1
Panduan Budi Pekerti
Panduan Budi Pekerti 2
Daftar Isi Kata Pengantar Bagian I | Pendahuluan
Latar Belakang Dasar Hukum Tujuan Sasaran Bagian II | Penumbuhan Budi Pekerti A. Gerakan B. Penumbuhan C. Budi pekerti D. Non-kurikuler E. Nilai-nilai Dasar Kebangsaan dan Kemanusiaan F. Prinsip penerapan GPBP G. Waktu Pelaksanaan Bagian III | Peran Pemangku Kepentingan A. Pemerintah B. Pemerintah Daerah C. Pemerintah Kabupaten/Kota D. Dewan Perwakilan Rakyat E. Sekolah F. Orangtua G. Lembaga Swadaya Masyarakat H. Media I. Dunia usaha J. Masyarakat Umum Bagian IV | Pembiasaan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kemanusiaan A. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual B. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinnekaan C. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan
Guru dan Orang Tua D. Mengembangkan Interaksi Positif Antarpeserta Didik E. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah F. Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh G. Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat di Sekolah Bagian V | Pemantauan dan Evaluasi A. Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi B. Aspek-Aspek yang Dipantau dan Dievaluasi Bagian VI | Penutup
Panduan Budi Pekerti
3
Panduan Budi Pekerti
4
Kata Pengantar Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti pasal I ayat 2 dijelaskan bahwa Penumbuhan Budi Pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama masuk sekolah sampai dengan kelulusan. Berarti sejak kelas 1 Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Gerakan penumbuhan budi pekerti didasarkan pada kondisi masih terabaikannya penerapan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila. Artinya, pemahaman nilainya masih dalam tataran konseptual, belum terwujud dalam nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan penumbuhan budi pekerti dengan baik dijadikan sebagai praktik baik dan menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan para peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, Penumbuhan Budi Pekerti diharapkan menjadi budaya sekolah. Untuk lebih menyosialisasikan Permendikbud tersebut maka Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menyusun Buku Panduan Pelaksanaan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti sebagai salah satu bahan acuan dalam pelaksanaannya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun buku ini. Sumbang saran dan koreksi dari berbagai pihak selalu kami harapkan.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Panduan Budi Pekerti
5
Panduan Budi Pekerti
6
Bagian 1 : Pendahuluan A. Latar Belakang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merasa terhormat untuk mengemban salah satu amanat janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan anak bangsa. Bukan hanya cerdas secara intelektual, melainkan juga secara emosional dan spiritual. Bulatnya ketiga kecerdasan ini disebut sebagai akhlak atau budi pekerti. Semua ini merupakan buah pendidikan. Namun, tak bisa dimungkiri, dunia pendidikan Indonesia masih menghadapi banyak masalah, seperti rendahnya kedisiplinan, integritas, dan masih maraknya tindak kekerasan di sekolah.
Regulasi ini sesuai dengan Nawacita Presiden Jokowi-JK, yaitu negara harus hadir memberi perlindungan kepada anak, serta melakukan intervensi terhadap kekerasan. Dengan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 ini sekolah haruslah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak, seumpama mereka berada di taman. Anak-anak tentu akan betah berada di taman. Kemendikbud juga berikhtiar menumbuhkan integritas dalam diri mereka. Caranya dengan memperkenalkan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN). Sejak 2015 Kemendikbud menggunakan IIUN sebagai ukuran sekolah baik. Berprestasi itu penting, namun jujur yang utama.
