DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................................1 BAB I ...................................................................................................................................3 1.1.
Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2.
Maksud dan Tujuan Kunjungan ........................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................................4 2.1.
Gambaran Umum IPAL Bojongsoang ................................................................. 4
2.2.
Struktur Organisasi ............................................................................................... 6
5.1.
Sistem Pembuangan Air Limbah.......................................................................... 6
5.2.
Tahapan Pengolahan Air Limbah Pada IPAL Bojongsoang ................................ 7
BAB III ..............................................................................................................................18 3.1
Umum ................................................................................................................. 18
3.2
Sistem Pemeliharaan IPAL Bojongsoang .......................................................... 18
3.3
Wastewater Treatment Plant Madisonville (United States) ............................... 21
3.4
Saran Sistem Pemeliharaan IPAL ...................................................................... 28
BAB IV ..............................................................................................................................35 4.1
Umum ................................................................................................................. 35
4.2
Rincian Biaya Operasional dan Pemeliharaan IPAL ......................................... 37
BAB V ...............................................................................................................................40 5.1.
Umum ................................................................................................................. 40
5.2.
Alternatif Pengembangan IPAL ......................................................................... 41
BAB VI ..............................................................................................................................45 BAB VII .............................................................................................................................52 7.1
Standar Baku Mutu Air Keluaran IPAL Bojongsoang....................................... 52
7.2
Sanksi Terhadap Pencemaran Air Hasil Pengolahan ......................................... 54
7.3
Upaya-Upaya Dalam Mempertahankan Hasil Pengolahan ................................ 56 1
7.4
Standar Baku Air Limbah agar Limbah Industri /Swasta dapat masuk ke IPAL
Bojongsoang .................................................................................................................. 57 BAB VIII ...........................................................................................................................59 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................60
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pesatnya pembangunan di kota Bandung terutama banyaknya pemukiman-
pemukiman baru membuat air limbah domestik semakin meningkat. Tidak hanya itu kurangnya pengolahan limbah dari pabrik-pabrik industri membuat daerah tangkapan air seperti sungai menjadi tercemar. Limbah pabrik dan limbah domestik yang berupa bahan organik akan mengakibatkan turunnya kualitas air bersih. Turunnya kualitas air ini akan berakibat fatal bagi kesehatan manusia maupun hewan dan tanaman yang secara langsung mengkonsumsi air yang tercemar tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian air limbah yang dibuang ke badan sungai, terutama sungai Citarum, agar mutu badan air yang bermuara ke sungai dapat dikendalikan. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bojongsoang adalah salah satu IPAL yang diandalkan kota Bandung yang dibangun pada tahun 1990 dan mulai dioperasikan pada tahun 1992. Tujuan dari instalasi ini adalah untuk mengolah air buangan rumah tangga dari area pelayanan kota bandung dan untuk menurunkan tingkat pencemaran sungai-sungai di Kota Bandung.
1.2.
Maksud dan Tujuan Kunjungan Maksud dan tujuan dilakukannya studi lapangan ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) adalah : 1.
Melihat metode pengolahan air limbah yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung.
2.
Mengetahui proses pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang.
3.
Mengetahui Fasilitas/Instalasi yang digunakan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Gambaran Umum IPAL Bojongsoang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ini berlokasi di Kabupaten Bandung yaitu
di desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang. IPAL di Bojongsoang ini merupakan instalasi yang mengolah air buangan rumah tangga yang disalurkan melalui perpipaan. Instalasi ini untuk mengolah buangan domestik rumah tangga yang berasal dari area wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah Selatan dengan kapasitas pelayanan 400.000 jiwa. IPAL ini dibangun dengan tujuan untuk mengolah air buangan rumah tangga dari area pelayanan kota bandung dan untuk menurunkan tingkat pencemaran sungai-sungai di Kota Bandung, khususnya mengurangi tingkat pencemaran air sungai Citarum. Jenis air buangan yang diolah pada IPAL Bojongsoang adalah buangan dari kamar mandi, dapur dan limbah pencucian. Sedangkan sumber air limbah yang diolah adalah berasal dari rumah tangga, hotel, restoran, rumah sakit, mall, dan lain-lain. Dengan adanya proses pengolahan limbah domestik, kualitas air buangan yang dibuang ke sungai Citarum tidak terlalu buruk. Luas area keseluruhan adalah 85 ha dengan sistem pengolahan biologi yaitu kolam stabilisasi. IPAL ini merupakan instalasi pengolahan air buangan domestik terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di Asia Tenggara. Instalasi ini beroperasi sejak tahun 1992 dan uji coba pengolahan dilaksanakan pada bulan Oktober 1992 dengan tujuan untuk mengolah air buangan rumah tangga menjadi air yang aman untuk dimanfaatkan di lingkungan baik dilepas ke Badan Air Penerima maupun dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi. (IPAL, 2011). Letak Topografi IPAL Bojongsoang berdasarkan survey dan menggunakan GPS adalah 12 Km dari Kota Bandung dan dengan koordinat 7-7,28 LS 107 0,14’ – 1070,16’ BT. Sistem pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang terhitung konvensional. Proses-prosesnya mengutamakan proses alami, tanpa bantuan teknologi yang rumit dan tanpa bantuan bahan kimia aditif. IPAL ini mengolah air limbah melalui dua proses utama, yaitu proses fisik dan biologi. Proses fisik memisahkan air limbah dari sampah-sampah, pasir, dan padatan lainnya sehingga proses pengolahan biologi tidak terganggu. Proses biologi mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), kandungan bakteri Coli, 4
kandungan logam berat, dll memenuhi daya dukung lingkungan badan air di mana air limbah yang sudah diolah ini akan dibuang. Kolam pengolahan biologi terdiri dari 14 kolam yang terdiri dari dua set yaitu, set A dan set B. Jadi, masing-masing set terdiri dari tujuh kolam yaitu, tiga kolam anaerob, dua kolam fakultatif, dan dua kolam maturasi.
Gambar 1. Areal IPAL Bojongsoang
Adapun sarana yang tersedia di lokasi IPAL Bojongsoang ini adalah sebagai berikut : 1.
Unit Instalasi Pengolahan Fisik
2.
Kolam Stabilisasi
3.
Sludge drying bed (bak pengering lumpur)
4.
Laboratorium (temporary lab)
5.
Gedung perkantoran
6.
Mess operator
7.
Gudang perlengkapan
8.
Bengkel Instalasi
9.
Rumah jaga
10.
Rumah dinas pengawas instalasi
11.
Green House (ruang pengkondisian tanaman).
5
Sarana-sarana tersebut berada di lahan seluas 85 ha dengan pemanfaatannya meliputi : 1.
Area kolam pengolahan yang terdiri dari 14 kolam seluas 62,5 ha
2.
Area perkantoran dan fasilitas lainnya seluas 22,5 ha.
2.2.
Struktur Organisasi Struktur organisasi pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bojongsoang
dapat dilihat seperti gambar berikut.
Gambar 2. Struktur Organisasi IPAL Bojongsoang 5.1.
Sistem Pembuangan Air Limbah Terdapat dua jenis sistem pembuangan air limbah, yaitu sebagai berikut :
1.
Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat (On Site System) Sistem pembuangan air limbah yang dilakukan secara individual (perorangan) melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat.
2.
Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat (Off Site System) Sistem pembuangan air limbah dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat.
6
5.2.
Tahapan Pengolahan Air Limbah Pada IPAL Bojongsoang Terdapat dua tahapan pengolahan air limbah pada IPAL Bojongsoang, yaitu
tahapan pengolahan fisik dan tahapan pengolahan biologi.
Gambar 3. Tahapan Pengolahan Air Limbah Pada IPAL Bojongsoang
2.5.1 Tahapan Pengolahan Fisik Tahapan pengolahan fisik terdiri dari enam tahapan, yaitu open channel, manual bar screen, screw pump, mechanical bar screen, screening press, grit chamber dan grit rake.
1.
Open Channel Open channel adalah instalasi yang digunakan untuk menyalurkan air limbah dari
seluruh saluran pengumpul ke sistem IPAL. Instalasi ini juga berfungsi untuk menguapkan air limbah terlebih dahulu agar selanjutnya air limbah yang akan diolah bau busuknya tidak terlalu menyengat hidung.
7
Gambar 4. Open Channel
2.
Manual Bar Screen Manual Bar Screen adalah instalasi yang digunakan untuk memisahkan sampah-
sampah dalam ukuran besar dari air limbah secara manual. Jadi sampah-sampah diangkat menggunakan alat pengangkut sederhana dan sampahnya dibuang ke tempat sampah.
