DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik 2012. Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah. www.bps.go.id/system/files_force/p ublikasi/ntp092012 _0.pdf. diakses pada 15 Januari 2014. Badan Pusat Statistik 2012. Profil Kemiskinan di Indonesia September 2012. http://www.bps.go.id/brs_file/kemis kinan_02jan13.pdf. Diakses pada tanggal 7 Desember 2013. Badan Pusat Statistik 2013. Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan Oktober 2013. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 25 November 2013. Darsono 2013. Faktor Utama Swasembada Pangan Pokok
Rumahtangga Petani di Wilayah Solo Raya. Penelitian Hibah Guru Besar. UNS. Nazir Moh 2005. Metode Penelitian. Cetakan 6. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nicholson W 1992. Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya. Edisi ke 3 Jilid 1. Terjemahan Hutabarat, Danny. Erlangga. Jakarta Priyatno D 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Gava Media. Yogyakarta Sulaiman W, 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta. Surakhmad W 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung.
nyata ini karena faktor untuk kebutuhan yang sangat mempengaruhi nilai tukar petani. Dalam Tabel 4.18 dijelaskan bahwasanya rata-rata nilai tukar petani sudah diatas 100% yang berarti petani surplus dengan pendapatan dari usahatani petani itu sendiri. Nilai dari koefisein total pendapatan luar usahatani yaitu sebesar 0,081 yang dapat disimpulkan apabila total pendapatan luar usahatani naik sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai tukar petani sebesar 0,081%. Total pendapatan luar usahatani tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari luar usahatani tidak mempunyai sifat kontinuitas dimana pendapatan tidak menentu. Pendapatan dari luar usahatani biasanya digunakan untuk membayar hutang atau untuk membayar hal lain seperti kelengkapan sekolah dan tidak ada hubunganya dengan budidaya pertanian. SIMPULAN Rata-rata nilai tukar petani padi di Wilayah Solo Raya adalah sebesar 112,01%. Hal ini menunjukkan bahwa petani padi di wilayah Solo Raya dalam keadaan surplus dan dapat dijelaskan bahwa sudah sejahtera. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani di wilayah Solo Raya yaitu jumlah anggota keluarga koefisien -0.458, luas areal lahan tanaman pangan dengan koefisien 0.352, produksi tanaman pangan (X4) dengan koefisien 0,057, total kebutuhan pangan (X7) dengan koefisien -0,657 dan total kebutuhan non pangan (X8) dengan koefisien 0,428. Saran yang ingin diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu Sebaiknya petani padi menambah pendapatan dengan memaksimalkan produksi usaha tani dengan cara mengefektifkan antara lahan tanaman
pangan dan produksi tanaman pangan dan juga menekan kebutuhan yang tidak krusial agar dapat tercipta suatu kesejahteraan bagi rumah tangga petani. Memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani seperti: (a) Dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak maka dengan cara menambah pendapatan dari sektor lain, seperti membantu memalaburuh atau dengan berdagang dari hasil pertanianya langsung, contoh ke pasar; (b) Mengefektifkan luas areal lahan dengan membandingkan berapa biaya yang dikeluarkan agar seimbang dengan pendapatan yang diperoleh agar biaya produksi dapat ditekan; (c) Meningkatkan produksi tanaman pangan usahatani dengan meminimalkan biaya input usahatani seperti biaya untuk tenaga kerja dengan menggunakan tenaga kerja dalam; (d) Mengurangi kebutuhan pangan dengan cara meminimalkan pola pangan secukupnya. Hal lain yang dapat dilakukan dengan merubah pola makan dengan mengganti beras dengan barang substitusi lain contoh jagung; € Mengurangi kebutuhan non pangan dengan cara meminimalkan kebutuhan yang tidak penting seperti berwisata atau berbelanja lebih.
