74
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1
Sejarah Berdirinya PT. Unilever Pada tahun 1885, dua bersaudara dari Inggris bernama William dan James
Lever mulai mengelola perusahan dengan nama Lever Brothers. Perusahaan ini memproduksi sabun cuci merek sunlight. Berkat teknik pemasaran yang baik, perusahaan ini dapat terusberkembang dan mulai mengembangkan variant produksinya dengan memproduksi sabun mandi merek Lux dan Lifeboy. Pada era yang hampir bersamaan, terdapat pula dua perusahaan besar milik keluarga Anton Jurgens dan keluarga Van den Berg yang berkedudukan di negeri Belanda. Kedua perusahaan tersebut memproduksi margarin, dan tidak lama kemudian bergabung menjadi satu perusahaan dengan nama Margarine Unie. Kedua perusahaan yang terletak di kedua Negara Eropa yang berbeda tersebut sama-sama berkembang dan memperluas usahanya di daratan Eropa. Keduanya membuat produk untuk konsumen dengan volume yang besar, memiliki jalur distribusi yang luas dan menggunakan bahan baku yang hampir sama. Pada tahun 1930, kedua perusahaan tersebut bergabung dengan nama Unilever. Berawal dari penggabungan tersebut, Unilever berkembang menjadi perusahaan raksasa di dunia dengan dua kantor pusat, yaitu Unilever Limited di London dan Unilever NV di Rotterdam. PT. Unilever Indonesia (ULI) berdiri di Batavia yang sekarang lebih dikenal sebagai kota Jakarta, pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s 74
75
Zeep Fabrieken NV berdasarkan akta notaris Mr. A. H. Van Ophusyen No. 23 dan disahkan oleh Gubernur Van Nederland Indie dengan keputusan No. 14 tanggal 16 Desember 1933. perusahaan ini baru didaftarkan ke kantor Raad nan Justitie di jalan Batavia No. 3 pada tanggal 9 Januari 1934. Perusahaan ini mulai beroperasi dengan produk perdana berupa sabun di jalan Pangeran Tubagus Angke pada bulan Oktober 1934. Pembuatan lemak-lemak makanan dan minyak goreng dimulai pada tahun 1936 di Jakarta juga dan untuk maksud tersebut didirikanlah sebuah perusahaan sendiri bernama Van Den Berg’s Fabrieken NV. Pada bulan Nopember 1941 dilakukan diversifikasi di bidang pasta gigi dan kosmetika lainnya dengan membeli fasilitas produksi pada perusahaan Maatschappij ter Exploitatie der Colibri Fabrieken NV yang berlokasi di Surabaya. Pada tahun 1948, Unilever membeli NV Oliefabriek Archa yang memproduksi minyak kelapa di Jakarta. Hal ini dilakukan untuk menjamin persediaan minyak murni secara kontinyu yang digunakan untuk pembuatan sabun, lemaka makanan dan minyak goreng. Pada tahun 1964, kegiatan Unilever di Jakarta dan Surabaya diawasi oleh pemerintah Indonesia secara penuh. Pada tahun 1967, perusahaan dikembalikan lagi kepada Unilever berdasarkan keputusan Presidium Kabinet Ampera dan perjanjian antara Unilever dengan Departemen Perindustrian. Sejak bulan April 1967, Unilever kembali menjalankan usahanya. Persetujuan untuk beroperasi diberikan pada bulan September 1967 dengan batasan-batasan yang ditentukan oleh UU Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 1967.
75
76
Penggabungan dari seluruh perusahaan Unilever di Indonesia dilakukan pada tanggal 1 September 1980. Seluruh aktiva dan pasiva dari Van den Berg’s Fabrieken, Colibri dan Archa Oil Mill di pindahkan ke Lever’s Zeefabrieken. Nama perusahaan gabungan ini diubah menjadi PT. Unilever Indonesia dengan kantor pusat di Graha Unilever, jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 15, Jakarta Selatan.
4.2
Profil Pasar Distributor PT. Unilever Indonesia Tbk Surabaya, mempunyai dua distributor dalam
memasarkan hasil produksinya. Kedua distributor tersebut adalah Bahagia Intra Nusa yang berkedudukan di Simo Pomahan serta Gemilang Artha Prima yang berkedudukan di Gading Pantai. Masing-masing distributor mempunyai daerah tersendiri dalam memasarkan produk-produk Unilever. Untuk Distributor Bahagia Intra Nusa mempunyai daerah pemasaran untuk wilayah Surabaya Barat, Surabaya Utara serta sebagian Surabaya Pusat. Meliputi pasar Bangunsari, pasar Balongsari, pasar Dupak Bandarejo, pasar Dukuh Kupang,, pasar P P I, pasar Pabean, pasar Kalimas, pasar Babakan, pasar Kandangan, dan pasar Manukan Madya. Sedangkan distributor Gemilang Artha Prima mempunyai area pemasaran untuk Surabaya Timur, Surabaya Selatan serta sebagian Surabaya Pusat. meliputi pasar Pogot, pasar Balongsari, pasar Wonokusumo, pasar Jojoran, pasar Tambak Rejo, pasar Kapasari, dan pasar Semalang,
76
77
Tabel 4.1 Profil Pasar Distributor PT Unilever Indonesia di Surabaya Klasifikasi Pasar
Jarak dari Distributor
Kunjungan tiap minggu
Pengiriman
Bangunsari
Besar
± 8 km
2 kali
Tiap hari
Balongsari
Besar
± 5 km
2 kali
Tiap hari
Dupak Bandarejo
Besar
± 5 km
2 kali
Tiap hari
Dukuh Kupang
Besar
± 5 km
2 kali
Tiap hari
PPI