Kemendikbud tak diam dan tak mendiamkan masalah-masalah ini. Selain terus meningkatkan kompetensi siswa melalui jalur intra kurikuler, Kemendikbud juga menerbitkan kebijakan-kebijakan penting non-kurikuler, Kompeten, anti-kekerasan, dan berintegritas seperti Sekolah Aman, Indeks Integritas Ujian merupakan bagian dari budi pekerti. Namun, Nasional, dan Penumbuhan Budi Pekerti. seorang siswa tak mungkin bisa berbudi pekerti dalam waktu sekejap. Ini langkah Sekolah Aman adalah sekolah yang panjang. Perlu pembiasaan. Maka dari itu, memberikan perlindungan kepada anak dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015 dalam proses pembelajaran, baik dari sisi tentang Penumbuhan Budi Pekerti disebutkan kesehatan, keselamatan, dan keamanannya. alur pembudayaan agar seorang siswa berbudi Tak bisa ditutupi bahwa pada faktanya pekerti. Alur itu adalah diajarkan, dibiasakan, berbagai kasus yang mengancam keamanan dilatih konsisten, menjadi kebiasaan, menjadi serta keselamatan anak masih berlangsung karakter, dan menjadi budaya. di sekolah. Angkanya memprihatinkan. Namun, selama ini penanggulangannya Sejatinya, Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti masih sepotong-sepotong, per kasus, (GPBP) ini merupakan salah satu ikhtiar dan dianggap bukan sebagai persoalan menerjemahkan visi Kemendikbud 2014pendidikan. Mulai tahun 2015 Kemendikbud 2019, yaitu membentuk insan dan ekosistem menjadikan kekerasan di sekolah sebagai pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter. persoalan pendidikan. Penanggulangannya Agar kebijakan ini menjadi gerakan, maka pun dilakukan secara menyeluruh. Hal ini Kemendikbud perlu menerbitkan Panduan diatur dengan jelas dalam Permendikbud Pelaksanaan GPBP ini. Buku ini akan menjadi No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan acuan kerja bagi para pemangku kepentingan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di yang peduli terhadap kemajuan pendidikan Lingkungan Satuan Pendidikan. dan generasi depan Indonesia.
Panduan Budi Pekerti
7
B. Dasar Hukum 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28B tentang Perlindungan Anak. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 55 Tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
C. Tujuan 1. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menantang tapi menyenangkan
bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan; 2. Menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter di keluarga, sekolah, dan masyarakat; 3. Menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga. 4. Menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
D. Sasaran 1. Siswa 2. Guru 3. Tenaga Kependidikan 4. Orang tua/Wali 5. Komite Sekolah 6. Alumni; dan/atau 7. Pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Panduan Budi Pekerti
8
Data Kasus Kekerasan di Kalangan Pelajar
Panduan Budi Pekerti
9
Data Kasus Pornografi di Kalangan Pelajar
Panduan Budi Pekerti
10
Panduan Budi Pekerti
11
Panduan Budi Pekerti
12
Data Kasus Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar
Panduan Budi Pekerti
13
Data Kasus Jajanan Tak Sehat di Lingkungan Sekolah
Data Sekolah Rawan Bencana
Panduan Budi Pekerti
14
Panduan Budi Pekerti
15
Panduan Budi Pekerti
16
Bagian 2 : Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti A. Gerakan Kemendikbud merancang aturan tentang penumbuhan budi pekerti ini sebagai gerakan. Gerakan berarti menjadikan aturan ini sebagai milik bersama (lebih detail ada di bagian III). Dalam buku panduan ini kami memberikan keleluasaan kepada pembaca untuk mengisi contoh-contoh pembiasaan baik di sekitar lingkungan pembaca sekalian. Karena
memang, penumbuhan budi pekerti tak cukup hanya diterapkan di sekolah. Ia adalah proses menyeluruh. Dari sisi tempat, berarti dipraktikkan di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar; dari sisi waktu, berarti senantiasa dilaksanakan setiap waktu; dari sisi pelaku, berarti dilakukan oleh semua pelaku pendidikan.
B. Penumbuhan Bukan tanpa alasan Kemendikbud menggunakan istilah penumbuhan, bukannya penanaman. Menanam bermakna menaruh bibit atau benih ke dalam tanah. Artinya, ada campur tangan pihak lain dalam prosesnya. Sementara itu, menumbuhkan berarti memelihara sesuatu agar tumbuh semakin besar. Kemendikud meyakini bahwa pada dasarnya setiap siswa memiliki bibit-bibit nilai positif. Mereka tentu tahu apa itu kejujuran, sopan santun, kebaikan, menolong teman,
dan sebagainya. Karena sudah ada di dalam diri siswa, maka menjadi tugas kita bersama untuk membuat lingkungan agar nilai-nilai positif yang ada dalam anak itu tumbuh dengan baik, sehingga membuahkan perilaku yang berbudi pekerti. Caranya dengan menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang lebih baik, agar semua warganya turut berbudi pekerti.
