LAPORAN TUGAS AKHIR
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
simpang di Jalan Lapangan Supratman, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pembahasan pada perancangan prasarana ruas dan
1. Hasil perancangan manajemen lalu lintas mengharuskan pengalihan arus
lalu lintas ke Jalan Lapangan Supratman. Penerapan manajemen lalu
lintas diberlakukan pada jam sibuk di hari kerja pada sore hari dimulai dari pk. 16:45 s/d pk. 18:15. 2. Manajemen lalu lintas hanya dapat bertahan hingga tahun 2015 karena pada tahun berikutnya, panjang antrian telah melebihi panjang ruas jalan pengalihan (Jl. Lap. Supratman). 3. Untuk mendukung manajemen lalu lintas, perancangan dan penataan prasarana dilakukan pada : Perkerasan (pelebaran berupa perkerasan lentur) Bangunan pelengkap jalan (penataan trotoar dan drainase) Perlengkapan jalan (penambahan rambu, marka dan penataan PJU) 4. Rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan proyek perancangan prasarana ruas dan simpang di Jalan Lapangan Supratman adalah sebesar Rp. 386.350.077,00 (Tiga Ratus Delapan Puluh Enam Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Tujuh Puluh Tujuh Rupiah) dengan rasio Rp. 1.232.337,33 per meter panjang atau Rp. 14.309.262,11 per hari. 5. Durasi waktu yang dibutuhkan adalah 21.6 hari kerja atau 27 hari kalender yang terhitung dari tanggal 7 Mei 2014 hingga 2 Juni 2014.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
VI-1
LAPORAN TUGAS AKHIR
6.2 Saran
Dari hasil pembahasan, dapat dianjurkan beberapa saran yang perlu dilakukan diantaranya :
1. Ketika operasional manajemen lalu lintas diberlakukan maka perlu
sementara.
2. Ketika target perancangan telah mencapai umur rencananya, dengan
adanya petugas dari Dinas Perhubungan guna mengatur tata letak rambu
NTG (Normal Traffic Growth) yang tetap maka dapat dilakukan kembali
solusi manajemen lalu lintas secara makro, sehingga lalu lintas pada
lokasi perancangan masih dapat dipertahankan kinerjanya. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa tentang sambungan melintang antara perkerasan lentur dan kaku pada saat pelebaran jalan. 4. Jika ada rehabilitasi / penataan kembali pada trotoar, sebaiknya menggunakan trotoar yang ramah terhadap penderita difabel, yaitu menggunakan tactile paving sebagai bagian dari konblok. 5. Penataan Lapangan Supratman menjadi taman olahraga futsal diprediksi menambah hambatan samping yang timbul. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penanganan lanjutan akibat dampak yang ditimbulkan berupa pembuatan lahan parkir, lahan berjualan, dan fasilitas umum lainnya.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
VI-2
DAFTAR PUSTAKA
____, 1993, Keputusan Menteri Perhubungan No: KM 60 Tahun 1993
tentang Marka Jalan, Departemen Perhubungan, Jakarta.
____, 1993, Keputusan Menteri Perhubungan No: KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas, Departemen Perhubungan, Jakarta.
____, 2011, Permen PU NO: 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan Kementrian Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1987, Produk Standar Untuk Jalan Perkotaan - Februari 1987 Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992, Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990, Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan – Pd. T-18-2004-B, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1993, Standar Produk Untuk Jalan
Perkotaan Vol. 2 – No. 04/S/BNKT/1992, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Dwi Asti Friszki, 2012, Pra Desain Prasarana Jalan Untuk Menunjang
Strategi Manajemen Lalu Lintas Dari Jalan Pattimura Sampai Jalan
Pangeran Antasari Pasca Operasional Underpass Trunojoyo, Kota Jakarta,
Tugas Akhir, Politeknik Negeri Bandung, Bandung.
Fernanda Bemby, 2011, Pra Desain Simpang Berok-Siteba Padung Untuk
Melayani Lalu Lintas Tahun 2016, Tugas Akhir, Politeknik Negeri Bandung
PU, Bandung. Standar Nasional Indonesia, 2004, Geometrik Jalan Perkotaan, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Suherman, 2010, Modul Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Politeknik Negeri Bandung, Bandung. Undang – Undang Republik Indonesia No. 38 tentang Jalan, 2004, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
LAMPIRAN II
KETERANGAN :
JUDUL GAMBAR :
DENAH LOKASI PERANCANGAN
PEMBIMBING :
R. Desutama RBP, ST., MT DIGAMBAR OLEH :
Rian Devrian
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 600
-
1 /11
KETERANGAN :
Penerangan Jalan Umum (PJU)
Tanaman / Pohon
Jalur Hijau / Rumput
Konblok Trotoar
5
Rambu Penyeberangan Orang
23
Rambu Hati - hati
4b
Rambu Larangan Parkir
Ramp Penyebarangan
Penutup Drainase
Rambu Sementara
Plastic Barrier
Zebra Cross Zebra Cross
PJU
PJU
JUDUL GAMBAR : Penutup Drainase
DENAH PERANCANGAN JL. LAPANGAN SUPRATMAN STA. 0+000 - STA. 0+100 PEMBIMBING :
R. Desutama RBP, ST., MT
SMP Negeri 14 Bandung DIGAMBAR OLEH :
Rian Devrian
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 400
-
2 /11
KETERANGAN : Penerangan Jalan Umum (PJU)
Tanaman / Pohon
Jalur Hijau / Rumput
Konblok Trotoar
PJU
3a
Rambu Perintah
2b
Rambu Larangan Masuk
JUDUL GAMBAR :
DENAH PERANCANGAN JL. LAPANGAN SUPRATMAN STA. 0+100 - STA. 0+200 PEMBIMBING :
R. Desutama RBP, ST., MT PJU DIGAMBAR OLEH :
Rian Devrian
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 400
-
3 /11
KETERANGAN : Penerangan Jalan Umum (PJU)
Tanaman / Pohon
Zebra Cross
Jalur Hijau / Rumput
Konblok Trotoar
5
SD Ciujung
Rambu Penyeberangan Orang
1a
Rambu STOP
2b
Rambu Larangan Masuk
4b
Rambu Larangan Parkir
PJU
Zebra Cross
Plastic Barrier
JUDUL GAMBAR :
DENAH PERANCANGAN JL. LAPANGAN SUPRATMAN STA. 0+200 - STA. 0+300 & STA. 0+300 - STA 0+313.51 PEMBIMBING :
R. Desutama RBP, ST., MT DIGAMBAR OLEH :
Rian Devrian
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 400
-
4 /11
KETERANGAN :
LAJUR KIRI
Pagar
BAHU
LAJUR KANAN
CL
Trotoar 2%
1500
500
Lapangan
BAHU
Trotoar Aspal
2%
7000
500
2300
3460
8000
3350
POTONGAN MELINTANG RENCANA STA. 0+000 - 0+100
SKALA 1 : 100
BAHU
LAJUR KIRI
LAJUR KANAN
BAHU