Besar
± 7 km
2 kali
Tiap hari
Pabean
Besar
± 15 km
2 kali
Tiap hari
Kalimas
Menengah
± 12 km
2 kali
Tiap hari
Babakan
Besar
± 10 km
2 kali
Tiap hari
Kandangan
Kecil
± 15 km
2 kali
Tiap hari
Menengah
± 10 km
2 kali
Tiap hari
Perputaran barang
Jam Buka
Jumlah Penjual
Distributor Bahagia Intra Nusa
Manukan Madya
PC : 3 575 000 HC : 4 446 000 PC : 6 970 000 HC : 2 852 000 PC : 2 865 000 HC : 3 647 000 PC : 2 750 000 HC : 1 875 000 PC : 925 000 HC : 1 472 000 PC : 19 850 000 HC: 17 660 000 PC : 5 505 000 HC : 2 325 000 PC : 2 643 000 HC : 1 895 000 PC : 1 300 000 HC : 1 600 000 PC : 6 275 000 HC : 2 050 000
04.00-13.00
42
06.00-13.00
45
04.00-13.00
30
06.00-11.00
30
04.00-11.00
33
06.00-14.00
32
05.00-13.00
22
05.30-12.00
37
05.00-11.00
21
06.00-11.00
18
06.00-12.00
22
06.00-13.00
19
06.00-14.00
17
06.00-14.00
28
06.00-12.00
24
06.00-11.00
25
Distributor Gemilang Artha Prima Pogot
Menengah
± 8 km
2 kali
Tiap hari
Wonokusumo
Menengah
± 12 km
2 kali
Tiap hari
Kecil
± 15 km
2 kali
Tiap hari
Tambak Rejo
Menengah
± 13 km
2 kali
Tiap hari
Kapasari
Menengah
± 7 km
2 kali
Tiap hari
Semalang
Menengah
± 15 km
2 kali
Tiap hari
Jojoran
77
PC : HC : PC : HC : PC : HC : PC : HC : PC : HC : PC : HC :
7 250 000 2 150000 2 355 000 1 950 000 1 475 000 1 050 000 6 275 000 2 050 000 4 150 000 2 175 000 5 150 000 1 255 000
78
4.4
Data Komplain Data komplain ini berisi tentang komplain para pelanggan Pepsodent
medium 75 gram selama tahun 2005. Penyebab dari komplain ini bisa berasal dari internal artinya komplain tersebut disebabkan oleh kualitas produk yang kurang bagus, atau bisa juga disebabkan karena faktor eksternal, artinya produk tersebut palsu, tidak diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia. Untuk lebih terinci mengenai data komplain tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.2
Data Komplain Pepsodent Ekonomi tahun 2005
Bulan
Jumlah
Januari
13
Februari
6
Maret
2
April
1
Mei
3
Juni
-
Juli
-
Agustus
1
September
7
Oktober
-
Nopember
-
Desember
1
78
79
Jumlah 14 Jumlah Komplain
12 10 8 6 4 2 0
Jumlah
Janu Febr Mare April Mei ari uari t 13
6
Juni
Juli
Agus Sept Okto Nope Dese tus embe ber mber mber
2 14.1. 3Grafik 0 Komplain 0 1 Konsumen 7 0 Gambar
0
1
Bulan
Gambar 4.1 Data Komplain Pepsodent Ekonomi tahun 2005
4.5
Karekteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden pada konsumen
pengguna produk pasta gigi Pepsodent dari perusahaan Unilever, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. 4.5.1
Usia Karakteristik responden berdasarkan usia ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut
ini :
79
80
Tabel 4.3 Distribusi Usia Konsumen Usia (tahun )
Jumlah Responden
Prosentase (%)
16 - 20
6
12
21 - 26
8
16
27 - 32
11
22
33 - 38
12
24
39 - 44
9
18
45 - 50
4
8
TOTAL
50
100
Sumber : Jawaban Responden, diolah
Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan kelompok usia, jumlah responden terbanyak pada kelompok usia 33 – 38 tahun yaitu 12 orang (24%) kemudian diikuti kelompok usia 27 – 32 tahun sebanyak 11 orang (22%), yang ketiga kelompok usia 39 –44 tahun sebanyak 9 orang (18%), yang keempat kelompok usia 21 – 26 tahun sebanyak 8 orang (16%), selanjutnya kelompok usia 16 – 20 tahun sebanyak 6 orang (12%), dan yang terakhir kelompok usia 45 – 50 tahun sebanyak 4 orang (8%).
80
81
Usia Responden Jumlah
Prosentase
Jumlah
30 20 10 0
16 - 20
21 - 26
27 - 32
33 - 38
39 - 44
45 - 50
6
8
11
12
9
4
12
16
22
24
18
8
Jumlah Prosentase
Gambar 4.2. Grafik Usia Responden
4.5.2 Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin wanita sebanyak 11 orang (22%) dari total responden. Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 orang (78%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Prosentase (%)
Laki – laki
39
78
Wanita
11
22
Total
50
100
Sumber : Jawaban Responden, diolah
81
82
Jenis Kelamin Jumlah
Prosentase
Jumlah
100
50
0
Laki-laki
Wanita
Jumlah
39
11
Prosentase
78
22
Gambar 4.3. Grafik Jenis Kelamin
4.5.3
Tingkat Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan pada
tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden
Prosentase (%)
Tidak Tamat SMA / STM
3
6
SLTA / STM
22
44
Diploma (D3)
14
28
Sarjana
11
22
50
100
Total
Sumber : Jawaban Responden, diolah
82
83
Tingkat Pendidikan Jumlah
Prosentase
SMP
SLTA/STM
Diploma
Sarjana
Jumlah
3
22
14
11
Prosentase
6
44
28
22
Jumlah
60 40 20 0
Gambar 4.4 Grafik Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbesar responden berpendidikan SLTA / STM yaitu 22 orang atau 44% dari total responden. Responden terbanyak kedua pada tingkat pendidikan diploma (D3) yaitu sebanyak 14 orang (28%). Responden terbanyak ketiga berpendidikan sarjana sebanyak 11 orang (22%), dan responden paling sedikit yaitu tidak tamat SLTA / STM berjumlah 3 orang (6%).
