D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1
Definisi
Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang
atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan laluan pejalan kaki, pemandu kenderaan atau kereta api di atas halangan itu (Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan).
Jembatan dapat dibuat dengan menggunakan beton bertulang atau rangka
baja. Namun untuk jembatan dengan bentang yang sangat panjang dan harus mampu menahan beban yang sangat berat, jika digunakan beton bertulang maka penggunaan bahan materialnya akan sangat besar dan membuat jembatan tersebut tidak ekonomis, dan jika digunakan rangka baja biayanya pun akan sangat mahal. Oleh karena itu dilakukan sebuah inovasi dengan beton prategang. Struktur beton prategang merupakan suatu struktur beton yang sebelum digunakan untuk mendukung beban luar diberikan tegangan awal tertentu terlebih dahulu. Tujuan memberikan tegangan awal atau prategangan, adalah untuk menimbulkan tegangan awal tekan beton pada lokasi di mana nantinya akan timbul tegangan tarik pada waktu komponen mendukung beban sedemikian rupa sehingga diharapkan sewaktu beban seluruhnya bekerja tegangan tarik total berkurang atau hilang sama sekali. Dikutip dari buku Desain Praktis Beton Prategang yang ditulis oleh Andri Budiadi, ada beberapa keuntungan dan kekurangan dalam penggunaan beton prategang. Keuntungannya antara lain: 1) Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang. 2) Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya. 3) Ketahan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan. 4) Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi jembatan segmen. 5) Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur pelat dan cangkang, struktur tangki, struktur pracetak, dan lain-lain. HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
8
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6) Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat dieliminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.
Kekurangan
beton
prategang
relatif
lebih
sedikit
dibanding
berbagai
kelebihannya, diantaranya:
1) Memerlukan peralatan khusus seperti tendon, angkur, mesin penarik kabel, dll. 2) Memerlukan
keahlian
khusus
baik
dalam
perencanaan
maupun
pelaksanaannya.
Ada dua metode pratekan, yaitu pre-tension (pratarik) dan post-tension
(pascatarik).
1) Pre-Tension (Pratarik), adalah metode pembuatan beton prategang dengan memberikan gaya prategang sebelum beton dicor. Dibawah ini merupakan gambar proses dari metode pratarik.
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 4)
Gambar 2.1 Proses Pembuatan Beton Prategang Pratarik
2) Post Tension (Pascatarik), adalah pembuatan beton prategang dengan memberikan gaya prategang setelah beton dicor. Gambar dari proses PostTension dapat dilihat pada Gambar 9.
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
9
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 4)
Gambar 2.2 Proses Pembuatan Beton Prategang Pascatarik.
2.2 Tahap Pembebanan Beton prategang mengalami beberapa tahap pembebanan, dan pada setiap tahap dilakukan pengecekan baik pada bagian yang tertekan atau yang tertarik. Tahap pembebanan ini ada dua yaitu tahap transfer dan tahap servis. 1) Tahap transfer Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan penarikan kabel prategang saat beton sudah mengering. Beban yang bekerja pada tahap ini hanya beban mati dari struktur jembatan tersebut, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban pekerja dan alat. Momen yang bekerja adalah momen minimum, karena beban hidup belum bekerja. Karena belum ada kehilangan gaya prategang, gaya yang bekerja adalah maksimum. 2) Tahap servis Tahap yang kedua adalah tahap servis yang merupakan tahap dimana struktur beton prategang telah digunakansebagai komponen struktur. Momen yang bekerja pada tahap ini adalah momen maksimum, yaitu Momen Dead Load
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 10
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(MDL) dan Momen Life Load (MLL). Sedangkan gaya yang bekerja adalah minimum karena kehilangan gaya prategang mulai diperhitungkan.