Gambar 5. Manual Bar Screen 8
3.
Screw Pump Screw pump atau pompa ulir adalah instalasi yang digunakan untuk menyedot air
limbah yang sudah sudah melewati Manual Bar Screen dan memompanya ke bak penampungan selanjutnya. Instalasi ini terdiri dari 3 penyedot dengan 3 motor/mesin berkapasitas besar.
Gambar 6. Screw Pump 4.
Mechanical Bar Screen Mechanical bar screen adalah instalasi yang digunakan untuk memisahkan sampah
yang masih tersisa secara mekanik atau menggunakan mesin. Sampah-sampah yang sudah terpisah di buang ke tempat pengumpulan sampah.
Gambar 7. Mechanical Bar Screen
9
5.
Screening Press Screening Press adalah instalasi yang digunakan untuk memadatkan sampah yang
dihasilkan oleh mechanical bar screen.
Gambar 8. Screening Press
6.
Grit Chamber Grit Chamber adalah instalasi yang digunakan untuk memisahkan pasir dari
buangan yang pengoperasiannya secara mekanik.
Gambar 9. Grit Chamber
10
7.
Grit Rake Grit rake adalah instalasi yang digunakan untuk penggerusan pasir yang terkumpul
di Grit Dischare Pocket.
Gambar 10. Grit Rake
2.5.2 Tahapan Pengolahan Biologi Tahapan pengolahan biologi berupa kolam-kolam pengolahan biologi yang terdiri dari 2 set yaitu set A dan set B. Masing-masing memiliki 7 buah kolam untuk setiap setnya. Setiap rangkaian kolam (set A dan set B) terdiri dari proses anaerobik, proses fakultatif dan proses maturasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
11
1.
Proses Anaerobik Proses anaerobik merupakan upaya penurunan bahan organik secara anaerobik
dengan bantuan mikroba anaerob. Karakteristik kolam anaerobik adalah sebagai berikut :
Debit : 80.835 m3/hari
Beban volumetrik : 275 g BOD/m3/hari
BOD Influen : 360 mg/l
Total Beban Org : 20.100 kg BOD/hari
Waktu Detensi : 2 hari
Kedalaman kolam : 4 m
Luas Area : 4,04 ha
Temperatur : 22,5 oC
BOD Efluen : 144 mg/l
Gambar 11. Kolam Anaerobik
2.
Proses Fakultatif Proses fakultatif adalah upaya penurunan bahan organik secara anaerob dan aerob
untuk stabilisai air buangan. Karakteristik kolam fakultatif adalah sebagai berikut :
Debit : 80.835 m3/hari
Beban volumetrik : 300 gr BOD/m3/hari
BOD Influen : 144 mg/l 12
Total Beban Org : 11.640 kg BOD/hari
Waktu Detensi : 5,6 - 7 hari
Kedalaman kolam : 2 m
Luas Area : 29,8 ha
Temperatur : 22,5 oC
BOD Efluen : 50 mg/l
Gambar 12. Kolam Fakultatif 3.
Proses Maturasi Proses
maturasi
merupakan
proses
pematangan
air
buangan
sebagai
penyempurnaan dari kualitas efluen akhir sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku sebelum dibuang. Setelah pergi laginya ke badan air penerima (sungai). Karakteristik kolam maturasi adalah sebagai berikut :
Debit : 80.835 m3/hari
Fecal coli : 5000 MPN/100 ml
BOD Influen : 50 mg/l
Waktu Detensi : 3 hari
Kedalaman kolam : 1,5 m
Luas Area : 32,2 ha
Temperatur : 22,5 oC
BOD Efluen : 30 mg/l 13
Gambar 13. Kolam Maturasi
Proses biologi mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), kandungan bakteri Coli, kandungan logam berat, dan lainnya yang memenuhi daya dukung lingkungan badan air di mana air limbah yang sudah diolah ini akan dibuang. Ditinjau dari kebutuhan oksigen dimana proses penguraian berlangsung secara biologi , maka proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen dan proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Berikut adalah diagram alir dari proses biologi pengolahan limbah yang dilakukan oleh IPAL Bojongsoang.
14
Gambar 14. Diagram Alir Proses Biologi di IPAL Bojongsoang Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan data kualitas air dari IPAL Bojongsoang pada tahun 2013. Tabel 1. Kualitas air IPAL Bojongsoang Tahun 2013
2.6.
Kendala Operasional IPAL Dalam pengoperasian instalasi pengolahan air limbah terdapat beberapa kendala
yang dihadapi oleh IPAL Bojongsoang, yaitu diantaranya adalah dapat dijelaskan pada gambar-gambar berikut.
15
Gambar 15. Saluran Inlet dan Open Channel meluap saat banjir
Gambar 16. Peningkatan Permukaan Air pada Kolam
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa saat musim penghujan, volume air yang berada pada kolam meningkat, hal ini dapat menyebabkan sistem pompa yang ada harus bekerja lebih keras, bahkan mesin-mesin terpaksa harus dimatikan, selanjutnya proses anaerobik menjadi terganggu dan kualitas air menjadi fluktuatif. Kendala yang dihadapi oleh IPAL Bojongsoang dapat dijelaskan pada bagan gambar berikut.
16
Gambar 17. Kendala yang Dihadapi IPAL Bojongsoang pada Perubahan Musim
Sementara itu permasalahan yang sering dihadapi di IPAL Bojongsoang antara lain pencemaran limbah industri dan industri rumah tangga pada saluran air kotor, akumulasi logam berat pada lumpur, campur tangan masyarakat pada IPAL (penanaman ikan pada kolam, pengambilan air kolam dan kerusakan fasilitas instalasi).
17
BAB III SISTEM PEMELIHARAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (ANNA ELVARIA - 25014017)
3.1
Umum Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) merupakan salah satu infrastruktur
perkotaan yang mendukung kesehatan lingkungan sesuai dengan pesatnya pembangunan di kota terutama pembangunan permukiman. Pentingnya infrastruktur IPAL ini membuat pihak-pihak instalasi yang terkait untuk selalu menjaga dan melakukan pemeliharaan agar ipal selalu dapat berfungsi secara optimal. Pemeliharaan juga dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan sehingga dapat menghasilkan efluen air limbah memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah sangat penting dengan tujuan :
Kinerja masing-masing unit optimal sehingga instalasi dapat terus beroperasi
Meminimalisasi biaya perbaikan unit
Tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Pada bab ini akan mencoba menjelaskan sistem pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah yang telah dilakukan oleh pihak IPAL Bojongsoang, mencoba menjelaskan sistem pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah dari negara lain, serta akan mencoba memberikan penjelasan serta saran mengenai sistem pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah yang baik. 3.2
Sistem Pemeliharaan IPAL Bojongsoang IPAL Bojongsoang adalah infrastruktur yang dikelola oleh PDAM Provinsi Jawa
Barat. Sebagai operator pengelola, PDAM sendiri pada tahun 2003 telah mengeluarkan sistem operasi dan pemeliharaan (SOP) unit-unit mekanikal pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang, yang dapat dijelaskan pada tabel berikut.
18
Tabel 2 Sistem Operasi dan Pemeliharaan IPAL Bojongsoang No
Unit Equipment
Sistem Operasi
Manual Bar
Pembersihan sampah; Pemberian grease pada pintu air.
1 Screen
2
3
4
Screw Pump
Belt Conveyor
Grit Removal
Dioperasikan secara manual atau automatis sesuai dengan pengaturan selector switch
Pengoperasian berdasarkan fungsi discharge dengan memutar switch selektor ; Operasi otomatis berdasarkan signal dari mechanical bar screen 15 detik maka belt conveyor akan bekerja.
Sesuai dengan screw yang jalan dan akan berhenti 15 menit setelah screw pump mati.
Pembersihan/pengurasan ; 5
Grit Rake
Pemeliharaan
Penggantian oli dan grease.
Apabila tidak dioperasikan dalam waktu lama harus dijalankan selama 15 menit/bulan ; Periksa petunjuk putaran motor sebelum dijalankan ; Penggantian oli dan greas untuk bearing. Pembersihan semua bagian secara berkala ; Pemberian grease sesuai dengan petunjuk ; Pemeriksaan tegangan rantai belt conveyor
Periode Pemeliharaan Pembersihan sampah setiap hari
Penggantian grease : bearing 2 tahun ;
Gear 5000 jam/18 bulan ; Motor 20.000 jam operasi ; Bearing motor periksa 3-5 tahun Pembersihan kotoran setiap hari. Pengecekan oil level setiap minggu ; Penggantian grease (lubrikasi) setelah 4000-6000 jam.
dan V-belt sesuai instruksi.