Pagar
CL
Trotoar 2%
1500
500
Lapangan
Rumah
Aspal
2%
500
6000
4660
2300
7000
3330
POTONGAN MELINTANG RENCANA STA. 0+100 - 0+200 SKALA 1 : 100
LAJUR KANAN
BAHU
Pagar
LAJUR KIRI
CL
Trotoar 2%
1500
500
Trotoar Aspal
2%
7000
3290
Lapangan
BAHU
500
2020
8000
3080
JUDUL GAMBAR :
POTONGAN MELINTANG RENCANA JL. LAPANGAN SUPRATMAN
POTONGAN MELINTANG RENCANA STA. 0+200 - 0+300 SKALA 1 : 100
PEMBIMBING : BAHU
LAJUR KIRI
LAJUR KANAN
BAHU
Lapangan
Pagar
R. Desutama RBP, ST., MT A Trotoar 2%
CL
Aspal
Trotoar 2%
Laston = 9 cm DIGAMBAR OLEH :
Lapis Pondasi Atas = 20 cm
Rian Devrian
1600 2320
500
7600
500
Lapis Pondasi Bawah = 50 cm
2020
A 3530
8600
3080
Tanah Dasar
POTONGAN MELINTANG RENCANA STA. 0+300.000 - 0+313.507 SKALA 1 : 100
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 25 1 : 100
-
5 /11
POTONGAN A - A SKALA 1 : 25
BAHU
LAJUR KIRI II
Pagar
LAJUR KIRI I
Median
DETAIL I
2%
3020 250
10150
250
2000
A
2120
BAHU
A
Trotoar
1857
LAJUR KANAN
10650
POTONGAN MELINTANG RENCANA STA. 0+750 SKALA 1 : 100
LAJUR KIRI
LAJUR KANAN
BAHU
Pagar
BAHU
Median Trotoar 2%
2400
250
6950
3310
250
7450
2000
POTONGAN MELINTANG RENCANA STA. 0+850 SKALA 1 : 100
JUDUL GAMBAR :
POTONGAN MELINTANG RENCANA JL. SUPRATMAN PEMBIMBING :
Laston = 9 cm
R. Desutama RBP, ST., MT Lapis Pondasi Atas = 20 cm DIGAMBAR OLEH :
Lapis Pondasi Bawah = 50 cm
Rian Devrian
Tanah Dasar
NIM
: 091134026
TGL
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
SKALA
POTONGAN A - A SKALA 1 : 20
:
24/09/13 2009
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
-
6 /11
1 : 20 1 : 100
KETERANGAN :
Pagar
Penutup Precast CU 50
Konblok (20.20.6) cm Pasir t = 4 cm
Tanah Padat
600
2%
Buis Beton Ø 30 cm
Drainase Pas. Batu Kali
500
D
2120
C
POTONGAN A - A SKALA 1 : 50
D
B
C
Zebra Cross Penutup Precast CU 50
Pagar
B
Konblok (20.20.6) cm Pasir = 4 cm
A
600
Tanah Padat
A
2%
Buis Beton Ø 30 cm Drainase Pas. Batu Kali
500 1840
POTONGAN B - B SKALA 1 : 50
DENAH RENCANA SKALA 1 : 200
Pagar
Penutup Precast CU 50
Konblok (20.20.6) cm Pasir t = 4 cm Tanah Padat
600
Pohon 2%
JUDUL GAMBAR : Buis Beton Ø 30 cm
Lapangan
Pagar
Konblok (20.20.6) cm
Konblok (20.20.6) cm Pasir = 4 cm
Pasir = 4 cm Tanah Padat
500 PEMBIMBING :
2470
R. Desutama RBP, ST., MT POTONGAN C - C SKALA 1 : 50
DIGAMBAR OLEH :
2%
Rian Devrian
Buis Beton Ø 30 cm
Buis Beton Ø 30 cm
Konblok (20.20.6) cm Drainase Pas. Batu Kali
Drainase Pas. Batu Kali
500
800
600
Tanah Padat
2%
PERANCANGAN TROTOAR DAN DRAINASE
Drainase Pas. Batu Kali
Penutup Precast CU 80
Tanah Padat
1500
Pasir t = 4 cm
800 3350
3460
POTONGAN D - D SKALA 1 : 50
POTONGAN E - E
DETAIL LAPISAN
SKALA 1 : 50
SKALA 1 : 20
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 20 1 : 50 1 : 200
-
7 /11
KETERANGAN :
Konblok (20.20.6) cm
C Tanah Padat
Pasir t = 4 cm
C
DETAIL LAPISAN SKALA 1 : 20
Pohon
Lapangan
Penutup Precast CU 80
Konblok (20.20.6) cm Pasir = 4 cm
DENAH RENCANA
800
Tanah Padat
2%
SKALA 1 : 200
Buis Beton Ø 30 cm Drainase Pas. Batu Kali
800 3080
POTONGAN D - D 2000
SKALA 1 : 50
Konblok (20.20.6) cm Pasir = 4 cm
JUDUL GAMBAR :
Konblok (20.20.6) cm
600
Pasir = 4 cm
Konblok (20.20.6) cm
Pagar
Pagar
Pagar
Tanaman Perdu
PERANCANGAN TROTOAR DAN DRAINASE
Pasir = 4 cm
PEMBIMBING :
Tanah Padat
Tanah Padat
2%
2%
Buis Beton Ø 30 cm
500
R. Desutama RBP, ST., MT
600
600
600
Tanah Padat
2%
DIGAMBAR OLEH :
Buis Beton Ø 30 cm
Drainase Pas. Batu Kali
Buis Beton Ø 30 cm
Drainase Pas. Batu Kali
500
500
1500
Drainase Pas. Batu Kali
Rian Devrian
2320 2400
3290
3530
POTONGAN A - A
POTONGAN B - B
SKALA 1 : 50
SKALA 1 : 50
3250
POTONGAN C - C SKALA 1 : 50
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 20 1 : 50 1 : 200
-
8 /11
KETERANGAN :
300
50
Tinggi kanstein tertanam
B
500
2500
500
POTONGAN A - A SKALA 1 : 50
A
A
Pohon
B Zebra Cross Marka Melintang Garis Utuh
Lapangan
Penutup Precast CU 80 Kanstein
DENAH RAMP RENCANA SKALA 1 : 100
Perkerasan
1000
Drainase Pas. Batu Kali JUDUL GAMBAR :
POTONGAN B - B PERANCANGAN RAMP PENYEBERANGAN
SKALA 1 : 50
PEMBIMBING :
R. Desutama RBP, ST., MT DIGAMBAR OLEH :
600
600
600
600
600
600
Rian Devrian
B1
Inlet
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
150
90
90
90
160
160
300
230
230
300
150
300
300
400
K. Taman
NIM
: 091134026
TGL
:
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
24/09/13 2009
SKALA
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
1 : 20 1 : 50 1 : 100
-
9 /11
DETAIL KANSTEIN / KEREB SKALA 1 : 20
KETERANGAN :
130
706
1100
1112
110
510
500
1000
50
150
100
15°
706
800
1540
1540
100
500
PLASTIC BARRIER
120
SKALA 1 : 20
Kayu 5/10
600
50
Kayu 5/10 1200
PAPAN RAMBU SKALA 1 : 20
500
Plat Aluminium t = 2 mm (termasuk lapisan reflektor) Besi Siku 3.30.30 mm Baut Ø 10 mm
JUDUL GAMBAR : Tiang Galvanis Ø 5 cm
RAMBU LALU LINTAS
Konblok (20.20.6) cm
Jalur Hijau
Pasir = 4 cm
2000
Tanah Padat 250
R. Desutama RBP, ST., MT Angkur
DIGAMBAR OLEH :
Beton K-175 500
600
Pagar
PEMBIMBING : 250
Rian Devrian
Tanah Timbun
POTONGAN D - D
DETAIL I
SKALA 1 : 50
SKALA 1 : 20
:
NIM
: 091134026
TGL
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
SKALA
24/09/13 2009
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
-
10 /11
1 : 20 1 : 50
KETERANGAN :
2800
3000
DETAIL RUMAH LAMPU
Ø 75
SKALA 1 : 20
2000
Plat Siku t = 6 mm
Ø 100
400
A
A
10000
60
60
Baut Angkur
Pelat Dasar 400x400x1,9 cm
D 10 - 300
2000
M - 24 Ø 125
Tulangan D - 10 D 10 - 300
POTONGAN A - A
D 10 - 300
Beton K-250
2000
SKALA 1 : 20
600 400
D 10 - 300 JUDUL GAMBAR :
3000
PENERANGAN JALAN UMUM Ø 150
Tulangan D - 10
D 10 - 300
B
B
D 10 - 300
PEMBIMBING :
R. Desutama RBP, ST., MT Pasangan Konblok Lantai Kerja K-175
DETAIL I
POTONGAN B - B
Pasir Tanah Padat
DIGAMBAR OLEH :
SKALA 1 : 20 600
Rian Devrian
800
Buis Beton Ø 30 cm Drainase Pas. Batu Kali
DETAIL I
NIM
: 091134026
TGL
SKALA 1 : 20
PRODI
: TPJJ
TH. AJARAN :
DISETUJUI
:
PARAF / TGL :
SKALA
PENAMPANG PENERANGAN JALAN UMUM
:
24/09/13 2009
KODE LEMBAR
NO. LEMBAR
-
11 /11
SKALA 1 : 50 1 : 20 1 : 50
LAMPIRAN III
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
BAGIAN I PEKERJAAN TANAH
1.