2.3 Peraturan Beban Jembatan Tugas akhir ini mengacu kepada RSNI T – 02 – 2005 tentang Pembebanan
untuk Jembatan. 2.3.1
Beban Mati (DL) Berdasarkan RSNI T – 02 – 2005, beban mati jembatan terdiri dari berat
masing-masing bagian struktural dan elemen-elemen non-struktural. Benban mati
diantaranya adalah berat sendiri dan beban mati tambahan. 1) Berat sendiri, adalah berat dari seluruh bagian jembatan baik struktural maupun nonstruktural. Tabel 2.1 Berat isi untuk beban mati [kN/m3]
No.
Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Campuran alumunium Lapisan permukaan beraspal Besi tuang Timbunan tanah dipadatkan Kerikil dipadatkan Aspal beton Beton ringan Beton Beton prategang Beton bertulang Timbal Lempung lepas Batu pasangan Neoprin Pasir kering Pasir basah Lumpur lunak Baja Kayu (ringan) Kayu (keras) Air murni Air garam Besi tempa
Berat/Satuan Isi [kN/m3] 26.7 22.0 71.0 17.2 18.8-22.7 22.0 12.25-19.6 22.0-25.0 25.0-26.0 23.5-25.5 111 12.5 23.5 11.3 15.7-17.2 18.0-18.8 17.2 77.0 7.8 11.0 9.8 10.0 75.5
Kerapatan Massa [kg/m3] 2720 2240 7200 1760 1920-2320 2240 1250-2000 2240-2560 2560-2640 2400-2600 11 400 1280 2400 1150 1600-1760 1840-1920 1760 7850 800 1120 1000 1025 7680
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 11
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2) Beban mati tambahan (utilitas), adalah berat dari bahan-bahan pada jembatan yang merupakan elemen nonstruktural. Besar beban mati tambahan ini
berubah selama umur rencana.
2.3.2
Beban Lalu Lintas Berdasarkan RSNI T – 02 – 2005, beban lalu lintas pada perencanaan
jembatan adalah beban lajur (D) dan beban truk (T).
1) Beban Lajur (D) Beban ini bekerja pada seluruh lajur jembatan, dan mempengaruhi pada
jembatan. Dalam perhitungan jembatan bentang sedang sampai panjang, umumnya menjadikan beban “D” sebagai beban penentu. Dalam perencanaan, lajur lalulintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m. a. Beban Terbagi Rata (BTR) Berdasarkan RSNI T-02-2005, BTR mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q tergantung pada panjang total.
Keterangan: q = intensitas BTR dalam arah memanjang jembatan. L = panjang total jembatan yang dibebani (meter). b. Beban Garis (BGT) Berdasarkan RSNI T-02-2005, BGT dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m.
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 12
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : RSNI T-02-2005.
Gambar 2.3 Beban Lajur “D”.
2) Beban Truk (T) Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Sumber : RSNI T – 02 – 2005.
Gambar 2.4 Pembebanan Truk “T” (500 kN).
Berat dari masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar arah memanjang jembatan (RSNI T-022005;22 dari 63).
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 13
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.4
Perhitungan Pelat Lantai Pelat lantai jembatan merupakan suatu komponen struktur yang berfungsi
menahan beban yang bekerja (beban mati dan beban kendaraan). Pelat lantai digolongkan menjadi dua tipe yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua
arah (two way slab) (Susanto, 2010;1). 1) Pelat satu arah (one way slab), adalah pelat yang memikul momen lentur pada satu arah. Suatu pelat lantai dikatakan satu arah apabila:
2) Pelat dua arah (two way slab), adalah pelat yang memikul momen lentur pada dua arah (lx dan ly). suatu pelat lantai dikatakan dua arah apabila:
Keterangan :
= sisi terpanjang = sisi terpendek
2.4.1
Perencanaan Pelat Lantai terhadap Lentur Berdasarkan SNI T-12-2004, perhitungan kekuatan dari suatu penampang
yang terlentur harus memperhitungkan keseimbangan dari tegangan dan kompatibilitas regangan. Regangan batas beton yang tertekan diambil sebesar 0,003.