Pengurasan secara berkala ; Penggantian grease dan oli secara berkala.
Pengurasan secara berkala ; Penggantian grease dan oli secara berkala.
Penggantian oli pada Gear setiap 10.000 jam atau 2 tahun ; Penggantian greas setiap 10.000 jam. Penggantian oli pada Gear setiap 10.000 jam atau 2 tahun ; Penggantian greas setiap 10.000 jam.
(Sumber : PDAM, 2003)
Menurut kunjungan lapangan yang telah dilakukan, secara keseluruhan unit-unit instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang dapat dikatakan baik. Melalui wawancara yang dilakukan pada petugas instalasi IPAL Bojongsoang diperoleh informasi bahwa unit instalasi IPAL selalu dipelihara, terbukti saat kunjungan lapangan petugas IPAL membersihkan dan mengangkat sampah-sampah yang masuk dan lolos pada saluran IPAL, stasiun pompa dalam kondisi baik serta kolam-kolam oksidasi pun dalam kondisi baik.
19
Adapun pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang secara ideal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Stasiun Pompa Stasiun pompa yang ada pada IPAL Bojongsoang terdiri dari 3 bbuah pompa, agar
ketika satu pompa rusak terdapat cadangan pompa untuk menjaga unit-unit pengolahan pada instalasi dapat terus bekerja. Upaya-upaya pemeliharaan pompa yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Memeriksa temperatur pompa dengan meletakkan tangan pada pompa. Jika terasa panas, periksa komponen-komponen pompa untuk mengetahui sumber permasalahan
2.
Memeriksa pompa dan komponen-komponenya jika pompa menimbulkan suara yang tidak biasa melumasi motor pompa secara berkala, minimal satu kali dalam satu minggu.
3.
Pelumasan dilakukan dengan hati-hati agar pelumas tidak berlebih maupu kekurangan
4.
Penggunaan pompa secara bergantian agar perawatan pompa lebih intensif.
Pemeliharaan Mekanikal dan Elektrikal 1.
Pengangkatan sampah di Manual Bar Screen secara rutin.
2.
Membersihkan peralatan mesin dan bangunan ME secara rutin.
3.
Mengoperasikan mesin Screw Pump secara rutin.
4.
Memonitor debit air masuk secara rutin.
5.
Pengoperasian sampah dilakukan tepat waktu.
6.
Pengangkatan pasir dari Sump Well dilakukan tepat waktu.
7.
Pengangkatan pasir dari Grit Rake (Grit Chamber) ke bak pengering lumpur (Slud Drying Bed).
8.
Pengurasan Grit Chamber.
9.
Pembabadan rumput disekitar lokasi unit-unti instalasi.
Pemeliharaan Halaman dan Bangunan 1.
Pemeliharaan gedung, baik gedung administrasi, mess karyawan, dll.
2.
Pembabadan rmuput disekitar halaman kantor, mess, dll. 20
3.3
3.
Pemeliharaan tanaman di sekitar halaman kantor.
4.
Pemeliharaan tanaman di lokasi Green House.
5.
Pembibitan tanaman di lokasi Green House.
6.
Penyiraman tanaman di lokasi Green House.
7.
Pembabadan rumput disekitar jalan Inspeksi.
Kegiatan Kolam Oksidasi 1.
Pengangkatan eceng gondok/algae bloom (scum) di kolam oksidasi.
2.
Pengangkatan sampah plastik di kolam anaerobik.
3.
Pembabadan rumput dan alang-alang talud kolam/sekitar kolam.
4.
Pengangkatan scum.
5.
Pengangkatan sampah yang lolos dari saringan.
6.
Pemeliharaan rumput bambu disekitar pagar kolam.
7.
Melarang pengembangbiakan domba, kerbau disekitar kolam
8.
Memonitor ketinggian lumpur di kolam anaerobik
9.
Menggali lumpur sebelum ketinggian 0,5 m.
10.
Pembersihan outfall kolam maturasi.
Wastewater Treatment Plant Madisonville (United States) Menurut Madisonville Creosote Works Superfund Site, United States, pada
handbook yang berjudul “Operation And Maintenance Dense Nonaqueous-Phase Liquid Recovery System And
Wastewater Treatment Plant” yang diterbitkan tahun 2004,
menjelaskan semua jenis kegiatan pemeliharaan yang berhubungan dengan sistem IPAL diantaranya adalah jadwal pelumasan unit instalasi, kegiatan pemeliharaan rutin, dan prosedur mematikan jangka panjang. Pemeliharaan harus dilakukan dengan cara yang mencegah keadaan darurat atau shutdowns terjadwal. Tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyelesaian kegiatan pemeliharaan desain, konstruksi, dan operasi. Gambar menunjukkan setiap unit, pipa, katup, dan skema listrik harus tersedia untuk referensi yang mudah. Semua pemeliharaan membutuhkan keterampilan yang cukup, yang hanya dapat diperoleh dengan pengalaman, studi, dan praktek. Petugas pemeliharaan harus memiliki persyaratan yang khusus. Program pemeliharaan sistem IPAL harus mematuhi pedoman yang ada sebagai berikut:
21
Ikuti rencana sistematis untuk pelaksanaan prosedur pemeliharaan terjadwal.
Ikuti jadwal rutin untuk pemeriksaan.
Melengkapi dan menyimpan data operasi dan catatan pemeliharaan untuk setiap bagian dari peralatan dengan penekanan pada insiden yang tidak biasa dan kondisi operasi yang rusak.
Memperhatikan faktor keselamatan.
Sub bagian berikut ini adalah kegiatan pemeliharaan untuk setiap peralatan dalam sistem. Setiap bagian dari peralatan telah ditetapkan nomor identifikasi. Untuk masingmasing peralatan, daftar semua item yang direkomendasikan oleh produsen yang memerlukan perawatan rutin atau pemeriksaan telah disiapkan. Daftar ini juga mengidentifikasi frekuensi inspeksi dan perawatan yang harus dilakukan.
3.2.1 Pemeliharaan Rutin Dan Inspeksi Kegiatan pemeliharaan sistem dan pemeriksaan dikategorikan sebagai (1) rutin, (2) khusus, (3) darurat, dan (4) musim dingin. Kegiatan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin adalah mereka yang secara teratur dilakukan dan diperlukan untuk menjaga peralatan dan sistem terus beroperasi secara maksimal. Pelumasan mungkin adalah fungsi yang paling penting dari program pemeliharaan rutin dan jika mungkin, harus menjadi tanggung jawab satu orang. Ekonomi menyatakan bahwa kualitas terbaik dari minyak dan lemak diperoleh harus digunakan. Hal ini sangat penting untuk mengikuti prosedur-prosedur yang ada. Prosedur ini harus dipelajari dengan hati-hati, diikuti, dan didokumentasikan sesuai dengan keadaan. Semua minyak diekstrusi harus dikumpulkan dan dibuang dengan benar. Ini adalah praktik yang baik untuk menghilangkan banyak jenis pelumas dan mengkonsolidasikan sebanyak mungkin. Pemasok pelumas harus dihubungi untuk memiliki spesialisasi mereka sebelum mengunjungi situs O & M manual produsen dan menentukan pelumas terbaik sesuai kondisi. Sebagai contoh, produsen dapat menyarankan jenis tertentu minyak diganti setiap 1.000 jam operasi. Mungkin tidak ada penggunaan lain untuk jenis minyak tersebut yang ada hanya untuk satu peralatan. Sebaliknya, pemasok pelumas mungkin memiliki jenis lain dari minyak yang akan berfungsi sama dengan baik tapi hanya untuk 750 jam. Jika ini jenis minyak dapat digunakan pada bagian lain dari peralatan, mungkin lebih ekonomis untuk paham jenis ini dan mengganti oli lebih sering. 22
Ini juga akan membantu untuk menghilangkan kemungkinan menggunakan pelumas yang salah karena berkurangnya pilihan tersedia. Prosedur pelumasan untuk masing-masing peralatan yang berhubungan dengan sistem IPAL dijelaskan secara detail pada section di buku ini. Kegiatan perawatan khusus adalah mereka yang tidak dilakukan secara teratur, tetapi yang dapat dijadwalkan secara tidak darurat. Kegiatan pemeliharaan darurat yang dibutuhkan untuk memperbaiki situasi di mana kerusakan telah terjadi atau untuk mencegah situasi yang merusak potensi kinerja instalasi. Kegiatan pemeliharaan musim dingin yang yang dibutuhkan untuk melindungi sistem dari kerusakan selama periode suhu beku. Kubah untuk ekstraksi sumur pompa, stasiun pompa limbah, dan setiap pipa di atas tanah harus diperiksa setidaknya dua kali selama musim dingin. Salju atau es akumulasi berat harus dihapus, dan operasi katup harus diperiksa. Pastikan bahwa pemanas bekerja di gedung IPAL dan aliran yang memasuki tangki ekualisasi. Sub bagian berikut akan merangkum kegiatan pemeliharaan dan jadwal untuk masing-masing item. Setiap kali petugas operasi sedang melakukan kegiatan pemeliharaan yang berhubungan dengan kondisi alarm, prosedur berikut harus diikuti: Langkah 1: Beritahu personil manajemen sehingga mereka secara independen dapat antarmuka dengan sistem kontrol jarak jauh IPAL untuk menentukan penyebab masalah. Langkah 2: Untuk properti IPAL diterapkan prosedur lock-out / tag-out yang sesuai untuk peralatan yang membutuhkan pemeliharaan peralatan terkait, sesuai dengan rencana kesehatan dan keselamatan. Langkah 3: Tentukan jenis perbaikan yang diperlukan, dan mencari serta menerima persetujuan dari personil manajemen sebelum memulai kegiatan apapun. Langkah 4: Lengkapi perbaikan yang diperlukan dan memverifikasi bahwa perbaikan lengkap dengan memeriksa informasi yang ditampilkan pada layar PLC (Programmable logic controller).