lahan yang ditanami petani hanya setengah dari jumlah luas lahan yang dimiliki petani. Hasil dari analisis data koefisien dari produksi tanamasn pangan yaitu sebesar 0,893. Koefisien ini mempunyai arah yang positif sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan naiknya produksi bahan pangan sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai tukar petani sebesar 0,893%. Hal ini dikarenakan hasil dari produksi otomatis akan meningkatkan pendapatan petani padi. Total kebutuhan bahan pangan mempunyai nilai koefisien yang negatif yaitu -0,657. Maka dapat disimpulkan bahwa apabila total kebutuhan bahan pangan naik sebesar 1% maka akan mengakibatkan menurunya nilai tukar petani sebesar 0,657%. Hal ini dapat dilihat bahwa yang membuat nilai tukar petani menurun yaitu pada kebutuhan. Dalam aplikasi rumus nilai tukar petani yaitu pendapatan dibagi dengan pengeluaran akan terdapat hubungan kesinambungan yang bersifat berbanding terbalik dimana NTP akan naik apabila pengeluaran kebutuhan semakin rendah. Koefisien total kebutuhan non pangan yaitu sebesar -0,428. Hal ini dapat disimpulkan apabila total kebutuhan non pangan naik sebesar 1% maka akan menurunkan nilai tukar petani sebesar 0,428%. Hal ini dikarenakan kebutuhan non pangan merupakan pengeluaran yang menimbulkan berkurangnya pendapatan petani padi. Kebutuhan non pangan petani padi di Wilayah Solo Raya berbanding terbalik dengan NTP, dimana NTP akan naik apabila kebutuhan non pangan turun. Hal ini terjadi karena kebutuhan non pangan ini merupakan kebutuhan yang penting setelah kebutuhan pengan, seperti kebutuhan untuk bersosial di masyarakat seperti hajatan. Hal lain
yang dapat mempengaruhi yaitu petani ingin menabung sehingga sebagian dari pendapatan disisihkan untuk ditabung. Tabel 17. Nilai Koefisien Regresi Tiap Variabel yang Tidak Berpengaruhi Nilai Tukar Petani Padi di Wilayah Solo Raya. Variabel Pendidikan Total Pendapatan Usahatani Total Pendapatan Luar Usahatani
Koefisien Regresi -0.224 0.057 0.081
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Koefisien dari pendidikan yaitu sebesar -0,224 yang berarti bahwa bertambahnya pendidikan sebanyak 1 tahun akan menurunkan nilai tukar petani sebesar 0,224%. Hal ini dikarenakan pendidikan tidak berpengaruh terhadap nilai tukar petani. Nilai tukar petani erat hubunganya dengan pendapatan dimana pendidikan belum tentu mempengaruhi pendapatan petani padi. Pendidikan tinggi belum tentu menghasilkan nilai tukar petani yang tinggi. Pada umumnya petani pendidikanya tidak tinggi tapi mereka bias mengetahui tatacara pembudidayaan pertanian dengan ajaran dari keluarga secara turun menurun. Nilai koefisien dari total pendapatan usahatani yaitu sebesar 0,057. Dimana dapat dinyatakan bahwa total pendapatan petani apabila naik sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai tukar petani sebesar 0,057%. Tetapi total pendapatan usahatani tidak berpengaruh nyata, menurut rumus NTP seharusnya pendapatan berbanding lurus dengan NTP. Hal ini dikarenakan untuk pendapatan dari usahatani umumnya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. Dengan adanya tidak berpengaruh
Multikolenieritas. Tabel 14. Pengujian nilai Variance Inflation Faktor (VIF) Model Pendidikan (LogX1) Jumlah Anggota Keluarga (Log X2) Luas Areal Lahan Tanaman Pangan (Log X3) Produksi Tanaman Pangan (Log X4) Total Pendapatan Usahatani (Log X5) Total Pendapatan Luar Usahatani (Log X6) Total Kebutuhan Bahan Pangan (Log X7) Total Kebutuhan non Pangan (Log X8)
VIF 1.846 1.435 3.259 3.855 1.440 1.550 2.149 1.658
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Tabel 14 Menjelaskan bahwa nilai VIF masing-masing variabel < 5. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolenearitas. Nilai VIF salah satu variabel yang tertinggi adalah 3.855. Uji Heterokedastisitas.
