D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisa pengamatan di lapangan, studi referensi, perhitungan dan juga hasil evaluasi mengenai JALAN RAYA CIBIRU
KINERJA RUAS
JALAN RAYA CINUNUK PADA STA 0+000 s/d
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
STA 2+500
1. Terhadap kondisi eksisting
a. Sesuai dengan status jalan dan fungsinya, kondisi eksisting lokasi tinjauan, yaitu jalan Raya Cibiru Cinunuk dikategorikan sebagai jalan Arteri Primer yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. b. Ruas jalan Raya Cibiru - Cinunuk mengalami peningkatan arus lalu lintas
yang sangat besar terutama pada jam jam sibuk (peak hour). Dengan
kondisi eksisting ruas jalan Cibiru Cinunuk yang merupakan kawasan pemukiman dengan hambatan samping yang tinggi membuat arus lalu lintas pada ruas jalan ini tidak berjalan dengan baik/lancar bahkan berakibat pada kemacetan. Hal ini diakibatkan karena adanya kendaraan yang keluar dan masuk dari komplek perumahan. c. Arus lalu lintas optimum terjadi pada hari Senin yang telah mengakibatkan terjadinya kepadatan arus kendaraan pada ruas jalan tersebut, dengan hasil sebagai berikut : 1) Pada segmen I arus kendaraan sebesar 4.467 smp/jam didapat DS sebesar 1,20. 2) Pada segmen II dengan arus lalu lintas sebesar 3.357 smp/jam didapat DS sebesar 1,03. 3) Pada segmen III dengan arus kendaraan sebesar 3.817 smp/jam didapat DS sebesar 1,27. d. Pada saat jam sibuk (peak hour) kecepatan kendaraan yang melewati ruas jalan ini tergolong lambat dikarenakan terdapatnya hambatan samping Mekarissa, Evaluasi Kinerja Ruas Jalan
117
yang tinggi dan titik konflik kendaraan yang cukup banyak. Kecepatan
minimum untuk jalan Arteri Primer menurut Pd T-18-2004 B tentang
Klasifikasi Fungsi Jalan Perkotaan minimal adalah 60 km/jam, tetapi pada kenyataannya di lapangan kecepatan rata-rata pada ruas jalan yang ditinjau
tersebut jauh dari kecepatan minimal yang disarankan untuk jalan arteri
primer dengan hasil sebagai berikut :
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1) Pada segmen I kecepatan rata-rata kendaraan ringan sebesar 13,38 km/jam untuk arah A (arah Cileunyi) dan 14,11 km/jam untuk arah B (arah Bandung). 2) Pada segmen II kecepatan rata-rata kendaraan ringan sebesar 20,27 km/jam untuk arah A (arah Cileunyi) dan 20,84 km/jam untuk arah B (arah Bandung). 3) Pada segmen III kecepatan rata-rata kendaraan ringan sebesar 12,96 km/jam untuk arah A (arah Cileunyi) dan 14,96 km/jam untuk arah B (arah Bandung).
2. Terhadap solusi penanganan Dengan dilakukanya perubahan geometrik ruas jalan dari 2/2 UD menjadi 8/2 D dengan pemisahan lajur kendaraan, yaitu lajur cepat untuk kendaraan ringan dan lajur lambat untuk sepeda motor dan angkutan umum, maka diperoleh hasil kinerja kendaraan sesuai dengan proporsi kendaraan yang melewati ruas jalan Raya Cibiru
Cinunuk dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1 Derajat Kejenuhan (DS) Ruas Jalan Hasil Rancangan DS Nama Segmen Ruas Jalan Hasil Rancangan Arah A Arah B Ruas Cibiru Segmen I 0,31 0,37 Ruas Cibiru Segmen II 0,22 0,28 Ruas Cibiru Segmen III 0,34 0,32 Sumber : Analisis Data
Dari nilai DS yang telah didapatkan dari hasil perancangan tersebut, dapat dipastikan bahwa ruas jalan tersebut berada pada tingkat pelayanan B yang artinya arus lalu lintas pada ruas jalan tersebut dalam kondisi stabil dengan volume lalu lintas sedang. Mekarissa, Evaluasi Kinerja Ruas Jalan
118
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
5.2 Saran Dari hasil pengamatan pada lokasi kajian, serta setelah menganalisis dan
mengevaluasi beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan pada ruas Jalan
Raya Cibiru - Cinunuk, maka ada beberapa saran dan masukan yang bisa di berikan yaitu : 1. Diharapkan adanya penanganan yang serius dari pihak-pihak yang berwenang
terhadap permasalahan yang terjadi pada ruas jalan Cibiru
Cinunuk untuk
menjaga fasilitas dan perlengkapan jalan agar tetap dalam kondisi yang baik.