4.5.4
Lama Pemakaian Produk Karakteristik responden berdasarkan lama pemakaian produk ditunjukkan
pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Lama Pemakaian Produk Lama Pemakaian (tahun)
Jumlah Responden
Prosentase (%)
4 - 7
6
12
8 - 11
9
18
12 - 15
21
42
16 - 19
14
28
Total
50
100
Sumber : Jawaban Responden, diolah
83
84
Jumlah Responden
Prosentase (%)
45 40 35 Jumlah
30 25 20 15 10 5 0 4-7
8 - 11
12 - 15
16 - 19
Lama Pemakaian
Gambar 4.5 Grafik Lama Pemakaian Produk Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbesar responden berpendidikan SLTA / STM yaitu 22 orang atau 44% dari total responden. Responden terbanyak kedua pada tingkat pendidikan diploma (D3) yaitu sebanyak 14 orang (28%). Responden terbanyak ketiga berpendidikan sarjana sebanyak 11 orang (22%), dan responden paling sedikit yaitu tidak tamat SLTA / STM berjumlah 3 orang (6%).
4.5.5
Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan dari responden pada penelitian ini dikategorikan dalam
tiga golongan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)/BUMN, Pegawai Swasta, serta Wiraswasta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan jenis pekerjaan dari responden pada penelitian ini, jumlah responden yang berprofesi sebagai pegewai negeri sipil (PNS) maupun sebagai karyawan BUMN didapatkan sebanyak 9 orang, sehingga total prosentase dari keseluruhan responden yang ada didapatkan sebesar 18%. Sedangkan yang 84
85
berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 11 orang atau total 22% dari total keseluruhan responden yang ada. Jumlah terbesar didapatkan pada responden yang bekerja pada instansi swasta, yaitu sebanyak 30 orang, atau sebesar 60% dari total responden secara keseluruhan. Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan
Jumlah Responden
Prosentase (%)
PNS / BUMN
9
18
Swasta
30
60
Wiraswasta
11
22
Total
50
100
Sumber : Jawaban Responden, diolah
Jenis Pekerjaan Responden
Jumlah
Jumlah
Prosentase
70 60 50 40 30 20 10 0 PNS/BUMN
Swasta
Wiraswasta
Jenis Pekerjaan
Gambar 4.6 Grafik Jenis Pekerjaan Responden
85
86
4.5.6
Skala Gaji Pada penelitian ini, para responden juga disurvey mengenai skala gaji
yang diterima dalam 1 bulan. Hal ini penting untuk mengetahui tingkat segmentasi dari para pemakai produk Pepsodent White ekonomis 75 gram. Pembagian skala gaji dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.8 Skala Gaji Responden Jenis Pekerjaan
Jumlah Responden
Prosentase (%)
< Rp. 800.000
3
6
Rp. 1 jt – Rp 2 jt
8
16
Rp. 2 jt – Rp 3 jt
13
26
Rp. 3 jt – Rp 4 jt
18
36
> Rp 4 jt
8
16
Total
50
100
Sumber : Jawaban Responden, diolah
Skala Gaji responden Jumlah
Prosentase
Jumlah
40 30 20 10 0 < Rp. 800.000
Rp. 1 jt - Rp Rp. 2 jt - Rp Rp. 3 jt - Rp 2 jt 3 jt 4jt Skala Gaji
Gambar 4.7 Grafik Skala Gaji Responden
86
> Rp 4 jt
87
Dari tabel di atas didapatkan bahwa untuk responden yang berpenghasilan kurang dari Rp. 800.000 per bulan didapatkan responden sebanyak 3 orang atau 6% dari total responden secara keseluruhan. Responden yang berpenghasilan antara Rp. 1 juta sampai Rp. 2 jt sebanyak 8 orang atau 16% dari total responden. Sedangkan untuk responden yang berpenghasilan Rp. 2 juta sampai dengan Rp. 3 juta didapatkan sejumlah 13 orang atau 26% dari total responden. Responden yang paling banyak didapatkan pada skala gaji antara Rp. 3 juta sampai dengan Rp. 4 juta, yaitu sebanyak 18 responden, atau sekitar 36% dari total responden. Responden yang berpenghasilan lebih dari Rp. 4 juta sebanyak 8 orang, atau 16% dari total responden yang ada.
4.6
Deskripsi Variabel Selanjutnya mencari nilai kategori faktor –faktor yang berpengaruh terhadap
strategi pemasaran dari masing-masing responden dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai jawaban, kemudian jumlah nilai jawaban tersebut dibagi dengan banyaknya jumlah pertanyaan, hasilnya merupakan nilai rata-rata (mean). Nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kelas-kelas dimana penentuan intervalnya menggunakan rumus :
Nilai Tertinggi –
Nilai Terendah
Interval Kelas = Jumlah Kelas
87
88
Dimana : a. Nilai tertinggi adalah 5 b. Nilai terendah adalah 1 c. Jumlah kelas adalah 5 yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Dari rumus di atas diperoleh nilai interval kelas sebagai berikut : 5 - 1 Interval Kelas =
= 0,8 5
Dari interval kelas tersebut, akan diketahui batasan nilai masing-masing kelas, dan setelah itu nilai rata-rata masing-masing dimasukkan ke dalam kelas tersebut seperti ditunjukkan pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Kategori Rata-rata Masing-Masing Variabel Interval
Kategori
Nilai
1,00 - 1,80
sangat tidak setuju
1
1,81 - 2,60
tidak setuju
2
2,61 - 3,40
cukup setuju
3
3,41 - 4,20
setuju
4
4,21 - 5,00
sangat setuju
5
88
89
4.6.1
Deskripsi Variabel Faktor Kekuatan Image (X1) Untuk mengukur variabel kekuatan image terdapat enam kriteria
pengukuran, yaitu : (1) di dalam keluarga sebelumnya pernah menggunakan pasta gigi pepsodent; (2) konsumen menyukai atau menggunakan produk dengan merek-merek terkenal terutama untuk keperluan menggosok gigi; (3) produk pasta gigi pepsodent banyak digunakan di sekitar lingkungan konsumen; (4) konsumen tidak berani mencoba atau berganti merek pasta gigi lain; (5) pasta gigi pepsodent memiliki persepsi kuat terhadap diri konsumen mengenai hal-hal yang ditawarkan perusahaan baik melalui iklan atau kegiatan perusahaan yang diketahui konsumen; (6) secara pribadi konsumen menggunakan produk pasta gigi pepsodent sejak lama. Penilaian responden untuk variabel faktor kekuatan image (X1) dapat ditunjukkan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Kekuatan Image (X1) Skor Rata-rata Jawaban responden Variabel
Faktor Kekuatan Image (X1)
Skor Ratarata Jawaban Responden 3,88
sangat tidak setuju F %
Tidak setuju
cukup Setuju
Setuju
sangat setuju
F
%
F
%
F
%
F
%
0
0
-
1
2
43
86
6
12
-
Sumber : Data diolah (lampiran 2)
89
90
Kekuat an Image Jumlah
Prosent ase
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Sangat Tidak Set uju
Jumlah
6
43
1
0
0
Prosent ase
12
86
2
0
0
Jawaban Responden
Gambar 4.8 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Kekuatan Image (X1) a. Responden dengan jawaban pada kategori sangat setuju (nilai 5) adalah sebanyak 6 orang (12%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap indikator variabel kekuatan image karena : (1) produk pasta gigi pepsodent digunakan di sekitar lingkungan konsumen, (2) pasta gigi pepsodent memiliki persepsi yang kuat terhadap diri konsumen terutama mengenai hal-hal yang ditawarkan perusahaan terhadap produk melalui iklan atau kegiatan perusahaan, (3) konsumen enggan berganti produk pasta gigi dengan merek lain. . b. Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 43 orang (86%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel kekuatan image karena : (1) di dalam keluarga sebelumnya pernah menggunakan
pasta
gigi
pepsodent,
(2)
konsumen
menyukai
atau
menggunakan produk dengan merek-merek terkenal terutama untuk keperluan menggosok gigi.