Gambar 2 Grafik Pengujian scatterplot (output SPSS) Dari penelitian titik-titk tidak menunjukkan adanya pola yang tidak jelas maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas. Uji Autokorelasi. Tabel 15 Uji Autokeralasi R 0,935
R Square
Adjusted R Square
0,874
0,815
Std. error of the Estimate 0,11789
DurbinWatson 2,344
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Tabel 15 menunjukkan nilai DW sebesar 2,344. Jadi dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami autokorelasi dengan nilai DW yaitu diantara 1,65 hingga 2,35. Faktor-faktor yang Berpengaruh dan Tidak Berpengaruh terhadap Nilai Tukar Petani Padi di Wilayah Solo Raya
Tabel 16. Nilai Koefisien Regresi Tiap Variabel yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi di Wilayah Solo Raya. Variabel Jumlah Anggota Keluarga (LogX2) Luas Areal Lahan Tanaman Pangan (LogX3) Produksi Tanaman Pangan (LogX4) Total Kebutuhan Bahan Pangan (LogX7) Total Kebutuhan non Pangan (LogX8)
Koefisien Regresi -0.458 -0.352 0.893 -0.657 -0.428
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Faktor yang memiliki nilai koefisien regresi paling besar yaitu produksi tanaman pangan dengan nilai sebesar 0,893 dengan hubungan positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel produksi tanaman pangan memberikan pengaruh paling besar dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Nilai koefisien sebesar 0,893 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan positif dimana setiap peningkatan sebesar 1% pada pendapatan usahatani akan meningkatkan nilai tukar petani di wilayah Solo Raya sebesar 0,893%. Koefisien regresi dari jumlah anggota keluarga yaitu sebesar -0,458. Hal ini dapat diambil kesimpulan yaitu dimana jumlah anggota keluarga bertambah 1 orang makan akan menurunkan nilai tukar petani sebesar 0,458 di setiap rumah tangga petani padi. Jumlah anggota keluarga yang sedikit dapat meningkatkan nilai tukar petani. Koefisien regresi dari luas areal lahan tanaman pangan mempunyai koefisien sebesar -0,352. Dengan koefisien tersebut dapat dijelaskan bahwasanya luas lahan pertanian meningkat sebesar 1% maka nilai tukar petani padi akan menurun sebesar 0,352%. Hal ini dikarenakan seluruh luas lahan petani tidak ditanami semua, melainkan luas
Faktor - faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi di Wilayah Solo Raya Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi persamaan adalah sebagai berikut : Ŷ = 2.740 – 0.224 X1 - 0.458 X2 0.352 X3 + 0.893 X4 + 0.057 X5 + 0.081 X6 - 0.657 X7 - 0.428 X8 Koefisien Determinasi (R2). Dari hasil analisis, diperoleh nilai R2 sebesar 0,883. Nilai R2 yang mendekati 1 berarti bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebasnya yaitu nilai tukar petani sebesar 87,4% dan sisanya sebesar 12,6% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang digunakan dalam penelitian misalnya musim, curah hujan, hama penyakit dan kebutuhan petani yang mendadak. Uji F. Tabel 12. Varian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi di Wilayah Solo Raya Model Residual
Sum of Squares 1.641 0.236 1.877
df 8 17 25
Mean Square 0.205 0.014
F
Sig.
14. 75 8
0.000*
Keterangan: * : signifikan dimana α = 0,10. Sumber : Analisis Data Primer (2014) Signifikansi F yaitu 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadapat variabel tak bebas yaitu nilai tukar petani dengan α sebesar 0.10 (10%).
Uji t. Tabel 13. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Nilai Tukar Petani di Wilayah Solo Raya Model Pendidikan (LogX1) Jumlah Anggota Keluarga (Log X2) Luas Areal Lahan Tanaman Pangan (Log X3) Produksi Tanaman Pangan (Log X4) Total Pendapatan Usahatani (Log X5) Total Pendapatan Luar Usahatani (LogX6) Total Kebutuhan Bahan Pangan (Log X7) Total Kebutuhan non Pangan (Log X8)
Koefisien Regresi -0.224
Sig. 0.309ns
-0.458
0.064*
-0.353
0.078*
0.893
0.000*
0.057
0.474ns
0.081
0.413ns
-0.657
0.001*
-0.428
0.015*
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Variabel bebas yang mempunyai signifikansi kurang dari 10% maka secara individu berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani padi di wilayah Solo Raya. Variabel bebas yang berpengaruh nyata secara individu terhadap nilai tukar petani padi di wilayah Solo Raya yaitu Jumlah anggota keluarga (X2) dengan nilai koefisien – 0.458, luas areal lahan tanaman pangan (X3) dengan nilai koefisien –0.353, produksi tanaman pangan (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,893, total kebutuhan bahan pangan (X7) dengan nilai koefisien – 0,657, total kebutuhan bahan non pangan (X8) dengan nilai koefisien 0,428, dengan α sebesar 0.10. Faktorfaktor lain yaitu pendidikan, pendapatan usahatani dan pendapatan luar usahatani mempunyai nilai signifikansi melebihi nilai α = 0.10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak berpengaruh secara individu terhadap nilai tukar petani padi di wilayah Solo Raya.