C. Budi Pekerti Budi pekerti merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kepribadian seseorang itu baik. Istilah lainnya adalah adab atau akhlak. Kita melihat seseorang berbudi pekerti baik bila memang dia telah memiliki kebiasaan
positif dalam sekujur hidupnya. Ini bukan proses sehari jadi. Seorang disebut sebagai jujur, contohnya, karena dia telah menjalani kesehariannya dengan nilai-nilai kejujuran.
Panduan Budi Pekerti
17
Melalui Permendikbud No. 23 Tahun 2015 ini Kemendikbud mendorong agar semua pelaku pendidikan memiliki budi pekerti. Karena sudah ada di dalam diri siswa, maka menjadi tugas kita bersama untuk membuat lingkungan agar nilai-nilai positif yang ada
dalam anak itu tumbuh dengan baik, sehingga membuahkan perilaku yang berbudi pekerti. Caranya dengan menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang lebih baik, agar semua warganya turut berbudi pekerti.
D. Non-Kurikuler Namun, GPBP ini tak dimasukkan ke intra kurikuler. Selain akan membuat tas seorang anak lebih berat, jika GPBP ini dimasukkan ke intra kurikuler maka hanya akan dilihat sebagai pengetahuan. Padahal GPBP itu bukan sekadar pengetahuan, tapi juga perilaku sehari-hari. Misalnya, seseorang yang memiliki karakter jujur itu tentu telah melalui proses kebiasaan jujur. Kebiasaan itu dia jalankan terus menerus sehingga membentuk karakternya, dan kemudian menjelma menjadi budaya jujur. Melihat pola ini, maka pendidikan harus memasukkan proses pembiasaan.
Secara bahasa, pembiasaan berarti proses agar sesuatu menjadi biasa. Dalam pepatah, “alah bisa karena biasa”. Biasa adalah kata sifat yang bermakna sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari; sudah menjadi adat. Jika jujur hanya diajarkan lewat intra kurikuler, maka hanya akan menjadi pengetahuan. Ketika diuji nilainya tentu tinggi. Namun, pada praktiknya seringkali tak muncul. Karena itu, dalam GPBP ini Kemendikbud menggunakan jalur non-kurikuler.
Mengucapkan Salam Kepada Orang Tua Saat Pergi Menghormati Guru
Panduan Budi Pekerti
E. Nilai-Nilai Dasar Kebangsaan dan Kemanusiaan Ada 7 nilai positif yang hendak ditumbuhkan dalam GPBP ini. Ketujuh nilai itu ditumbuhkan melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan sepanjang waktu, di sekolah, lingkungan, dan rumah. Berikut ini 7 pembiasaan tersebut: 1. Internalisasi sikap moral dan spiritual, yaitu mampu menghayati hubungan spiritual dengan Sang Pencipta yang diwujudkan dengan sikap moral untuk menghormati sesama makhluk hidup dan alam sekitar; 2. Keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinekaan untuk merekatkan persatuan bangsa, yaitu mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa, agama, dan golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan tindakan bersama sebagai satu bangsa, satu tanah air dan berbangasa bersama Bahasa Indonesia; 3. Interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan sekolah dan rumah, yaitu mampu dan mau menghormati guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, warga masyarakat di lingkungan sekolah, dan orang tua;
4. Interaksi sosial positif antarpeserta didik, yaitu kepedulian terhadap kondisi fisik dan psikologis antarteman sebaya, adik kelas, dan kakak kelas; 5. Memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah; 6. Penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan dirinya sendiri; 7. Penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait, yaitu melibatkan peran aktif orangtua dan unsur masyarakat untuk ikut bertanggungjawab mengawal kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.
F. Prinsip Penerapan GPBP Visi Kemendikbud 2019 adalah membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter. Ada 3 strategi untuk menjalankan visi tersebut, yaitu penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, meningkatkan mutu dan akses, dan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik. Secara kategori, GPBP ini masuk pada strategi pertama dan ke tiga.
Strategi pertama berarti mendorong siswa aktif di satu sisi, dan meningkatkan kemampuan dalam berperan di sisi lainnya. Siswa yang selama ini lebih diposisikan sebagai obyek akan semakin dilibatkan menjadi subyek pendidikan. Pelibatan siswa secara teknis akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan, seperti PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Semakin tinggi jenjang, semakin besar pula peran serta aktifnya.
