UNAIR Jadi Tuan Rumah Pertemuan Majelis Wali Amanat Sebelas PTN UNAIR NEWS – Perwakilan Majelis Wali Amanat (MWA) dari Sebelas Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) akan menghadiri ‘Pertemuan Forum Komunikasi MWA PTN BH’ di Universitas Airlangga, 17-18 Maret 2016. Pertemuan tersebut akan membahas ‘Implementasi Good Governance PTN BH untuk Mewujudkan World Class University’. Sebanyak sebelas perwakilan MWA yang akan hadir tersebut berasal dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Iman Prihandono, Ph.D, selaku Sekretaris Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga (Foto: UNAIR NEWS) “Sejak ada status PTN-BH, belum pernah sekalipun ada pertemuan bersama MWA. Mengingat pentingnya peran MWA bagi PTN-BH, pertemuan MWA ini dirasa menjadi perlu,” ujar Sekretaris MWA UNAIR, Iman Prihandono, Ph.D, usai menghadiri rapat persiapan penyelenggaraan pertemuan Forum Komunikasi MWA PTN-BH di Kantor Manajemen UNAIR, Senin (7/3). Pertemuan tersebut, lanjut Iman, juga akan membahas isu-isu bersama yang saat ini dihadapi oleh PTN-BH seperti penyamaan persepsi mengenai peran MWA dalam mendukung pengelolaan keuangan PTN-BH yang transparan dan akuntabel sebagai bagian dari otonomi keuangan yang dimiliki PTN-BH. “Selain itu juga bagaimana peran MWA dalam mendukung masingmasing PTN-BH untuk mencapai standar world class university. Kita harus menyamakan persepsi bahwa tugas MWA ini sangat penting bagi PTN-BH,” lanjut doktor lulusan Macquarie Law School ini.
Rencananya, Menristekdikti M Nasir, Menkeu Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil serta Ketua/Wakil Ketua Komisi X DPR RI akan diundang menjadi pembicara dalam pertemuan tersebut. Penulis : Yeano Andhika
UNAIR Ikuti Study Abroad Fair 2016 di Malaysia UNAIR NEWS – Universitas Airlangga berpartisipasi dalam Study Abroad Fair (SAF) 2016 yang diadakan oleh Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor, Malaysia. Acara yang digelar 6-7 Maret 2016 di Dewan Sultan Iskandar ini diikuti oleh 30 institusi pendidikan dari berbagai negara. Antara lain Indonesia, Jerman, Spanyol, Brunei Darussalam, Thailand, Turki, India, Pakistan, Irak, Kanada, Spanyol, Filipina, Korea, Jepang, Prancis, dan Iran.
perwakilan IOP menjelaskan program UNAIR kepada mahasiswa (Foto: Istimewa) Dalam pameran ini UNAIR menawarkan sejumlah program internasional unggulannya seperti AMERTA dan summer course dari fakultas. Di antaranya Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Perikanan dan Sekolah Pasca Sarjana.
Wakil Dekan III FST berdiskusi dengan dosen UTM (Foto: Istimewa) Sehari sebelumnya, diadakan afternoon tea untuk networking session. Kesempatan ini dimanfaatkan UNAIR untuk melakukan penjajakan kerjasama dengan universitas lain yang mengikuti pameran ini. Program yang dibidik UNAIR adalah visiting professor, student exchange, joint research dan joint publication. (*) Penulis: Ratna Wahyu, IOP
Banyak Prestasi, AIRMUN Siap
Jadi Unit Kegiatan Mahasiswa UNAIR NEWS – Untuk mewadahi mahasiswa yang ingin melatih kemampuan berdiplomasi dan bernegosiasi di tingkat global, Universitas Airlangga memiliki sebuah komunitas bernama Airlangga Model United Nation (AIRMUN) Club. Tiap tahunnya, ada banyak ajang MUN yang bisa diikuti oleh mahasiswa UNAIR. Namun, anggota AIRMUN Club sendiri hanya mengadakan seleksi bagi mahasiswa UNAIR yang ingin mengikuti Harvard National Model United Nations (HNMUN), Harvard World Model United Nations (WMUN), dan Conference (AMUNC).