Total kebutuhan non pangan. Tabel 9. Kebutuhan non Pangan Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Kebutuhan non Pangan (Rp) Kesehatan Pendidikan Perumahan Transportasi Sumbangan Pariwisata Lain-lain Total Kebutuhan non Pangan
RataRata
Minimal
Maksimal
20.000 50.000 35.000 20.000 25.000 50.000 70.000
450.000 900.000 35.000 600.000 300.000 100.000 70.000
67.000 112.666 1.166 172.500 111.166 18.333 2.333
200.000
1.340.000
485.167
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Kebutuhan non pangan menunjukkan nilai rata-rata Rp. 485.167 setiap bulanya. Kebutuhan minimal rumah tangga petani yaitu Rp. 200.000,-. Umumnya kebutuhan non pangan petani disebut kebutuhan primer maupun sekunder. Kebutuhan non pangan dihitung dari penjumlahan kebutuhan kesehatan, pendidikan, transportasi, perumahan, sumbangan, pariwisata dan lain-lain. Petani pada umumnya sangat minim untuk memenuhi kebutuhan sekunder maupun tersiernya. Nilai Tukar Petani Tabel 10. Nilai Tukar Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Uraian Pendapatan Usahatani Padi (Rp) Kebutuhan (Rp) - Pangan - Non Pangan Nilai Tukar Petani
Minimal
Maksimal
Rata-rata
135.000
3.000.000
1.151.291
130.000 200.000
1.050.000 1.340.000
638.333 485.167
30,17
292,50
112,01
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Tabel 10 menjelaskan keadaan nilai tukar petani padi di wilayah Solo Raya. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa nilai tukar petani diatas 100 yaitu dengan rata-rata 112,01%. Hal ini dapat diartikan bahwa petani padi di wilayah solo raya surplus akan penghasilan dari usahatani padi dengan total pengeluaran petani padi.
Kenaikan barang produksinya atau pendapatanya lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami peningkatan dibanding tingkat kesejahteraan petani periode sebelumnya. Tingginya nilai tukar petani padi di Wilayah Solo Raya dikarenakan umumnya petani padi memiliki lahan yang luas dan juga ditunjang dengan harga penjualan yang tinggi karena solo raya merupakan kawasan yang padat penduduk. Ratarata dari hasil penelitian menunjukkan nilai 112,01. Namun, terdapat juga yang menjelaskan bahwa terdapat nilai dibawah 100 dimana petani tersebut defisit dan dapat dikatakan belum sejahtera. Hal ini dikarenakan petani mempunyai hasil pendapatan yang kecil dari sektor pertanian, sehingga dapat mencukupi kebutuhan pangan dan non pangan rumah tangga petani tersebut. Tabel 11. Jumlah Petani Padi Menurut dari Nilai Tukar Petani di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 NTP > 100 100 < 100 Jumlah
Jumlah
% 15 0 15 30
50 0 50 100
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Jumlah petani padi yang memiliki kesejahteraan menurut dari perhitungan NTP yaitu berbanding sama dengan penentuan dimana perbandingan jumlah petani yang surplus dan defisit 50 : 50. Nilai tukar petani padi di wilayah solo raya yang dihitung dengan berdasarkan perbandingan antara pendapatan usaha tani padi dan total kebutuhan menunjukkan kecenderungan bahwa petani padi di wilayah Solo Raya sudah sejahtera dengan rata-rata NTP sebesar 112,01.