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi galian biasa serta penimbunan sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan dan sesuai gambar rencana.
2.
UMUM a. Pekerjaan galian biasa struktur merupakan pekerjaan utama dalam tahap awal perancangan, yaitu mencakup pembongkaran prasarana jalan berupa sebagian perkerasan dan bangunan pelengkap jalan (trotoar, drainase) serta bangunan pagar gedung. b. Penimbunan tanah meliputi penimbunan bahan pilihan atau pemanfaatan bahan galian yang ada sebagai timbunan. Hal ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum dipandang cocok sebagai bahan daur ulang.
3.
STANDAR-STANDAR Pada dasarnya spesifikasi dalam syarat pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standar-standar berikut : a. AASHTO Materials, Part-I Spesifications 13th (Klasifikasi material tanah). b. SNI 03-1731-1989 (Pengujian insitu CBR)
4.
BAGIAN PENDUKUNG a. Pengamanan bagian galian pada permukaan yang tidak stabil harus dipertahankan / diperkuat dengan penyokong / pengaku yang memadai agar mampu menahan beban pekerja beseta alatnya baik manual atau masinal. b. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian. c. Semua kegiatan pekerjaan galian harus diberikan rambu peringatan dan penghalang / barikade yang cukup untuk mencegah / memperingati pengguna jalan yang beraktifitas di sekitarnya. Rambu dapat berupa papan kayu / drum yang di cat putih disertai dengan lampu rotari warna kuning.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
1
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
5.
MATERIAL Bahan timbunan dapat berupa bahan pilihan atau bahan yang dimanfaatkan kembali. Namun, semua jenis persyaratan bahan harus sesuai izin dari Direksi Pekerjaan. Adapun beberapa jenis bahan tanah sebagai berikut : a. Timbunan Biasa Dapat berupa tanah galian sekitar lokasi yang masih memiliki kepadatan tanah yang relatif sama. Indeks lainnya yaitu memiliki plastisitas tinggi yang dikalsifikasikan AASHTO M145. Bila tidak menggunakan plastisitas tinggi maka bahan tersebut hanya diperbolehkan untuk penimbunan pada bagian dasar / penimbunan kembali yang tidak memiliki kuat geser yang tinggi. Sebagai tambahan tanah timbunan harus memiliki CBR ≥ 6 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum. b. Timbunan Pilihan Digunakan ketika material tanah pada lokasi tidak memenuhi syarat minimal sebagai bahan pendukung struktur. Oleh karenanya, digunakan tanah baru yang lebih baik dari sifat dan struktur materialnya yaitu sesuai dengan SNI 03-1744-1989 memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
2
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
6.
PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH a. Umum
b. Pemeriksaan Tanah 1) Jenis Tanah Jenis tanah dicek agar dapat ditentukan metode pelaksanaan penggalian yang tepat. Untuk penimbunan sedapat mungkin jenis tanah untuk bahan timbunan berasal dari lokasi sekitar perancangan. 2) Kepadatan Kepadatan tanah didapatkan dari hasil pengujian CBR lapangan dengan metode DCP (Dutch Cone Penetration). 3) Penerimaan hasil pemeriksaan Hasil pemerikasaan dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi teknik serta gambar
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
3
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
perencanaan telah dipenuhi seluruhnya berdasarkan indeks pemeriksaan CBR mengikuti AASHTO T193 / modifikasi yang ada. c. Pengamanan pekerjaan galian 1) Pekerjaan penggalian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk dan pengguna jalan sekitar. 2) Selama kegiatan penggalian harus dipasangkan tanda / rambu bagi peringatan untuk semua orang yang berada / melintasi lokasi penggalian. d. Jenis pekerjaan galian 1) Galian tanah dasar pembentuk perkerasan dan bahu jalan. Penggalian mencakup galian perkerasan / bahu yang lama yang disiapkan untuk badan jalan sebagai pelebaran ruas. Kedalaman galian sesuai dengan tebal perencanaan perkerasan lentur dari lapisan pondasi bawah hingga lapisan permukaannya. 2) Galian untuk bangunan pelengkap jalan (trotoar, drainase). Penggalian dilaksanakan dengan membentuk tanah sesuai dimensi rencana. Konstruksi tanah harus dapat menahan setiap lapisan struktur di atasnya yaitu berupa lapisan dari bangunan trotoar dan drainase. Konstruksi galian perlengkapan jalan sudah termasuk di dalamnya. e. Kegiatan penggalian 1) Retribusi hasil galian Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan, Kontraktor harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar konsesi dan restribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-bahan tersebut. 2) Penghamparan dan pemadatan timbunan a) Timbunan galian dilakukan sesuai dengan perencanaan dan persetujuan Direksi Lapangan. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. b) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
4
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. c) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. d) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. 3) Pengembalian hasil galian a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali. b) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa. c) Seluruh tempat bekas galian bahan harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
5
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
1.
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup spesifikasi teknik pekerjaan ini mencakup pekerjaan setelah galian, yaitu timbunan dan pemadatan untuk struktur pelebaran jalan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan pada gambar rencana.
2.
UMUM a. Pekerjaan penentuan pelebaran perkerasan harus dilakukan dengan mempertimbangkan Ruang Milik Jalan (Rumija) yang tersedia, bangunan tetap dan lingkungan yang ada termasuk pembebasan tanah (jika ada) sehingga dapat menciptakan suasana aman bagi pemakai jalan seperti kebebasan samping yang cukup dengan disediakannya lebar bahu jalan yang memenuhi standar teknis. b. Pekerjaan lapis perkerasan untuk pelebaran, tebal perkerasannya mengikuti struktur tebal jalan lama / eksisting. c. Pekerjaan struktur perkerasan lentur untuk pelebaran meliputi penggalian tanah asli, penghamparan bahan agregat sebagai pondasi dan pemadatan di tiap lapisannya sesuai dengan kepadatan pada lapisan perkerasan eksisting.
3.
STANDAR-STANDAR Pada dasarnya spesifikasi dalam syarat pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standar-standar berikut : a. AASHTO Materials, Part-I Spesifications 13th (Klasifikasi material tanah). b. SNI 03-6388-2000 (Spesifikasi Agregat untuk Lapis Pondasi Bawah, Atas dan Permukaan). c. Pt T-01-2002-B (Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur).
4.
BAGIAN PENDUKUNG a. Pengamanan bagian galian pada permukaan yang tidak stabil harus dipertahankan / diperkuat dengan penyokong / pengaku yang memadai agar mampu menahan beban pekerja beseta alatnya baik manual atau masinal. b. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian. c. Penggalian secara masinal, harus memperhatikan lebar galian dan ruas jalan eksisting, agar tidak berbahaya bagi pekerja dan pengguna jalan.