Sumber : SNI T-12-2004.
Gambar 2.5 Regangan dan Tegangan pada Penampang Beton Bertulang.
Faktor
atau faktor bentuk distribusi tegangan beton diambil sebesar: untuk untuk
Faktor reduksi kekuatan (ᴓ) untuk lentur diambil 0,8. HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 14
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1) Tebal Minimum Pelat Lantai (RSNI T-12-2004) Ketebalan minimum pelat lantai yang berfungsi untuk menahan beban mati
dan kendaraan harus memenuhi:
Keterangan: ts = tebal pelat lantai
L = bentang pelat lantai di ukur dari pusat ke pusat tumpuan (m).
2) Persyaratan Tulangan Minimum Berdasarkan SNI T-12-2004 tulangan minimum harus dipasang untuk
menahan tegangan tarik utama sebagai berikut: a. Pelat yang ditumpu kolom:
b. Pelat yang ditumpu balok atau dinding:
Keterangan:
= rasio tulangan minimum As
= luas tulangan (mm2)
b
= lebar pelat lantai per 1 m (=1000 mm)
d
= tinggi efektif pelat lantai (mm) = ts – d’
d’
= tebal selimut beton + (½ x diameter tulangan utama)
fy
= mutu baja (MPa)
Luas tulangan (As) dihitung dengan rumus: As = ρ x b x d Keterangan: ρ
= rasio tulangan = mutu beton (MPa)
Tulangan harus memenuhi syarat daktilitas tulangan dari suatu penampang, yaitu:
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 15
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Koefisien tegangan penampang harus memenuhi syarat berikut: Rn ≤ Rmax Keterangan:
Mn
= Momen nominal rencana (kN.m)
Mu
= Momen ultimit (kN.m)
Untuk mengetahui perlu digunakan tulangan rangkap atau tunggal, maka perlu diperiksa terhadap momen lentur nominal maksimum yang ada terhadap momen ultimit yang bekerja. Ketentuan tersebut adalah: , tidak perlu tulangan rangkap. , perlu tulangan rangkap.
3) Penyebaran tulangan untuk pelat lantai (tulangan bagi sejajar arah lalu lintas) Berdasarkan SNI T-12-2004, persentase penyebaran tulangan untuk pelat lantai adalah sebagai berikut (diambil sebagai persentase dari tulangan pokok): a. Tulangan pokok sejajar arah lalu lintas: (max. 50%, min. 30%) b. Tulangan pokok tegak lurus arah lalu lintas: (max. 67%, min. 30%) Keterangan: l = jarak antar balok (m)
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 16
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Dengan demikian, luas tulangan bagi sejajar arah lalu lintas dapat dihitung dengan rumus berikut:
As’ = persentase x As
Keterangan: As’ = luas tulangan bagi (mm2)
As = luas tulangan pokok (mm2)
2.4.2 Perencanaan Pelat Lantai terhadap Geser
Perencanaan kekuatan pelat lantai terhadap geser harus sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut (RSNI T-12-2004):
1) Untuk perencanaan plat lantai terhadap geser akibat beban mati, besarnya kuat geser pelat yang disumbangkan oleh beton bertulang tanpa tulangan geser adalah:
Keterangan:
= mutu beton (MPa). = lebar pelat lantai = 1000 mm. = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (mm).
2) Untuk perencanaan plat lantai terhadap geser akibat beban kendaraan, keruntuhan geser dapat terjadi setempat (geser pons) disekitar tumpuan atau beban terpusat, apabila hal ini terjadi maka besarnya kuat geser pelat lantai harus diambil sebesar
, dimana
ditentukan sesuai dengan salah satu
harga sebagai berikut: a. Bila tidak memiliki kepala geser (shear head): b. Bila memiliki kepala geser (shear head):
Keterangan:
= = = tegangan efektif tekan dalam beton akibat gaya prategang efektif. HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 17
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
= momen lentur rencana yang dialihkan dari pelat
lantai ke tumpuan dalam arah yang ditinjau.