Langkah 5: Periksa secara visual sisa sistem pemulihan IPAL untuk mengidentifikasi setiap penyimpangan tambahan peralatan yang membutuhkan perbaikan. Langkah 6: Menambah energi peralatan sesuai dengan prosedur lockout / tagout yang tepat dan memindahkan semua katup ke posisi yang benar. Langkah 7: Mulai sistem pemulihan IPAL di mode manual sampai puas bahwa semuanya berjalan dengan benar sebelum beralih ke kontrol otomatis. Langkah 8: Dokumentasi semua kegiatan sehingga terdapat catatan yang akurat dari semua perbaikan. Personil operasi harus mengikuti prosedur lock-out / tag-out, dan
23
prosedur masuk ruang terbatas sesuai dengan rencana kesehatan dan keselamatan situs, sebelum melakukan kegiatan pemeliharaan. 3.2.2 Pemeliharaan Rutin dan Pemeriksaan untuk Ekstraksi Pompa Pemeliharaan rutin untuk setiap unit harus terdiri dari penyesuaian mingguan dan pelumasan pompa, bersama dengan pelumasan bulanan. Mengoles pompa yang sering dengan jumlah minyak yang terbatas adalah praktek terbaik. Pada setiap titik operasi di mana bocornya pompa harus dicurigai, bahkan pengecekan mur akan terus dilakukan dengan benar dikompresi dan disegel. Pelumasan bulanan diperlukan untuk memastikan operasi lanjutan. Menyuntikkan pelumas ke dalam zerk sampai grease jelas diekstrusi dari plug relief tekanan di kepala drive pencoran. Inspeksi pompa harus dilakukan dan dicatat pada formulir inspeksi yang telah disiapkan setidaknya dilakukan mingguan. Selanjutnya setengah tahunan, pemeriksaan ini harus mencakup pengukuran anak tangga stainless steel untuk memeriksa jumlah pasir atau sedimen terakumulasi di bah riser. Jika riser menjadi tersumbat dengan pasir atau sedimen yang mungkin menghalangi aliran, riser harus segera dibersihkan.
3.2.3 Pemeliharaan Rutin dan Pemeriksaan untuk Filter Pasir Inspeksi filter pasir harus dilakukan dan dicatat pada formulir inspeksi setidaknya dilakukan mingguan. Pemeliharaan dan pemeriksaan filter pasir terkait dengan program pemantauan kualitas IPAL. Jika meningkatnya kadar total padatan tersuspensi, setelah prosedur backwashing, terdeteksi di limbah IPAL, pasir di filter perlu dibuang. Ketika penurunan tekanan di filter pasir meningkat menjadi 10 psi, nilai penurunan tekanan bersih dicatat, filter harus backwashed. Backwashing harus diselesaikan sebagai berikut: Langkah 1: Periksa sistem kebocoran. Langkah 2: Rekam penurunan tekanan prebackwash. Langkah 3: Matikan semua pompa pada panel kontrol utama. Langkah 4: Reposisi katup untuk seluruh system. Langkah 5: Aktifkan Pompa selama 10 menit. Langkah 6: Matikan Pompa. Langkah 7: Reposisi katup untuk operasi normal. Langkah 8: Restart sistem sesuai dengan prosedur. Langkah 9: Rekam penurunan tekanan postbackwash untuk saringan pasir yang dibersihkan. 24
Jika penurunan tekanan postbackwash tidak di bawah 10 psi, prosedur harus diulang. Jika penurunan tekanan tidak turun di bawah 10 psi setelah dua siklus backwash, melakukan prosedur yang tepat untuk mengisolasi dan pengeringan, membuka pemeriksaan dan memeriksa untuk pertumbuhan biologi (ganggang) di atas pasir. Pertumbuhan biologis ditentukan menjadi penyebab tekanan yang berlebihan pada padatan tersuspensi, melakukan prosedur oksidasi yang cocok sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Jika hal ini tidak membuktikan menjadi solusi efektif untuk masalah ini, media pasir dalam filter yang mungkin perlu diganti.
3.2.3 Pemeliharaan Rutin dan Pemeriksaan Untuk Pompa Pemeliharaan rutin pompa di gedung IPAL harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Inspeksi pompa harus dilakukan dan dicatat pada formulir inspeksi paling tidak secara mingguan. Minimal, pompa dan motor pompa harus diperiksa saat beroperasi untuk penumpukan panas yang berlebihan atau suara yang tidak biasa.
3.2.4 Pemeliharaan Rutin dan Pemeriksaan untuk Pipa Tidak ada perawatan rutin pipa yang diperlukan. Inspeksi pipa di kubah pemulihan IPAL harus dilakukan dan dicatat pada formulir inspeksi paling tidak secara mingguan. Mendokumentasikan setiap variasi yang signifikan dari parit pemulihan. Berikut ini adalah contoh beberapa tabel pemeliharaan oleh Madisonville Creosote Works.
25
26
27
3.4
Saran Sistem Pemeliharaan IPAL Pada sub bab ini mencoba menjelaskan tentang sistem pemeliharaan IPAL yang
baik, serta pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan. Sebelum mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), Kepala bagian IPAL yang bertanggung jawab penuh atas instalasi, harus mengorganisirdan menginstruksikan tindakan- tindakan yang tepat kepada personel-personel yang bertanggung jawab atas pengoperasian instalasi tersebut. 1.
Kepala IPAL harus menentukan kondisi pengoperasian aktual dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan flow rate, kualitas influent dan efluen, sudut pandang ekonomis, usia masing-masing peralatan, dan lain-lain.
2.
Kepala IPAL harus mengkonfirmasikan kegiatan harian dalam sistem pengoperasian IPAL. Kepala IPAL harus menerangkan hal penting berkaitan dengan sistem operasional berikut ini kepada operator:
3.
Detail pengoperasian
Pencatatan Data Pengoperasian
Memelihara Kebersihan lokasi
Langkah Pengamanan
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan IPAL mengacu pada Pedoman dan Tata Cara Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Sub Bidang Air Limbah. Pedoman dan Tata Cara yang diacu adalah sebagai berikut:
Pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Kolam Stabilisasi
Pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Rotating Biological Contactor (RBC)
Tata Cara Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Limbah Terpusat tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan.
Instalasi pengolahan air limbah adalah infrastruktur yang penting dalam kehidupan karena perannya yang berpengaruh pada kesehatan lingkungan. Adapun saran yang dapat diberikan, khususnya pada IPAL Bojongsoang, adalah sistem pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah yang baik adalah sebagai berikut : 1.
Operasi dan Pemeliharaan supaya dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya terutama dalam kolam anaerobik sebagai kolam pengolahan utama.
2.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi sekarang ini pada unit-unit instalasi pengolahan supaya segera diperbaiki untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses pengolahan. 28
3.
Dibuat papan peringatan yang berisi peraturan daerah agar masyarakat mematuhi dan sadar lingkungan.
4.
Pompa ulir (Screw Pump) harus segera diperbaiki jika terjadi kerusakan. Karena jika pompa tersebut rusak maka operasi akan terganggu.
5.
Mengadakan penyuluhan pada masyarakat bahwa penggunaan air limbah ini berbahaya bagi kesehatan dan kehidupan manusia sebelum diadakan pengolahan.