18
Panduan Budi Pekerti
19
Dalam strategi ke tiga, khususnya tentang pelibatan publik, Kemendikbud mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan GPBP ini. Masyarakat dan keluarga juga memiliki peran saat penerapan GPBP. Pemerintah dan sekolah tak bisa sendirian dalam melakukannya. Namun, dalam menerapkannya perlu prinsip utama. Berikut ini beberapa prinsip utama dalam menerapkan GPBP, baik di sekolah, lingkungan masyarakat, maupun keluarga. •
•
•
•
Penumbuhan Budi Pekerti mengajak keterlibatan seluruh warga sekolah, bukan hanya menjadikan siswa sebagai sasaran tunggal. Budaya sekolah akan terbentuk dengan kokoh saat seluruh warga sekolah • terlibat dan konsisten mendorong dan menjaganya. Setiap siswa terlibat dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka GPBP. Setiap siswa juga diberi kesempatan untuk secara bergantian memimpin dan mengelola • kegiatan-kegiatan yang diadakan. Jiwa kepemimpinan ditumbuhkan dalam diri setiap siswa. Penumbuhan Budi Pekerti tidak seragam secara nasional, namun terbuka pada konteks dan nilai-nilai muatan lokal dan keragaman model dan metode. Praktik-praktik baik perlu dikumpulkan dan disebarkan antarsekolah agar pembelajaran dapat berjalan lebih cepat. Setiap kegiatan dalam kerangka Penumbuhan Budi Pekerti memiliki tujuan
mendalam dan bukan sekadar ritualistik. Penumbuhan berbagai kemampuan dan karakter baik ditumbuhkan melalui pembiasaan terus-menerus. Penumbuhan Budi Pekerti mendorong pendekatan positif dalam menyelesaikan masalah. Daripada terlalu berfokus hanya pada melarang perbuatan yang tidak baik, sekolah perlu mendorong siswa untuk melakukan perbuatan yang baik sebagai alternatifnya. Penumbuhan Budi Pekerti mendorong sekolah untuk secara sengaja merencanakan kegiatan-kegiatan yang relevan terhadap tumbuh kembang siswa, terutama aspek-aspek yang selama ini terkesampingkan akibat fokus berlebihan pada aspek akademik yang sempit. Siswa perlu mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya secara utuh dan bersiap menghadapi kehidupan nyata dan berkontribusi positif pada masyarakat.
G. Waktu Pelaksanaan Karena dirancang sebagai praktik yang menyeluruh, GPBP ini dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran di sekolah, sejak seorang siswa masuk sekolah hingga lulus. Untuk Sekolah Dasar (SD) dilaksanakan mulai siswa hari pertama masuk sekolah. Sementara untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Pendidikan Khusus dilaksanakan mulai hari pertama Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB).
Panduan Budi Pekerti
20
Panduan Budi Pekerti
21
Panduan Budi Pekerti
22
Bagian 3 : Peran Pemangku Kepentingan GBPB ini merupakan gerakan bersama yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Ini masalah kita bersama. Para pemangku kepentingan di sini adalah pemerintah, DPR, lembaga swadaya masyarakat, media, sekolah, orang tua, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya. Para pemangku kepentingan itu memiliki peran masing-masing. Berikut ini peran mereka: PEMERINTAH • Merumuskan kebijakan GPBP. • Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan GPBP. • Menyusun panduan pelaksanaan GPBP dan materi sosialisasi. • Mengadakan sosialisasi GPBP. • Melaksanakan kerja sama