Total pendapatan usahatani. Tabel 6. Pendapatan Usahatani Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Pendapatan Usahatani (Rp) Padi Jagung Hortikultura Ayam Sapi Kambing Pekarangan Perikanan Lain-lain Total Pendapatan Usahatani
Minimal
Maksimal
RataRata
135.000 87.500 0 110.000 2.000.000 2.250.000 0 230.000 130.000
3.000.000 185.000 0 700.000 7.500.000 3.000.000 0 230.000 7.500.000
1.151.291 9.732 0 78.666 625.000 175.000 0 7.666 296.000
492.500
8.675.00
2.507.808
Uraian
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani umumnya dibawah Rata-rata yaitu Rp. 2.507.808,-. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani belum bisa mengatur antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diterima. Hasil pendapan yang paling besar diperoleh dari ternak sapi dikarenakan sapi memiliki harga yang tinggi. Umunya petani padi tidak membudidayakan hortikultura dan pekarangan karena petani padi lebih memilih untuk membududidayakan padi dan ternak yang sesuai dengan keadaan wilayah tempat tinggal petani padi. Total pendapatan luar usahatani. Tabel 7. Pendapatan Luar Usahatani Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Pendapatan Luar Usahatani (Rp) Suami Istri Anak Lainya Total Pendapatan Luar Usahatani
penghasilan minimal di luar usahatani yaitu Rp. 987.500,-. Dari hasil analisis diketahui bahwa petani mendapatkan penghasilan lebih besar daripada kegiatan usahatani. Hal seperti ini yang merubah pola pikir masyarakat bahwa kegiatan pertanian tersebut tidak akan menghasilkan penghasilan yang besar daripada usaha di luar usahatani. Total kebutuhan pangan Tabel 8. Kebutuhan Bahan Pangan Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013
Minimal
Maksimal
Rata-Rata
300.000 450.000 750.000 0
1.800.000 5.350.000 8.000.000 0
424.137 621.666 1.041.379 0
987.500
15.175.000
4.553.451
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Tabel 7 menunjukkan bahwa maksimal pendapatan petani di luar usahatani yaitu Rp. 15.175.000,- sedangkan
Minimal Maksimal Rata-rata
Total Kebutuhan Bahan Pangan (Rp) 130.000 1.050.000 638.333
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Pengeluaran paling banyak kebutuhan pangan yaitu untuk mencukupi beras yang merupakan bahan pokok konsumsi, kebutuhan lain seperti daging unggas, sapi maupun kambing hanya sebagai bahan pelengkap untuk kehidupan sehari-hari. Kebutuhan minimal dari petani yaitu sebesar Rp. 130.000,-/bulan, Pengeluaran untuk konsumsi makanan bagi penduduk solo raya masih mengambil bagian terbesar dari seluruh pendapatan rumah tangga. Kebutuhan dengan minimal sebesar Rp. 130.000,-/ bulan merupakan indikasi petani paling miskin, petani mendapatkan beras dari pemberian pemerintah. Sedangkan hukum Engel menyatakan bahwa proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk membeli makanan akan semakin menurun apabila pendapatan semakin meningkat (Nicholson, 1995).
Jumlah anggota keluarga. Tabel 3. Jumlah Anggota Keluarga Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Jumlah Anggota Keluarga 2 3 4 5 6 7 Jumlah
N (Jumlah) 2 8 11 7 0 2 30
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Umumnya petani hidup dengan istrinnya dan anak-anaknya. Semakin tua petani maka jumlah yang terdapat dalam keluarganya akan menurun seiring dengan anak-anak dari petani yang semakin besar dan meninggalkan rumah. Keadaan seperti ini akan mengurangi kebutuhan rumah tangga petani untuk menuju kesejahteraan. Luas areal lahan tanaman pangan. Tabel 4. Luas Areal Lahan Tanaman Pangan Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Uraian Minimal Maksimal Rata-rata
Luas Areal Lahan Tanaman Pangan (Ha) Sawah Tegal 0,15 0,15 0,87 0,6 0,353 0,044
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Rata-rata dari kedua lahan tersebut mengindikasikan bahwa petani umumnya memiliki lahan yang sedikit dengan membandingkan antara kepemilikan lahan dengan rata-rata luas lahan yang diperoleh. Hal ini mempengaruhi bahwa lahan yang kecil akan mempengaruhi produksi dan produktivias petani.
Produksi tanaman pangan. Tabel 5.Produksi Tanaman Pangan Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Uraian Minimal Maksimal Rata-rata
Produksi Tanaman Pangan (Kg) Padi Jagung 200 200 4500 500 2100 25
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input (Joesron dan Fathorrozi, 2003) produksi tanaman pangan petani padi di Wilayah Solo Raya dibagi menjadi 2 yaitu produksi tanaman padi dan tanaman jagung. Dari sejumlah petani padi dapat diketahui bahwa petani padi sebagai objek yang diteliti yang mempunyai produksi padi dibawah 2100 Kg yaitu sebanyak 18 orang sedangkan petani padi yang mempunyai hasil produksi dibawah 25 untuk budidaya jagung sebanyak 28 orang. Produksi tanaman pangan apabila menghasilkan pendapatan yang tinggi maka akan menghasilkan kesejahteraan juga bagi petani. Neraca pangan dapat diketahui dari hasil pengurangan antara produksi dan konsumsi satu bahan makanan. Ratarata neraca pangan tanaman padi yaitu sebesar 382,32. Sedangkan neraca pangan untuk komoditas jagung memiliki rata-rata sebesar 3,72.