BAGIAN II PELEBARAN PERKERASAN
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
6
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
d. Rentang tebal lapis yang diijinkan pada setiap penghamparan, harus memperhatikan kemampuan alat pemadat (roller) yang telah disetujui. e. Semua kegiatan pekerjaan galian harus diberikan rambu peringatan dan penghalang untuk mencegah / memperingati pengguna jalan yang beraktifitas di sekitarnya.
5.
MATERIAL Bahan timbunan dapat berupa bahan pilihan atau bahan yang dimanfaatkan kembali. Namun, semua jenis persyaratan bahan harus sesuai izin dari Direksi Pekerjaan. Adapun beberapa jenis bahan tanah sebagai berikut : a. Timbunan Biasa Dapat berupa tanah galian sekitar lokasi yang masih memiliki kepadatan tanah yang relatif sama. Indeks lainnya yaitu memiliki plastisitas tinggi yang dikalsifikasikan AASHTO M145. Bila tidak menggunakan plastisitas tinggi maka bahan tersebut hanya diperbolehkan untuk penimbunan pada bagian dasar / penimbunan kembali yang tidak memiliki kuat geser yang tinggi. b. Lapis Pondasi Agregat Digunakan sebagai bahan pondasi lapis perkerasan dengan syarat ketentuan bahan agregat sesuai dengan SNI 03-6388-2000 yang memiliki persyaratan umum gradasi dari setiap bahan lapis pondasi. Sehingga dapat memenuhi syarat minimal untuk struktur penahan beban lalu lintas sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam perancangan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
7
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
6.
PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN PELEBARAN a. Umum
b. Pengamanan Pelebaran Perkerasan 1) Pekerjaan pelebaran berupa penggalian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk dan pengguna jalan sekitar. 2) Selama kegiatan penggalian harus dipasangkan tanda / rambu bagi peringatan untuk semua orang yang berada / melintasi lokasi pekerjaan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
8
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
c. Persiapan Pelebaran Perkerasan 1) Dimensi pelebaran Galian untuk pelebaran hendaknya menyediakan ruangan yang cukup bagi alat pemadat yang sampai saat ini memiliki lebar minimum 1 m, Jika tidak memungkinkan, maka dapat menggunakan alat pemadat berupa tamper. 2) Pemangkasan tepi jalur lalu lintas Tepi perkerasan jalur lalu lintas yang terekspos harus dipangkas hingga mencapai bahan yang keras (sound) yang tidak lepas / retak supaya dapat membentuk ikatan vertikal dengan bahan timbunan baru secara mantap. 3) Penyiapan bentuk permukaan Formasi galian harus dibentuk sedemikian rupa hingga mendapatkan kemiringan yang sama dengan perkerasan eksisting pada hasil akhir pekerjaannya. d. Kegiatan Pelebaran 1) Penghamparan material / bahan perkerasan. Penghamparan dilakukan sesuai dengan ketebalan dari masingmasing setiap lapisan yang telah diisyaratkan. Penghamparan dilakukan bertahap di tiap lapisannya tergantung ketebalannya, yang kemudian diselingi oleh pemadatan. 2) Pemadatan bahan perkerasan Pemadatan dilakukan dengan cara bertahap, yaitu minimal dengan pemadatan setiap 1/3 ketebalan dari tiap lapisannya. Kepadatan bahan agregat dipenuhi hingga ikatan antar material saling mengunci satu sama lain dan kepadatannya sama dengan kepadatan yang dimiliki jalan yang sudah ada. Setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. 3) Pengembalian hasil galian a) Semua bahan galian tanah dan galian batu serta bahan agregat yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali pada lokasi lain. b) Setiap bahan galian / bahan timbunan yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
9
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
1.
2.
BAGIAN III PEKERJAAN BETON
LINGKUP PERKERJAAN Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi pekerjaan beton dimulai dari penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan jenis pekerjaanya pada gambar rencana. Termasuk ke dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pembongkaran beton seperti yang telah dijelaskan / ditunjukkan oleh gambar perencanaan.
UMUM a. Pembongkaran beton dilakukan dengan tertib sesuai dengan dimensi / volume yang akan dibongkar. b. Pekerjaan pengecoran meliputi pekerjaan perkerasan, pondasi struktur, penutupan celah beton dan pekerjaan kecil lainnya yang membutuhkan campuran beton. c. Pengerjaan pemasangan beton pracetak harus diperhatikan dengan baik ketika mulai di distribusi ke lapangan hingga hasil pemasangannya. Hal ini mencegah ketidaksesuaian pemesanan material yang disyaratkan.
3.
STANDAR-STANDAR Apabila tidak disebutkan secara khusus dalam spesifikasi teknis ini, maka seluruh syarat pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standard-standard dibawah ini : a. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982. b. Seluruh beton struktural disyaratkan harus memakai beton ready mix dengan hasil design mix yang dites di laboratorium dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
4.
BAGIAN PENDUKUNG a. Salah satu bagian pendukung merupakan bangunan pembentuk yang berperan sebagai konstruksi sementara yang berfungsi selama masa konstruksi saja. Bangunan pendukung pada pekerjaan beton berupa acuan dan perancah. Bahan acuan berupa papan multiplek dan hanya dapat digunakan 2 kali / berupa baja yang digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan. Sedangkan perancah merupakan konstruksi penyokong / pengaku dari bagian acuan. b. Perancah harus didirikan pada lokasi yang kuat dan kokoh terhindar dari bahayan penggerusan dan penurunan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
10
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
5.
c. Pelaksanaan pembuatan bangunan pembentuk tidak diperkenankan sebelum gambar rencana diajukan dan disetujui oleh Direksi Lapangan. d. Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan e. Jika diperlukan, pengerjaan pemasangan beton pracetak dapat dibantu dengan pesawat sederhana / alat bantu (katrol / kerek / jacking) yang diposisikan di atas struktur yang aman dan kokoh. f. Pemasangan beton pracetak baru dapat dilakukan setelah struktur bawahnya telah selesai dikerjakan. g. Peralatan berat untuk pemindahan material, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan beroperasi jika tidak dilengkapi rambu peringatan. h. Semua kegiatan pekerjaan galian harus diberikan rambu peringatan dan penghalang / barikade yang cukup untuk mencegah / memperingati pengguna jalan yang beraktifitas di sekitarnya. Rambu dapat berupa papan kayu / drum yang di cat putih disertai dengan lampu rotari warna kuning. MATERIAL a. Semen 1) Semen yang digunakan harus semen Portland yang memenuhi Standard Semen Indonesia (NI 8 1964),PBI 1971 serta PUBI 1982. 2) Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari cuaca luar, kelembaban dan air, serta dijaga jangan sampai terjadi kontaminasi. Penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan ketentuan material saat ini dalam PBI 1971. 3) Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dari 3 bulan. 4) Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan. Jumlah semen yang disimpan harus diperhitungkan agar cukup banyak untuk menghindarkan kemacetan pekerjaan yang diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman b. Agregat 1) Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang dihasilkan oleh alat alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium. 2) Agregat beton yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI 2) dan PUBI 1982. 3) Ukuran agregat maksimum ditetapkan sebesar 25 mm. 4) Untuk campuran agregat tidak diperbolehkan penggunaan abu semen (hasil sampingan pabrik semen).