dan pemberdayaan peran masyarakat dalam GPBP. • Melaksanakan pemantauan dan evaluasi GPBP. PEMERINTAH PROVINSI • Melaksanakan kewenangan desentralisasi kebijakan GPBP. • Melakukan koordinasi pelaksanaan GPBP dengan kabupaten/kota. • Memasukkan anggaran GPBP dalam APBD Provinsi • Merumuskan bimbingan teknis GPBP pada pendidikan menengah dan pendidikan khusus. • Melaksanakan bimbingan teknis GPBP pada pendidikan menengah dan pendidikan khusus. • Melaksanakan kerja sama dan pemberdayaan serta masyarakat dalam GPBP. • Melaksanakan pemantauan dan evaluasi GPBP. PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA • Melaksanakan kewenangan desentralisasi kebijakan GPBP. • Melaksanakan kewenangan tugas dekosentrasi kebijakan GPBP pada pendidikan dasar. • Memasukkan anggaran GPBP dalam APBD Kabupaten/Kota. • Merumuskan kebijakan teknis GPBP pada pendidikan dasar. • Melaksanakan bimbingan teknis GPBP pada pendidikan dasar. • Melaksanakan kerja sama dan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam GPBP pada pendidikan dasar. • Melaksanakan pemantauan dan evaluasi GPBP. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (PUSAT DAN DAERAH) • Membantu pengawasan pelaksanaan GPBP sesuai peraturan yang berlaku • Mendukung alokasi anggaran untuk pelaksanaan GPBP
SEKOLAH (GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN) • Menyusun program kerja GPBP dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS) sesuai sumber daya dan sumber dana yang tersedia. • Menerapkan pembiasaan nilai-nilai GPBP, baik kegiatan wajib, pembiasaan umum maupun
Panduan Budi Pekerti
23
• •
pembiasaan periodik di lingkungan sekolah dengan konsep sekolah sebagai taman. Menerapkan pembiasaan nilai-nilai GPBP sebagai kegiatan harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan akhir tahunan sesuai dengan kearifan lokal. Menjalin kerja sama yang baik dengan orangtua dan masyarakat dalam GPBP.
KELUARGA (ORANGTUA/WALI) • Membuat komitmen antara anggota keluarga untuk melaksanakan GPBP. • Melaksanakan GPBP di lingkungan keluarga sebagai upaya untuk menanamkan pendidikan sosial dan keluarga agar memperkuat nilai-nilai keharmonisan keluarga. • Menerapkan pembiasaan nilai-nilai GPBP di lingkungan rumah, baik dengan kegiatan wajib, pembiasaan umum maupun pembiasaan periodik. • Berperan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah, baik intra atau ekstra kurikuler. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT • Membantu menyebarluaskan GPBP melalui serangkaian kegiatan positif • Menerapkan prinsip-prinsip GPBP dalam setiap kampanye program MEDIA • Memberitakan peristiwa yang sesuai dengan prinsip GPBP • Bekerja sama dengan sekolah menerapkan GPBP di wilayah kerja mereka • Melakukan sosialisasi GPBP • Melakukan inovasi dalam memperkuat GPBP DUNIA USAHA • Mengutamakan perekrutan karyawan dengan mengacu pada prinsip GPBP • Mengalokasikan dana tanggung jawab sosial perusahaan untuk GPBP • Menjalankan bisnis, terutama dalam hal pemasaran, sesuai dengan prinsip GPBP
MASYARAKAT UMUM • Mendukung pelaksanaan GPBP di dalam dan di luar sekolah. • Berperan aktif menciptakan lingkungan yang sesuai prinsip GPBP. • Mencegah kegiatan masyarakat yang bertentangan dengan prinsip-prinsip GPBP.