6.
Lumpur yang ada di kolam anaerobik supaya dilaksanakan penggalian (pengerukan) untuk memenuhi proses stabilisasi agar berjalan secara normal dan optimal. Ketinggian lumpur mempengaruhi proses stabilisasi yaitu mengganggu photosintesa dari sinar matahari dimana BOD pada dasar kolam anaerobik.
7.
Kondisi permukaan lain yang harus diperiksa secara berkala adalah warna kolam. Setiap jenis kolam punya ciri warna, dan perubahan warna biasanya menandakan masalah yang harus diperiksa secepatnya. Warna kolam yang berjalan pada kondisi normal/berimbang adalah kolam anaerobik – hitam kehijau-hijauan, fakultatif – hijau/hijau kecoklatan, dan maturasi – hijau.
8.
Lakukan pemeriksaan tanggul dan lokasi kolam setiap satu atau dua minggu
9.
Ketebalan lumpur harus diperiksa setiap tahun. Jika lebih dari sepertiga dari kedalaman kolam yang direncanakan, hal ini bisa mengganggu proses alamiah dari kolam tersebut dan bisa menyumbat pipa inlet. Jika demikian, kolam harus dikuras dan lumpur harus dibuang.
10. Frekuensi pengurasan lumpur kolam yang ideal adalah kolam anaerobik 2-2 tahun, fakultatif 8-20 tahun, dan maturasi tidak perlu dilakukan. 11. Instalasi pengolahan air limbah dapat saja menjadi kotor karena operasi-operasi seperti halnya memindahkan pasir dari grit chamber, memindahkan sludge yang terkumpul dari anaerobik lagoon, memindahkan lumpur kering dari sludge drying bed, dan lain sebagainya. 12. Gunakan service water pump untuk memelihara kebersihan instalasi pengolahan limbah. 13. Sediakan beberapa titik strategis tempat kran air dengan tekanan pompa service ini. 14. Sediakanlah beberapa hose station pada beberapa lokasi yang strategis, setiap hose station ada sebuah kotak yang berisi peralatan seperti selang, sikat, sprayer. 15. Sebelum mengoperasikan pompa air, siapkan selang untuk area yang akan dibersihkan, baru kemudian operasikan pompa . pompa air bisa dioperasikan dengan menekan tombol on/off pompa. 29
Tabel 3 Permasalahan Dan Perawatan Kolam Stabilisasi
Tabel 4 Contoh Catatan Pemeliharaan Kolam Stabilisasi
16. Personil yang terlibat harus detail dalam memahami dan memelihara agar instalasi ini senantiasa dalam kondisi yang baik. Pemeliharaan harus dilakukan secara periodik sesuai dengan suatu standar yang spesifik:
30
1) Inspeksi Harian Pemeriksaan harian ditetapkan pada jam yang sama setiap hari untuk melihat apakah ada kelainan/ anomali pada mesin atau peralatan yang sedang berkerja. Hasil inspeksi dicatat dalam Tabel Inspeksi Harian. 2) Inspeksi Periodik Inspeksi periodik dilakukan menurut standar inspeksi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ini dimaksudkan untuk memahami kondisi abrasi / ke-aus-an dan kelapukan pada mesin dan peralatan yang ada, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan penggantiannya secara sistematis. Jika ditemukan cacat atau kerusakan, langkah-langkah perbaikan harus dilakukan saat itu juga. Hasil pemeriksaan harus dicatat. 3) Standar Inspeksi/Pemeliharaan Dengan inspeksi tahunan, 6 (enam) bulanan, 4 (empat) bulanan, bulanan atau harian, item dan hasil inspeksi tiap-tiap mesin dan peralatan harus dicatat.
Berikut ini adalah tabel-tabel contoh pemeriksaan instalasi pengolahan air limbah. Tabel 5 Contoh Catatan Pemeriksaan Mingguan
31
Tabel 6 Contoh Catatan Pemeriksaan Harian
Tabel 7 Contoh Catatan Pemeriksaan Catur Wulanan
32
Tabel 8 Contoh Catatan Pemeriksaan Bulanan
Tabel 9 Contoh Catatan Pemeriksaan 6 Bulanan
33
Tabel 10 Contoh Catatan Pemeriksaan Tahunan
Dengan adanya dokumentasi hasil inspeksi harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang telah dilakukan, maka proses pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah akan berjalan dengan baik. Adapun manfaat inspeksi yang dilakukan adalah agar diketahui kondisi unitunit peralatan IPAL, dan dapat segera tanggap jika sewaktu-waktu terjadi permasalahan dengan melihat dokumentasi catatan inspeksi yang telah dilakukan.
34
BAB IV SISTEM PENDANAAN IPAL BOJONGSOANG (VINKA LYONA - 25014016)
4.1
Umum Pada awalnya, pengelolaan sarana air kotor dilaksanakan oleh Dinas KKebersihan
dan Keindahan Kota (DK3) Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung sebelum dikelola oleh PDAM. Pesatnya pertumbuhan penduduk kota Bandung menyebabkan pengelolaan air kotor memerlukan pengembangan, khususnya dalam penanganan dan perbaikan sarana. Pembangunan sarana air kotor dilakukan atas prakarsa dana dari Asian Development Bank dan penyertaan modal pemerintah melalui Proyek BUDP (Bandung Urban Development Project) Dewi Sartika tahap I dan II. Mengingat bsarnya biaya yang digunakan untuk membangun sarana tersebut yang harus dikembalikan dalam bentuk cicilan, maka pemerintah daerah tingkat II Bandung memutuskan agar sarana air kotor dikelola secara teliti oleh sebuah perusahaan, sehingga kegiatan operasi dan pemeliharaan bisa berjalan dan begitu juga pendanaan pengelolaan air kotor tersebut. Untuk kepentingan itulah, dibentuk diisi air kotor yang berada di bawah naungan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung (Nurhayati,2007) Pengolahan air kotor dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojong Soang. Pengolahan air kotor ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran terhadap sungaisungai di Bandung. Kapasitas IPAL ini adalah 80.000 m 3 dan berjarak 12 km dari kota Bandung ini belum sepenuhnya menangani air limbah rumah tangga dari seluruh kota Bandung. IPAL Bojong Soang baru mampu menangani air limbah dari wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. Selain mengolah air limbah yang masuk secara langsung dari saluran perpipaan, IPAL Bojong Soang juga menerima air limbah dari tangka septik yang dikumpulkan oleh mobil-mobil pengumpul tinja. Besar tarif yang ditetapkan untuk pengolahan air kotor di PDAM Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 29 tahun 2001 tentang Pengaturan Pelayanan Air Minum serta Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 194 tahun 2002 tentang Tarif Pelayanan Air minum pada Bab V Ketentuan tarif Pasal 15 yaitu Setiap Pelanggan Air Minum diwajibkan membayar tarif pelayanan pembuangan air kotor kepada Perusahaan
35
Daerah sebesar 30 % (tiga puluh) persen dari besarnya pemakaian Air Minum.
dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 11 Tarif Air Minum per m3
(sumber : Nurhayati, 2007)
Tabel 12 Tarif Air Kotor
(sumber : Nurhayati, 2007)
36
4.2
Rincian Biaya Operasional dan Pemeliharaan IPAL Biaya operasional dan pemeliharaan dari Instalasi Penglahan Air Limbah (IPAL)
Bojong Soang (PDAM, 2003) dapat dilihat pada rincian di bawah berikut : Biaya Pemeliharaan Alat Teknis Biaya gaji
Rp.
261.975,00
Biaya listrik untuk perpompaan
Rp.
262.996,00
Biaya bahan bakar dan pelumas
Rp.
20.000,00
Biaya pemeliharaan pompa dan bangunan
Rp
80.000,00
Man hole
Rp.
75.000,00
Rupa-rupa biaya perpompaan
Rp.
55.000,00
Jumlah
Rp.
754.971,00
Biaya gaji
Rp.
658.613,00
Biaya listrik untuk perpompaan
Rp.
179.929,00
Biaya bahan bakar dan pelumas
Rp.
65.000,00
Biaya bahan kimia pengolahan
Rp.
75.000,00
Biaya lanboratorium pengolahan
Rp.
50.000,00
Biaya pemeliharaan bangunan dan instalasi air kotor
Rp.
450.000,00
Rupa-rupa biaya perpompaan
Rp.
50.000,00
Jumlah
Rp. 1.528.542,00
Biaya Pengolahan Air Limbah
Biaya Operaasional Air Limbah Biaya gaji
Rp. 1.099.256,00
Biaya pemeliharaan saluran
Rp.
