–hal yang umum. Paragraf jenis ini dimulai dengan penjelasan khusus yang dikembangkan dengan beberapa kalimat pengembang. Prosesnya adalah: 1) dari pengertian yang sempit menuju yang luas; dan 2) dari bagian–bagian menuju keseluruhan dan kalimat topiknya berada di akhir paragraf.
Contoh: Jam mengajar biasanya pukul 07.00, kali ini terlambat masuk, karena kunci motor hilang.Akibatnya saya terlambat masuk mengajar. Dengan terburu-buru saya mencari kunci ganda, namun tidak diketemukan. Mau naik kendaraan umum, jauh dari tempat saya. Saya bukan saja terlambat, tetapi cukup lelah menuju ke tempat kendaraan umum. c. Paragraf Kronologis Tujuan penyusunan paragraf kronologis adalah untuk menyampaikan fakta – fakta/ peristiwa dalam urutan waktu yang disusun secara kronologis. Prosesnya adalah: 1) Menguraikan suatu proses kejadian. 2) Menguraikan tentang peristiwa bersejarah. 3) Menguraikan tentang biografi / autobiografi Contoh: Menit-menit pertama Tyson memperlihatkan keperkasaannya.Namun lawannya tetap bertahan dari serangan Tyson. Tiga menit pada ronde pertama Tyson kembali mengurung dengan hok kiri–kanan. Menit kedua pada ronde kedua Tyson melancarkan serangan disertai kombinasi hok kiri – kanan sehingga lawannya tersungkur di kanvas. d. Paragraf contoh Pada paragraf contoh, kalimat topik dikembangkan dengan menggunakan contoh – contoh. Penyusunan paragrafnya dilakukan dengan cara melihat pokok – pokok persoalannya. Antar pokok persoalan dengan contoh merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan. Contoh : Seorang siswa yang membimbing temannya dalam bidang olahraga harus menguasai bidang tersebut, misalnya sepak bola harus bisa bermain bola dan mengetahui tehnik dan cara bermain bola. Contoh lain, menilai kecakapan dalam bidang tari, orang tersebut harus disuruh menari atau mengetahui tentang tari. Contoh ketiga, bila ingin mengukur kemajuan menulis orang tersebut diberikan kesempatan untuk menulis.
2. Pengertian Cerpen Cerpen ialah cerita fiksi yang mengembarkan peristiwa yang dialami oleh sang tokoh yang tidak memungkinkan perubahan nasib (Khoirudin dkk, 2009: 290 ). Cerpen biasa disebut cerita yang dapat dibaca dalam satu kali duduk karena terlalu pendek. Oleh karena itu, didalan cerpen tokohnya tidak ada perubahan nasib. Tentang panjang cerita pendek banyak pendapat dari para ahli diantaranya Reid menyebutkan 16000 sampai dengan 20.000 kata. Sementara Tasrif menyatakan bahwa panjang cerita pendek antara 500 sampai dengan 32.000 kata. Notosusanto menyebutkan panjang cerita pendek sekitar 5000 kata atau 17 halaman kertas kuarto spasi rangkap. Tarigan membandingkan panjang
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
cerita pendek 10.000 kata atau sekitar 30 halaman. Ciri–ciri cerita pendek antara lain adalah : singkat, padu,dan ringkas memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerakan bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan memberikan efek tunggal dalam pikiran pembaca mengandung detil dan insiden yang betul – betul terpilih ada pelaku utama yang benar – benar menonjol dalam cerita menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi (Tarigan dalam Waluyo, 2009: 6 )
Unsur – Unsur Intrinsik Cerita Fiksi (Cerpen) a. Tema Tema ialah pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam cerita rekaan (Khoirudin dkk, 2009: 294). Tema didalamnya mengandung masalah yang umum yang muncul dalam sastra. b. Penokohan Penokohan ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988:16 ). Penokohan ini berfungsi menyiapkan alas an bagi tindakan tertentu, dan cara menggambarkan watak atau sifat – sifat tokoh cerita. c. Latar Latar ialah tempat lingkungan terjadinya suatu peristiwa dalam cerita (Budhono, 2005: 2). Latar memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya. d. Alur atau Jalan Cerita Alur atau jalan cerita ialah rangkaian cerita disusun secara logis. Tahap alur biasanya terbagi atas beberapa unsur yaitu pereknalan atau pengantar (introduksi), perumitan, pengawatan (komplikasi), puncak kegawatan (klimaks), peleraian (anti klimaks) dan penyelesaian (konklusi) (Khoirudin dkk, 2001 : 294). Alur dapat diartikan sebagai bagian atau kerangka kejadian tempat para tokoh memainkan peran dalam cerita. Budiono (2005: 686) bukunya yang berjudul: Kamus Besar Bahasa Indonesia Alur dibagi menjadi 2 jenis yaitu alur longgar dan alur ketat. Alur longgar ialah sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita tidak akan terganggu. Sebaliknya, alur ketat ialah sebagian alur ditinggalkan keutuhan cerita menjadi terganggu. e. Amanat Amanat ialah pesan yang akan disampaikan dalam rekaan atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastranya. Amanat terdapat dalam sebuah karya sastra cerpen secara implisit dan eksplisit. Implisit jika ajaran moral disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit jika tersurat pada tengah
atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran larangan dan sebagainya. f. Pusat Pengisahan Menceritakan orang–orang yang bercerita yang tujuannya untuk memperoleh gambaran tentang kesatuan cerita. Unsur–unsur ekstrinsik cerita pendek Unsur ekstrinsik merupakan unsur–unsur yang berada diluar sastra yang secara langsung mempengaruhi kehadiran karya sastra, unsur ekstrinsik diantaranya: agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, moral dan latar belakang pengarang itu sendiri. Setiap karya sastra yang lahir akan selalu dipengaruhi oleh unsur–unsur yang berada di luar karya sastra. Hal ini didasarkan bahwa karya sastra itu lahir mewakili zamannya. Sebagai contoh adalah karya sastra yang lahir pada masa angkatan 20–an banyak menceritakan masalah sosial kemasyarakatan pada lingkungan masyarakat sekitar daerah itu. Demikian juga karya– karya sastra yang lahir pada zaman berikutnya, misalnya angkatan '45 hingga angkatan '70–an memiliki ciri khas tersendiri. 3. Pendekatan Proses Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati, sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan (Iskandar dan Sunendar, 2008: 40). Pendekatan proses adalah pendekatan dalam pembelajaran yang lebih mengutamakan proses dari hasil yang memberikan kesempatan seluas- luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses peserta didik harus diaktifkan. Mereka bukan hanya diajak mempelajari rangkaian atau langkah–langkahnya saja tetapi juga pengetahuan lebih dari itu (prosesnya). Pendekatan proses ini didasarkan atas prinsip–prinsip proses pembelajaran yang mengarahkan dan melatih serta membimbing secara berkelanjutan. Peranan pengajar diutamakan pada upaya mengembangkan produktivitas proses pembelajaran siswa aktif. Pendekatan proses ini berakar pada konsep psikoterapi. Pengajar berperan sebagai konselor dan peserta didik sebagai pelanggan (binimbing). Konselor bertugas mengarahkan, membimbing dalam kegiatan proses pembelajaran. Ia bersikap sebagai fasilitator dan mendukung penuh pelanggan dalam proses pembelajaran, untuk menghidupkan pembelajaran pendekatan proses sangat cocok digunakan dikelas agar timbul rasa aman, suasana menyenagkan dan perhatian maksimal. 4. Pengertian Media Gambar
Media gambar merupakan media visual yang tidak diproyeksikan. Media ini sangat sederhan, karena bersifat perangkat lunak tidak tembus cahaya dan tidak dapat dipantulkan oleh layar. Menurut Gerlach dan Ely, media dalam pemahaman yang sangat luas adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi guna membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Corte dalam Winkel (dalam Robertus dan Kosasih, 2007:25) mengatakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai suatu sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar dan memegang peranan besar dalam proses belajar-mengajar guna mencapai tujuan intruksional. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah foto atau sejenisnya yang menampakan benda yang banyak dan umum digunakan, mudah dimengerti dan dinikmati dalam pembelajaran METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Metodologi Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sadar dan sistematis, direncanakan oleh penelitian untuk memecahkan permasalahan kehidupan dan bermanfaat bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri (Arifin, 2009: 21). Jadi metodologi penelitian adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan penelitian, serta merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan turut menentukan berhasil tidaknya penelitian. Rancangan penelitian ini memiliki tahapan pelaksanaannya sebagai berikut : 1.