90
91
c. Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel kekuatan image karena : (1) secara pribadi konsumen menggunakan produk pasta gigi pepsodent sejak lama. 4.6.2 Deskripsi Variabel Faktor Respon Perusahaan (X2) Untuk mengukur variabel faktor inspirasi digunakan lima kriteria pengukuran, yaitu : (1) konsumen merasa perusahaan memberi perhatian terhadap selera konsumen berkaitan dengan produk pasta gigi pepsodent; (2) konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu memberikan perubahan pada pola menggosok gigi bagi masyarakat dan konsumen; (3) konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu bekerjasama dengan instansi pelayanan umum yang berkaitan dengan kesehatan gigi.; (4) perusahaan selalu mempertimbangkan perubahan keinginan dan selera konsumen terhadap produk; (5) perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal yang berkaitan dengan riset perilaku konsumen; Penilaian responden untuk variabel faktor respon perusahaan (X2) dapat ditunjukkan pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Respon Perusahaan (X2) Skor Rata-rata Jawaban responden Skor Ratarata Jawaban Responden
Variabel
Faktor Respon Perusahaan (X2)
4,28
sangat tidak setuju F %
F
%
F
0
2
4
1
-
Tidak setuju
Sumber : Data diolah (lampiran 2)
91
cukup Setuju
Setuju
sangat setuju
%
F
%
F
%
2
24
48
23
46
92
Respon Perusahaan Jumlah
Prosent ase
60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Sangat Tidak Set uju
Jumlah
23
24
1
2
0
Prosent ase
46
48
2
4
0
Jawaban Responden
Gambar 4.9 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Respon Perusahaan (X2) a.
Responden dengan jawaban pada kategori sangat setuju (nilai 5) adalah sebanyak 23 orang (27,5%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap indikator variabel respon perusahaan karena : (1) konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu bekerjasama dengan instansi pelayanan umum yang berkaitan dengan kesehatan gigi, (2) konsumen merasa perusahaan memberi perhatian terhadap selera konsumen berkaitan dengan produk pasta gigi pepsodent.
b.
Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 24 orang (48%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel respon perusahaan karena : (1) konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu memberikan perubahan pada pola menggosok gigi bagi masyarakat dan konsumen, (2) perusahaan selalu mempertimbangkan perubahan keinginan dan selera konsumen terhadap produk.
92
93
c.
Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel respon perusahaan karena : perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal yang berkaitan dengan riset perilaku konsumen.
d.
Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju (nilai 2) adalah sebanyak 2 orang (4%) berarti konsumen menilai tidak setuju terhadap indikator variabel respon perusahaan karena : perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal yang berkaitan dengan riset perilaku konsumen.
4.6.3 Deskripsi Variabel Faktor Respon Distributor, Retailer, Toko (X3) Untuk mengukur variabel faktor respon distributor, retailer dan toko digunakan enam kriteria pengukuran,
yaitu : (1) perusahaan memperhatikan
keluhan, keinginan maupun harapan konsumen mengenai produk; (2) sirkulasi pengiriman produk atau sistem distribusi pasta gigi di retail sekitar konsumen sesuai dengan yang dikehendaki konsumen; (3) terjadi trend pembelian tertentu pada produk pasta gigi pepsodent di sekitar konsumen; (4) secara emosional retail di sekitar konsumen menawarkan alternatif pemakaian pasta gigi pepsodent jika produk pasta gigi merek lain yang dikehendaki konsumen tidak ada; (5) perilaku konsumen sangat di suatu lingkungan sangat mendukung proses penjualan pasta gigi pepsodent; (6) usaha atau tempat bekerja pengecer atau pemakai berada pada lingkungan kelas sosial menengah ke atas. Penilaian responden untuk variabel faktor respon distributor, retailer dan toko (X3) dapat ditunjukkan pada tabel 4.12
93
94
Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Faktor Distributor, Retailer dan Toko (X3) Skor Rata-rata Jawaban responden Variabel
Skor Ratarata Jawaban Responden
Faktor Distributor, Retailer dan Toko (X3)
3,72
sangat tidak setuju F %
F
%
F
%
F
%
F
%
0
1
2
10
20
36
72
3
6
-
Tidak setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat setuju
Sumber : Data diolah (lampiran 2) Fakt or Dist ribut or, ret ailer, Toko Jumlah
Prosent ase
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Sangat Tidak Set uju
Jumlah
3
36
10
1
0
Prosent ase
6
72
20
2
0
Jumlah Responden
Gambar 4.10 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Distributor, Retailer dan Toko (X3) a. Responden dengan jawaban pada kategori sangat setuju (nilai 5) adalah sebanyak 3 orang (6%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap indikator variabel distributor, retailer dan toko karena : (1) perusahaan memperhatikan keluhan, keinginan maupun harapan konsumen mengenai
94
95
produk; (2) sirkulasi pengiriman produk atau sistem distribusi pasta gigi di retail sekitar konsumen sesuai dengan yang dikehendaki konsumen. b. Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 36 orang (72%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel distributor, retailer dan toko karena : (1) secara emosional retail di sekitar konsumen menawarkan alternatif pemakaian pasta gigi pepsodent jika produk pasta gigi merek lain yang dikehendaki konsumen tidak ada; (2) periku konsumen sangat di suatu lingkungan sangat mendukung proses penjualan pasta gigi pepsodent. c.
Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 10 orang (20%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel distributor, retailer dan toko karena : terjadi trend pembelian tertentu pada produk pasta gigi pepsodent di sekitar konsumen.
d. Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju (nilai 2) adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen menilai tidak setuju terhadap indikator variabel distributor, retailer dan toko karena : usaha atau tempat bekerja pengecer atau pemakai berada pada lingkungan kelas sosial menengah ke atas.
4.6.4
Deskripsi Variabel Nilai – Nilai Intrinsik Produk (X4) Untuk mengukur variabel faktor nilai –nilai instrinsik produk digunakan
sembilan kriteria pengukuran, yaitu : (1) produk pasta gigi pepsodent memiliki kualitas yang paling bagus daripada pasta gigi produk lain;
(2) pasta gigi
pepsodent memiliki rasa yang sesuai dengan selera konsumen; (3) pasta gigi pepsodent memiliki aroma yang sesuai dengan selera konsumen; (4) pasta gigi 95
96
pepsodent memiliki busa yang sesuai dengan selera konsumen; (5) dalam kemasan produk pasta gigi pepsodent terdapat komposisi bahan pembentuk produk yang menurut konsumen komposisi tersebut benar-benar memberikan manfaat dan tidak memberikan efek negatif; (6) adanya kemungkinan perusahaan mengganti produk pasta gigi pepsodent dengan produk pasta gigi jenis lain dengan merek yang sama; (7) respon atau perhatian dari perusahaan terhadap keluhan yang disampaikan konsumen atas pengkonsumsian produk; (8) keyakinan konsumen bahwa produk pasta gigi pepsodent dibuat dan diproduksi dengan bahan-bahan pilihan, mesin-mesin canggih dan tenaga kerja yang handal; (9) adanya jaminan dari perusahaan terhadap produk pasta gigi pepsodent yang dikonsumsi konsumen. Penilaian responden untuk variabel faktor nilai – nilai intrinsik produk (X4) dapat ditunjukkan pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Faktor Nilai-nilai Intrinsik Produk (X4) Skor Rata-rata Jawaban responden Skor Ratarata Jawaban Responden
Variabel
Faktor Nilai –nilai Intrinsik Produk (X4)
3,84
Sangat tidak setuju F % 0
-
Tidak setuju
cukup Setuju
Setuju
Sangat setuju
F
%
F
%
F
%
F
%
2
4
7
14
31
62
10
20
Sumber : Data diolah (lampiran 2)
96
97
Nilai Inst rinsik Produk Jumlah
Prosent ase
70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Sangat Tidak Set uju
Jumlah
10
31
7
2
0
Prosent ase
20
62
14
4
0
Jumlah Responden
Gambar 4.11 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai – Nilai Intrinsik Produk (X4) a. Re sponden dengan jawaban pada kategori sangat setuju (nilai 5) adalah sebanyak 10 orang (20%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap indikator variabel nilai – nilai intrinsik produk karena : (1) respon atau perhatian dari perusahaan terhadap keluhan yang disampaikan konsumen atas pengkonsumsian produk; (2) keyakinan konsumen bahwa produk pasta gigi pepsodent dibuat dan diproduksi dengan bahan-bahan pilihan, mesin-mesin canggih dan tenaga kerja yang handal; (3) adanya jaminan dari perusahaan terhadap produk pasta gigi pepsodent yang dikonsumsi konsumen. b. Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 31 orang (62%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel nilai – nilai intrinsik produk karena : (1) pasta gigi pepsodent memiliki rasa yang sesuai dengan selera konsumen; (2) pasta gigi pepsodent memiliki aroma yang sesuai dengan selera konsumen; (3) dalam kemasan produk pasta gigi
97
98
pepsodent terdapat komposisi bahan pembentuk produk yang menurut konsumen komposisi tersebut benar-benar memberikan manfaat dan tidak memberikan efek negatif. c. Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 7 orang (14%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel nilai – nilai intrinsik produk karena :. (1) produk pasta gigi pepsodent memiliki kualitas yang paling bagus daripada pasta gigi produk lain; (2) pasta gigi pepsodent memiliki busa yang sesuai dengan selera konsumen. d. Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju (nilai 2) adalah sebanyak 2 orang (4%) berarti konsumen menilai tidak setuju terhadap indikator variabel nilai – nilai intrinsik produk karena : adanya kemungkinan perusahaan mengganti produk pasta gigi pepsodent dengan produk pasta gigi jenis lain dengan merek yang sama.