Asia-Pacific
Model
United
Nations
Kini, para anggota AIRMUN Club ingin mengubah bentuk dari komunitas menjadi unit kegiatan mahasiswa (UKM). Tujuannya agar komunitas yang dipimpinnya ini memiliki legitimasi di hadapan sivitas akademika UNAIR lainnya, termasuk Direktorat Kemahasiswaan. Pernyataan itu disampaikan oleh Ni Putu Indah Maharani selaku Ketua AIRMUN Club tahun 2016. “AIRMUN Club selama ini juga agak mengalami kesusahan dana karena klub ini bukanlah sebuah organisasi yang memiliki surat keputusan. Sayang kalau tidak dibikin sebagai UKM. Klub ini sebenarnya tidak hanya mewadahi teman-teman yang ingin mengikuti MUN saja, tetapi juga mengakomodasi mereka-mereka yang ingin melatih skill seperti negosiasi dan berbahasa Inggris,” tutur mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional (HI) FISIP UNAIR yang akrab disapa Rani ini. Rani ingin agar AIRMUN Club memiliki keanggotaan yang beragam. Menurutnya, mahasiswa yang berasal dari program studi selain Ilmu HI juga membutuhkan kemampuan untuk berbicara di depan publik dan menguasai bahasa Inggris. Jadi, menurutnya, tak masalah apabila ada mahasiswa yang ingin bergabung dengan AIRMUN Club tapi tidak berminat mengikuti ajang MUN. Rani percaya bahwa komunitas yang kini tengah dipimpinnya
mampu mengharumkan nama UNAIR di kancah internasional. “UNAIR katanya mau World Class University. Jadi, kalau kita (mahasiswa, -red) bisa berpartisipasi dalam ajang tersebut, mengapa tidak?,” tuturnya. Rencananya, pada April 2016 nanti komunitas AIRMUN Club akan mengadakan rekrutmen anggota dan mengadakan roadshow ke semua fakultas untuk menarik minat mahasiswa UNAIR serta mengenalkan tentang profil klub. “Mungkin orang berpikir kalau MUN itu hanya ranahnya mahasiswa HI. Padahal tidak. Di PBB sendiri ada banyak komite, misalnya WHO (World Health Organization) yang menangani masalah kesehatan. Itu, kan, cocok buat mahasiswa Fakultas Kedokteran. Ada juga UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Sebenarnya, yang paling penting adalah kita bisa belajar public speaking. Profesi apapun pasti membutuhkan skill itu. Itu semua bisa kita training di AIRMUN Club,” ujar Rani. Pernyataan Rani itu diamini oleh Citra Hennida, staf pengajar Departemen HI FISIP UNAIR. Citra juga kerap berkiprah membina mahasiswa UNAIR yang akan berangkat ke ajang MUN. Citra menekankan bahwa AIRMUN Club tidak hanya menekankan soal ajang MUN, tetapi beragam komunitas itu.