2.
Tahap I Refleksi Awal a. Tujuanya: kegiatan penjajagan atau studi pendahuluan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi. b. Hasil: mengungkapkan dan menyadarkan peneliti terhadap permasalahan yang dihadapi. c. Kegiatan: mengumpulkan informasi dan melakukan refleksi (merenungkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi terhadap informasi, menarik kesimpulan (berupa masalah yang akan diteliti). Tahap II Perencanaan a. Isi: gambaran umum tentang tindakan yang akan dilakukan (apa yang akan dilakukan dan rasionalnya (tindakan dan hipotesisnya) siapa yang akan melakukan, dimana, kapan dan bagaimana). b. Jabaran: masalah dan rasionalnya, subjek, rencana perubahan, rencana kegiatan, cara melakukan perubahan, tindakan dan efeknya, cara memantau/observasi, serta cara mengumpulkan dan menganalisis data. c. Teknis: Indikator bahwa tindakan dapat memecahkan masalah rancangan tindakan
bentuk, indikator pengamatan, pengkajian, dan penjelasan, teknik dan alat penjaring data, dan teknik pengolahan data/semua bersifat tentatif. 3.
Tahap III Pelaksanaan Tindakan/Observasi a. Perlu adanya kejelasan peran peneliti : merancang, intervensi, mengkomunikasikan, mendiskusikan, dan menyepakati b. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana c. Melakukan pemantauan/observasi– interpretasi (pengumpulan data) d. Perlu disadari bahwa pelaksanaan sering kali lebih kompleks dari pada rencana. e. Teknik pengumpulan data: catatan lapangan, analisis, dokumen, portofolio, wawancara dan sebagainya. 4. Tahap IV Refleksi a. Konsep: upaya memahami dan menandai proses dan hasil yang dicapai sebagai akibat tindakan b. Kegiatan: analisis, sintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan c. Hal yang perlu diperhatikan: memanfaatkan teknik berpikir, sentesis, memadukan gagasan yang ada untuk menarik kesimpulan. d. Bahan: data dan teori yang relevan e. Pemanfaatan: penelitian tindakan lanjutan f. Panduan refleksi: perbedaan rencana pelaksanaan, efek tindakan, isu yang muncul, kendala, ada tidaknya peningkatan, perubahan yang diperlukan, pemikiran ulang tentang masalah, perencanaan ulang, alternatif tindakan yang tepat, dan penelitian tindakan lanjutan. Penggabungan pelaksanaan tindakan dengan kegiatan observasi-interpretasi perlu dicermati. Pada tahap refleksi ini yang mungkin diikuti perencanaan ulang. Objek Penelitian Obyek penelitian ditentukan dengan menggunakan langkah populasi dan sampel. Masing-masing keterangan mengenai populasi dan sampel akan dijelaskan berikut ini. Populasi Populasi dalam suatu penelitian sangat penting sebab dengan ditentukannya populasi, maka wilayahwilayah generalisasi hasil suatu penelitian akan semakin jelas. Dalam menentukan luas populasi berhubungan dengan dua hal yaitu luas suatu wilayah (populasi area) serta banyaknya manusia (populasi responden). Keseluruhan subjek yang ingin diteliti dan menjadi sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian, baik anggota sampel maupun di luar sampel (Arifin, 2009: 62). Populasi dalam penelitian ini adalah berwujud orang, yakni semua siswa kelas IX SMPN II Kenduruan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2009 / 2010 sebanyak 27 siswa.
