BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan diuraikan gambaran tentang Industri Kecil dan Menengah ( IKM) komponen elektronika yang ada. Data primer diperoleh dari Industri Kecil dan Menengah (IKM) komponen elektronika serta wawancara langsung dengan stakeholder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, dalam hal ini Departemen Perindustrian (Direktorat ILMEA, Direktorat IKM dan Direktorat Elektronika), Dinas Perindustrian (Propinsi Jawa Barat, Sukabumi, Depok, Bekasi ), Biro Pusat Statistik ( BPS ), serta sumber lainnya.
4.1 PENGUMPULAN DATA 4.1.1 Definisi Industri Kecil Industri kecil masuk dalam batasan industri kecil, menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, maka batasan industri kecil didefinisikan sebagai berikut : ” Industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah-tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih (diluar tanah dan bangunan) paling banyak Rp 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar Rp 1 miliar atau kurang ”. Industri dan Dagang Mikro (ID-mikro)
: 1-4 orang
Industri dan Dagang Kecil (ID-kecil)
: 5-19 orang
Industri dan Dagang Menengah (ID-menengah ) : 20-99 orang Industri dan Dagang Besar (ID-besar)
: 100 orang keatas
Berdasarkan legalitas usahanya, industri kecil dibagi menjadi industri kecil formal dan industri kecil nonformal Industri kecil formal adalah industri kecil yang telah mendapatkan legalitas usaha berupa Tanda Daftar Industri (TDI) Industri kecil nonformal, adalah industri kecil yang memiliki investasi (diluar tanah dan bangunan) dibawah Rp 5.000.000,- dan berdasarkan
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
peraturan tidak diwajibkan memiliki legalitas usaha, kecuali atas permintaan sendiri (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi, 2005)
4.1.2
Peta Profil Sentra IKM Pembuat Komponen Elektronika Konsumsi
4.1.2.1 Peta Profil Sentra IKM Menurut Sebaran Geografis Peta profil sentra Industri Kecil Menengah (IKM) komponen elektronik menurut sebaran geografis dibagi atas : a. Peta sentra IKM sebaran geografis berdasarkan jumlah perusahaan IKM pembuat komponen elektronika Data perusahaan IKM pembuat komponen elektronika berjumlah 562 perusahaan yang wilayah penyebaran serta prosentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Peta sentra IKM sebaran geografis berdasarkan jumlah perusahaan IKM pembuat komponen elektronika No
Provinsi
Jumlah perusahaan 21
% penyebaran 3,74
1
Banten/ Tangerang
2
DKI Jakarta
54
9,61
3
Jawa Barat/ Bekasi
276
49,11
4
Jawa Tengah/ DI
3
0,53
Yogyakarta 5
Jawa Timur
19
3,38
6
Riau Kepulauan/ Batam
187
33,27
7
Daerah Lainnya
2
0,36
562
100
Total Sumber : Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006
Dari data tersebut terlihat bahwa wilayah penyebaran perusahaan IKM banyak terdapat didaerah Jawa Barat/Bekasi yaitu sebesar 49,11 % dan
IV-2
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
kepulauan Riau / Batam sebesar 33,27 %. Besarnya jumlah IKM di kedua daerah disebabkan karena IKM komponen merupakan industri pendukung bagi perusahaan elektronika dan sebahagian besar industri ini berlokasi di kedua wilayah tersebut. b. Peta Sentra IKM sebaran geografis berdasarkan jumlah unit usaha IKM pembuat komponen elektronika Dari 562 perusahaan IKM pembuat komponen elektronika, beberapa perusahaan diantaranya memiliki lebih dari satu unit usaha sehingga total unit usaha yang terdata berjumlah 671 seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Peta Sentra IKM sebaran geografis berdasarkan jumlah unit usaha IKM pembuat komponen elektronika Provinsi
Unit usaha Jumlah
prosentase
Banten/ Tangerang
24
3,58
DKI Jakarta
54
8,05
Jawa Barat/ Bekasi
276
41,13
10
1,49
Jawa Timur
19
2,83
Riau Kepulauan/ Batam
195
29,06
Daerah Lainnya
93
13,86
Total
671
100
Jawa
Tengah/
DI
yogyakarta
Sumber : Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006 Berdasarkan konsentrasi geografis, daerah Jabotabek merupakan kawasan dengan sebaran unit usaha terbesar meliputi hampir sepertiga dari total jumlah unit usaha. Jabotabek dan Batam adalah kawasan utama bagi unit usaha komponen dan pendukungnya. Jawa Timur dan Banten (diluar Tangerang) memiliki potensi untuk dikembangkan. Sementara Jawa Tengah dan Sumatera mulai berusaha untuk menjadi kawasan baru tujuan investasi
IV-3
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
industri komponen elektronika. c. Peta sentra IKM sebaran geografis berdasarkan negara asal kepemilikan usaha IKM pembuat komponen elektronika Dari 572 perusahaan komponen elektronika dan pendukung elektronika yang ada, hanya 427 perusahaan yang dapat diidentifikasi negara asal modalnya, sisanya 135 perusahaan tidak berhasil diidentifikasi. Selain dari dalam negeri sendiri, perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari 18 negara lain, seperti Australia, Belgia, Belgia, Denmark, Jepang, dll. Perusahaan-perusahaan ini tersebar di 7 propinsi seperti terlihat pada Tabel 4.3 dibawah ini : Tabel 4.3. Peta sebaran IKM per provinsi dan kepemilikan menurut negara asal Negara asal Australia Belgia Denmark Finland France Germany Hongkong India Italia Japan Korea Malaysia Netherland Singapore Switzerland Taiwan UK USA Sub total : identified Indonesia unidentified
Ban ten
Provinsi DKI JaBar Jawa Teng 1
1 1
3 2
1 3 1
2 1 1
3 2 136 51 5
1
10 1 3 2 1
7 9 215 1 4 8 14 1 37 47 2 0 Total 21 54 276 3 Sumber : Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006
total Jawa Kep. Sum Persh % Tim riau Utara 1 0.27 1 1 0.27 1 1 0.27 1 1 0.27 2 3 0.80 1 3 4 1.07 4 1.07 2 0.53 1 0.27 1 46 190 50.80 54 14.44 5 10 2.67 1 1 0.27 65 77 20.59 1 2 0.53 6 1 11 2.94 2 4 1.07 1 4 7 1.87 3 8 8
138 19 30
1 1
374 100.0 53 135
19
187
2
562
IV-4
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1.2.2 Peta Sentra IKM Menurut Sebaran Kawasan Industri Untuk provinsi dengan kawasan industri yang perusahaannya didominasi oleh suatu negara terdapat kecenderungan untuk membentuk kluster parsial berdasarkan pola principal (negara asal ).