softskill
yang
bisa
dipelajari
di
“Perlu diingat bahwa di AIRMUN ini, kita tidak menekankan tentang MUN, tetapi bagaimana kita membekali mahasiswa itu dengan softskill yang khususnya dalam bahasa Inggris. Apalagi sekarang, kan, era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Mau anak teknik, atau apapun, kalau dia sedang berjualan, dia butuh kemampuan berbicara yang bagus, dan percaya diri. Nah, dengan bergabung di AIRMUN, kita coba pupuk hal-hal yang seperti itu,” tutur Citra. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Binti Q. Masruroh
Mengedukasi Masyarakat Agar Tidak Takut Reptil UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) PDD UNAIR di Banyuwangi mengenalkan “Handling dan Sexing pada Reptil” kepada anak muda Banyuwangi, Sabtu (5/3). Acara ini dihadiri oleh puluhan anak muda di “Kota Gandrung Banyuwangian” ini dengan menghadirkan komunitas pecinta reptil Banyuwangi, “Banyuwangi Reptile Comunity”. Tujuan acara ini dilaksanakan, selain mengedukasi para pecinta reptil di Banyuwangi mengenai “Handling dan Sexing pada Reptile” juga untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa reptile bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti. ”Kita juga punya tujuan selain suka, kami juga ingin menghilangkan stigma pada masyarakat yang berpikir bahwa reptil itu berbahaya, padahal tidak, bahkan bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Bung Rudi, ketua Banyuwangi Reptile Community. Keseimbangan pada ekosistem sangat dipengaruhi oleh reptil. Reptil memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Selain memainkan peran penting dalam banyak rantai makanan, yang menjaga populasi hewan kecil di bawah terkendali, reptil juga berfungsi sebagai makanan, hewan peliharaan, dan telah memainkan peran dalam seni dan budaya selama ribuan tahun. “Masyarakat dan mahasiswa diharap tahu lebih tentang hewan konservasi, terutama reptil, supaya bisa turut menjaga biodiversitas satwa yang dilindungi. Karena reptil telah berperan penting dalam ekosistem sejak ribuan tahun lalu, dan saat ini rawan di eksploitasi demi kepentingan oknum
tertentu,” tambah Drh. Thohawi Elziyad, pemrasaran pada sesi materi dalam kegiatan ini. (*) Penulis: Ahmad Zakky Multazam Editor : Bambang Bes
Blusukan ke Rumah-Rumah Warga, Mahasiswa UNAIR Ikut Tekan Penyebaran DBD UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) PDD UNAIR Banyuwangi, berlanjut. Setelah diawali pada 11 Februari lalu, kemudian pekan lalu (2/3) melaksanakan edukasi pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Kelurahan Boyolangu, Kec. Giri, Kab. Banyuwangi, Minggu (6/3) kemarin, puncaknya dengan “blusukan” mengidentifikasi jentik ke rumahrumah warga, sekaligus memberikan edukasi dengan pendekatan komunikasi interpersonal di wilayah yang sama. Sasarannya adalah bak mandi, jamban-jamban keluarga, dsb. Mengapa harus dilaksanakan identifikasi terhadap jentik? Menurut Syifa, staf pengajar FKM UNAIR Banyuwangi, dengan fogging saja tidak akan menyelesaikan masalah Demam Berdarah Dengue (DBD), sebab asap hasil fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedang jentik-jentik yang tumbuh di tempat-tempat air tetap hidup dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa, dan nyamuk ini membawa virus dengue dari kecil. ”Jadi kalau mau memberantas demam berdarah harus dari sarangnya dan jentik-jentiknya,” ujar Syifa. Seperti diketahui, DBD adalah salah satu wabah penyakit yang harus