4.6.5 Deskripsi Variabel Nilai – Nilai Ekstrinsik Produk (X5) Untuk mengukur variabel nilai-nilai ekstrinsik produk digunakan 11 kriteria pengukuran yaitu : (1) produk pasta gigi pepsodent dapat dibeli atau dikonsumsi dengan harga yang sesuai atau terjangkau ; (2) produk pasta gigi pepsodent memiliki kemasan atau bentuk yang menarik dan lebih baik dibandingkan dengan produk lain; (3) produk pasta gigi pepsodent memiliki warna yang lebih menarik dibandingkan dengan produk lain; (4) produk pasta gigi pepsodent memiliki harga yang lebih murah atau bersaing dengan produk pasta gigi merek lain; (5) produk pasta gigi pepsodent memiliki ketahanan yang cukup
98
99
baik dibandingkan dengan produk lain; (6) konsumen tidak kesulitan dalam memperoleh produk pasta gigi pepsodent; (7) perubahan yang dilakukan perusahaan terhadap perusahaan seringkali susuai dengan harapan konsumen; (8) kegiatan yang dilakukan perusahaan mengenai sosialisasi manfaat produk bermanfaat bagi konsumen; (9) konsumen merasa harga yang telah dibayar sesuai dengan manfaat produk yang diperolehnya; (10) informasi mengenai manfaat produk disukai oleh konsumen; (11) perusahaan seringkali memberikan apresiasi berupa reward maupun award kepada konsumen yang dianggap loyal. Penilaian responden untuk variabel faktor nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) dapat ditunjukkan pada tabel 4.14 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Faktor Nilai-nilai Ekstrinsik Produk (X5) Skor Rata-rata Jawaban responden Skor Ratarata Jawaban Responden
Variabel
Nilai –Nilai Ekstrinsik Produk (X5)
3,77
Sangat tidak setuju F %
F
%
F
%
F
%
F
%
0
1
2
7
14
37
74
5
10
-
Tidak setuju
Sumber : Data diolah (lampiran 2)
99
Cukup Setuju
Setuju
Sangat setuju
100
Nilai Ekst rinsik Produk Jumlah
Prosent ase
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Sangat Tidak Set uju
Jumlah
5
37
7
1
0
Prosent ase
10
74
14
2
0
Jumlah Responden
Gambar 4.12 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai – Nilai Ekstrinsik Produk (X5) a.
Responden dengan jawaban pada kategori sangat setuju (nilai 5) adalah sebanyak 5 orang (10%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap indikator variabel nilai-nilai ekstrinsik produk karena : (1) produk pasta gigi pepsodent memiliki ketahanan yang cukup baik dibandingkan dengan produk lain; (2) konsumen tidak kesulitan dalam memperoleh produk pasta gigi pepsodent ; (3) kegiatan yang dilakukan perusahaan mengenai sosialisasi manfaat produk bermanfaat bagi konsumen; (4) informasi mengenai manfaat produk disukai oleh konsumen.
b.
Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 37 orang (74%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel nilai-nilai ektrinsik produk karena : (1) produk pasta gigi pepsodent dapat dibeli atau dikonsumsi dengan harga yang sesuai atau terjangkau ; (2) produk pasta gigi pepsodent memiliki kemasan atau bentuk yang menarik dan lebih
100
101
baik dibandingkan dengan produk lain; (3) perubahan yang dilakukan perusahaan terhadap perusahaan seringkali susuai dengan harapan konsumen; (4) konsumen merasa harga yang telah dibayar sesuai dengan manfaat produk yang diperolehnya c.
Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 7 orang (14%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel nilai-nilai ektrinsik produk karena : (1) produk pasta gigi pepsodent memiliki warna yang lebih menarik dibandingkan dengan produk lain; (2) produk pasta gigi pepsodent memiliki harga yang lebih murah atau bersaing dengan produk pasta gigi merek lain.
d.
Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju (nilai 2) adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel nilai-nilai ektrinsik produk karena : perusahaan seringkali memberikan apresiasi berupa reward maupun award kepada konsumen yang dianggap loyal.
4.6.6
Deskripsi Variabel Strategi Pemasaran Internal (Y1) Untuk mengukur variabel strategi pemasaran internal digunakan 11
kriteria pengukuran yaitu : (1) semua karyawan di perusahaan menggunakan atau mengkonsumsi pasta gigi pepsodent; (2) distribusi pemasaran produk pasta gigi pepsodent menjangkau seluruh lapisan masyarakat Surabaya; (3) jenis-jenis produk pasta gigi pepsodent memiliki pengaruh terhadap alternatif pemilihan produk pasta gigi; (4) produk pasta gigi pepsodent masih memimpin pangsa pasar
101
102
untuk pasta gigi; (5) perusahaan masih menggunakan cara lama dalam memasarkan produknya; (6) pasta gigi pepsodent memiliki kestabilan harga dibandingkan dengan produk pasta gigi lain; (7) produk pasta gigi pepsodent masih konsisten dengan mutu, rasa atau ukurannya dengan produk sebelumnya; (8) pemasaran produk pasta gigi pepsodent digabungkan dengan produk lain; (9) perusahaan memiliki divisi marketing yang handal dalam memasarkan produk; (10) adanya peningkatan penjualan terhadap produk pasta gigi pepsodent; (11) seringkali terjadi inovasi produk untuk meningkatkan penjualan. Penilaian responden untuk variabel faktor nilai – nilai ekstrinsik produk (Y1) dapat ditunjukkan pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Strategi Pemasaran Internal (Y1) Skor Rata-rata Jawaban responden Skor Ratarata Jawaban Responden
Variabel
Variabel Strategi Pemasaran Internal (Y1)
3,61
Sangat tidak setuju F %
F
%
F
%
F
%
F
%
0
1
2
8
16
41
82
0
-
-
tidak setuju
Sumber : Data diolah (lampiran 2)
102
Cukup Setuju
Setuju
Sangat setuju
103 St rat egi Pemasaran Int ernal Jumlah
Prosent ase
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Jumlah
0
41
8
1
Sangat Tidak Set uju 0
Prosent ase
0
82
16
2
0
Jumlah Responden
Gambar 4.13 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Strategi Pemasaran Internal (Y1) a. Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 41 orang (82%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel strategi pemasaran internal karena : (1) distribusi pemasaran produk pasta gigi pepsodent menjangkau seluruh lapisan masyarakat Surabaya; (2) jenis-jenis produk pasta gigi pepsodent memiliki pengaruh terhadap alternatif pemilihan produk pasta gigi; (3) produk pasta gigi pepsodent masih memimpin pangsa pasar untuk pasta gigi; (4) produk pasta gigi pepsodent masih konsisten dengan mutu, rasa atau ukurannya dengan produk sebelumnya; (5) pemasaran produk pasta gigi pepsodent digabungkan dengan produk lain; (6) perusahaan memiliki divisi marketing yang handal dalam memasarkan produk. b. Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 8 orang (16%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel strategi pemasaran internal karena : (1) pasta gigi pepsodent memiliki kestabilan harga dibandingkan dengan produk pasta gigi lain;
