MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARIAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-C KOMPETENSI DASAR MENGIDENTIFIKASI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP DI SMP NEGERI 1 MANGARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ismul Mauludin Al Habib Dosen Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember
Yuni Indrawati Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember
ABSTRAK Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menanamkan rasa percaya diri dan bangga pada siswa, membangkitkan minat atau perhatian serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi diri. Model pembelajaran ini dirancang dan dapat digunakan oleh guru untuk mempengaruhi tingkat keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran yang akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah PTK dengan berkolaborasi dengan guru yang ditetapkan 2 siklus. Dalam PTK ada 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Ada dua jenis pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dengan menggunakan tes ulangan dan observasi dengan di checklist, dan data sekunder dengan wawancara. Peneliti menggunakan keabsahan isi dan pengecekan data. lagipula itu, peneliti menggunakan keharusan nilai sasaran atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menentukan kriteria sukses untuk menganalisis data. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada sebelum tindakan, walaupun masih ada 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individual, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal masih mencapai 76%. Namun setelah dilakukan pembelajaran siklus II, siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individual hanya 1 siswa, nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari siklus I yang sebesar 76 menjadi 84 pada siklus II, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 97% dan telah memenuhi standar ketuntasan belajar. Peningkatan hasil belajar menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) dapat dipertimbangkan sebagai pendekatan pembelajaran baik diterapkan mata pelajaran IPA Biologi sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS, aktivitas belajar, hasil belajar.
1
2
I. PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas akan berjalan dengan baik jika guru dan siswa sudah mempunyai cukup bekal. Bekal yang dimaksud adalah persiapan-persiapan dalam belajar mengajar. Persiapan-persiapan tersebut dimulai dari persiapan mental baik dari guru maupun dari siswa, persiapan pengenalan terhadap tujuan pembelajaran, persiapan waktu belajar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa hingga persiapan materi. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah guru, dan metode pembelajaran yang digunakan. Sampai saat ini para guru kebanyakan masih menggunakan sistem pembelajaran dengan berorientasi pada pola guru sentries, atau pola yang terpaut pada guru, yaitu guru selalu menjadi pusat seluruh kegiatan di dalam kelas. Ini sangat menghambat majunya dunia pendidikan, karena guru yang lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan siswa terbatas pada mendengar, mencatat dan mematuhi perintah guru. Siswa diposisikan sebagai orang yang tidak tahu yang hanya menunggu apa yang guru berikan. Padahal dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. Pada pelajaran Biologi siswa menjadi kurang mandiri, tidak berani mengungkapkan pendapatnya, selalu meminta bantuan guru dan kurang gigih dalam melakukan uji coba penyelesaian masalah. Sebagai pendidik, guru harus mampu mengkondisikan siswa agar terjadi suasana belajar yang menyenangkan dengan tidak menyimpang pada tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan karena siswa sekolah menengah pertama berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Selain itu dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung semakin cepat tidak memungkin para guru untuk mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Dilihat dari usia perkembangan kognitif, siswa SMP masih terikat dengan obyek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran Biologi yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti siswa. Dalam pembelajaran Biologi di tingkat SMP harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Pengembangan konsep yang telah diajarkan tidak bisa dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa. Jika yang ditekankan hanya pada pengembangan konsep tanpa memadukannya dengan pengembangan sikap dan nilai, akibatnya timbul intelektualisme yang ”gersang” tanpa humanisme (Conny Semiawan, 1992). Berkaitan dengan hal tersebut, pada pembelajaran Biologi juga ditemukan pula keragaman masalah sebagai berikut: 1. Keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak. 2. Keaktifan bertanya siswa kurang jika siswa menemui kesulitan untuk memahami penjelasan dari guru.