diwaspadai saat ini. Penyakit yang disebabkan virus dengue dan dibawa/ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (AE) ini, bila terlambat tertangani bisa berpotensi menyebabkan kematian. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, tahun 2015 lalu DBD di Banyuwangi dinyatakan berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa), yakni mencapai 154 kasus hanya dalam kurun waktu Januari hingga Februari dan menimbulkan korban jiwa. Wabah ini harus diwaspadai saat awal musim penghujan dan akhir musim penghujan, saat-saat terdapat genangan air yang tidak tersiram oleh air hujan lagi dan menjadi tempat strategis berkembang-biaknya nyamuk AE. Karena itu dalam sosialisasi kemarin, warga diminta mewaspadai tempat-tempat genangan air seperti, bak mandi, selokan yang mampat, dan barang bekas yang berpotensi menampung air dan sifatnya terbuka. Koordinator pengmas FKM UNAIR Banyuwangi, Azis, berharap kegiatan ini dapat menekan kejadian kasus DBD yang secara epidemiologis diprediksi akan mengalami lonjakan pada April mendatang. ”Kami sangat senang bisa menerapkan ilmu yang telah kami pelajari, dan semoga dapat bermanfaat sebagai salah satu langkah preventif dalam memutus daur hidup nyamuk AE, apapun spesiesnya. Saya juga berharap kegiatan ini tidak putus sampai hari ini saja, tetapi terus dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Azis. Pengendalian berbasis pencegahan yang langsung oleh masyarakat, dinilai cara paling efisien dan sangat mudah dilakukan. Masyarakat hanya perlu melakukan pola hidup bersih dan sehat, termasuk melakukan 4N (Ngubur, Nguras, Nutup dan Ngawasi – dari gigitan nyamuk) atau juga dikenal dengan istilah 3M plus (Mengubur, Menguras, Menutup dan Hindari gigitan nyamuk). Kepada masyarakat juga diminta untuk menebarkan bubuk larvasida atau bubuk abate pada bak mandi, dan melakukan pengawasan pada anak-anak yang sangat rawan terjangkit penyakit ini. (*)
Penulis : Ahmad Zakky Multazam Editor : Bambang ES
Delegasi UNAIR Bawa Emas dari UPI Bandung UNAIR
News
–
Badan
Eksekutif
Mahasiswa
(BEM)
Himpunan
Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung menyelenggarakan acara bertajuk Islamic Education Fair. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari terhitung sejak 19-21 Februari 2016 ini diadakan dalam rangka mencari solusi dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islami dengan pendidikan. Seorang dara Airlangga turut ikut menyumbangkan ide kreatifnya pada acara ini. Ialah Kiki Awalul Chasanah, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR yang juga perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran UNAIR. Kiki menyumbangkan ide kreatifnya pada perlombaan essai, dan menyabet juara 1 diantara 12 finalis yang turut serta. Peserta lain yang berhasil Kiki kalahkan berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Satya Negara Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Politeknik Negeri Bandung, Universitas Negeri Jakarta, dan termasuk UNAIR. Essai Kiki berjudul “Children Islamic Education Park Berbasis Fun Religion Learning sebagai Upaya Pembentukan Karakter Penyambung Rantai Pasokan Berkualitas Islami yang Beradab”. Mahasiswi yang juga pernah menjuarai LKTIN 2 nd Indonesian Medical Scientific Competition Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini menjelaskan bahwa dirinya baru pertama
kali mengikuti perlombaan di UPI Bandung. “Artikel tersebut saya buat berawal dari inspirasi dan rasa kagum saya terhadap museum Asma’ul Husnah, Madinah, dan komik Islam bergambar yang mengajarinya nilai-nilai Islam secara halus, namun belum semua orang mengetahuinya,” tutur Kiki. Mahasiswi yang memiliki hobi fotografi dan desain ini menjelaskan tentang proses kreatif pembuatan artikelnya yaitu dengan menggabungkan konsep komik Islam dan Museum Asma’ul Husnah menjadi konsep taman edukasi Islam. Selain menang, Kiki memiliki harapan lebih terhadap artikel yang ia lombakan tersebut. “Harapannya supaya artikel yang saya buat nantinya bisa direalisasikan dengan semangat Excellent with Morality,” pungkasnya. (*) Penulis : Akhmad Janni Editor
: Binti Q. Masruroh