a. Provinsi Jawa Barat Perusahaan komponen elektronika asal Jepang merupakan perusahaan yang dominan di Jawa Barat, terkonsentrasi di daerah Karawang-Bekasi. Adapun perinciannya sbb : Karawang Internasional Industrial City, terdapat 17 perusahaan asal Jepang dari 18 perusahaan komponen elektronika (94,44%) East Jakarta Industrial Park, terdapat 42 perusahaan asal Jepang dari 46 perusahaan komponen elektronika (91,3 %) MM2100 Industrial Town, terdapat 20 perusahaan asal Jepang dari 28 perusahaan komponen alektronika (71,43 %) Jababeka Industrial Estate, terdapat 20 perusahaan asal Jepang dari 91 perusahaan komponen elektronika (24,17 %). Perusahaan asal Korea, merupakan terbesar kedua setelah Jepang, juga terkonsentrasi di Bekasi terutama di 2 kawasan industri, yaitu : Bekasi Internasional Industrial Estate, terdapat 7 perusahaan dari 15 perusahaan komponen elektronika (46,66 %).. Jababeka Industrial Estate terdapat 33 perusahaan asal Korea dari 91 perusahaan.(36,26 %)
Adanya pengklasteran perusahaan Jepang dan Korea lebih disebabkan karena kehadiran perusahaan elektronika konsumsi (Sanyo, Panasonic , Samsung dan LG) di wilayah tersebut. Sementara, jumlah perusahaan nasional dikawasan tersebut sangat tidak signifikan (masing-masing 2 perusahaan di Jababeka Industrial Estate dan MM2100 Industrial Town).
IV-5
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
b. Provinsi Kepulauan Riau Perusahaan asal Jepang yang jumlahnya terbesar kedua di provinsi ini, terkonsentrasi di Batamindo Industrial Park, Mukakuning, Batam. Di kawasan ini terdapat 29 perusahaan asal Jepang dari 53 perusahaan (54,72%). Perusahaan Singapore berjumlah 16 dari 53 perusahaan ( 30,19%) serta tersebar di hampir semua kawasan industri di Batam. Jumlah perusahaan Singapore sangat signifikan, kemungkinan besar perusahaan komponen elektronika di Batam yang tak teridentifikasi negara asalnya adalah UKM Singapura yang melakukan investasi di Batam tanpa memanfaatkan fasilitas penanaman modal.
Seluruh perusahaan asal Jepang dan Singapore yang beroperasi di Batam memiliki kantor di Singapore. Sebagian merupakan kantor wilayah dari jaringan global perusahaan Jepang, sebagian merupakan kantor pusat dari jaringan perusahaan Singapore. Adanya relokasi perusahaan- perusahaan Jepang yang berbasis di Singapore ke Batam ikut mendorong migrasi atau pengembangan perusahaan Singapore yang tercakup dalam jejaring industri perusahaan Jepang di Singapore. Faktor lain yang mendukung adalah kedekatan jarak Batam-Singapore ikut memperlancar arus perusahaan Singapore ke Batam. Untuk daerah Bekasi, karena jaraknya yang jauh dari Singapore, maka perusahaan Singapore yang ada disana lebih kecil jumlahnya dibandingkan perusahaan Jepang.
Berbeda dengan Jepang, Korea tidak memiliki basis kuat di Singapore. Sebagian besar perusahaan Korea masuk ke Indonesia secara langsung. Keberadaan Samsung dan LG di Jabotabek menjadi daya tarik bagi perusahaan kecil-menengah Korea untuk merelokasi atau mengembangkan usahanya di kawasan Jabotabek. Pada umumnya perusahaan ini berbasis di Korea dan menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya wilayah usaha dan pengembangan fasilitas industrinya.