Panduan Budi Pekerti
24
Panduan Budi Pekerti
25
Panduan Budi Pekerti
26
Bagian 4 : Pembiasaan Nilai-Nilai Kebangsaan dan Kemanusiaan Perlu pembiasaan untuk bisa menumbuhkan budi pekerti pada siswa dan pelaku pendidikan. Pembiasaan ini ada yang harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan tahunan. Juga ada kegiatan wajib dan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Untuk kegiatan wajib harus dilakukan secara seragam. Namun, untuk yang terakhir Kemendikbud menyerahkannya ke lingkungan masing-masing. Ini demi menjaga keberagaman laku-laku positif yang ada di Nusantara. Untuk itu, kami memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mengisi contoh pembiasaan baik di bagian yang kami kosongkan. Setelah mengisinya, kami memohon untuk mengirimkannya kepada kami melalui surat elektronik
[email protected]. Kami akan mengumpulkan praktik baik itu, dan akan menjadi pembelajaran bagi kita semua. Berikut ini pembiasaan GPBP untuk sekolah:
1. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual Kegiatan Wajib Sebelum dan sesudah pelajaran guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing yang dipimpin seorang peserta didik secara bergantian. Pembiasaan Umum Membiasakan menunaikan ibadah bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, baik di sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Pembiasaan Periodik Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan sederhana dan khidmat. Contoh Pembiasaan Lainnya 1. Santun dalam berbicara dan berperilaku; 2. Berpakaian sopan dan sesuai aturan sekolah; 3. Mengucapkan salam saat masuk kelas; 4. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar sesuai dengan keyakinan yang dianut dipimpin siswa secara bergiliran di bawah bimbingan guru; 5. Guru menyisipkan pesan moral yang konkret dalam doa bersama sesuai pemahaman peserta didik; 6. Warga sekolah menunaikan ibadah bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing; dll
Panduan Budi Pekerti
27
Contoh pembiasaan baik yang ada di lingkunganmu 1. 2. 3. 4. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik…
2. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinnekaan Kegiatan Wajib 1. Melaksanakan upacara bendera setiap Senin. 2. Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) untuk jenjang SMP, SMA, SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus yang setara. Upacara ini dilakukan oleh komandan dan para petugas upacara dari pengurus OSIS serta kepala sekolah/wakil bertindak sebagai inspektur upacara; 3. Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dan cinta tanah air, baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu-lagu kebangsaan terkini. (didetailkan, diambil dari infografis) Pembiasaan Umum Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai media dan kegiatan positif. Pembiasaan periodik Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui berbagai media dan aktivitas. Pembiasaan Baik 1. Dalam satu minggu ada hari berbahasa daerah. Contoh pembiasaan baik di daerahmu 1. 2. 3. 4. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik… Contoh Pembiasaan Lainnya 1. Menyosialisasikan lagu wajib nasional, lagu daerah, dan/ atau lagu patriotik, seperti Bagimu Negeri, Halo-Halo Bandung, Pancasila Rumah Kita, Kebyar–Kebyar, Bendera, Garuda di Dadaku, dll ke berbagai media sosial dan kegiatan; 2. Memberi sikap hormat pada saat upacara kenaikan bendera; 3. Ikut memperingati dan berpartisipasi dalam perayaan hari-hari besar nasional; 4. Memberi dukungan secara patriotis dan terhormat kepada anak bangsa yang sedang berlaga; 5. Turut berpartisipasi membangun bangsa lewat kemampuan yang dimiliki; 6. Memberi apresiasi positif pada budaya daerah lain; dll.
Panduan Budi Pekerti
28
3. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan Guru dan Orang Tua Kegiatan Wajib Membiasakan pertemuan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran baru untuk menyosialisasikan visi, aturan, materi dan capaian belajar siswa yang diharapkan dapat dukungan orang tua di rumah. Pembiasaan Umum 1. Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah. 2. Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku. Pembiasaan Periodik 1. Membiasakan peserta didik (dan keluarga) untuk berpamitan dengan orangtua/ wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai kebiasaan/adat yang dibangun masing-masing keluarga; 2. Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian. Contoh pembiasaan lainnya 1. Memberi salam, senyum, dan sapa; 2. Peserta didik mencium tangan dan/atau memeluk orang tua/wali sebelum berangkat ke sekolah; 3. Melaksanakan senam/olahraga bersama yang gerakannya dapat disesuaikan dengan tradisi daerah masing-masing; 4. Pemeriksaan isi tas dan gawai (gadget) peserta didik; 5. Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok sebaya (peer group) yang dihadiri oleh pendidik dan tenaga kependidikan; 6. Turut mengamati perkembangan peserta didik melalui buku komunikasi siswa, dll. Contoh pembiasaan baik di daerahmu 1. 2. 3. 4. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik…
4. Mengembangkan Interaksi Positif Antarpeserta Didik Kegiatan Wajib Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk belajar kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orangtua. Pembiasaan umum Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga sekolah
Panduan Budi Pekerti
29
yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan lainnya. Pembiasaan periodik Membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang sedang mengalami musibah atau kesusahan. Contoh pembiasaan lainnya 1. Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok sebaya (peer group) dengan dipimpin secara bergiliran; 2. Mengikutsertakan peserta didik dalam penyusunan tata tertib sekolah; 3. Penataan ruang kelas secara bersama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelas; 4. Menghidupkan dan bersama-sama aktif dalam komunitas pengembangan bakat dan minat siswa; 5. Menumbuhkan sikap saling menolong di saat salah satu siswa membutuhkan; 6. Menjenguk siswa yang sakit dan mendoakannya secara bersama-sama, dll. Contoh pembiasaan baik di daerahmu 1. 2. 3. 4. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik…
5. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah Kegiatan Wajib Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dengan membentuk kelompok lintas kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan kemampuan siswa. Pembiasaan umum 1. Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb) secara efisien melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh peserta didik. 2. Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan. 3. Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab individu maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama. Pembiasaan periodik 1. Mengajarkan simulasi antre dengan berbaris sebelum masuk kelas. 2. Antre saat bergantian memakai fasilitas sekolah. 3. Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu. 4. Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah secara bergiliran. 5. Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat. Contoh pembiasaan lainnya 1. Menjaga kebersihan pakaian seragam masing-masing; 2. Mencuci tangan sebelum makan; 3. Membiasakan memungut sampah yang dijumpai; 4. Mematikan kran air saat tidak digunakan; 5. Tidak menempel bahan publikasi di sembarang tempat;
Panduan Budi Pekerti
6. Membersihkan sanitasi seperti toilet, wastafel, kamar mandi, dan/atau saluran air; 7. Pemeriksaan kebersihan gigi, kuku, dan rambut; dll. Contoh pembiasaan baik di daerahmu 1. 2. 3. 4. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik…
6. Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh Kegiatan Wajib 1. Membaca buku selain pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. 2. Seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan secara berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu. Pembiasaan umum 1. Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (rekening bank, celengan, dan lainnya). 2. Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan; 3. Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok. Pembiasaan periodik Peserta didik melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi dirinya. Pembiasaan lainnya 1. Setiap peserta didik dapat menjadi pemimpin dalam setiap kegiatan bersama, seperti berbaris menjelang masuk kelas, membaca doa sebelum dan sesudah belajar, piket kelas, kerja bakti; 2. Peserta didik menulis kegiatan hari Sabtu dan Minggu, yang hasilnya diserahkan kepada guru kelas/wali kelas yang sesuai dan diapresiasi sesuai dengan kondisi sekolah; 3. Membuat buletin dan/atau majalah dinding; 4. Melaksanakan pentas seni atau pameran karya peserta didik; 5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, bakat, dan minat; 6. Memberi peluang peserta didik untuk belajar menjadi enterpreneurship; dll Contoh pembiasaan baik di daerahmu 1. 2. 3. 4. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik…
30
Panduan Budi Pekerti
31
7. Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat di Sekolah Kegiatan Wajib Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa. Pembiasaan umum Orangtua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam untuk bercengke-rama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah. Pembiasaan periodik 1. Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan kerelawanan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah. 2. Masyarakat dari berbagai profesi terlibat berbagi ilmu dan pengalaman kepada siswa di dalam sekolah. Contoh pembiasaan lainnya 1. Melaksanakan kegiatan bank sampah yang bekerja sama dengan pihak terkait; 2. Melaksanakan bakti sosial di lingkungan sekitar sekolah; 3. Terus mendorong orang tua/wali untuk mengantar anaknya di hari pertama sekolah ataupun di hari-hari lain; 4. Orang tua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk bercerita tentang pengalaman di sekolah; 5. Mendorong masyarakat dan dunia usaha agar bersama-sama berpartisipasi membangun sekolah dalam berbagai kegiatan; 6. Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah yang relevan; dll. Contoh pembiasaan baik di daerahmu 1. 2. 3. Catatan: Setelah diisi, mohon kirimkan kepada kami melalui surat elektronik…
Contoh Pembiasaan baik bagi orangtua: 1. Gerakan Hari Pertama Sekolah 2. Mulai tahun 2015 Kemendikbud mengajak orangtua untuk lebih terlibat aktif dalam pendidikan anak. Kini, orangtua tak hanya menjadi penonton di luar pagar, tapi masuk ke gelanggang untuk bersama-sama mendidik anak. Pendidikan anak bukan hanya milik sekolah, tapi juga orangtua. 3. Keterlibatan orangtua diwujudkan sejak hari pertama sekolah. Hari pertama sekolah adalah tonggak sejarah bagi perkembangan anak. Karena itu Kemendikbud menggelar Gerakan Hari Pertama Sekolah; gerakan yang mengajak orangtua untuk mengantar anak-anaknya ke sekolah pada hari pertama. Tentu, dalam mengantar itu bukan hanya sampai di gerbang, melainkan juga sampai ke ruang kelas dan berkenalan dengan guru, wali kelas, dan kepala sekolah. Proses ini akan menciptakan ekosistem pendidikan. Orangtua dan pihak sekolah menjadi mitra bagi pendidikan anak.