Sampel Karena populasi memungkinkan untuk diteliti semua, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto dalam Sri, 2007: 16). Jadi sampel dari penelitian adalah seluruh objek penelitian yakni semua siswa kelas IX SMP N II Kenduruan, dengan demikian penelitian ini adalah penelitian populasi. Teknik Pengumpulan Data Teknik Dokumentasi Atmosudiro (2007:16) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan dokumentasi adalah “setiap benda tertulis atau tercetak yang mempunyai nilai sebagai bahan pembukti”. Jadi teknik dokumentasi mengandung pengertian sebagai berikut setiap benda tertulis maupun tidak tertulis yang tidak berubah kebenarannya, serta dapat diperiksa dan dilihat kemudian hari. 1. Teknik Tes Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah menggunakan tes. Hal ini sesuai pendapat yang menyatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untk mengukur ketrampilan, pengetahuan atau kelompok (Arifin, 2009: 96). Beberapa bentuk instrumen tes antara lain: naskah soal, angket tes, tes wawancara (tes lisan), maupun tes unjuk kemapuan atau tes unjuk kerja. 2. Teknik Observasi Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa digunakan teknik observasi berupa angket. Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode atau teknik lain. Teknik Analisis Data Analisis data difungsikan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian sesuai dengan hipotesis. Ada dua permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh deskripsi tentang: 1. Peningkatan keaktifan hasil belajar siswa mengembangkan ide dalam menulis cerpen 2. Peningkatan kemampuan siswa mengembangkan ide dalam menulis cerpen. Untuk menjawab permasalahan di atas, peneliti menggunakan 2 data penelitian yaitu: a. Data Penelitian Primer
Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari pihak pertama, dalam hal ini dilakukan langsung kepada sejumlah siswa yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu siswa kelas IX SMP N II Kenduruan Kabupaten Tuban Tahun pelajaran 2009/2010. b. Data Penelitian Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil dari pihak kedua dengan kata lain data yang telah diambil terlebih dahulu dikumpulkan oleh orang lain dan kemudian dilaporkan, misalnya data nilai hasil belajar yang akan menunjukan hasil belajar. Adapun jenis data yang diperlukan disini adalah data mengenai nama-nama siswa dan nilai yang dijadikan objek penelitian yaitu siswa kelas IX SMP N II Kenduruan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2009/2010. Secara operasional teknik analisis data penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap persiapan umum dan khusus. Pada tahap persiapan umum meliputi: a. Menelaah seluruh data yang terkumpul Menelaah seluruh data yang terkumpul maksudnya memeriksa data apakah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai data penelitian atau belum. b. Mereduksi (kategori dan klasifikasi) Dari sejumlah data diperoleh, kemudian diklasifikasi berdasarkan aspek-aspek yang diteliti c. Menyimpulkan dan memverifikasi data Memverifikasi data yaitu mengadakan penilaian terhadap data yang diperoleh. Pada persiapan khusus dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Menghitung kenaikan rata-rata siklus (baik sebelum siklus 1 maupun siklus II) Sebelum menghitung kenaikan rata-rata siklus digunakan perhitungan dengan memaparkan dahulu data yang akan digunakan dalam perhitungan. Data tersebut adalah nilai hasil setiap siklus. b. Menyimpulkan hipotesis Setelah perhitungan kenaikan data yang di ratarata selanjutnya mengambil kesimpulan berdasarkan hasil data tersebut. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian ini meliputi : 1. Pedoman pengamatan Pedoman pengamatan ini berupa lembar isian hasil observasi / pengamatan 2. Wawancara Berupa buku catatan hasil wawancara 3. Catatan lapangan Berupa catatan yang data-datanya diambil dari lapangan 4. Dokumen / Produk Pembelajaran Berupa data rencana pelaksanaan pembelajaran