IV-6
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1.3 Data Jenis Komponen dan Jumlah Unit Usaha Pembuat Komponen Adapun data jenis komponen serta unit usaha pembuat komponen dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4. Jenis komponen dan unit usaha pembuat komponen elektronika Kategori dan sub kategori produk komponen dan pendukung
Perusahaan lokal
Asing
Active Components 1 5 4 1 1 1 11 Pasive Components 7 Capacitors 1 15 Wires , cables, assemblies 2 23 Inductors, transformer, coils 1 6 Resistor Sub total 4 51 Electromechanical Components 4 7 Accoustic component 2 Circuit & heat protection component 1 Magnets 1 10 Motors and mechanism 1 elays and keyboards 2 Sensors and transducer Switches 3 Subtotal 5 26 Interconnect components Connector 4 Plugs, jacks, sockets 3 Subtotal 7
Crystals, oscillators, filter Integrated circuits Optoelectronics components Transistors, diodes, tubes Sub total
Sub assemblies & parts Optoelectronics display 4 Printed circuit boards 4 Parts 21 164 Power, batteries and accessories 13 Subassembly module 23 125 Sub total 44 310 Production equipment and supplies Production machineries & equip. 13 Production measuring & testing eq. 1 Manufacturing material & supplies 5 41 Sub total 5 55 Total 59 460
Tak teridentifikasi
Jumlah
1 1 2
7 5 1 1 14
2 4 1 7
7 18 29 8 62
2 1 1 1 5
13 3 1 12 1 2 4 36
-
4 3 7
1 1 49 75 126
5 5 234 13 223 480
3 9 12 152
16 1 55 72 671
( Sumber : Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006)
IV-7
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1.4 Penentuan Industri Industri yang menjadi objek penelitian adalah industri kecil menengah komponen elektronik yang tersebar pada beberapa wilayah sebagai berikut : a. Daerah Bandung sebanyak 13 industri b. Daerah Sukabumi sebanyak 6 industri c. Daerah Depok sebanyak 4 industri d. Daerah Jakarta sebanyak 1 industri e. Daerah Bekasi sebanyak 1 industri f. Daerah Tegal sebanyak 7 industri Data-data industri tersebut diperoleh dari Dinas Perindustrian, perusahaan elektronik serta informasi dari pengusaha.
Kendala yang dihadapi pada saat survey adalah banyaknya industri yang saat ini tidak berproduksi lagi karena selama ini mereka mendapatkan order dari perusahaan besar seperti Toshiba. Setelah Toshiba mengalihkan lokasi produksinya kenegara lain, maka banyak perusahaan yang gulung tikar atau beralih membuat produk lain.
Survey penelitian dilakukan terhadap 32 industri
untuk memenuhi
persyaratan jumlah sampel besar, yaitu suatu sampel dikatakan sampel besar jika jumlah anggotanya minimal 30 buah. Sampel besar akan menjadi penduga yang lebih baik bagi populasi dibandingkan sampel kecil (< 30), karena sampel besar akan memiliki sifat dan karakteristik yang relatif sama dengan sifat dan karakteristik populasi. Sehingga dengan demikian kesimpulan yang dihasilkan bisa berlaku untuk seluruh populasi.
Mengingat bahwa produk yang dihasilkan oleh IKM komponen elektronik sangat beragam, karena itu sebagai batasan dalam penelitian adalah produk dominan yang menggunakan proses sejenis.
IV-8
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1.5 Profil Responden Berdasarkan kuisoner mengenai data umum responden seperti yang terdapat pada lampiran A, karakteristik pengusaha yang menjadi responden dapat dilihat pada pie chart pada Gambar 4.1 sampai Gambar 4.4 dibawah ini. Ke pemilikan perusahaan pt 28%
pd 9%
pers eorang an 50% cv 13%
Gambar 4.1. Grafik Kepemilikan perusahaan
Tahun berdiri perusahaan 2001-sekarang 6% 1960-1970 3%
1991-2000 56%
1971-1980 13%
1981-1990 22%
Gambar 4.2. Grafik tahun berdiri perusahaan
IV-9
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tingkat Pendidikan pas cas arjana 3%
sd 3%
smp 9%
sarjana 25%
diploma 9%
sla/s tm 51%
Gambar 4.3. Grafik tingkat pendidikan pengusaha Jumlah tenaga kerja 20-99 orang 40%
1-4 orang 9%
5-19 orang 51%
Gambar 4.4 . Grafik jumlah tenaga kerja
4.1.6. Jenis Produk yang Dihasilkan oleh IKM Komponen Elektronik Berdasarkan survey yang dilakukan, produk-produk yang dihasilkan oleh IKM sangat bervariasi. Selanjutnya untuk memudahkan dalam interpretasi data produk-produk tersebut dikelompokkan. Adapun pengelompokan produk dilakukan sesuai dengan klasifikasi industri yang ada. Klasifikasi industri yang digunakan adalah berdasarkan pada International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) atau Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Dalam suatu perusahaan KBLI
IV-10
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
ditentukan berdasarkan produksi utamanya, yaitu jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling besar. Apabila suatu perusahaan menghasilkan 2 jenis komoditi atau lebih dengan nilai yang sama, maka produksi utama adalah komoditi yang dihasilkan dengan kuantitas terbesar (BPS, 2002). Rincian lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Pengelompokan produk IKM berdasarkan ISIC No
ISIC
Uraian
1
25192
Barang-barang dari karet untuk keperluan industri
2
28920
Jasa industri untuk pekerjaan logam dan barang dari logam
3
29302
Peralatan rumah tangga dengan menggunakan arus listrik
4
31103 P Pengubah tegangan, pengubah arus dan pengontrol tegangan
5
31300
Kabel listrik dan telpon
6
31509
Komponen lampu listrik
7
32200
Alat komunikasi
8
32300
Radio, TV, alat rekam suara, gambar dan sejenisnya
9
36999
Pengolahan lain yang belum tergolong dimanapun
10
37100
Daur ulang barang-barang logam
( Sumber : Biro Pusat Statistik, 2002)
4.1.7 Identifikasi Data Komponen Teknologi Dari hasil kuisoner yang diperoleh, dilakukan identifikasi terhadap komponen teknologi pada IKM. Identifikasi dimulai dengan tingkat kecanggihan teknologi, state of the art, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software Expert Choices sehingga diperoleh koefisien kontribusi komponen teknologi.