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
11
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
c. Air Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 dan 9 PUBI 1982. d. Baja Tulangan 1) Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971. 2) Jika tidak ditentukan secara khusus dalam gambar gambar perencanaan, maka mutu baja tulangan yang digunakan harus baja : a) Baja tulangan Deform (Ulir) BjTD 40, untuk diameter tulangan > dari 12 mm. b) Baja tulangan polos BjTP 24, untuk diameter tulangan ≤ dari 12 mm. e. Bahan Pembantu / Admixtures Tidak diperkenankan untuk menggunakan bahan pembantu (Admixtures) sebagai salah satu bahan campuran beton tanpa mendapat persetujuan Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi. f. Beton Pracetak 1) Kereb Spesifikasi bahan mengacu pada SNI 03-2442-1991. Kereb dibuat dari beton tanpa penulangan dengan mutu K 30 Mpa (K300) dan susunan komposisi butir agregat maksimum 20 mm. Mutu produk yang dapat digunakan adalah produk kereb pracetak setara hasil produksi PT. Cisangkan. 2) Konblok Spesifikasi bahan konblok mengacu kepada SNI 03-0691-1996 tentang standar bata beton (Paving Block). Kualitas konblok dapat diuji dengan kuat tekan, ketahan aus serta penyerapan air yang terjadi pada permukaan konblok. Dimensi konblok yang digunakan memiliki ketebalan minimum 6 cm. Mutu produk yang dapat digunakan adalah produk konblok pracetak setara hasil produksi PT. Cisangkan. 3) Buis Beton Spesifikasi bahan sesuai dengan yang ada pada pada SNI 03-63682000. Buis beton yang digunakan merupakan konstruksi beton dengan mutu minimal K250 dan tanpa tulangan. Mutu produk yang dapat digunakan adalah produk buis beton setara hasil produksi PT. Cisangkan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
12
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
6.
4) Penutup Drainase Spesifikasi bahan sesuai dengan yang ada pada pekerjaan beton. Mutu penutup drainase yang digunakan tidak kurang dari K175. Ketebalan plat beton minimum adalah 80 mm. Mutu produk yang dapat digunakan adalah produk penutup drainse pracetak setara hasil produksi PT. Calvary Abady. PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON a. Umum
b. Pemeriksaan Beton 1) Mutu beton a) Mutu beton terlebih dahulu ditentukan berdasarkan pecobaan pendahuluan dalam design mix formula dan kemudian didapatkan komposisi yang cocok untuk dibawa ke lapangan berupa job mix formula. Mutu beton dan penggunaan dapat dilihat pada Tabel 1.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
13
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
Tabel 1 Mutu Beton dan Penggunaan
Jenis Beton
fc’ (Mpa)
bk (Kg/cm2)
Mutu Tinggi
≥ 45
≥ K500
Mutu Sedang
20 ≤ x ≤ 45
K250 ≤ x < K500
15 ≤ x ≤ 20
K175 ≤ x < K250
10 ≤ x ≤ 15
K125 ≤ x < K175
Mutu Rendah
Uraian
Untuk beton prategang, tiang pancang dan sejenisnya. Untuk digunakan lantai beton, diafragma, beton pracetak, perkerasan beton semen dan sejenisnya. Untuk struktur beton tanpa tulangan, trotoar, pasangan batu kosong. Untuk lantai kerja.
b) Beton dibuat dengan kekuatan optimum dan awet. Diusahakan agar air yang dipakai hendaknya sesedikit mungkin tetapi masih cukup mudah dikerjakan dan mempunyai konsistensi yang cukup sesuai dengan keperluannya. 2) Dimensi beton pracetak a) Beton yang dipesankan harus sama baik dimensi, mutu dan kuantitasnya. Pengecekan mutu, diambil sampel rata-rat dari jumlah pesanan secara acak ke laboratorium untuk dilakukan pengujian sifat-sifat betonnya. b) Untuk pengecekan dimensi dapat dilakukan langsung di lapangan ketika barang datang. Pembatalan pesanan dilakukan jika tidak sesuai dengan spesifikasi pemesanan. 3) Penerimaan hasil pemeriksaan Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat syarat dan ketentuan ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Apabila hasil pemeriksaan benda benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima. c. Pengamanan pekerjaan beton 1) Pekerjaan beton harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan pengecoran beton serta penduduk dan pengguna jalan sekitar.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
14
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
2) Selama kegiatan pekerjaan beton harus dipasangkan tanda / rambu bagi peringatan untuk semua orang yang berada / melintasi lokasi kegiatan konstruksi. 3) Hasil pekerjaan beton tidak diperkenankan menerima beban sebelum umur beton telah mencapai setara 28 hari. d. Jenis pekerjaan beton 1) Pekerjaan pondasi stuktur Pekerjaan ini meliputi pondasi struktur bangunan ringan seperti perlengkapan jalan berupa rambu lalu lintas dan penerangan jalan umum. Pondasi ini dicor di tempat dengan atau tanpa menggunakan bekisting. Untuk pondasi tiang rambu atau lampu digunakan mutu beton minimal K175. Pembuatan struktur ini harus diakhiri dengan penutupan hasil pengecoran yang sudah kering dengan tanah / struktur lain di atasnya. 2) Pemasangan beton pracetak Pemesanan beton pracetak meliputi kereb trotoar, konblok dan pekerjaan buis beton guna saluran inlet menuju drainase setra penutup drainase yang berfungsi juga sebagai sarana pejalan kaki. a) Kereb Kereb merupakan bangunan tepi trotoar yang berfungsi sebagai proteksi pejalan kaki dari jalan raya. Pekerjaan kereb dilakukan pertama kali ketika membangun trotoar karena dapat berfungsi sebagai acuan bangunan trotoar. Kereb memiliki bentuk yang beraturan seperti jenis-jenis yang ada pada pedoman standar jalan perkotaan. Pemasangan kereb tertanam 5 cm ke dalam tanah dan jarak antar kereb / siar minimal 2 cm diisi dengan adukan mortar yang sudah termasuk ke dalam paket pekerjaan kereb. Untuk kereb tipe terbuka dipasangkan minimal setiap jarak 6 m. b) Buis Beton Pekerjaan buis beton dilakukan ketika pekerjaan galian di titik pemasangan buis selesai dikerjakan. Pemasangannya buis beton harus dengan elevasi dan kemiringan yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar air tidak menggenang dalam struktur buis beton tersebut. Panjang buis beton disesuaikan dengan jarak dari tepi perkerasan ke saluran drainase. Jika ukuran melebihi panjang yang telah ditentukan, maka dapat dilakukan pemotongan dengan mesin potong ubin ketika sebelum dipasangkan di posisinya. Pemasangan buis beton harus diakhiri dengan penimbunan dengan material tanah dengan padat yang dapat diperoleh dari hasil lokasi galian buis beton eksisting yang dibongkar.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
15
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
c) Konblok Konblok / paving block digunakan sebagai lapisan perkerasan jalan untuk trotoar bagi pejalan kaki. Pekerjaan pemasangan konblok dilakuan ketika kereb dan buis beton sudah terpasang. Bentuk dan dimensi konblok memiliki bermacam jenis tergantung perancenaan. Konstruksi konblok dipasang dengan beralasakan pasir padat setebal 4 cm. Kebutuhan konblok yang tidak sesuai ukuran pesanan, dapat dilakukan pemotongan dengan rapih sesuai kebutuhan menggunakan alat mesin potong kramik. d) Penutup Drainase Penutup drainase dipasangkan di atas drainase eksisting dengan sedikit penyesuaian posisi sehingga dapat digunakan fungsinya sebagai trotoar dengan aman. Dimensi pracetak sendiri menggunakan ketebalan 10 cm dengan mutu beton minimal K175. Pemasangan penutup yang tidak rapat antara yang satu dengan yang lainnya dapat diberi campuran beton dengan mutu sama dengan penutup drainase pracetak. Adukan semen dituangkan ke dalam bekisting (bahan multiplek) yang teleh disiapkan di celah antara penutup. e. Kegiatan pengecoran 1) Persiapan a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. b) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. c) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran. 2) Pencampuran a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan. b) Ketersediaan air sebagai bahan pencampur harus selalu siap berada dekat mesin pencampur. c) Waktu pencampuran diukur ketika pada saat air dimasukkan ke dalam bahan kering dan lama pencampuran disesuaikan dengan mutu beton yang disyaratkan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
16
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
d) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural. 3) Penghamparan / Pengecoran a) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. b) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. c) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm untuk menghindari segregasi / pemisahan butir campuran beton. 4) Pemadatan a) Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan pemadat (vibrator) mekanis. b) Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk mengangkut dan menuangkan beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat diperoleh beton padat tanpa perlu menggetarkan/memadatkannya secara berlebihan. c) Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar benar diperhatikan agar tidak terjadi rongga rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang dipadatkan dan jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama pemadatan. 5) Finishing Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tidak tampak bagian bagian yang keropos, melendut atau bagian bagian yang membekas pada permukaannya. Ujung ujung atau sudut sudut harus berbentuk penuh dan tajam. f. Perawatan Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan, panas matahari serta kerusakan kerusakan lain yang disebabkan gaya gaya sentuhan sampai beton mencapai kekerasan dan kekuatan sebagaimana disyaratkan dengan menggunakan penutup karung karung basah, pasir basah atau digenangi dengan air. Cara lain untuk melindungi dan merawat beton harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan sesuai dengan PBI 1971.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
17
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
1.