5. Tes unjuk kerja Berupa rubrik penilaian. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Interpretasi Data Berdasarkan teknik analisis data, setelah penulis mengadakan penelitian dan mencari sumber–sumber data untuk menyusun penelitian ini dari teknik dokumenter untuk mendapatkan data maka penulis menyajikan hasil penelitian tersebut, adapun hasil penelitian diperoleh nilai hasil dari tes yang penulis gunakan dalam memberikan tes percobaan untuk mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan proses dan media gambar. Berikut data yang diperoleh oleh penliti:
sebesar 64 dan setelah menggunakan model pembelajaran pendekatan proses dan media gambar terjadi peningkatan nilai rata – rata sebesar 70,5 pada siklus I dan meningkat menjadi 77,65 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang penulis lakukan berhasil meningkatkan keaktifan belajar sisiwa, juga dalam hal nilai hasil belajar mengalami peningkatan pada setiap tahap siklusnya. Sehingga hipotesis yang dirumuskan untuk meningkatkan hasil belajar dapat tercapai pada akhir pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai rata – rata yang tercantum pada grafik berikut ini.
Gambar 1. Grafik Hasil Siklus
Pengujian Hipotesis Jika pembelajaran menulis cerpen dilakukan melalui pendekatan proses dan media gambar, kemampuan siswa mengembangkan ide dalam menulis cerpen akan meningkat? Hipotesis ini dapat diterima berdasarkan hasil tabel / grafik diatas, maka pendekatan proses dan media gambar dapat menigkatkan kemampuan mengembangkan ide dalam menulis cerpen.
Perhitungan kenaikkan Hasil 1 = Nilai Siklus I – Nilai Sebelum Siklus = 70,5 – 64 = 6,5 Hasil 2
= Nilai Siklus II – Nilai Siklus I = 77,65 – 70,5 = 7,15
Kenaikan = Hasil I + Hasil 2 2 = 6,5 + 7,15 2 = 6,82 Berdasarkan tabel perbandingan nilai rata–rata diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan nilai rata – rata sebelum menggunakan pendekatan proses dan media gambar
PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode dan media pembelajaran sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. 2. Dengan menerapkan pendekatan proses dan media gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar menggembangkan ide dalam menulis cerpen siswa kelas IX SMP N 2 Kenduruan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2009/2010. Saran – Saran Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dianjurkan saran–saran sebagai berikut: 1. Supaya dalam proses belajar mengajar, guru lebih mengutamakan penggunaan metode dan media belajar yang sesuai dengan kondisi siswa agar diperoleh hasil belajar yang optimal.
2. Hendaknya guru menerapkan tugas – tugas dalam kegiatan pembelajaran agar siswa aktif dan diketahui pemahaman yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN Badudu, JS. 1979. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima. Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Dawawi, Iqbal M. 2007. The Power of Writing. Yogyakarta: Cupid. Keraf, Gorys.1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kohirudin, dkk. 2009. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Lentera Ilmu. Panuti, Sudjiman. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta Pusat: Dunia Pustaka Jaya. Soedjito dan Hasan, Mansur. 1991. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remaja Rosdakarya.
3. Hendaknya kegiatan belajar dalam pendekatan proses dan media gambar digunakan secara bervariasi agar siswa termotivasi sehingga dapat mencapai keaktifan dan hasil belajar yang optimal
Waluyo, Herman J dan Ekowardani Nugraheni. 2009. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Warsiman. 2007. Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar. Bandung: Dewa Rudchi. Widyamartaya, A dan Sudiati, V. 2004. Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: Grasindo. Wirajaya, Asep Yudho. 2008. Bahasa dan Bersastra Indonesia SMP Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan. Yonohudiyono, E dan Suyono. 2009. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Umum. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.