4.1.7.1 Identifikasi Tingkat Kecanggihan Identifikasi tingkat kecanggihan didasarkan pada data generik dari ESCAP. Kuisoner tingkat kecanggihan dapat dilihat pada lampiran A. Berdasarkan survey lapangan diperoleh gambaran sebagai berikut :
IV-11
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Tingkat kecanggihan komponen technoware Industri kecil menengah komponen elektronik berada pada batas bawah 1 dan batas atas 8, artinya bahwa ada pekerjaan yang dilakukan masih menggunakan tangan
(fasilitas manual).
Sebagian besar
industri
menggunakan fasilitas tenaga penggerak (power utilities) dan fasilitas multiguna. Tetapi ada juga yang sudah
menggunakan fasilitas
komputerisasi sehingga memungkinkan operator untuk mengontrol fasilitas. b. Tingkat kecanggihan komponen humanware Industri memiliki batas bawah 1 dan batas atas 7, artinya
tingkat
pendidikan terendah pada industri ini adalah sekolah dasar bahkan ada yang tidak menamatkannya. Kebanyakan mereka belajar secara otodidak. Pekerja berada pada kemampuan untuk mengoperasikan, memasang serta merawat fasilitas. Untuk level supervisi dan manager beberapa memiliki pendidikan yang cukup, bahkan ada yang berpendidikan S2. c. Tingkat kecanggihan komponen inforware Tingkat kecanggihan infoware berada pada kisaran 1-5. Informasi pada industri biasanya hanya berupa pada cara-cara bagaimana menggunakan fasilitas. Itupun secara tidak tertulis. Akan tetapi ada juga industri yang memiliki informasi mengenai cara menggunakan fasilitas secara efektif. d. Tingkat kecanggihan komponen orgaware. Tingkat kecanggihan komponen orgaware berada pada kisaran 1-7. Sebagian besar industri merupakan perusahaan kecil yang dipimpin sendiri dengan modal kecil dan jumlah tenaga kerja sedikit. Beberapa menjadi subkontrak perusahaan besar, bahkan ada perusahaan yang mampu dalam bidang usaha spesialisasi tertentu.
4.1.7.2 Data State of The Art Penilaian state of the art dari komponen teknologi yang ada pada sektor Industri
Kecil
Menengah
(IKM)
komponen
elektronika
dilakukan
berdasarkan metode Teknometrik dari ESCAP, yaitu dengan menilai :
IV-12
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Technoware Penilaian dilakukan dengan menganalisis fasilitas proses produksi yang digunakan pada industri kecil. terdapat pada perusahaan. Mengingat beragamnya produk yang dihasilkan, maka untuk memudahkan dalam analisis penilaian dilakukan berdasarkan produk dominan yang menggunakan proses sejenis. Rata-rata proses pembuatan produknya sederhana, hanya membutuhkan beberapa tahap untuk menghasilkan produk. Sebagai contoh pembuatan transformer, yaitu pemotongan, penggulungan, pengelakan dan pengujian akhir. Meskipun demikian ada juga produk tertentu yang menggunakan peralatan/ teknologi tinggi. Umumnya mesin yang digunakan masih manual dan membutuhkan operator untuk mengendalikan operasinya. Humanware Umumnya ketrampilan tenaga kerja diperoleh melalui pengalaman langsung atau bahkan belajar secara otodidak. Hubungan yang bersifat kekeluargaan memungkinkan adanya kerjasama yang baik sehingga lebih mempercepat proses peningkatan ketrampilan dan kreatifitas. Inforware Penguasaan informasi pada Industri kecil Menengah (IKM) komponen elektronika masih terbatas pada informasi parsial yang hanya terbatas pada lingkungan perusahaan saja. Orgaware Secara umum, Industri Kecil Menengah (IKM) komponen elektronika masih belum memiliki managemen yang baik serta berorientasi masa depan. Kebanyakan hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini serta berorientasi jangka pendek.
4.1.7.3 Data Intensitas Komponen Teknologi Data bobot intensitas teknologi diperoleh dengan menggunakan kuisoner yang terdapat pada lampiran A. Hasil dari kuisoner tersebut digunakan untuk mencari rata-rata geometrik dari tiap-tiap komponen teknologi sebagaimana
IV-13
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
yang terdapat pada lampiran B.