103
104
(2) adanya peningkatan penjualan terhadap produk pasta gigi pepsodent; (3) seringkali terjadi inovasi produk untuk meningkatkan penjualan. c. Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju (nilai 2) adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel strategi pemasaran internal karena : (1) perusahaan masih menggunakan cara lama dalam memasarkan produknya; (2) semua karyawan di perusahaan menggunakan atau mengkonsumsi pasta gigi pepsodent. 4.6.7
Deskripsi Variabel Strategi Pemasaran External (Y2) Untuk mengukur variabel strategi pemasaran eksternal
digunakan 10
kriteria pengukuran yaitu : (1) konsumen membeli berdasarkan pilihan merek; (2) konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent berdasarkan pilihan manfaat atau kegunaan; (3) konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent tanpa pertimbangan tertentu dan hanya mengikuti kebiasaan keluarga atau teman; (4) kegiatan atau even sosial yang diadakan perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan penjualan produk; (5) iklan atau promosi perusahaan menarik dan mempengaruhi konsumen untuk membeli peroduk; (6) konsumen tetap mengkonsumsi pasta gigi pepsodent meskipun harganya naik atau lebih mahal dareipada produk lain; (7) konsumen sebelumnya pernah mengkonsumsi produk lain sebelum menggunakan produk pasta gigi pepsodent; (8) produk pasta gigi pepsodent pernah mengalami penurunan penjualan; (9) pemotongan harga, pemberian hadiah maupun pengharagaan yang diberikan perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen; (10) di suatu lingkungan tertentu, penjualan produk pasta gigi pepsodent masih kalah dibanding dengan produk lain. 104
105
Penilaian responden untuk variabel faktor nilai – nilai ekstrinsik produk (Y1) dapat ditunjukkan pada tabel 4.16. Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Untuk Variabel Strategi Pemasaran Eksteranl (Y2) Skor Rata-rata Jawaban responden Skor Ratarata Jawaban Responden
Variabel
Variabel Strategi Pemasaran Eksternal (Y2)
3,33
Sangat tidak setuju F %
F
%
F
%
F
%
F
%
0
1
2
36
72
12
24
1
2
-
tidak setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat setuju
Sumber : Data diolah (lampiran 2)
St rat egi Pemasaran Ekst ernal Jumlah
Prosent ase
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Set uju
Set uju
Cukup Set uju
Tidak Set uju
Jumlah
1
12
36
1
Sangat Tidak Set uju 0
Prosent ase
2
24
72
2
0
Jumlah Responden
Gambar 4.14 Grafik Jawaban Responden Terhadap Variabel Strategi Pemasaran Eksternal (Y2) a. Responden dengan jawaban pada kategori sangat setuju (nilai 5) adalah sebanyak 1 orang (10%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap
105
106
indikator variabel strategi pemasaran eksternal karena : (1) konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent berdasarkan pilihan manfaat atau kegunaan; (2) kegiatan atau even sosial yang diadakan perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan penjualan produk. b. Responden dengan jawaban pada kategori setuju (nilai 4) adalah sebanyak 12 orang (24%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel strategi pemasaran eksternal karena : (1) konsumen membeli berdasarkan pilihan merek; (2) iklan atau promosi perusahaan menarik dan mempengaruhi konsumen untuk membeli peroduk; (3) pemotongan harga, pemberian hadiah maupun pengharagaan yang diberikan perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. c. Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju (nilai 3) adalah sebanyak 36 orang (72%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel strategi pemasaran internal karena : (1) konsumen tetap mengkonsumsi pasta gigi pepsodent meskipun harganya naik atau lebih mahal dareipada produk lain; (2) konsumen sebelumnya pernah mengkonsumsi produk lain sebelum menggunakan produk pasta gigi pepsodent; (3) produk pasta gigi pepsodent pernah mengalami penurunan penjualan. d. Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju (nilai 2) adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel strategi pemasaran internal karena : (1) konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent berdasarkan pilihan manfaat atau kegunaan; (2) di
106
107
suatu lingkungan tertentu, penjualan produk pasta gigi pepsodent masih kalah dibanding dengan produk lain.
4.7. Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) Strategi yang dikembangkan oleh PT. Unilever Indonesia untuk memasarkan produk pasta gigi Pepsodent dalam usaha peningkatan penjualan didasarkan dengan penilaian oleh para pimpinan perusahaan yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Peluang ini bermanfaat bagi
pengembangan
pemasaran
produk
pasta
gigi
Pepsodent
melalui
pengembangan potensi pasar yang masih tersedia, memperkuat jalur distribusi yang telah merata di seluruh Jawa Timur. Penyebaran produk tersebut di berbagai pelosok daerah dapat semakin cepat dan masih dimungkinkannya peningkatan kapasitas produksi.
Tabel 4.17 Perhitungan Matriks SWOT Pada PT. Unilever
FAKTOR INTERNAL Kekuatan No.
Uraian
Bobot
Peringkat
Nilai
1.
Memiliki armada penjualan bagus
0,15
3
0,45
2.
Memiliki Mesin yang cukup handal
0,10
4
0,40
3.
Stok bahan baku dan produk jadi yang tercukupi
0,05
3
0,15
4.
Sumber keuangan yang sangat bagus
0,10
4
0,40
5.
Tenaga kerja yang profesional dan terlatih dengan baik
0,10
3
0,30
107
108
6.
Harga produk sangat kompetitif
0,05
3
0,15
7.
Adanya sistem manajemen yang bagus
0,05
3
0,15
8.
Memiliki nama merek terkenal
0,10
4
0,40
Jumlah
0,70
2,35
Faktor Kelemahan 1.
Biaya promosi relatif masih tinggi
0,05
1
0,05
2.
Jalur distribusi pemasaran diserahkan pada pihak ketiga
0,10
1
0,10
3.
Jumlah gudang terbatas
0,05
1
0,05
4.
Kapasitas mesin produksi tidak bisa ditambah
0,05
1
0,05
5.