2.
BAGIAN IV PEKERJAAN ASPAL
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi pekerjaan aspal dimulai dari penyediaan bahan pelapis, peralatan dan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan aspal sesuai dengan jenis pekerjaanya pada gambar rencana. Termasuk ke dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan persiapan, penghamparan, pemadatan perkerasan aspal seperti yang telah disyaratkan oleh gambar perencanaan.
UMUM a. Pekerjaan perkerasan beraspal menggunakan lapisan perekat / tack coat dan lapis resap pengikat / prime coat guna memberi daya ikat dengan sifat lapisannya masing-masing. b. Pekerjaan pelapisan aspal untuk lapis permukaan tetap melalui tahaptahap umum pekerjaan aspal yaitu pencampuran, penghamparan, dan pemadatan.
3.
STANDAR-STANDAR Apabila tidak disebutkan secara khusus dalam spesifikasi teknis ini, maka seluruh syarat pelaksanaan pekerjaan mengikuti SNI 03-1737-1989 tentang Tata Cara Pelaksanaan Laston untuk Jalan Raya.
4.
BAGIAN PENDUKUNG Salah satu bagian pendukung merupakan alat bantu pekerjaan penghamparan dan pemadatan, yaitu : a. Aspal distributor berupa kendaraan beroda memiliki sistem tangki aspal, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan harus sesuai dengan ketentuan pengamanan dari Institute of Petroleum, Inggris. b. Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan peralatan penyemprot aspal tangan (hand sprayer) dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal. Perangkat terdiri dari tangki aspala dengan alat pemanas, pompa bertekanan, dan batang semprot dilengkapi nosel. c. Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
18
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
5.
MATERIAL Bahan lapis permukaan berupa campuran aspal panas yang telah ditentukan komposisinya sesuai syarat perancangan dan telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Adapun beberapa jenis bahan tanah sebagai berikut : a. Lapis resap pengikat (Prime Coat) 1) Merupakan bahan pengikat agregat dengan lapis pondasi yang di hamparkan di atas permukaan tanah. 2) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 03 4798-1998. 3) Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. 4) Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 5) Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batas-batas dari 0,4 s/d 1,3 liter per meter persegi untuk penggunaan di atas lapis pondasi agregat tanpa bahan pengikat. b. Lapisan Perekat (Tack Coat) 1) Merupakan lapisan pengikat yang dihamparkan di atas permukaan yang beraspal (lapis penetrasi macadam, laston, lataston, dll). 2) Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan SNI 036932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi. 3) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). 4) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat. Syarat pemakaian lapis perekat dapat mengikuti Tabel 1. Tabel 1 Syarat Penakaran
Takaran (liter / m2) pada Jenis Aspal
Aspal Cair Aspal Emulsi Aspal Emulsi yang diencerkan Aspal Emulsi Modifikasi
Permukaan baur / aspal lama yang licin
Permukaan porous dan terekpos cuaca
0,15 0,20
0,15 - 0,35 0,20 - 0,50
Permukaan Berbahan Pengikat Semen 0,20 - 1,0 0,20 - 1,0
0,40
0,40 - 1,00*
0,40 - 2,0
0,2
0,2 - 0,5
0,2 - 0,1
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
19
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
Tabel 2 Klasifikasi Campuran Aspal Panas
c. Lapisan Campuran Aspal Panas 1) Jenis dan ciri-ciri campuran aspal panas mengikuti ketentuan pada Tabel 2. Jenis Campuran
Latasir Kelas A Latasir Kelas B Lataston Lapis Aus Lapis Pondasi Laston Lapis Aus Lapis Antara Lapis Pondasi
Ciri
Simbol
Gradasi seragam; Lalu lintas rendah Gradasi Senjang; Lalu lintas sedang Gradasi Menerus; Lalu lintas tinggi
SS-A SS-B HRS-WC HRS-Base AC-WC AC-BC AC-Base
Tebal Minimum (mm) 15 ± 2,0 20 ± 2,0 30 ± 3,0 35 ± 3,0 40 ± 3,0 50 ± 4,0 75 ± 5,0
2) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan pada cuaca panas dan volume lalu lintas yang tinggi begitu pun sebaliknya. 3) Aspal untuk Lapis Aspal Beton harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 60/70 atau 80/100 yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai dengan 175°C tidak berbusa 4) Kadar campuran aspal telah ditentukan sebelumnya pada trial design mix formula yang menghasilkan job mix formula. d. Agregat Kasar 1) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung. 2) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah dan disiapkan dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan. Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). 3) Agregat kasar harus memiliki ketentuan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Kekekalan bentuk agg. terhadap Na dan MgSO4 Abarasi dengan mesin Los Angeles Kelekatan agg. terhadap aspal Angularitas Partikel pipih dan lonjong Material lolos # No. 200
Standar SNI 03-3407-1994
Nilai Maks. 12%
SNI 03-2417-1991 SNI 03-2439-1991 SNI 03-6877-2002 ASTM D-4791 SNI 03-4142-1996
Maks. 40% Min. 95% 95/90 Maks. 10% Maks. 1%
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
20
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
e. Agregat Halus 1) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm). 2) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Ketentuan Agregat Halus
Pengujian
Standar
Nilai setara pasir
SNI 03-4428-1997
Material Lolos # No.200 Kadar Lempung Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10cm) Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10cm)
SNI 03-4428-1997 SNI 3423 : 2008
Nilai Min. 50% untuk SS, HRS dan AC gradasi halus Min. 70% untuk AC gradasi kasar Maks. 8% Maks. 1% Min. 45
SNI 03-6877-2002 Min. 40
f. Bahan Pengisi (Filler) 1) Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. 2) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalangumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SK SNI M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
21
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
6.
PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN ASPAL a. Umum
b. Pemerikasaan material 1) Mutu bahan perekat dan resap pengikat Untuk bahan perekat harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. Penampilan yang kelihatan berbintikbintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan. Untuk bahan resap pengikat, setelah pengeringan, bahan aspal harus
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
22
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
sudah meresap ke dalam pondasi yang ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga. 2) Campuran Aspal Panas a) Campuran aspal harus diserahkan ke lapangan untuk penghamparan dengan temperatur campuran tertentu sehingga memenuhi ketentuan viskositas aspal. b) Suhu campuran aspal harus dijaga ketika pada tahap pencampuran maupun pemadatan. Hal ini mencegah terjadinya gumpal / bleeding pada hasil lapisan aspal yang telah dihampar.