Selain itu juga, diperlukan tindakan yang tegas dari pihak yang berwenang terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara karena pelanggaran tersebut akan berdampak besar pada lalu lintas, seperti angkutan umum yang berhenti di sembarang tempat atau penggunaan ruang manfaat jalan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab maupun terhadap pelanggaran secara tidak langsung memperumit permasalahan transportasi khususnya pada ruas jalan Cibiru
Cinunuk.
2. Pembenahan terhadap hambatan samping di sepanjang ruas jalan Raya Cibiru
Cinunuk, seperti :
a. Pelarangan bagi Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk berjualan di bahu jalan/trotoar. b. Pemindahan pangkalan ojek yang sering mangkal di pinggir jalan dengan dibuatkannya suatu tempat khusus untuk pangkalan ojek. c. Pelarangan parkir di bahu jalan dan hal lainnya yang dapat menghambat laju pergerakan kendaraan di ruas jalan tersebut. 3. Mengingat bahwa kawasan ruas jalan ini merupakan pemukiman penduduk dengan aktivitas penduduk yang cukup tinggi terutama para pejalan kaki, maka perlu disediakan fasilitas berupa trotoar dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang memadai, dapat mengurangi faktor hambatan samping. 4. Karena ruas jalan tersebut juga merupakan kawasan pendidikan yang terdapat beberapa sekolahan, maka untuk itu perlu dibuatkannya Zona Selamat Sekolah
Mekarissa, Evaluasi Kinerja Ruas Jalan
119
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(ZSS) agar para pengemudi dapat mengurangi kecepatan kendaraannya ketika memasuki kawasan Zona Aman Sekolah (ZSS) tersebut.
5. Untuk mengurangi salah satu hambatan samping yang sering terjadi pada ruas
jalan Cibiru
Cinunuk ini, yaitu angkutan umum yang sering kali berhenti di
sembarang tempat yang dapat menambah kepadatan pada ruas jalan tersebut, maka untuk itu perlu dibuatnya halte agar angkutan umum tidak dapat
berhenti di sebarangan tempat.
Mekarissa, Evaluasi Kinerja Ruas Jalan
120
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
DAFTAR PUSTAKA Standardisasi Nasional. 2004. Geometrik Jalan Perkotaan : Jakarta. Badan
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Spesifikasi Penerangan Jalan Di Kawasan Perkotaan : Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki
Pada Jalan Umum : Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Perencanaan Separator Jalan : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1990. Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007/T/BNKT/1990 : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan No. 12/S/BNKT/1991 : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Pedoman Perencanaan Drainase Jalan : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Di Wilayah Perkotaan :
Jakarta.
Mekarissa, Evaluasi Kinerja Ruas Jalan
121
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 2004.
Penempatan Marka Jalan : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Petunjuk
Perencanaan Marka Jalan : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1991. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Standar Spesifikasi Kereb : Jakarta.
Handout Drainase Jalan. 2009. Politeknik Negeri Bandung
Mekarissa, Evaluasi Kinerja Ruas Jalan
122