350.000,00
Biaya pemeliharaan dan peninggian man hole
Rp.
110.000,00 37
Biaya alat dan bahan air kotor
Rp.
75.000,00
Biaya operasi lainnya
Rp.
60.000,00
Jumlah
Rp. 1.694.256,00
Biaya Perencanaan Air Limbah Biaya gaji
Rp.
368.801,00
Biaya penelitian survei
Rp.
25.000,00
Rupa-rupa biaya perencanaan air kotor
Rp.
30.000,00
Jumlah
Rp.
423.801,00
Jumlah Biaya Operasional dan Pemeliharaan Untuk
Rp. 4.401.570,00
Tahun 2003
Dikarenakan keterbatasan data maka digunakan data rinciaan biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang pada tahun 2003 dengan nilai biaya Rp. 4.401.507,00 per bulannya dan rate of return sebesar 7.5% (Bank Indonesia,2015) dan untuk menghitung besar biaya pada tahun 2015 digunakan rumus future value sehingga didapat biaya operasional dan pemeliharaan IPAL untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Biaya operasional dan pemeliharaan IPAL untuk tahun 2015 = Biaya operasional dan pemeliharaan IPAL untuk tahun 2003 x ( 1 + r ) n = Rp 4.401.570,00 x ( 1+ 0,75)12 = Rp 3.631.317.288,00 perbulan
(asumsi menggunakan future value)
= Rp 121.043.909,00 perhari
38
Diperoleh bahwa Biaya operasional dan pemeliharaan IPAL untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp. 121.043.909,00 perhari dan debit harian rata-rata dari IPAL bojong soang adalah 80.000 m3 sehingga harga unit rate dari pengolahan IPAL adalah sebesar : Unit rate
= Rp 121.043.909 / 80.000 = Rp 1.513, 049
≈
Rp. 1.550,00 / m3
Dari hasil simulasi perhitungan diatas didapatkan bahwa niali unit rate dari IPAL Bojong Soang lebih kecil dari tarif yang dikenakan kepada pelanggan sehingga IPAL bojong soang mampu membiayai operasional dan pemeliharaan sendiri. Namun untuk penambahan alat teknik ataupun teknologi dari IPAL tersebut dibutuhkan bantuan dana dari APBD ataupun DAK/DAU dari pemerintah.
39
BAB V SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS IPAL BOJONGSOANG (BOBBY ARLAN – 25014022) 5.1.
Umum Bandung terkenal sebagai kota dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Menjamurnya pelaku industri di kota Bandung merupakan salah satu komponen yang turut meningkatkan tingkat perekonomian Bandung. Namun dengan meningkatnya jumlah pelaku industri pada umumnya jumlah limbah yang dihasilkan juga akan meningkat pula. Oleh karena itu, mutu air buangan perlu dikontrol agar tidak langsung mengalir mencemari sungai-sungai yang berada di wilayah Bandung. Selain IPAL Bojongsoang, Bandung sebenarnya pernah memiliki satu buah instalasi pengolahan air yaitu Imhoff Tank yang berada di Kelurahan Pelindung Hewan, Kecamatan Astanaanyar. Namun, IPAL ini sudah tidak mampu beroperasi karena kondisinya yang sudah rusak. IPAL ini merupakan peninggalan dari zaman Belanda. Pemerintah kota Bandung sempat melakukan perbaikan IPAL tersebut sekitar tahun 1970, namun perbaikan yang dilakukan hanya sebatas menyerap lumpur-lumpur yang menggenang pada IPAL. Perbaikan di bidang struktural tidak dilakukan saat itu karena perhatian pemerintah sedang terpusat pada usulan pembangunan IPAL baru, yaitu IPAL Bojongsoang yang telah berdiri hingga sekarang. IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas layan sebesar 80835 m3/hari. Pembangunan IPAL secara umumnya bertujuan untuk mengurangi pencemaran sungai-sungai yang berada di wilayah Bandung. Oleh karena itu, peninjauan kapasitas pelayanan IPAL perlu diperhatikan untuk menjamin agar IPAL dapat mengolah limbah air yang terdapat di wilayah kota Bandung. Berdasarkan data Gambar 18, dapat dilihat bahwa IPAL Bojongsoang menunjukkan tren peningkatan penggunaan kapasitas dimana pada tahun 2014, kapasitas IPAL yang tersedia sudah tidak mampu melayani air yang ada.
40
Gambar 18 Kapasitas Terpakai IPAL Bojongsoang Tahun 2010-2014 Dengan adanya kelebihan kapasitas (overcapacity) yang terjadi pada IPAL Bojongsoang, perlu diusulkan beberapa alternatif pengembangan. Alternatif-alternatif ini diperlukan untuk memastikan agar limbah air yang mengalir di kota Bandung dapat dibersihkan terlebih dahulu sebelum mengalir menuju sungai-sungai yang berada di kota Bandung.
5.2.
Alternatif Pengembangan IPAL
Terdapat dua alternatif yang diusulkan untuk mengatasi masalah terbatasnya kapasitas IPAL di kota Bandung antara lain : 1.
Meninjau efektivitas penggunaan lahan pada IPAL eksisting
2.
Melakukan pengembangan lahan dengan membangun IPAL baru.
Peninjauan IPAL eksisting Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas operasional IPAL eksisting yang telah ada yaitu dengan melihat komponen apa yang dapat ditingkatkan kapasitasnya untuk meningkatkan kapasitas operasional dari keseluruhan sistem IPAL. Parameter utama yang kerap timbul pada suatu instalasi pengolahan air yang sudah melebihi kapasitasnya diantaranya adalah hasil olahan air yang masih berbau dan masih mengandung senyawa kimia berbahaya akibat proses olahan yang kurang sempurna. Untuk meninjau kapasitas eksisting, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melihat hasil pengujian laboratorium dari air olahan pada setiap komponen 41
pengolahan pada IPAL Bojongsoang. Contoh proses pengujian untuk sistem biologis pada IPAL Bojongsoang dapat dilihat pada Gambar 19. Pengujian laboratorium akan dilakukan setelah setiap tahap pengolahan. Melalui hasil laboratorium dapat dilihat komponen mana yang tidak mengolah air secara optimum.
Gambar 19 Flowchart Pengecekan Olahan Air Dari seluruh komponen yang ada, akan dilakukan tinjauan untuk melihat apakah perlu ada komponen yang perlu ditambahkan kapasitasnya. Bila terdapat hasil pengujian laboratorium yang tidak memenuhi standar hasil pengolahan, maka dapat disimpulkan bahwa volume air yang dilayani pada komponen tersebut sudah melebihi kapasitasnya. Oleh karena itu pengembangan dapat dilakukan dengan melakukan pembebasan lahan untuk membangun komponen baru yang dianggap sudah melebihi kapasitas layan. Namun perlu digarisbawahi bahwa pembangunan tersebut membutuhkan lahan dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, perlu diperhitungkan efisiensi biaya operasi untuk pembangunan komponen tambahan. Perbandingan efisiensi biaya antara memperbesar kapasitas IPAL eksisting atau membangun IPAL baru dapat dihitung dengan melakukan perbandingan life cycle cost antara dua alternatif yang ada.
Pembangunan IPAL baru Pembangunan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) baru merupakan solusi yang dapat diusulkan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan air limbah pada kota Bandung. Pembangunan IPAL baru dapat menambah kapasitas pengolahan air. Salah satu lokasi yang dapat diusulkan untuk pembangunan IPAL baru yaitu pada daerah Bandung Barat. Hal ini dilakukan mengingat daerah cakupan IPAL Bojongsoang yang umumnya hanya mencakup wilayah Bandung Timur, Bandung Tengah dan Bandung Selatan. Untuk wilayah Bandung Barat, limbah air umumnya langsung dialirkan melalui saluran perpipaan menuju Sungai Citepus. 42
Gambar 20 Peta Sistem Pelayanan Air Limbah Kota Bandung
Salah satu usulan penambahan IPAL dapat diintegrasikan dengan rencana pembangunan kota Bandung yang telah dicanangkan sebelumnya. Pelaksanaan kembali rencana pembangunan IPAL Barat dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan IPAL yang berada di wilayah kota Bandung. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pembangunan IPAL Barat diantaranya : 1.