c. Pengamanan pekerjaan aspal 1) Pekerjaan penghamparan aspal harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk dan pengguna jalan sekitar. 2) Mobilisasi dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin bagi lalu lintas pada lokasi perancangan. 3) Selama kegiatan pekerjaan beton harus dipasangkan tanda / rambu bagi peringatan untuk semua orang yang berada / melintasi lokasi kegiatan konstruksi. d. Jenis pekerjaan aspal 1) Pekerjaan Lapis Resap Pengikat / Prime Coat Merupakan pekerjaan awal dari penghamparan lapis pondasi agregat yang akan dihamparkan di atas tanah / dekat dengan perkerasana lamanya. 2) Pekerjaan Lapis Perekat / Tack Coat Merupakan perkerjaan awal dari pelapisan ulang perkerasan yang berfungsi sebagai bahan perekat dengan material beraspal di bawahnya. 3) Pekerjaan Lapisan Campuran Aspal Panas Merupakan pekerjaan pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata / atau lapis aus campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan. e. Kegiatan pengaspalan 1) Persiapan a) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mekanis yang dibantu dengan cara
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
23
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan yang disyaratkan. b) Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar. c) Alat penghampar harus telah di atur sepatu (screed) nya guna kerataan penghamparan sesuai dengan kelandaian, elevasi serta bentuk melintang yang disyaratkan. 2) Penghamparan Lapisan Aspal a) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. b) Penghamparan dilakukan pada elevasi melintang rendah ke yang tinggi. c) Penghamparan secara manual dimungkinkan dengan persetujan Direksi Pekerjaan mengingat lokasi pekerjaan yang kecil dan terbatas bagi alat berat. d) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. 3) Pemadatan a) Pemadatan dapat langsung menggunakan pemadat roda baja sesuai dengan beban yang disyaratkan Direksi Pekerjaan. b) Pemadatan awal dan akhir menggunakan roda baja dengan kecepatan maks. 4 km/jam, dan pemadatan antara menggunakan roda karet dengan kecepatan maks. 10 km/jam. c) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata baik di jalan lurus ataupun tikungan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
24
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
BAGIAN V PEKERJAAN DRAINASE
1.
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama yang tidak dilapisi.
2.
UMUM a. Pekerjaan berkaitan dengan spesifikasi pekerjaan tanah bagian penggalian dan penimbunan. b. Selokan yang dilapisi akan dibuat dari pasangan batu dengan mortar di atas suatu dasar yang telah disiapkan memenuhi garis, ketinggian dan dimensi yang telah disyaratkan. c. Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada tiap titik. d. Saluran harus cukup halus dan merata untuk menjamin aliran yang bebas dan tanpa genangan bilamana alirannya kecil. e. Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar haruslah 10 cm.
3.
STANDAR-STANDAR Apabila tidak disebutkan secara khusus dalam spesifikasi teknis ini, maka seluruh syarat pelaksanaan pekerjaan mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standard-standard dibawah ini : a. AASHTO Materials, Part-I Spesifications 13th (Klasifikasi material tanah) untuk pelaksanaan penggalian. b. No. 008-T-BNKT 1990 Desain Drainase Permukaan Jalan.
4.
BAGIAN PENDUKUNG a. Lokasi, panjang, lebar arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua selokan yang akan dibentuk lagi ditandai dengan cermat oleh Kontraktor. b. Penandaan dapat menggunakan patok kayu dan tarikan panjang benang / tali sejenis yang dapat terlihat jelas oleh mata sebagai acuan lokasi pekerjaan.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
25
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
5.
MATERIAL a. Batu 1) Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud. 2) Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus tertahan ayakan 10 cm. b. Mortar 1) Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-2004 2) Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45 3) Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 dan 9 PUBI 1982. 4) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan ratarata pasangan batu dengan mortar di sekitarnya. 5) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan dan saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
26
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
6.
PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN DRAINASE a. Umum
b. Pelaksanaan pekerjaan drainase. 1) Persiapan a) Pembuatan adukan mortar dibuat sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan. b) Batu dibersihkan dari bahan yang merugikan dan harus dibasahi terlebih dahulu untuk kemudian didiamkan agar proses penyerapan air mencapai titik jenuh.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
27
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
2) Pemasangan a) Penggalian, penimbunan, dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama sehingga memenuhi kelandaian yang disyaratkan. b) Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan. c) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan. d) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng / galian menuju ke atas. 3) Finishing Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan / trotoar harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dengan mortar / adukan semen dengan ketebalan minimum 1,5 cm. Sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
28
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
BAGIAN VI PEKERJAAN MINOR
1.
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi pembuatan dan penempatan rambu lalu lintas, marka jalan serta penerangan jalan umum (PJU).
2.
UMUM a. Pekerjaan rambu hanya berjenis rambu tunggal. b. Pekerjaan pemasangan penerangan jalan umum / PJU berlengan tunggal dengan sistem penempatan parasial. c. Setiap konstruksi tiang harus memiliki pondasi beton dengan ketentuan bahan seperti pada bagian Pekerjaan Beton jika tidak dijelaskan secara khusus pada spesifikasi ini. d. Pengecatan marka hanya berwarna putih dan disarankan menggunakan jenis termoplastik.
3.
STANDAR-STANDAR Apabila tidak disebutkan secara khusus dalam spesifikasi teknis ini, maka seluruh syarat pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standard-standard dibawah ini : a. Kepmen No. 61 tahun 1993 tentang rambu lalu lintas di jalan. b. Lampiran 2, Surat Dirjen Perhubungan Darat (Spesifikasi Teknis Rambu Lalu Lintas). c. No. 01-P-BNKT 1991 (Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan). d. SNI 06-4825-1998 (Spesifikasi Campuran Cat Marka Jalan). e. SNI 7391-2008 (Spesifikasi Penerangan di Kawasan Perkotaan).
4.
BAGIAN PENDUKUNG a. Acuan dan perancah digunakan jika diperlukan dalam pelaksanaan membentuk pondasi rambu atau lampu. b. Pengelasan pada bagian sambungan dimungkinkan untuk memantapkan perkuatan, atas persetujuan Direksi Pekerjaan. c. Seling baja / sabuk baja digunakan dalam proses pemasangan penerangan jalan umum guna menempatkan tiang ke posisinya. d. Pengecatan marka jalan dibantu dengan meggunakan alat penghampar marka otomatis / aplikator marka yang memiliki sepatu (screed) universal, dapat diatur dimensi lebar marka sesuai kebutuhan tanpa harus mengganti komponen sepatu.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
29
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
5.