Dirut Pertamina Berbagi Cerita Inspiratif di FEB UNAIR NEWS – Gedung Program Magister Manajemen FEB kedatangan tokoh nasional Sabtu siang (6/3). Dia adalah Dirut Pertamina Dwi Soetjipto. Salah satu anggota majelis wali amanah UNAIR tersebut menjadi narasumber business gathering bertajuk Transformasi Pertamina Menjadi Perusahaan Energi Berkelas Dunia. Dalam kesempatan itu, mantan Dirut Semen Indonesia tersebut mengungkapkan pentingnya kreatifitas dan semangat juang. Semua
itu menjadi modal utama untuk bersaing di pasar global. Wawasan mesti mendunia. Namun, nasionalisme dan rasa cinta pada tanah air harus pula menjadi landasan dalam bertindak. Yang tak kalah penting adalah perasaan tidak gampang merasa puas. Dia mencontohkan, Pertamina saat ini bisa dibilang sebagai BUMN besar. Namun, para penggawa di dalamnya tidak boleh merasa berada di zona aman. “Tantangan di luar sangat besar. Kita harus selalu peka terhadap perubahan. Jangan sampai terlena,” kata dia. Perubahan yang begitu cepat dan beraneka rupa ini sempat dianalogikannya dengan kisah bahtera Nuh. Betapa waktu itu, banjir yang terjadi benar-benar tidak bisa diprediksi dan di luar dugaan. Kalau sudah begitu, sense of crisis sudah menjadi barang mutlak. Di sisi lain, dia juga menyampaikan soal perlunya brain storming dengan rekan-rekan. Sebab, berawal dari kebersamaan dalam diskusi, kerap kali ide-ide brilian muncul. Sekitar 150 mahasiswa dan civitas akademika hadir dalam acara tersebut. Khususnya, yang berasal dari FEB. Ada pula peserta dari kalangan praktisi dan pemerhati bisnis yang hadir dari luar kampus UNAIR. Mereka tampak antusias mengikuti “sharing session” yang gayeng dan hangat kali ini. Gaya bertutur yang ringan dan gampang dipahami menjadikan Dwi magnet dalam venue. Ketua Program Studi Magister Manajemen Dr Gancar Premananto menuturkan, pihaknya sudah kerap melangsungkan kuliah umum, seminar, business gathering, meet the CEO¸ yang dihadiri tokoh nasional dengan rekam jejak bagus. “Kami ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan langsung dari ahlinya. Para mahasiswa bisa belajar dan berinteraksi langsung dengan narasumber yang berkompeten,” kata dia. Harapannya, apa yang disampaikan Dwi dapat diterima oleh
mahasiswa sebagai alternatif berpikir dan mengaplikasikan ilmu di masyarakat. Terlebih, selama berkiprah di dunia bisnis, Dwi terhitung sukses dan sarat prestasi. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Alumni dan Mahasiswa All Out Bantu Korban Banjir Sampang UNAIR NEWS – Tim UNAIR yang terjun ke lokasi bencana banjir Sampang benar-benar all out. Mereka mengerahkan segenap tenaga untuk meringankan beban masyarakat di sana. Rachmat Muttaqin, alumni FISIP yang dulu aktif di UKM Menwa menjelaskan, pada Rabu malam (2/3), lima personel berangkat ke Sampang. Mereka meluncur ke Pulau Garam dengan menggunakan tiga unit sepeda motor. Selain Muttaqin, ada pula tiga anggota Menwa dari berbagai fakultas dan seorang sukrelawan dari Fakultas Psikologi. “Di sana, kami langsung berkoordinasi dengan posko-posko. Kami dipersilakan melakukan survey dan pengamatan lapangan. Dari situ, kami tahu kalau ada di kawasan yang belum tersentuh bantuan. Yakni, Panggung dan Paseyan,” kata dia.
Penuh sesak : suasana di dalam posko kesehatan (Foto: UNAIR NEWS) Mereka pun memutuskan untuk fokus mendistribusikan bantuan berupa barang dan tenaga guna ikut bersih-bersih lingkungan di sana. Barang yang diberikan pada penduduk sekitar antara lain bahan makanan, pakaian, obat-obatan, serta perkakas atau kebutuhan sehari-hari lainnya. Pada Jum’at (4/3), sejumlah alumni dan Mahasiswa Tanggap Bencana (Mahagana) menyusul hadir. Mahagana adalah sekumpulan mahasiswa lintas UKM dan eksponen. Misalnya, Menwa, Pramuka, KSR PMI, Wanala, Mapanza, BEM, dan lain-lain. Tepatnya, pada Sabtu sore (5/3) tim dari UNAIR itu baru kembali dari Sampang. “Ini merupakan tugas dan tanggungjawab sosial kami. Wujud nyata pengabdian untuk masyarakat bangsa dan negara,” kata Muttaqin. (*)