Petani, α = Intercept, b = Koefisien regresi, X1 = Log Pendidikan, X2 =Log Jumlah Anggota Keluarga, X3 = Log Luas Areal Lahan Tanaman Pangan, X4 = Log Produksi Tanaman Pangan, X5 = Log Total Pendapatan Usaha Tani, X6 = Log Total Pendapatan Luar Usaha Tani, X7 = Log Total Kebutuhan Bahan Pangan, X8 = Log Total Kebutuhan Non Pangan, ɛ = error yang timbul pada pada pengamatan ke i diasumsikan sebagai variabel acak yang berdistribusi secara bebas dengan nilai tengah sama dengan nol Pengujian model. Nilai koefesien determinasi (R2) berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin besar nilai koefesien determinasi (R2) semakin besar pula pengaruh variabel-variabel penduga terhadap jumlah penawaran. Mengetahui pengaruh variabel independen (X), terhadap variabel dependen (Y) secara bersama-sama dilakukan uji F dengan α sebesar 10%. Adapun hipotesisnya ialah : H0 : b1 = b2 = b3 = 0, yaitu tidak ada pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, yaitu ada pengaruh signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: α > Sig. maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, α ≤ Sig. maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Mengetahui pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dilakukan uji t dengan α sebesar 10%. Hipotesis dalam pengujian uji t adalah: H0 : b1 = 0, yaitu tidak ada pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : b1 ≠ 0, yaitu ada pengaruh signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : Apabila α > Sig. maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, apabila α ≤ Sig. maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji asumsi klasik. (1) Uji multikolinieritas pendeteksian adanya multikolinearitas pada SPSS adalah apabila nilai VIF > 5, (2) Uji heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Priyatno, 2009), (3) Uji autokorelasi apabila nilai DW yaitu 1.65 > DW > 2.35 maka tidak terjadi autokorelasi (Sulaiman, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Pendidikan Tabel 2. Skala Ukuran Pendidikan Petani Padi di Wilayah Solo Raya Tahun 2013 Pendidikan SD SMP SMA S1 Jumlah
Lama Pendidikan 6 9 12 16
N (Jumlah) 12 9 6 3 30
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Dapat diketahui bahwasanya petani hanya memperoleh pengetahuan hanya sampai tingkat SD dan semakin naik level pendidikanya petani semakin sedikit jumlahnya.
PENDAHULUAN Kebijakan dalam pembangunan nasional di Indonesia, khususnya di bidang kesejahteraan selalu menempatkan petani pada posisi yang diperhatikan, tetapi dalam kenyataan membuktikan bahwa pertanian menjadi sektor yang inferior dalam pengembangannya. Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian. Kesejahteraan petani merupakan faktor yang sangat diperhatikan. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani mempunyai arti yang sangat strategis. Salah satu alat ukur daya beli petani yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani, telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diformulasikan dalam bentuk Nilai Tukar Petani (NTP). Indeks nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk melihat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petani di pedesaan pada tahun tertentu. Tabel 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Bulan Juni Juli Agustus September Oktober
NTP 105,90 105,62 106,15 106,44 107,37
Sumber : BPS Jateng 2013 Menjelaskan bahwa nilai NTP pada bulan Juni sampai Oktober 2013 berturut-turut bernilai 105,90; 105,62; 106,15; 106,44; dan 107,37. NTP tiap bulan mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa NTP Jawa Tengah mengalami kenaikan dan petani dianggap sudah
sejahtera. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya fluktuasi bahkan penurunan nilai tukar petani yang berasal dari distorsi pasar maupun pola kebutuhan non pangan baik disengaja maupun tidak disengaja baik sektor pertanian maupun non pertanian akan mempengaruhi nilai tukar petani. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis dengan teknik survey (Surakhmad, 2004). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Wilayah Solo Raya dan hanya mengambil 3 dengan pertimbangan metode pendekatan wilayah diagonal data spasial. Sampel Responden dalam penelitian ini menggunakan metode Two Stage Cluster Sampling (Nazir, 2005), artinya sampel diambil dari petani padi di Kabupaten Klaten, Sukoharjo dan Karanganyar yang dibagi secara proporsional dalam setiap kecamatan sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random berdasarkan cluster atau desa yang dipilih. Nilai tukar petani NTP = Pendapatan usahatani padi x100 …(1) Total Pengeluaran Keterangan : NTP = Nilai Tukar Petani, Pendapatan = Jumlah Pendapatan dari usahatani padi, Pengeluaran = Jumlah pengeluaran barang dan jasa yang dibeli petani, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun kebutuhan sekunder lainya. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani. Y = a b1 X 1 b2 X 2 b3 X 3 b4 X 4 b5 X 5