4.1.8 Analisis Kondisi Internal dan Eksternal Berdasarkan hasil kuisoner untuk analisis kondisi internal dan eksternal seperti yang terdapat pada lampiran A, diperoleh hasil sebagai berikut :
4.1.8.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada industri kecil menengah komponen elektronik terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
a. Plat besi/ baja, Stainless Steel Bar , Besi Cor dan Kuningan Scrub Untuk plat besi ada 2 jenis yaitu yang lokal dan impor. Khusus untuk plat lokal yang berukuran 120x240 cm dengan ketebalan 7 mm harganya adalah Rp. 110.000,. sedangkan untuk plat impor untuk ukuran yang sama harganya Rp. 180.000. Dari segi kualitas plat impor lebih baik dibandingkan plat lokal mengingat
sifatnya yang yang regas dan lentur sehingga mudah untuk
dibentuk. Selain itu pengusaha juga bisa mendapatkan bahan baku berupa potongan-potongan plat yang merupakan sisa dari industri karoseri. Potongan-potongan plat ini merupakan plat impor yang berasal dari Jepang. Potongan plat ini bervariasi ukurannya sehingga pengusaha bisa memilih sesuai kebutuhan. Ada yang berukuran 20x20 cm , 30x100 cm atau 50x100 cm , dsb. Harganya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan plat lembaran yaitu sebesar Rp 6000/kG atau Rp 7500/kG. Adanya perbedaan harga ini memungkinkan pengusaha untuk memilih bahan baku sesuai yang diinginkan dan juga dapat menekan biaya produksi. Meskipun demikian beberapa pengusaha menyatakan meskipun mereka sudah berusaha memperoleh bahan baku dengan harga serendah mungkin, seringkali justru harga produk impor yang sejenis jauh lebih murah dibandingkan dengan harga produk yang dihasilkan oleh IKM. Plat besi umumnya digunakan untuk membuat casing dari produk elektronik, seperti VCD, amplifier untuk sound system, dsb.
IV-14
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk daerah Bandung dan sekitarnya, pengusaha bisa memperoleh bahan baku didaerah Pasteur, Banceuy ( untuk bahan lokal ), Cikapundung, Lingkar Selatan atau melalui distributor khusus didaerah Pasir Koja yang menjual bahan baku dengan harga yang lebih murah serta bervariatif jenisnya. Selain itu pengusaha dapat membeli bahan baku berupa potongan plat sisa industri karoseri pada pengumpul di jalan Bogor yang khusus menjual bahan tersebut. Selain itu ada juga pengusaha yang membeli dari toko khusus logam dengan pertimbangan dapat memilih dengan harga yang lebih rendah.
Bahan baku plat besi dibeli oleh pengusaha secara tunai jika pembelian dilakukan dalam partai kecil ( 1-5 kg), sedangkan jika pembelian dalam partai besar ( 100-200 kg atau 1-2 ton), maka pembayaran boleh dilakukan setelah satu bulan terhitung sejak penerimaan barang. Ini dilakukan dengan menggunakan giro dan dikenakan biaya tambahan sebesar 10% tapi ada juga penjual yang tidak mengenakan biaya tambahan lagi.. Hal ini dapat terjadi karena telah terjalinnya hubungan yang baik serta tingkat kepercayaan yang tinggi antara penjual dengan pengusaha.
Secara umum, bahan baku plat besi mudah diperoleh dipasaran , jika sekalikali pengusaha mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biasanya disebabkan karena pada saat yang bersamaan terjadi lonjakan permintaan untuk bahan tersebut. Seperti pada saat ini pemerintah sedang mencanangkan program pemakaian kompor gas, maka dengan demikian permintaan bahan baku plat akan meningkat sehingga pengusaha biasanya akan mendapatkan kesulitan untuk memperoleh plat besi disebabkan pasokan dari industri ( Krakatau Steel ) tidak mencukupi kebutuhan.
Bahan baku yang akan digunakan membutuhkan perlakuan khusus untuk mencegah pengkaratan. untuk plat besi dilakukan pelapisan. Ada 3 jenis pelapisan, yaitu: menggunakan Zink
IV-15
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
menggunakan Nikel menggunakan Nikel-Krom Perlakuan tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mencegah pengkaratan. Adapun perbedaannya adalah untuk plat besi yang dilapisi oleh Zink warnanya kusam sedangkan untuk plat besi yang dilapisi oleh Ni/ Ni-Cr warnanya mengkilat.
Untuk proses pelapisan biasanya pengusaha menggunakan jasa pengusaha lain dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki peralatan untuk mengerjakannya selain itu biaya untuk melapisi tidak terlalu mahal. Tetapi ada juga pengusaha yang sudah memiliki peralatan tersebut, sehingga mereka bisa mengerjakannya sendiri.
Pada umumnya pengusaha tidak melakukan penstokan bahan baku plat, jikapun ada maksimal hanya 10% dari pesanan yang akan dikerjakan untuk antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses produksi.Selain itu faktor lain adalah proses pengkaratan yang lambat laun akan terjadi sehingga akan menurunkan mutu produk yang dihasilkan. Akan tetapi ada juga pengusaha yang melakukan penstokan bahan baku plat dengan alasan untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku dengan asumsi bahwa bahan baku tidak akan mengalami penurunan kualitas selama satu tahun kedepan karena telah diberi perlakuan khusus.
Stainless steel bar sampai saat ini masih diimpor dari luar negri. Pengusaha biasanya memesan pada supplier lokal, tapi ada juga pengusaha yang memperoleh pasokan bahan baku Stainless steel bar impor dari perusahaan yang memaklunkan produknya dan pengusaha mendapatkan jasa atas biaya untuk pembuatan produk tersebut. Stainless steel bar biasanya digunakan untuk membuat shaft motor dari pompa air elektrik.
Besi cor merupakan produk jadi komponen tapi masih dalam bentuk kasar.