3 3. Keaktifan mengemukakan ide/ pendapat kurang. 4. Keaktifan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kurang. 5. Keaktifan mengerjakan soal di depan kelas kurang. Untuk mengantisipasi masalah tersebut agar tidak bekelanjutan, maka para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan model pembelajaran dengan berbagai strategi dan media pembelajaran yang tepat. Penggunaan bermacam-macam model pembelajaran, strategi dan media yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan materi pelajaran yang ditetapkan sebelumnya. Strategi dan alat tersebut berfungsi sebagai media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menanamkan rasa percaya diri dan bangga pada siswa, membangkitkan minat atau perhatian serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi diri. Model pembelajaran ini dirancang dan dapat digunakan oleh guru untuk mempengaruhi tingkat keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran yang akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut Keller mengembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289319). Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi
4 interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. Dalam penelitian ini dipilih materi pokok karena dalam materi ini banyak hal yang cocok untuk disajikan dengan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction). Dalam materi ini diperlukan kecermatan dan ketelitian agar dapat memahami konsep yang ada pada materi tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII-C kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-C kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) Di SMP Negeri 1 Mangaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
II. METOLOGI PENELITIAN Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2012 sedangkan tempat penelitian di SMP Negeri 1 Mangaran, Kelas yang dipilih yaitu kelas VII-C dengan nilai rata-rata ulangan harian dibawah KKM. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu memaparkan data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan yang mencakup proses pembelajaran kooperatif model word square dan nilai hasil belajar siswa, selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dalam tindakan yang telah dilakukan. Untuk mengkategorikan tingkah laku siswa selama pelaksanaan tindakan, peneliti menggunakan lembar observasi tentang aspek yang harus diamati dalam penggunaan
5 model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction). Untuk mengetahui prosentase minat belajar, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan dan berani mempresentasikan.seperti pada tabel di atas digunakan rumus seperti berikut ini: (misalnya keaktifan siswa) A PA = × 100 N PA= Prosentase Keaktifan A= Jumlah siswa yang aktif N= Jumlah seluruh siswa maksimal.
III. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa indikator mengajukan pertanyaan memiliki kategori aktif, karena mencapai persentase sebesar 73% sedangkan pada aktivitas siswa menjawab pertanyaan memiliki kategori aktif pula yaitu 78% pada indikator ini, semua siswa mampu menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat yakni berjumlah 29 siswa. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa kurang serius dalam menjawab pertanyaan, karena hanya 9 siswa saja yang memenuhi aspek mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan aktivitas belajar yang dilakukan. Untuk siswa yang memenuhi aspek hanya mengajukan pertanyaan tidak sesuai materi berjumlah 11 siswa dan 9 siswa yang mampu mengajukan pertanyaan lebih dari 2 pertanyaan sesuai dengan materi pelajaran. Pada kegiatan menjawab pertanyaan termasuk kategori aktif, yakni mencapai persentase sebesar 78%. Hal ini terlihat dari siswa yang tidak ada siswa yang memenuhi aspek tidak menjawab pertanyaan dari guru, yang tidak menyimak materi melalui media pembelajaran ada 8 siswa, sedangkan siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan perasaan bangga atas jawabannya walaupun lebih dari 2 pertanyaan sehingga mendapat skor 4 terdapat 12 siswa. Aktivitas ketiga yaitu mengerjakan LKS termasuk kategori aktif, yakni mencapai persentase sebesar 72%. Pada aspek mengerjakan soal berupa LKS terdapat siswa, ada 11 siswa yang tidak melihat penampilan materi melalui media pembelajaran, hanya 10 siswa yang mengerjakan LKS, dan hanya 8 siswa yang menggunakan sumber belajar lain dalam menyelesaikan soal. Pada indikator kegiatan presentasi, termasuk kategori cukup aktif, karena memiliki persentase sebesar 69%. Walaupun ada 14 siswa yang tidak mengerjakan tugas dan berani bertanya tanpa malu-malu apabila ada materi yang belum dimengerti, 8 siswa yang berani mengemukakan pendapat dan 7 siswa yang menjawab pertanyaan baik dari guru maupun teman. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut :
6
Tabel 1.Hasil Observasi Siklus 1 No
1 2 3 4
Indikator
Jumlah siswa Persentase yang mendapat skor 1 2 3 4 0 11 9 9 73% 0 9 8 12 78% 0 11 10 8 72% 0 14 8 7 69% 73%
Mengajukan Pertanyaan Menjawab Pertanyaan Mengerjakan LKS Presentasi Kelas Jumlah rata-rata
Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berdasarkan analisis hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung diketahui bahwa terdapat adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dibandingkan dengan sebelumnya tindakan, hal ini tampak pada perilaku siswa selama pembelajaran IPA Biologi dan ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, serta keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi. Analisis yang dilakukan terhadap hasil ulangan harian, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal belum dicapai karena kurang dari 85% sehingga perlu diadakan siklus II. Hasil ulangan harian setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) menunjukkan bahwa siswa kurang dapat memahami materi. Hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar 76% dari 29 siswa terdapat 7 siswa yang belum tuntas secara perseorangan, hasil analisis dari tes siklus I. Hasil observasi siklus II dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus 2 No