Melakukan pemeriksaan jaringan perpipaan eksisting hasil pembangunan Bandung Urban Development Project Hal ini perlu dilakukan untuk memeriksa jalur perpipaan yang akan disambungkan menuju IPAL baru yang akan dibangun. Oleh karena itu, dibutuhkan peta kondisi jalur perpipaan eksisting yang telah dibangun sehingga bisa dilakukan penyambungan menuju IPAL baru yang akan dibangun. Namun, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi pipa eksisting yang telah terpasang, terutama untuk saluran pipa yang sudah lama tidak terpakai yang merupakan hasil pembangunan BUDP.
43
2.
Melakukan alokasi anggaran untuk pembangunan IPAL Pembangunan IPAL baru tentunya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam pembangunannya perlu dilakukan feasibility study yang mendalam sebagai dasar untuk mengusulkan pembangunan IPAL. Informasi yang diperlukan diantaranya wilayah layan, kapasitas layan, sistem pengolahan dan besar anggaran yang diperlukan.
Dengan melakukan pembangunan IPAL baru di daerah Bandung Barat, beban air yang dialirkan dari Bandung Tengah menuju IPAL Bojongsoang dapat dialirkan sebagian ke IPAL baru yang akan dibangun. Oleh karena itu, pembangunan ini diharapkan akan menyelesaikan masalah overcapacity IPAL Bojongsoang sekaligus dapat menurunkan tingkat pencemaran air limbah pada sungai-sungai yang mengalir melalui kota Bandung. Pembangunan IPAL baru juga dapat mengacu pada IPAL Bojongsoang yang telah beroperasi mengingat IPAL tersebut merupakan salah satu instalasi yang paling bagus di wilayah Asia Tenggara. Penerapan teknologi IPAL terbaru juga dapat dilakukan pada IPAL baru yang akan dibangun sehingga proses pengolahan diharapkan akan menjadi lebih efisien, ramah lingkungan dan cost effective.
44
BAB VI SISTEM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI IPAL (FARIS HIMAWANTO – 15011143)
Pengembangan teknologi yang bisa diaplikasikan pada IPAL Bojongsoang ini ialah unit-unit pengolahannya. Pengembangan teknologi didasari dari terdapat permasalahan yang ada pada proses, efektivitas dari proses suatu alat. Unit pengolahan pada IPAL bojongsoang ini tergolong masih konvensional. Proses proses yang ada di dalamnya masih dilaksanakan secara manual dan juga alamiah. Salah satu unit pengolahan yang masih manual dalam prosesnya ialah coarse bar screen untuk menyaring benda-benda kasar berupa sampah, plastic, ranting dsb. Proses penyaringan dilakukan secara manual yaitu menggunakan alat garpu/raking tools yang dioperasikan oleh operator dan dilakukan selama 24 jam. Kondisi aktual dari unit pengolahan coarse bar screen IPAL bojongsoang ini yaitu mengalami kerusakan pada kisi kisi dengan penyebab diduga dari gesekan antara alat garpu dengan alat screen-nya. Hal tersebut dapat meloloskan benda yang seharusnya tersaring. Benda-benda yang lolos tersebut dapat menyebabkan kapasitas pada proses screening lain yaitu mechanical bar screen menjadi terlampaui sehingga alat menjadi lebih cepat rusak. Berikut merupakan ilustrasi dari unit coarse bar screen pada IPAL bojongsoang :
Gambar 21. Ilustrasi proses unit coarse bar screen eksisting
45
Salah satu solusi dari permasalahan pada coarse bar screen tersebut ialah otomatisasi alat coarse bar screen. Dengan mengotomatisasi alat tersebut, dapat meminimalkan gesekan antara kisi dengan alat raking. Sehingga diharapkan umur layan coarse bar screen lebih lama dengan catatan maintenance yang baik pula. Contoh alat automatic coarse bar screen ialah Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Chains Above Water And Oil-Pressure Unit For Rake Control, Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Bucket And Cable Lifting Device dan Semi-Rotary Bar Screen Berikut merupakan penjelasan masing masing alat. Untuk Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Chains Above Water And Oil-Pressure Unit For Rake Control, karakteristiknya ialah Sub - Vertical Bar screen yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan rantai dan Unit pressure air dan minyak untuk mengontrol penyapuan /raking. Bentuk pengoperasiannya ialah Benda kasar yang ada di air limbah dihentikan dengan vertical bar screen. Material yang tertahan ini dihilangkan dengan penyapu/pembersih yang digerakan ke atas oleh 2 buah rantai sebagai katrolnya. Pengendalian penyapuan ini dikontrol dengan menggunakan silinder berisikan minyak yang memiliki tekanan. Material dari mesin ini ialah galvanized carbon steel atau stainless steel dan alat pengontrolnnya selalu berada di atas level permukaan air. Untuk instalasinya harus berada di channel berbahan beton dengan spesifikasi lebar channel diantara 1000 – 3500 mm dan derajar filtrasinya ialah dari 20 mm sampai 80 mm. Gambar 22 merupakan foto dari Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Chains Above Water And Oil-Pressure Unit For Rake Control :
46
Gambar 22 Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Chains Above Water And OilPressure Unit For Rake Control : Untuk Automatic
Sub-Vertical Bar Screen With Bucket And Cable Lifting Device,
karakteristiknya ialah mesin yang dilengkapi fixed bar screen dan wadah/bucket yang terkontrol oleh 2 drive unit yaitu unit untuk gerakan vertical dan unit untuk pembukaan dan penutupan bucket. Bentuk operasinya ialah benda kasar di air limbah dihentikan oleh sub-vertical bar screen. Material yang dihentikan ini diambil oleh bucket yang bergerak dari bawah ke atas. Materialnya hamper sama dengan alat sebelumnya yang terdiri dari galvanized carbon steel atau stainless steel dan juga alat pengontrolnya selalu berada di atas level permukaan air. Instalasinya pun harus pada saluran yang terbuat dari beton. Spesifikasi dari lebar salurannya ialah dari 1000 sampai 3000 mm dan derajat filtrasinya dari 15 sampai 100 mm. Berikut merupakan foto dari Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Bucket And Cable Lifting Device :
47
Gambar 23 Automatic Sub-Vertical Bar Screen With Bucket And Cable Lifting Device Untuk Semi-Rotary Bar Screen, karakteristiknya ialah mesin yang dilengkapi semi sirkular fixed bar screen dan alat penyapu/raking-nya. Bentuk pengoperasiannya ialah benda kasar yang ada pada air limbah ditahan oleh bar screen. Lalu material yang tertahan ini diangkut dengan alat rake yang bekerja secara semi sirkular. Materialnya pun sama seperti sebelumnya yaitu galvanized carbon steel atau stainless steel dan instalasinya pun harus pada saluran beton. Spesifikasi kedalaman salurannya ialah dari 1000 mm sampai 2000 mm dengan derajat filtrasi dari 20 sampai 80 mm. Berikut merupakan foto dari Semi-Rotary Bar Screen :
48
Gambar 24 Semi-Rotary Bar Screen Kekurangan dari ketiga alat tersebut ialah biaya maintenance yang cukup tinggi dibanding dengan operasi secara manual. Diperlukan pula teknisi operator yang memadai untuk dapat mengoperasikan alat tersebut. Kekurangan yang terakhir tersebut bisa dihilangkan melalui program pelatihan teknisi operator. Namun kelebihan ketiga alat tersebut ialah quality control dari hasil filter lebih baik dan juga alat bisa lebih lama umur layannya.
49
Pengembangan teknologi selanjutnya ialah Turning wastes into energy. Pada waktu proses bioremidiasi, bakteri anaerobik menghasilkan soil nutrients dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk. Contohnya ialah Bakteri anaerobik Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik laut yang menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik dalam endapan dimana bisa menghasilkan energi. Karena bakteri ini menggunakan reaksi redoks untuk mendegradasi molekul pada lapisan sedimen lalu elektron ditangkap oleh elektroda lalu elektroda ini berfungsi mentransfer elektron ke generator sehingga menghasilkan arus listrik. Pengembangan teknologi ini dapat dilakukan dengan mengubah site ipal menjadi tertutup untuk mengurangi pengaruh eksternal yaitu air hujan yang dapat mempengaruhi keseimbangan reaksi yang terjadi. Berikut merupakan contoh proses penerapan Turning wastes into energy ;
Gambar 25 Diagram waster water into energy Jika nantinya direncanakan akan dilakukan pengembangan IPAL yaitu dengan membuat lokasi baru IPAL di kota bandung, maka terdapat teknologi baru yaitu Advanced Oxidation Processes (AOP). Konsep dasar sistem yang akan dibangun adalah sistem AOP dengan menggunakan ozon dan uliteraviolet sebagai komponen utama sistem 50
yang dikombinasikan dengan karbon aktif sebagai filiterasi pada tahapan terakhir. Berikut merupakan rantai proses dari teknologi AOP :
Gambar 26 rantai proses teknologi AOP. Sistem instrumentasi yang digunakan adalah metode Advanced Oxidation Processes (AOP). Sistem AOP yang dipergunakan adalah kombinasi antara Ozon-UV-H2O2 dan karbon aktif . Sistem AOP bekerja memanfaatkan hydroxyl radical(·OH) yang dihasilkan dari reaksi antara kombinasi Ozon-UV-H2O2 dalam air. Karbon aktif bekerja dalam membantu proses absorpsi mikro polutan hasil oksidasi dari sistem AOP. Tahapantahapan detail proses pengolahan air limbah sebagai berikut : Air limbah dilewatkan ke unit AOP untuk direaksikan dengan O3-UV- H2O2. Proses oksidasi terjadi di unit AOP. Air limbah yang sudah teroksidasi dilewatkan unit karbon (CA), selanjutnya air limbah yang sudah melewati tahapan-tahapan tersebut kemudian di analisa kadar CODnya. Kelebihan teknologi ini dibanding teknologi konvensional pada IPAL bojongsoang ialah ialah areal instalasi pengolahan air limbah yang tidak luas, waktu pengolahan cepat, penggunaan bahan kimia sedikit, penguraian senyawa organik yang efektif, keluaran limbah lumpur (sludge) sedikit, dan air hasil pengolahannya dapat dipergunakan kembali.