IV-16
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengusaha memperoleh berdasarkan pesanan dari pengusaha lain dari daerah Ceper. Besi cor tersebut kemudian akan diproses lebih lanjut ( dibor, dihaluskan, dsb) sehingga dihasilkan produk komponen yang memenuhi spesifikasi dari perusahaan besar yang memaklunkan komponen tersebut. Besi cor digunakan sebagai bahan baku untuk membuat break wheel yang merupakan komponen dari mesin cuci.
Kuningan merupakan logam yang memiliki kandungan tembaga 60-80%. Kuningan bukan merupakan bahan galian tambang seperti halnya emas dan perak, sehingga ketersediaannya dipasaran sulit diprediksi. Pengusaha biasanya membeli kuningan scrub dari lapak-lapak yang merupakan sisa industri yang menggunakan kuningan untuk proses produksinya ( industri kran, sendok, dsb), rumah tangga. Harga kuningan scrub bisa mencapai Rp 40.000/Kg. Kuningan scrub ini harus dijaga supaya tidak tercampur dengan logam-logam lain yang memiliki titik lebur lebih tinggi. Karena itu, sebelum diproses, kuningan scrub membutuhkan perlakuan khusus yaitu proses magnetisasi yang bertujuan untuk memisahkan antara bahan kuningan dengan bahan-bahan non kuningan. Selanjutnya kuningan scrub ini akan mengalami proses peleburan pada suhu tinggi sebelum akhirnya dicetak . Produk yang dihasilkan dari kuningan scrub ini adalah impeler untuk pompa air elektrik.
b. Karet Alam dan Karet Sintetik. Bahan baku lain yang digunakan adalah karet alam dan karet sintetik biasanya berupa lembaran. Pengusaha memesan bahan langsung dari pabrik yang berlokasi di Bandung, yaitu PT. Sinar Jaya , PT Caturindo Agung Jaya dan PT. King Rubber. Bahan karet alam terutama digunakan hanya untuk produk yang bersifat sebagai penahan, misalnya sebagai suspention untuk mesin cuci. Sedangkan karet sintetik bersifat tahan panas, tahan gesek dan tahan oli, umumnya digunakan untuk bagian mesin, misalnya untuk seal compressor AC. Harga bahan baku karet alam Rp 6000/Kg, sedangkan harga karet sintetik berkisar antara 27.000 – 36.000/ Kg tergantung kualitasnya.
IV-17
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bahan baku karet biasanya diuji kekerasannya, keregasan serta ketebalannya dengan menggunakan hardness machine. Bahan baku karet harus disimpan ditempat yang teduh dan tidak boleh terkena panas. Untuk bahan baku karet pengusaha tidak melakukan penyetokan dengan alasan bahwa kapanpun diperlukan selalu tersedia. Malah akan lebih baik jika karet yang digunakan masih baru mengingat bahwa jika disimpan lama karet akan berubah sifat menjadi keras sehingga sulit untuk dicairkan dan dicetak. Pengusaha juga tidak menyukai untuk melakukan penyetokan produk dengan alasan bahwa jika produk disimpan lebih dari 1 bulan maka akan berjamur. Tetapi ada juga pengusaha yang melakukan penyetokan bahan baku karet dengan alasan untuk mengerjakan pesanan yang berikutnya agar tepat waktu.
c. Kawat dan Plat Tembaga serta Kawat Nikelin Untuk bahan baku kawat tembaga semuanya merupakan produk impor, yaitu berasal dari Cina (TW) dan dari Inggris (Supreme). Harga kawat tembaga buatan Cina lebih murah yaitu Rp. 97.000/Kg, sedangkan untuk Supreme adalah Rp 107.000/Kg. Semakin kecil
ukuran diameter
kawat semakin
mahal harganya. Sebagai perbandingan untuk kawat berdiameter 0,9 cm harganya Rp 100.000-103.000/Kg, sedangkan yang berdiameter 0,1 cm harganya Rp 110.000/Kg. Pengusaha lebih menyukai kawat tembaga buatan Inggris karena lebih tahan panas sehingga kualitas produk yang dihasilkan lebih baik.
Untuk tembaga plat tersedia pilihan buatan lokal atau impor. Tembaga plat berukuran panjang 6 m, lebar 3 cm dan ketebalan 5 cm. Untuk ukuran yang sama harga plat tembaga lokal Rp 450.000 sedangkan plat tembaga impor Rp 650.000;. Pengusaha lebih mneyukai plat tembaga impor karena plat tembaga lokal tidak tahan panas selain itu terlalu keras sehingga pada saat proses produksi sering merusak mesin.
Bahan baku yang akan digunakan membutuhkan perlakuan khusus untuk
IV-18
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
mencegah pengkaratan. Untuk kawat tembaga misalnya harus dilapisi dengan pernis dan pengusaha dapat melakukannya sendiri.
Pengusaha juga tidak melakukan penyetokan bahan baku plat dan kawat tembaga, jikapun ada maksimal hanya 10% dari pesanan yang akan dikerjakan untuk antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses produksi. Alasan utama pengusaha untuk tidak melakukan penyetokan bahan baku adalah karena IKM umumnya membuat produk berdasarkan pesanan dan produk yang dibuat tidak selalu sama jenisnya sehingga bahan baku yang digunakan akan berbeda pula. Seperti bahan baku untuk membuat transformer berupa kawat tembaga akan berbeda diameternya untuk masingmasing produk (televisi, radio, dll).