= perbandingan antara dimensi terpanjang dari luas
efektif yang dibebani (Y) dengan dimensi X yang diukur tegak lurus Y.
= panjang efektif dari garis keliling geser kritis.
Gambar bidang geser dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini.
Sumber : http://mnoerilham.blogspot.com/ .
Gambar 2.6 Geser Pons.
2.5 2.5.1
Perhitungan Balok Girder Desain Lentur Kriteria tentang daktilitas dalam desain penampang suatu komponen
struktur merupakan hal yang penting, karena struktur yang daktail akan mengalami deformasi yang panjang sebelum mengalami keruntuhan. Gaya prategang yang diberikan pada beton prategang akan memberikan tegangan tekan pada penampang. Tegangan ini memberikan perlawanan terhadap beban luar yang bekerja (Budiadi, 2008;22). Gaya prategang yang bekerja dengan eksentrisitas, akan ada tambahan tegangan akibat eksentrisitas tersebut.
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 18
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 22).
Gambar 2.7 Prategang dengan Eksentrisitas.
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 22).
Gambar 2.8 Diagram Tegangan.
Perhitungan tegangan akibat prategang: Perhitungan tegangan akibat beban luar termasuk beban sendiri: Untuk struktur yang diberikan gaya prategang penuh (fully prestressed), resultan tegangan diserat tarik dibuat sama dengan nol. Sedangkan untuk struktur yang diberikan gaya prategang sebagian (partially prestressed) disesuaikan dengan tegangan ijinnya. Pada tugas akhir ini digunakan gaya prategang penuh (fully prestressed). Rumus tegangan pada serat atas dan bawah sebagai berikut.
Keterangan: fa
= tegangan di serat atas (Mpa = N/mm2).
fb
= tegangan di serat bawah (Mpa = N/mm2).
P
= gaya prategang (N). HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 19
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
e
= eksentrisitas penampang (mm).
M W
= momen akibat beban luar (N.mm).
= momen tahan (mm3).
Berdasarkan SNI 03-2874-2002, tegangan ijin pada beton adalah sebagai
berikut: 1) Transfer :
2) Servis :
Keterangan : f’ci
= kuat tekan beton pada saat transfer
f’c
= kuat tekan beton pada saat servis
Banyaknya tendon yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Untaian kawat (strand ) untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan Spesifikasi ASTM A-416 untuk “Uncoated
Seven-Wire
Stress-Relieved
for
Prestressed Concrete” (Mahulae,2011;98).
Sumber : Redesain Balok Girder pada Bentang Tengah Fly over Balaraja dengan menggunakan PCI-Girder (Mahulae,2011 ; 99).
Gambar 2.9 Strands prategang 7 kawat standard dan dipadatkan. (a) Penampang strand standar. (b) Penampang strand yang dipadatkan.
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 20
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.2 Sifat-sifat Strand Stress-Relieved dengan Tujuh-kawat
Sumber : Redesain Balok Girder pada Bentang Tengah Fly over Balaraja dengan menggunakan PCIGirder (Mahulae,2011 ; 99).
2.5.2
Desain Geser
Di samping harus tahan terhadap lentur, suatu komponen struktur juga harus tahan terhadap mode kegagalan yang lain, misalnya geser. Kegagalan akibat geser bisa lebih berbahaya dari kegagalan akibat lentur karena geser sering mengakibatkan keruntuhan yang tiba – tiba dan tanpa peringatan terlebih dahulu. Pada dasarnya ada 2 macam retak akibat geser, yaitu retak geser web dan retak geser lentur. 1. 2. 3.
Retak geser lentur (rasio M dan V menengah) Retak geser web (rasio M dan V rendah) Retak geser lentur (rasio M dan V tinggi)
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 123).
Gambar 2.10 Kegagalan akibat geser.