Lebih dari 25% tenaga kerja senior menjalani persiapan
0,05
2
0,10
pensiun Jumlah Nilai Total
0,30
0,35
1
2,00
FAKTOR EKSTERNAL Faktor Kesempatan 1.
Inovasi produk yang baik
0,09
2
0,18
2.
Pengenalan produk pada anak-anak usia dini
0,03
2
0,06
3.
Perluasan jalur distribusi pemasaran
0,06
3
0,18
4.
Memiliki aliansi dengan perusahaan besar
0,03
2
0,06
5.
Mendapat kesempatan dari banyak instansi untuk
0,03
1
0,03
0,55
63
1,39
mengenalkan produk Jumlah
108
109
Faktor Ancaman 1.
Produk mudah ditiru atau dipalsu
0,15
1
0,15
2.
Harga kompetitor lebih murah untuk produk sejenis
0,15
1
0,15
3.
Tingkat turn over di level manajerial tinggi
0,05
2
0,10
4.
Harga bahan baku yang meningkat
0,05
1
0,05
5.
Masuknya produk luar negeri
0,05
2
0,10
0,45
7
0,55
Jumlah Nilai Total
1
Posisi pangsa pasar relatif diungkapkan pada sumbu x dari matriks SPACE. Titik tengah dari sumbu x ditetapkan untuk nilai 0,50. Artinya sesuai dengan suatu divisi yang mempunyai pangsa pasar setengah dari perusahaanperusahaan pesaing yang telah berdiri terlebih dahulu. Sedangkan sumbu y menggambarkan kecepatan pertumbuhan industri dalam penjualan, diukur dalam prosentase. Prosentase kecepatan pertumbuhan pada sumbu y dapat dinilai dari 20 sampai +20%, dengan nilai 0,0 yang terletak di tengah-tengah. Rentang angka pada sumbu x dan sumbu y sering dipakai, tetapi nilai yang lain dapat ditetapkan jika memang dianggap tepat untuk organisasi tertentu. Sehingga dari hasil perhitungan SWOT di atas didapatkan suatu perhitungan untuk ES, CA, IS dan FS sebagai berikut : Rata – rata IS : (+2,4 : 8)
= 0,3
Rata – rata FS : (+1,39 : 5) = 0,278 Rata – rata ES : (+0,35 : 5) = 0,07 Rata – rata CA : (+0,55 : 5) = 0,11 109
0,84
110
Koordinator vektor arah sumbu x : 0,3 + 0,278 = 0,578 sumbu y : 0,07 + 0,11 = 0,18 FS
(0,58;0,18) -
Perkembangan pasar Penetrasi pasar Pengembangan produk Integrasi ke depan Integrasi ke belakang Integrasi horisontal Diversifikasi konsentris
CA
IS
ES Gambar 4.15 PosisiMatriks SPACE
Dari matriks SWOT di atas terlihat bahwa faktor internal memiliki nilai positif sebesar 2,00 sedangkan nilai faktor eksternal juga bernilai positif sebesar 0,84. hal ini menunjukkan bahwa PT. Unilever dalam memasarkan produk pasta gigi Pepsodent berada pada kuadran satu, dimana strategi yang paling sesuai adalah strategi agresif yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau growth oriented strategic. Karena saat ini kondisi pemasaran produk pasta gigi tersebut berada pada situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.. 110
111
Jika dikaitkan antara hasil regresi untuk faktor kekuatan image sebesar 0,545 dengan matriks SWOT tersebut maka didalam matriks tersebut akan membentuk faktor bahwa perusahaan memiliki merek terkenal, adanya inovasi produk yang bagus, dilakukannya pengenalan produk pada anak sejak usia dini, perusahaan besar menaruh kepercayaan kepada produk Unilever sehingga bersedia untuk melakukan aliansi, harga kompetitif, selain itu juga adanya kepercayaan dari instansi terhadap merek-merek produk perusahaan. Faktor respon perusahaan sebesar (0,679) akan membentuk faktor ketersediaan bahan baku mencukupi, mesin yang handal, posisi keuangan yang bagus, sumber daya manusia yang handal, serta sistem manajemen yang bagus. Harga produk yang kompetitif dibandingkan dengan pesaing juga merupakan uapaya perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan merebut pangsa pasar pesaing. Faktor respon distributor, retailer dan toko (0,963) akan membentuk faktor memiliki armada penjualan yang cukup bagus, adanya perluasan jalur distribusi pemasaran, pengenalan produk pada instansi maupun perusahaan lain. Distributor ini sekaligus sebagai media informasi untuk mengenalkan produk pada calon pelanggan baru. Faktor nilai intrinsik produk (0,134) dan nilai ekstrinsik produk (0,260) akan membentuk faktor memiliki merek terkenal, inovasi yang bagus dan diterimanya produk oleh distributor, retailer, toko maupun instansi. Sedangkan dari perhitungan R terdapat 0,28 faktor di luar variabel tersebut yang mempengaruhi strategi pemasarn PT. Unilever.
111
112
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara hasil regresi yang didapatkan baik secara parsial maupun simultan terhadap pembentukan matriks SWOT. Untuk secara simultan dengan hasil R2 sebesar 0,511 dimana variabel faktor kekuatan image, faktor respon perusahaan, faktor respon distributor, retailer dan toko, nilai intrinsik produk serta nilai ekstrinsik produk sangat berpengaruh terhadap pembentukan strategi pemasaran perusahaan PT. Unilever Indonesia. Sedangkan untuk 0,49 merupakan faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi faktor strategi pemasaran perusahaan termasik didalamnya jika dikaitkan dengan matriks SWOT yaitu faktor kelemahan yang termasuk biaya promosi relatif masih tinggi, jalur distribusi pemasaran diserahkan pada pihak ketiga, jumlah gudang terbatas, kapasitas mesin produksi tidak bisa ditambah, lebih dari 25% tenaga kerja senior menjalani persiapan pensiun dan ancaman termasuk produk mudah ditiru atau dipalsu, harga kompetitor lebih murah untuk produk sejenis, tingkat turn over di level manajerial tinggi, harga bahan baku yang meningkat, masuknya produk luar negeri.
112