MATERIAL a. Tiang galvanis 1) Jenis tiang untuk rambu dan lampu sama-sama digalvanisir melalui proses celupan panas, sesuai dengan ASTM A120. 2) Tiang untuk rambu lalu lintas merupakan tiang berbentuk pipa dengan diameter dalam minimum 40 mm. Bahan yang sama juga digunakan untuk penutup ujung tiang. Ketebalan pipa minimal 2 mm. 3) Pipa bulat diisi cor beton praktis (1 : 2 : 3) atau ditutupi dengan plat besi sehingga air tidak dapat masuk ke dalam pipa. 4) Angkur bawah terdiri dari batang siku 3x30x30 mm. Begitu juga dengan plat siku pada tempat menempelnya daun rambu. 5) Pada tiang penerangan jalan umum, jenis tiang dapat berupa pipa bulat / oktagonal dengan variasi bentuk tiang parabolik dan siku baik tunggal maupun bercabang. 6) Jenis produk yang dapat digunakan sebagai tiang PJU adalah tiang galvanis tunggal tipe parabolik setara hasil produksi PT. Indo Galva Steel Construction. Sedangkan untuk tiang rambu menggunakan produk tiang setara produksi UD. Putra Jaya (Supplier Prasarana Lalu Lintas). b. Plat Alumunium 1) Plat rambu jalan merupakan lembaran rata dari campuran alumunium kertas 5052 - H34 sesuai dengan ASTM B 209 dan ketebalam minimum 2 mm termasuk reflektor rambu. 2) Reflektor rambu lalu lintas merupakan “scotclite” jenis Engineering Grade atau High Intensity Quality dan dari bahan pemantul lentur yang telah disetujui. 3) Produk yang memenuhi spesifikasi di atas adalah produk setara hasil UD. Putra Jaya (Supplier Prasarana Lalu Lintas). c. Cat marka jalan 1) Cat warna putih / kuning terbuat dari jenis alkiyd resin. 2) Bahan Termoplastik sesuai dengan AASHTO M248-77 sedangkan yang bukan termoplastik mengiktui acuan AASHTO M249-79 (jenis padat, bukan serbuk). 3) Tipe cat marka berdasarkan lamanya waktu pengeringan : a) Tipe S - Lambat, pengeringan 1 jam lebih. b) Tipe N - Normal, pengeringan 15 - 30 menit. c) Tipe F - Cepat, pengeringan antara 3 - 6 jam. 4) Glass Bead / manik-manik kaca a) Manik kaca untuk dicampurkan didalam cat, ditabur atau disemprotkan pada cat marka jalan sehingga mampu memantulkan cahaya.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
30
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
b) Tipe manik-manik terdiri dari tipe 1 (bergradasi baku) dan tipe 2 (bergradasi seragam) sesuai dengan pengujian ASTM D 1214 yang merupakan pengujian gradasi. 7) Mutu produk dapat disetarakan dengan cat marka UD. Putra Jaya (Supplier Prasarana Lalu Lintas) atau sejenisnya. d. Rumah Lampu / Armature 1) Terlindung dari debu/benda dan air. 2) Diindikasikan dengan insisial IP (Index of Protection) / indek perlindungan. 3) IP terdiri dari 2 digit, sepertiyang diisyaratkan pada SNI 7391-2008 (Tabel 2 Hlm. 6) 4) Pada umumnya, indek perlindungan (IP) yang sering dipakai untuk klasifikasi lampu penerangan adalah : IP 23, IP 24, IP 25, IP 54, IP 55, IP 64, IP 65, dan IP 66. 5) Penutup rumah lampu / armatur terbuat dari bahan kaca prismatik sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Direksi Pekerjaan. 6) Reflector dalam harus terbuat dari bahan aluminium murni dan dilapisi dengan bahan Allglass. 7) Rangkaian komponen lampu yang terdiri dari ballast, ignitor dan kapasitor harus terpasang dalam satu unit dengan rumah lampu/armatur. 8) Mutu produk yang memenuhi spesifikasi di atas, dapat disetarakan dengan lampu tipe SON-T 250 W produksi Philips dan rumah lampu model GE Tipe 877 (kobra) produksi TLD Electric.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
31
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
6.
PROSEDUR PELAKSANAAN - RAMBU LALU LINTAS a. Umum
b. Tahap Pekerjaan Rambu 1) Instalasi elemen rambu a) Daun rambu dan tiang rambu digabung dengan posisi yang disyaratkan gambar. b) Penggabungan menggunakan mur dan baut yang ditempekan ke perletakan berupa pelat baja siku 3x30x30. c) Pengelasan dapat dilkukan pada bagian sambungan guna menambah perkuatan / daya ikat antar plat. 2) Persiapan lahan a) Pematokan lokasi rambu lalu lintas dilakukan untuk penggalian struktur pondasi tulangan dengan mutu beton K 175.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
32
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
b) Pemasangan tulangan dan bekising dilakukan sesuai dengan yang telah disyaratkan pada gambar. c) Lahan yang telah digali dan akan ditempatkan rambu harus bersih dari segala hal yang dapat merugikan kinerja mutu beton pada saat pengecoran pondasi rambu. d) Syarat dimensi pengecoran pondasi insitu mengikuti ukuran permukaan 25 x 25 cm dan kedalam galian 60 cm yang terdiri dari 35 cm timbunan tanah dan 25 cm coran beton. 3) Pemasangan rambu a) Pemasangan didahului dengan pembuatan campuran beton guna pengecoran rambu pada lokasi. b) Rambu dipasangkan pada posisinya sesuai dengan jenis masingmasing rambu. c) Pengcoran dilakukan hingga bagian pondasi sudah dipenuhi campuran beton. d) Penutupan lubang pipa juga dilakukan dengan bahan cor beton. e) Setelah terpasang, bagian bawah rambu ditutup kembali dengan tanah atau struktur lain hingga bagian muka pondasi rambu rata dengan elevasi sekitarnya.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
33
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
- MARKA JALAN a. Umum
b. Pengamanan Pekerjaan Marka 1) Pekerjaan dilakukan bebas dari gangguan kendaraan / penggunan jalan yang melintas. Dapat dilakukan penutupan jalan untuk sementara waktu. 2) Dilakukan segera setelah pelapisan aspal mengeras dan setting, pekerjaan pre-marking / pengecatan marka jalan sementara sebagai acuan pada saat pengecetan marka. c. Tahap Pekerjaan Marka 1) Persiapan a) Jika digunakan bukan cat termoplastik maka bahan cat harus dicampur dahulu menurut petunjuk pabrik pembuatnya sebelum digunakan agar suspensi pigmen merata dalam cat. b) Bahan butiran kaca yang transparan, bersih, tak berwarna, bulat licin, bebas dari lemak atau gelembung. c) Pemanasan campuran cat pada mesin penghampar otomatis.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
34
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
2) Pengecatan a) Dilakukan dengan alat penyemprot / penghampar otomatis. b) Pengecatan jenis termoplastik harus memiliki tebal minimum 1,5 mm sedangkan untuk yang bukan termoplastik memiliki tebal basah minimum 0,38 mm. Keduanya belum termasuk glass bead. c) Glass bead / manik kaca ditaburkan dengan kadar 450 gram / m2 untuk semua jenis cat. d) Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda serta kerusakannya lainnya.
- PENERANGAN JALAN UMUM a. Umum
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
35
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
b. Pengamanan Pekerjaan Pemasangan PJU 1) Lahan pemasangan PJU harus dikosongkan guna menempatkan alat bantu / kendaraan pengangut dan pengangkat tiang PJU. 2) Selama kegiatan pemasangan harus dipasangkan tanda / rambu bagi peringatan untuk semua orang yang berada / melintasi lokasi kegiatan konstruksi. c. Tahap Pekerjaan PJU 1) Persiapan lahan a) Pematokan lokasi pemasangan dilakukan untuk penggalian struktur pondasi tulangan dan baut angkur dengan pengecoran mutu beton K175 setinggi 2 cm sebagai lantai kerja. Kemudian di atasnya dicor beton dengan mutu K250 setinggi 2 meter. b) Pemasangan tulangan dan bekising dilakukan sesuai dengan yang telah disyaratkan pada gambar. c) Pemasangan baut angkur disisakan ±(90-100) mm pada pemukaan pondasi untuk menyambungkannya dengan tiang. d) Pengecoran lahan yang telah digali dan akan ditempatkan PJU harus bersih dari segala hal yang dapat merugikan kinerja mutu beton pada saat pengecoran pondasi rambu. 2) Instalasi komponen PJU a) Perangkaian PJU dimulai dari penyambungan komponenkomponen berupa plat dasar, tiang galvanis dan rumah lampu (telah dipasangkan lampu di dalamnya). b) Penyambungan dilakukan melalui proses pengelasan di lokasi, ketika akan dipasang. c) Penyambungan komponen kelistrikan. 3) Pemasangan PJU a) Pemasangan diizinkan jika pondasi beton sudah mengering dan mencapai kekuatan strukturnya. b) Pemasangan dilakukan dengan bantuan alat flat bad truck / service truck guna mengangkat konstruksi tiang PJU yang telah tersusun ke posisinya. c) Ketika tiang PJU sudah diposisinya (masuk ke dalam baut angkur) maka dengan segera pekerja memasangkan mur sebagai pengunci sambungan. d) Jika telah terpasang, maka konstruksi pondasi dapat ditimbun kembali sehingga rata dengan material di atas / sekitarnya.
D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
36