Pengaruh gaya pratekan secara longitudinal menghambat terbentuknya retak akibat geser. Komponen vertikal dari pratekan Vp
bersama – sama dengan
kekuatan geser beton dan tulangan geser beton dan tulangan geser Vcs menahan gaya geser akibat beban luar V. V = Vcs + Vp Distribusi tegangan geser
pada penampang beton dinyatakan dengan
persamaan:
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 21
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Keterangan : Vcs = gaya geser yang di terima beton pada level tertentu.
Vp Q
= komponen vertikal dari gaya pratekan efektif. = momen statis penampang di atas atau di bawah level tersebut terhadap sumbu pusat.
I
= inersia penampang.
B
= lebar penampang pada level tersebut.
Tegangan geser tersebut menimbulkan tegangan tarik utama (Principle Tensile
Stress) pada bidang diagonal penampang. Harga tegangan utama di tentukan oleh distribusi tegangan akibat beban luar. Besarnya nilai maksimum dan minimum dari tegangan tarik utama adalah:
Ketrangan: fx = tegangan langsung arah x fy = tegangan langsung arah y = tegangan geser pada titik yang di tinjau
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 125).
Gambar 2.11. Tegangan Geser pada Beton Pratekan.
Tegangan akibat beban luar di nyatakan dengan persamaan:
Keterangan: fc = tegangan lentur akibat beban luar P = gaya prategang A = luas penampang HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 22
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
e = eksentrisitas tendon terhadap pusat berat penampang
y = jarak dari pusat berat penampang ke serat terluar
I = inersia penampang
M = momen akibat beban luar
Tegangan geser pada beton prategang terdiri dari tegangan langsung arah horizontal (fx) dan arah vertikal (fy), seperti terdapat pada gambar 3.2. Harga tegangan utama ft yang berhubungan dengan
dan fc di atas pada
komponen beton prategang adalah:
Harga fc sebenarnya di tentukan oleh perbedaan tegangan langsung horizontal (fx) dan tegangan vertikalnya, fy atau (fx – fy). Tetapi karena umumnya beton prategang hanya di beri gaya prategang searah dengan sumbu memanjang maka komponen fy = 0. 2.5.3
Desain Puntir Dengan terjadinya lentur dan geser, pada beberapa bagian struktur beton
prategang mengalami puntir. Puntir dapat terjadi di samping atau bersamaan dengan lentur dan geser. Desain terhadap puntir dilakukan untuk menentukan apakah penampang yang
ada
cukup
kuat
untuk
menahan
aksi
akibat
momen
puntir
(Budiadi,2008:169). Prosedur perencanaan momen puntir adalah: 1) Menentukan aksi puntir yang bekerja pada penampang. 2) Menghitung kuat puntir penampang hingga diperoleh perkuatan puntir yang berupa tulangan puntir pada penampang. Momen puntir terfaktor harus lebih kecil dari tahanan puntir pada suatu beton prategang dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan. Tahanan puntir beton prategang terdiri dari dua komponen, yaitu tahanan puntir beton dan tahanan puntir tulangan non-prategang. Keterangan :
= tahanan puntir total penampang beton prategang. HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 23
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
= tahanan puntir komponen beton.
= tahanan puntir tambahan dari tulangan non-prategang yang
berupa sengkang dan tulangan memanjang.
Menurut SNI 2002, pengaruh momen puntir dapat diabaikan apabila:
Keterangan :
= momen puntir terfaktor.
= kuat tekan beton karakteristik.
= luas yang dibatasi oleh keliling luar penmapang beton. = tegangan tekan pada beton.
= koefisien reduksi kekuatan, untuk puntir Berdasarkan
analisis
elastisitas,
beberapa
rumus
= 0,70. pendekatan
untuk
memperkirakan tegangan geser puntir maksimum dapat dilihat pada Tabel 2.2.
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 24
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.3 Tegangan Geser Akibat Puntir (IS: 456, 1979)
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 153).
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS..... 25