1 2 3 4
Indikator
Mengajukan Pertanyaan Menjawab Pertanyaan Mengerjakan LKS Presentasi Kelas Jumlah rata-rata
Jumlah siswa yang Persentase mendapat skor 1 2 3 4 0 0 20 9 83% 0 0 17 12 85% 0 0 21 8 82% 0 0 22 7 81% 83%
7 Kegiatan observasi pada siklus 2 dilakukan pada dua kali pertemuan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada dua kali pertemuan diperoleh data yang dapat terlihat pada lampiran dan hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan setiap dilakukan tindakan pada tiap siklus. Hal ini dapat terlihat pada gambar berikut :
5 4 4 3.03 3 2 1 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Analisa Jumlah Skor Rata-Rata Indikator Siklus I dan Siklus II Berdasarkan Grafik di atas bahwa setiap indikator dari aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dengan kategori aktif yang mendapatkan skor ratarata 73% mengalami peningkatan pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi sangat aktif dengan skor rata-rata sebesar 83%. Indikator satu yaitu mengajukan pertanyaan termasuk kategori sangat aktif, karena mencapai skor rata-rata 83%. Pada aspek mengajukan pertanyaan, semua siswa mampu mengajukan pertanyaan minimal 2 pertanyaan dari soal yang dianggap sangat sulit untuk dikerjakan. Indikator kedua yaitu menjawab pertanyaan termasuk kategori sangat aktif dengan skor rata-rata mencapai 85%. Namun tidak terdapat siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan, dan juga tidak ada siswa yang tidak menyimak materi melalui media pembelajaran, 17 siswa mendiskusikan materi dari 12 siswa yang menyampaikan materi. Aktivitas ketiga yaitu mengerjakan LKS termasuk kategori sangat aktif, yakni mencapai persentase sebesar 82%. Pada aspek mengerjakan soal berupa LKS terdapat hanya 21 siswa yang mengerjakan LKS, dan hanya 8 siswa yang menggunakan sumber belajar lain dalam menyelesaikan soal. Pada indikator kegiatan presentasi di depan kelas, termasuk kategori cukup aktif, karena memiliki persentase sebesar 81%. Hanya ada 22 siswa yang berani mengemukakan pendapat dan 7 siswa yang menjawab pertanyaan baik dari guru maupun teman. Skor rata-rata yang diperoleh dari masing-masing indikator pada siklus II dapat terlihat pada gambar berikut :
8 100
83
85
82
81
Mengajukan Pertanyaan
Menjawab Pertanyaan
Mengerjakan LKS
Presentasi Kelas
80 Skor
60 40 20 0
Indikator
Gambar 2. Masing-Masing Indikator Berdasarkan hasil tersebut diperoleh data dari 29 siswa yang mengikuti ulangan harian 2 siswa yang tidak tuntas belajar, karena siswa tersebut memperoleh nilai kurang dari 65 dari skor maksimal 100 dan 27 siswa tuntas secara perorangan. Hasil tersebut mengalami peningkatan dari siklus I ini dapat terlihat dari rata-rata nilai. Rata-rata pada siklus I sebesar 74 dan pada siklus II sebesar 84. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I hanya mencapai 75%, pada siklus 2 ini sudah mencapai standar ketuntasan klasikal yang diterapkan pihak sekolah yakni mencapai 93%. Pada hasil belajar siswa pada siklus 2 sudah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, meskipun peningkatannya tidak terlalu tinggi dikarenakan dalam mengerjakan tugas kurang teliti. Adapun peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar berikut : .
Prosentasi
100 80 60
62
74
84
40 20 0 Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Grafik 3. Analisa Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dan II Berdasarkan analisis observasi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dari hasil nilai ulangan harian serta mewawancarai yang dilakukan kajian terhadap siklus 2, selama kegiatan berlangsung masih ada siswa yang kurang memperhatikan pelajaran, kurang bertanggung jawab pada saat bermain peran dan masih ada siswa yang bergurau sendiri pada saat diskusi berlangsung sehingga mereka tidak memahami betul materi yang diajarkan serta tidak mau bertanya bila mengalami kesulitan. Tetapi suasana siklus tidak seramai pada saat siklus I karena guru sudah lancar dalam model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) se-
9 hingga guru bisa melakukan pengelolaan kelas dengan baik dan siswa tidak merasa bingung dengan pembelajaran ini. Refleksi pada penelitian ini merupakan kesimpulan dari hasil refleksi dari siklus 1 dan siklus 2 yaitu pada siklus 1 pada hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil ulangan harian, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal belum dicapai karena kurang dari 85% sehingga perlu diadakan siklus II. Hasil ulangan harian setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) menunjukkan bahwa siswa kurang dapat memahami materi. Hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar 76% dan dari 29 siswa terdapat 7 siswa yang belum tuntas secara perseorangan, hasil analisis dari tes siklus I. sedangkan pada siklus 2 pada siklus 2 ini sudah mencapai standar ketuntasan klasikal yang diterapkan pihak sekolah yakni mencapai 93%. Pada observasi aktivitas siswa setiap indikator dari aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dengan kategori sedang yang mendapatkan skor rata-rata 73% mengalami peningkatan pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi tinggi dengan skor rata-rata sebesar 83%. ada peningkatan sebesar 10% dari siklus I. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa yang berdampak kepada peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction). Dalam penelitian ini, observasi digunakan sebagai acuan untuk merancang model pembelajaran mulai dari siklus I sampai siklus 2. Kegiatan yang dilakukan pada tindakan pendahuluan adalah observasi proses belajar mengajar, wawancara terhadap guru bidang studi dan siswa kelas VII-C serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi, sehingga diperoleh data mengenai proses pembelajaran IPA Biologi serta aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan empat komponen yang berpengaruh pad pembelajaran di kelas yakni Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction. Pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa, mengoptimalkan penggunaan indera baik Assurance, Relevance, Interest siswa yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran tugas, merumuskan masalah, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) dapat menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena mereka dibimbing untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri dengan memperhatikan penampilan materi ciri-ciri makhluk hidup melalui media pembelajaran, sehingga siswa benar-benar memiliki gambaran pengetahuan mengenai materi. Siswa juga dapat memiliki pengetahuan melalui pengalaman belajarnya dengan cara menyelesaikan tugas sehingga dapat saling bertukar pikiran dengan siswa lain, lebih
10 leluasa mengeluarkan pendapat berkaitan dengan materi yang dikuasai, serta lebih berani bertanya dan menjawab berkaitan dengan materi yang dikuasai, serta lebih berani bertanya dan menjawab hal-hal yang berkenan dengan materi, dengan demikian siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi. Selama pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction), siswa tampak aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat terlihat dari observasi terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus yang mengalami peningkatan. Pada kegiatan siklus I, aktivitas belajar siswa termasuk kategori aktif karena mendapatkan skor rata-rata aktivitas belajar sebesar 73% walaupun demikian keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan sebelum dilakukan tindakan. Sedangkan pada kegiatan siklus II, aktivitas belajar siswa sudah termasuk kategori sangat aktif dengan skor rata-rata aktivitas belajar mencapai 83% selain itu juga dapat dilihat masing-masing anggota kelompok yang mampu bermain peran dengan penuh tanggung jawab, mampu mengeluarkan pendapat pada saat diskusi berlangsung, lebih berani bertanya apabila ada materi yang kurang dimengerti dan tidak canggung menjawab pertanyaan baik dari guru maupun siswa lain. Berdasarkan tes yang dilakukan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction), hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada sebelum tindakan, walaupun masih ada 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individual, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal masih mencapai 76%. Namun setelah dilakukan pembelajaran siklus II, siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individual hanya 1 siswa, nilai ratarata kelas juga mengalami peningkatan dari siklus I yang sebesar 76 menjadi 84 pada siklus II, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 97% dan telah memenuhi standar ketuntasan belajar. Peningkatan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) dapat dipertimbangkan sebagai pendekatan pembelajaran yang baik diterapkan pada mata pelajaran IPA Biologi yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Peningkatan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) dapat dipertimbangkan sebagai pendekatan pembelajaran yang baik diterapkan pada mata pelajaran IPA Biologi yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tanggapan guru mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) sangat mendukung pembelajaran ini, karena guru dapat memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.
11 Berdasarkan hasil analisa data yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII-C dengan kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup Mata Pelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 1 Mangaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
DAFTAR PUSTAKA Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an American and a Soviet model, Journal of Instructional Development vol. 10 (2), 11-14. Gagne, Robert M, dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston. Gagne, Robert M. dan Driscoll, Marcy P. 1988. Essentials of learning for instruction. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc. Hendorn, James N. 1987. Learner interests, achievement, and continuing motivation in instruction, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 11-14. Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. 1990. Classroom measurement and evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc. Keller, John M. 1983. Motivational design instruction dalam Charles M Reigeluth (ed.), Instructional design theories and models, 383-430. Hillsdale, NJ.: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. ________ 1987. Development and use of ARCS model of instructional design, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 2-9. Keller, John M. dan Thomas W. Kopp. 1987. An application of the ARCS model of motivational design, dalam Charles M. Reigeluth (ed), Instructional theories in action, 289-319. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Nasution dan J. Mursell. 2000. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Reigeluth, Charles M. dan Curtis Ruth V. 1987. Learning situations and instructinal models, dalam Robert M. Gagne (ed.), Instructional technology foundations, 175-206. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. ________ 1999. Pengaruh model pembelajaran ARIAS dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa, Disertasi. Jakarta: PPS-IKIP Jakarta.