Kawat Nikelin merupakan kawat yang tahan panas untuk jangka waktu yang lama serta tidak mudah patah, sehingga digunakan untuk membuat kumparan listrik seperti pada produk magic jar. Hingga saat ini kawat nikelin masih merupakan produk impor dari Jepang, harganya berkisar antara Rp 5 jt/Kg. Bahan lain yang digunakan adalah aluminium foil untuk pelapisnya, bahan ini mudah diperoleh dipasaran karena merupakan produk lokal.
d.Biji Plastik dan PVC Biji plastik digunakan untuk bahan baku pembuatan pesawat telepon ataupun mesin fax. Biji plastik ini juga harus dijaga kelembabannya supaya proses pencetakan mudah dilakukan selain itu produk yang dihasilkan tidak memiliki cacat. PVC adalah bahan baku untuk pembuatan produk magic jar.
e.Partikel board dan NDF Partikel board merupakan ampas/ sisa dari pabrik tebu yang diolah kemudian dipress sehingga membentuk lembaran. Sedangkan NDF berasal dari sisa karton/ kardus yang diolah serta dipress serta membentuk lembaran juga. Pengusaha membeli partikel board di daerah Cibadak atau Madiun, Jawa
IV-19
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Timur. Partikel board memiliki beberapa kualitas, yaitu :
grade A (kualitas baik) dengan harga Rp.55.000/lbr
grade B (kualitas sedang) dengan harga Rp 50.000/lbr
grade C (kualitas rendah) dengan harga Rp 45.000/lbr
Partikel board ini digunakan untuk membuat box speaker aktive CD/VCD. Kualitas partikel board lebih baik dibandingkan NDF. Biasanya untuk tampilan muka boks speaker aktive menggunakan NDF karena lebih licin, sedangkan partikel board untuk bagian sisi-sisinya.
4.1.8.2 Peralatan / Mesin Peralatan yang dimiliki oleh pengusaha bervariasi tergantung pada produk yang dibuat, antara lain : mesin potong, mesin las, mesin bubut, mesin press, mesin freis, mesin ponds, mesin gulung, dsb. Untuk mesin jenis tertentu ada juga yang buatan lokal, namun menurut pengusaha kualitasnya lebih rendah dari mesin impor. Untuk mesin tertentu yang tidak tersedia dipasar lokal, maka pengusaha mengimpor dari luar. Mesin-mesin tersebut umumnya berasal dari Cina, Taiwan, Jepang. Untuk pembelian mesin-mesin impor, barang diterima setelah 3-6 bulan terhitung sejak dipesan .
Untuk produk yang tidak membutuhkan tingkat kepresisian tinggi, pengusaha menggunakan mesin buatan Cina karena harganya lebih murah. Sebagai contoh mesin bubut buatan Cina harganya sekitar 18 juta , jauh lebih murah dibandingkan mesin bubut
Jepang yang berkisar antara Rp 30-40 juta.
Pengusaha membeli mesin bekas seperti mesin penekuk dengan kondisi 7080% dengan alasan bahwa produk yang akan dibuat tidak membutuhkan kepresisian tinggi. Pembelian mesin baru dilakukan oleh pengusaha jika produk yang dihasilkan membutuhkan kepresisian yang tinggi. Sebagian pengusaha bahkan mampu membuat mesin peralatan sederhana seperti mesin pemotong tangan (hand press) dan mesin penekuk. Jika terjadi kerusakan pada mesin, ada pengusaha yang mampu membuat sparepartsnya sendiri.
IV-20
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1.8.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja pada IKM sebagian besar berpendidikan SD, SMP, SLA/STM. Ada juga yang berpendidikan Diploma , S1 bahkan ada juga yang S2. Pekerja umumnya berasal dari masyarakat yang berdomisili disekitar IKM, tapi ada juga yang berasal dari daerah sekitar Bandung seperti Majalaya dan Subang. Untuk perusahaan menengah biasanya dilakukan training terhadap pekerja baru selama 2 minggu selanjutnya akan dimonitor selama 3 bulan dan merupakan masa percobaan. Sedangkan pada industri kecil pekerja baru biasanya dilatih dan dimonitor. Tergantung kepada kerumitan proses pembuatan produk, tapi biasanya setelah 1 bulan mereka akan terlatih dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Sistem pembayaran upah pekerja bervariasi, ada sistem harian, bulanan, dan sistem borongan. Untuk sistem harian, bagi pekerja pemula upahnya sebesar Rp 15.000/hari ditambah uang makan sebesar Rp 6000/hari. Jika bekerja lembur Rp 3000/jam. Ada juga pengusaha yang memberikan upah sebesar Rp 25000/hari dengan tanggungan makan serta penginapan. Untuk sistem borongan, biasanya dilakukan perkelompok dengan sistem pembagian upah ditentukan oleh ketua regunya. Sebagai ilustrasi untuk pengerjaan produk karet pengusaha memberikan upah sebesar Rp 40/ buah. Jika pekerja bisa mengerjakan sebesar 1000 buah/ hari, maka upah yang mereka terima adalah Rp 40.000/hari.