51
BAB VII ASPEK LEGAL BAKU MUTU AIR DI IPAL BOJONGSOANG (FARIS EFFANDI – 25014043)
7.1
Standar Baku Mutu Air Keluaran IPAL Bojongsoang Pengolahan limbah domestik IPAL Bojongsoang wajib memenuhi baku mutu air
limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLIV bagian A pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air lImbah. Tabel berikut ini menunjukkan baku mutu air limbah domestik yang diatur pada Peraturan Menteri tersebut.
Tabel 13 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Kegiatan Domestik
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014
Kualitas air hasil pengolahan melalui outlet IPAL Bojongsoang berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 Tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Pada Sungai Citarum Dan Anak-Anak Sungainya Di Jawa Barat Pasal 3, tergolong kedalam golongan C dimana air hasil olahan dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Selain untuk keperluan perikanan dan peternakan sisa air hasil olahan IPAL akan dibuang kembali ke Sungai Citarum. Air hasil olahan IPAL Bojongsoang yang dibuang ke Sungai Citarum harus memenuhi Baku Mutu Air Golongan C yang diatur pada Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 dengan ketentuan sebagai berikut :
52
Tabel 14 Penggolongan dan Baku Mutu Air di Sungai Citarum
53
Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000
7.2
Sanksi Terhadap Pencemaran Air Hasil Pengolahan Berikut merupakan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran
lingkungan (termasuk air di dalamnya) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 54
Pasal 98 (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). (3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). Pasal 99 (1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). (3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah). Pasal 100 (1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 55
(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali. Pasal 101 Setiap orang yang melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf g, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Pasal 102 Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Pasal 103 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
7.3
Upaya-Upaya Dalam Mempertahankan Hasil Pengolahan Usaha pencegahan pencemaran air bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi
melibatkan berbagai faktor sebagai berikut: 1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah. 2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisma antarpolutan pemerintah. 3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di perairan 4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri. 56
5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang di perairan. 6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktifitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum
Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai, pencegahan pencemaran air sungai dilakukan melalui: a. Penetapan daya tampung beban pencemaran; b. Identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai; c. Penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan air limbah; d. Pelarangan pembuangan sampah ke sungai; e. Pemantauan kualitas air pada sungai; dan f. Pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.
7.4
Standar Baku Air Limbah agar Limbah Industri /Swasta dapat masuk ke IPAL Bojongsoang Untuk setiap limbah industri atau perusahaan swasta yang ingin ikut membuang
limbahnya melalui IPAL Bojongsoang harus dilakukan pengecekan kualitas air tersebut sebelum dibuang melalui open channel dan masuk ke sistem IPAL Bojongsoang. Hal ini perlu dilakukan agar standar baku mutu air hasil olahan IPAL tetap sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk baku mutu air limbah industri sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014, Usaha dan/atau kegiatan yang baku mutu air limbah yang diatur dalam terdiri dari 42 jenis industri yang meliputi: industri pelapisan logam dan galvanis; industri penyamakan kulit; industri minyak sawit; industri karet; industri tapioka; industri monosodium glutamat dan inosin monofosfat; industri kayu lapis; industri pengolahan susu; industri minuman ringan; industri sabun, deterjen dan produk-produk minyak nabati; industri bir; industri baterai timbal asam; industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran; industri pengolahan hasil perikanan; industri pengolahan hasil rumput laut; industri pengolahan kelapa; industri pengolahan daging; industri pengolahan kedelai; industri pengolahan obat tradisional atau jamu; industri peternakan sapi dan babi; industri minyak goreng dengan proses basah 57
dan/atau kering; industri gula; industri rokok dan/atau cerutu; industri elektronika; industri pengolahan kopi; industri gula rafinasi; industri Petrokimia Hulu; industri rayon; industri keramik; industri asam tereftalat; polyethylene tereftalat; industri petrokimia hulu; industri oleokimia dasar; industri soda kostik/khlor; industri pulp dan kertas; industri ethanol; industri baterai kering; industri cat; industri farmasi; industri pestisida; industri pupuk; industri tekstil. Sedangkan untuk industri yang menghasilkan limbah yang mengandung bahan berbahaya dan bercun (B3) pengelolaanya harus mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun dimana pengolahan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dan dalam hal setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat tidak mampu melakukan sendiri, pengolahan Limbah B3 diserahkan kepada pengolah Limbah B3. Pengolahan limbah B3 dilakukan dengan cara: a. Termal; yang meliputi emisi udara, efisiensi pembakaran dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99% dan efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa principle organic hazardous constituents (POHCs) dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99%. b. Stabilisasi dan solidifikasi berdasarkan analisis organik dan anorganik c. Cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Pengolahan limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan teknologi dan standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang akan melakukan Pengolahan Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan jika uji coba gagal, bermaksud menghentikan usaha dan/atau, bermaksud mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas uji coba.
58
BAB VIII KESIMPULAN 1.
Pemeliharaan IPAL sangat penting dilakukan karena mengingat perannya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat.
2.
Sebagai dampak dari Operasi dan Pemeliharaan yang tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya maka kinerja kolam pengolahan belum optimal sesuai dengan maksuda dan tujuan pengolahan air limbah (IPAL) yaitu untuk mereduksi (mengeliminasi) zat-zat pencemar sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan pertanian dan perikanan, yang akhirnya dikembalikan kebadan air penerima (sungai).
3.
Personil yang terlibat harus detail dalam memahami dan memelihara agar instalasi ini senantiasa dalam kondisi yang baik. Pemeliharaan harus dilakukan secara periodik sesuai dengan suatu standar yang spesifik.
4.
Pengembangan IPAL sangat disarankan sebagai solusi untuk permasalahan kapasitas IPAL yang tersedia. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun IPAL baru di wilayah Bandung Barat.
59
DAFTAR PUSTAKA http://www.pambdg.co.id/new/index.php?option=com_content&view=article&id=85&Ite mid=97 https://www.scribd.com/doc/30481815/Laporan-Hasil-Studi-Lapang-ipal-Bojongsoang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang. 28 Aprl 2015. Siregar, sohuturon. Tesis : Studi Sistim Operasi dan pemeliharaan Instalasi pengolahan Air Limbah (Studi kasus IPAL Bojongsoang Kota Bandung). 2004. Universitas diponegoro. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 Tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Pada Sungai Citarum Dan Anak-Anak Sungainya Di Jawa Barat http://www.artikellingkunganhidup.com/cara-pengelolaan-air-mencegah-pecemaranair.html http://s3.amazonaws.com/ppt-download/al-9pedomanpengoperasiandanpemeliharaanipal120227030934-phpapp01.pdf?response-content disposition=attachment&Signature=2P68evI7y7B2cP91covbD4SVa38%3D&Expires=14 30573382&AWSAccessKeyId=AKIAIA7QTBOH2LDUZRTQ http://www.deq.louisiana.gov/portal/Portals/0/remediation/madisonville-o&m.pdf http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/544/jbptitbpp-gdl-leninurhay-27183-1-2007ts-1.pdf http://eprints.undip.ac.id/12051/1/2004MTS3375.pdf http://www.airlimbahku.com/2006/04/imhoff-tank-ipal-awal-di-indonesia.html
60