Panduan Budi Pekerti
Contoh Pembiasaan baik oleh sekolah: 1. Membaca buku selain pelajaran 15 menit sebelum pelajaran pertama dimulai 2. Untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap buku, Kemendikbud menerapkan peraturan bahwa 15 menit sebelum pelajaran anak-anak dan guru diminta membaca buku selain buku pelajaran. Untuk jenis buku, Kemendikbud memberikan keleluasaan kepada pihak sekolah dan pelaku pendidikan di mana pun. Buku yang dibaca itu bisa buku sastra, agama, sains, ilmu pengetahuan popular, dan sebagainya. Titik pentingnya adalah menumbuhkan kecintaan anakanak terhadap membaca dan buku. • Sekolah wajib membuka perpustakaan. • Perpustakaan sebagai pusat refererensi pelajaran sekolah. • Wajib membuat majalah dinding di sekolah.
32
Panduan Budi Pekerti
33
Panduan Budi Pekerti
34
Bagian 5 : Pemantauan dan Evaluasi Agar GPBP ini berjalan sesuai rencana maka perlu pemantauan dan evaluasi. Upaya ini dilakukan bukan hanya oleh pemerintah, melainkan juga oleh orangtua, masyarakat, pegiat sosial, dan media.
A. Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Untuk memantau pelaksanaan GPBP ini bisa dilakukan dengan observasi langsung atas proses, wawancara kepada sumber/pelaku utama, dan kegiatan diskusi terbatas melalui forum group discussion (FGD). 1. Pemantauan dan evaluasi kegiatan GPBP ini dapat dilaksanakan pertengahan tahun atau akhir tahun ajaran baru. 2. Pemantauan dan evaluasi kegiatan pembiasaan serta interaksi dan komunikasi di sekolah dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. 3. Pemantauan dan evaluasi kegiatan gerakan penumbuhan budi pekerti pada ajaran baru dilaksanakan oleh sekolah. a. Pemantauan dan evaluasi kegiatan MOPDB dilaksanakan pada awal tahun pelajaran baru oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. b. Pemantauan dan evaluasi kegiatan pembiasaan serta interaksi dan komunikasi di sekolah dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. c. Pemantauan dan evaluasi kegiatan saat kelulusan dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
B. Aspek-Aspek yang Dipantau dan Dievaluasi 1. 2. 3. 4. 5.
Perubahan tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang GPBP. Perubahan sikap dan penghayatan setiap warga sekolah terkait GPBP. Perubahan tingkah laku/kebiasaan sehari-hari ketika dan setelah melaksanakan GPBP. Sistem pembelajaran di kelas setelah GPBP. Perubahan keadaan lingkungan sekolah, lingkungan di sekitar sekolah, dan lingkungan tempat tinggal siswa yang meliputi tingkat kebersihan, sanitasi, keindahan, keamanan, ketertiban, kekeluargaan, keramahan, dan sebagainya. 6. Tingkat partisipasi masyarakat dalam GPBP.
Panduan Budi Pekerti
35
Panduan Budi Pekerti
36
Bagian 6 : Penutup Meski sudah sampai pada penutup, pada prinsipnya buku panduan ini sangat bisa berkembang. Perkembangan yang kami maksudkan adalah menuju ke arah yang lebih baik. Untuk itu, kami memohon kesediaan pembaca untuk memberikan masukan-masukan berharga demi perkembangan buku ini ke depan. Sila kirim masukan Anda melalui surat elektronik kami,
[email protected]. Atau bisa langsung melalui sur-el masing-masing penyusun yang ada di dalam Tim penyusun di bagian depan buku ini. Ini semua, tiada lain, demi peningkatan kualitas pendidikan dan generasi kita pada masa depan. Mari bersama-sama menumbuhkan budi pekerti pada siswa, juga kita semua.