b 6 X 6 b7 X 7 b8 X 8 ………….(2) Keterangan : Y = Log Nilai Tukar
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI PADI DI WILAYAH SOLO RAYA Danang Hary Setyawan, Darsono, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email :
[email protected] Telp : 081225516615 Abstract: Exchange study aims to calculate and analyze the factors that affect the value of exchange rice farmers in Solo Raya. To determine the level of welfare of rice farmers with NTP measuring instrument in Solo Raya. The basic method used is descriptive. Determination of the study area with a deliberate approach to the spatial diagonal region took this line in the middle between 3 areas in Solo which have the lowest of rice production in Solo Raya. The method to determine sampling of respondents conducted by two stage cluster sampling. Data analysis methods used include: (1) the exchange rate of farmers anylysis; (2) analysis of the factors that affect the exchange rate of rice farmers in Solo Raya. The results showed: (1) Based on the analysis of the exchange rate of farmers showed that the level of welfare of farmers by calculating the NTP measuring instrument that is equal to 112.01. (2) Based on the analysis of the factors that affect the exchange rate of rice farmers in Solo showed the factors that affect the exchange rate of rice farmers in Solo Raya are the number of family members, the total area of cropland, crop production, demand of food and nonfood. While the factors that not affect are the education, farm income and non-farm income at α = 10%. This shows the prosperity of farmers zin Solo Raya has been prosperous with a yield of 112.01. The most influence factors of the exchange rate of rice farmers in Solo Raya are the production of food crops with a coefficient 0.893, the total area of cropland with a coefficient - 0.352, total non-food needs with a coefficient of - 0.428, number of family members with a coefficient - 0.458, and demand for food with a coefficient - 0.657. This study showed that there are factors which affecst the exchange rate of farmers in Solo Raya Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani padi di Wilayah Solo Raya. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani padi dengan alat ukur NTP di Wilayah Solo Raya. Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif. Penentuan daerah penelitian secara sengaja dengan metode pendekatan wilayah diagonal spasial dengan menggambil garis tengah di antara Wilayah Solo Raya dan merupakan 3 kabupaten penghasil padi paling rendah di Wilayah Solo Raya. Pengambilan responden dilakukan dengan two stage cluster sampling. Metode analisis data yang digunakan meliputi : (1) analisis nilai tukar petani; (2) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani padi di Wilayah Solo Raya. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Berdasarkan analisis nilai tukar petani menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani dengan penghitungan alat ukur NTP yaitu sebesar 112,01. (2) faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani padi di Wilayah Solo Raya yaitu jumlah anggota keluarga, luas areal lahan tanaman pangan, produksi tanaman pangan, total kebutuhan pangan dan total kebutuhan non pangan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh yaitu pendidikan, total pendapatan usahatani dan total pendapatan luar usahatani dengan α = 10%. Hal ini menunjukkan kesejahteraan petani di Wilayah Solo Raya (surplus) sudah sejahtera dengan hasil sebesar 112,01. Sedangkan faktor yang menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi nilai tukar petani padi di Wilayah Solo Raya yaitu produksi tanaman pangan dengan koefisien sebesar 0,893, luas areal lahan tanaman pangan dengan koefisien sebesar – 0,352, total kebutuhan non pangan dengan koefisien sebesar – 0,428, jumlah anggota keluarga dengan koefisien sebesar – 0,458, dan total kebutuhan bahan pangan dengan koefisien sebesar – 0,657. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani di Wilayah Solo Raya. Kata kunci : Petani padi, Nilai tukar petani padi, Solo raya, Regresi