Penulis: Rio F. Rachman
FKG Terus Siapkan Akreditasi Internasional Asean University Network UNAIR NEWS – Pada 2015 lalu, program akademik S1, profesi kedokteran gigi, dan magister, meraih akreditasi A dari BAN PT. Pada 2016, FKG UNAIR kembali mendapat akreditasi untuk beberapa program spesialis. Program spesialis ini diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAMPTKES). Tahun ini, program spesialis Prostodonsia dan Konservasi Gigi mendapat akreditasi A dan program D3 teknologi kedokteran gigi mendapat akreditasi B. “Target kami adalah akreditasi untuk 11 program studi. Setelah 6 program mendapat akreditasi yang membanggakan, selanjutnya adalah pengajuan akreditasi untuk 5 program spesialis lain, yaitu Ilmu kedokteran gigi anak, orthodonsia, periodonsia, ilmu penyakit mulut dan bedah mulut,” ujar Dekan FKG, Dr. R., Darmawan Setijanto, drg., M.Kes. Darmawan menambahkan, tujuan dari akreditasi ini tidak sekadar pengakuan secara tertulis. Lebih jauh, ini adalah bentuk peningkatan mutu pendidikan. Akreditasi yang sangat baik ini adalah modal dasar untuk tahap selanjutnya. Yaitu, pengakuan dunia melalui akreditasi Asean University Network (AUN). (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Balik dari Singapura, Mengabdi untuk Almamater Tercinta UNAIR NEWS – Untuk menjadi mahasiswa yang aktif kuliah sambil kerja, dibutuhkan banyak aspek. Misalnya, kreatifitas dan kemampuan mengatur waktu. Hal itu selalu diupayakan oleh Asih Saraswati, mahasiswa S1 Jurusan Budidaya Perairan. Belia kelahiran Mojokerto 16 Januari 1991 ini boleh dikata multi talenta. Dia pernah menjadi reporter sekaligus fotografer di media cetak Warta UNAIR. Lantas, pindah ke bagian Radio untuk menjadi penyiar dan tim kreatif. Dia juga kerap melaksanakan tugas mengedit produk audio visual. Termasuk, membuat teaser dan poster promosi. “Saya mencintai apa yang saya lakukan. Banyak dapat pengalaman, wawasan, dan jaringan,” kata salah satu peserta ekspedisi NKRI dengan Kopassus pada 2013 tersebut.
Asih Saraswati, mahasiswa S1 Jurusan Budidaya Perairan (Foto: Istimewa) Dia paham, sejumlah orang menganggap kalau apa yang dia lakukan tidak berhubungan dengan kuliah yang dijalaninya. “Tapi, prinsip saya, jadikan hobi kedua sebagai pekerjaan dan hobi pertama sebagai sarana rekreasi. Hobi pertama saya adalah travelling. Karena itu saya memilih jurusan yang mengharuskan saya untuk berkeliling dan bekerja di luar lapangan. Hobi kedua saya, kurang lebih adalah apa yang saya lakukan di media kampus saat ini,” kata peraih full-schoolarship selama 4 tahun pertama perkuliahan ini. Dari Singapura, Balik ke PIH Kecintaan Yeano D. Andhika pada dunia tulis-menulis tidak terbantahkan. Pada 2013 lalu, pemuda kelahiran Ngawi 1 Januari 1994 ini bergabung dengan Warta UNAIR. Dia sempat menjadi kontributor dan editor hingga Juni 2015. Nah, pada Juli 2015 hingga Januari 2016, mahasiswa S1 Ekonomi
Islam FEB angkatan 2012 ini ikut program exchange ke National University of Singapore (NUS). Februari 2016, dia kembali ke tanah air. Tak hanya itu, ketua divisi keilmuan Hima Ekonomi Islam 2014 ini juga kembali bergabung dengan News Room UNAIR. Baik sebagai editor majalah maupun website UNAIR News. “Kualitas bahasa Inggris Yeano bisa dibilang mumpuni. Dia dulu juga punya pengalaman di sini. Maka itu, kami dengan senang hati menerimanya kembali,” kata Koordinator News Room Bambang BES.
Yeano D. Andhika , mahasiswa S1 Ekonomi Islam FEB angkatan 2012 (Foto: Istimewa) Yeano sendiri merasa bersyukur bisa kembali berkiprah di salah satu struktur dalam Pusat Informasi dan Humas (PIH) tersebut. Kemampuan tulis menulisnya makin terasah. Dia juga kerap bertemu dan mewawancarai para tokoh atau negarawan. “Pengalaman tersebut sangat mencerahkan,” kata ketua departemen keilmuan BEM FEB UNAIR 2015 tersebut.(*)
Penulis: Rio F. Rachman