4.1.8.4 Perolehan Teknologi Industri kecil umumnya merupakan industri keluarga yang turun temurun, sehingga secara langsung teknologi yang telah ada mampu dikuasai oleh anak-anaknya. Ada pekerja yang belajar secara otodidak selanjutnya berdasarkan pengalaman mereka dapat melakukan pekerjaan dengan baik, bahkan ada yang kemudian membuka usaha sendiri. Ada juga pengusaha yang secara khusus mendatangkan pekerja yang berasal dari daerah tertentu yang telah dikenal memiliki keahlian pada bidang tertentu, seperti dari Pati
IV-21
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
yang dikenal ahli untuk masalah peleburan dan pemasakan logam kuningan atau sengaja mendatangkan pekerja dari Garut yang ahli dalam bidang perkaretan untuk membantu dalam proses produksi.
Selain itu jika pengusaha membeli peralatan/ mesin khusus dari perusahaan lain, biasanya akan dilakukan training/pelatihan kepada pekerja sehingga secara tidak langsung telah terjadi proses transfer teknologi pada IKM. Selain itu ada juga pengusaha yang mendapatkan pelatihan dari perguruan tinggi seperti ITB (untuk mesin dan kewirausahaan), UNPAD (managemen), PINDAD ( proses pembuatan gambar) serta Departemen Perindustrian berupa praktik pembuatan produk).
4.1.8.5 Produk a. Harga Produk Secara umumnya produk-produk IKM memiliki harga yang cukup kompetitif di pasaran, tetapi kalah bersaing dengan produk Cina yang sejenis di pasaran. Faktor harga ini juga yang menyebabkan banyak konsumen beralih untuk membeli produk impor tersebut. Tingginya harga produk terkait terutama disebabkan oleh penggunaan bahan baku impor . Selain daripada itu karena pengerjaannya banyak yang masih manual
sehingga waktu penyelesaian
menjadi lebih lama, akibatnya biaya produksi akan lebih tinggi. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah adanya kebiasaan di kalangan pengusaha untuk memberikan tips kepada pengangkut barang dari toko, meskipun itu tidak termasuk dalam struktur harga bahan baku hal ini secara tidak langsung turut membebani pengusaha karena akan meningkatkan biaya produksi serta mengurangi profit pengusaha.
b. Kualitas Dari segi kualitas, produk IKM tidak kalah dibandingkan dengan produk impor. Bahkan untuk produk-produk tertentu
perusahaan memberikan
jaminan atas kualitas produk yang telah dibeli oleh konsumen, sehingga
IV-22
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
apabila produk tidak berfungsi dengan baik atau terjadi kerusakan pada produk , maka konsumen dapat mengirimkan barangnya kembali dan pengusaha akan memperbaiki bila terjadi kerusakan atau bahkan mengganti dengan produk baru.
4.1.8.6 Pasar Sejak terjadi krisis moneter dan pengurangan pegawai pada industri-industri besar,. Banyak diantara mereka yang beralih profesi dengan membuka usaha sendiri, terutama pada industri komponen. Sementara pada saat yang bersamaan industri elektronika juga berkurang karena kalah bersaing dengan produk impor terutama yang berasal dari Cina. Akibatnya terjadi penurunan permintaan terhadap produk-produk IKM. Pasar yang semakin menurun ditambah dengan banyaknya pemain-pemain baru mengakibatkan terjadi persaingan yang tidak sehat antar sesama pengusaha, seperti misalnya ada pengusaha-pengusaha tertentu yang berani menurunkan harga dengan tujuan untuk merebut pasar.
Pengusaha mendapatkan pesanan bervariasi, antara 5-7 order setiap bulan, bahkan ada yang setiap hari mendapat pesanan dari konsumen secara perorangan.
Pengusaha juga kadang kala mendapatkan pesanan dari
pengusaha lain yang sejenis (subkontrak). Subkontrak ini dilakukan bila pada saat yang bersamaan sedang mengerjakan pesanan yang jumlahnya banyak sehingga tidak mampu untuk dikerjakan sendiri atau karena adanya keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Tetapi ada juga pengusaha yang tidak mau mensubkontrakkan order dengan alasan bahwa seringkali kualitas produk yang dihasilkan lebih rendah, sehingga akan merusak nama baik pengusaha tersebut, akibatnya konsumen akan berpikir ulang untuk memberikan order lagi.
Cara pembayaran dari konsumen biasanya dilakukan setelah satu bulan pembeli memperoleh barang, bahkan untuk hal-hal tertentu bisa dipercepat
IV-23
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
menjadi 2 minggu. Ini terjadi apabila penjual bahan baku menginginkant masa pembayaran bahan baku dipercepata. Sistem pembayaran seperti ini juga yang menyulitkan pengusaha, terutama pada saat terjadi kenaikan jumlah pesanan. Meskipun modal sudah dinaikkan 3x lipat dari modal awal tetap saja tidak bisa mencukupi untuk menutupi biaya produksi bagi order berikutnya. Produk-produk yang dihasilkan oleh IKM komponen elektronika dibagi atas segmen pasar sebagai berikut : Pasar umum melalui toko-toko atau langsung kepada konsumen baik rumah tangga maupun sesama IKM seperti transformer , speaker aktive, UPS , telpon dan faks , impeler pompa, dll.. Pasar BUMN dan instansi Pemerintah sesuai dengan pesanan atau kontrak pembelian maupun kontrak kerja. Produk yang dipasarkan seperti telpon dan faks. Pasar perusahaan industri besar yang dilayani oleh industri kecil sebagai pemasok dagang, vendor maupun sub-kontraktor. Barangbarang yang dipasarkan terutama berdasarkan job-order antara lain transformer, suspension dan seal (terbuat dari karet) untuk mesin cuci, box speaker aktive , metal parts untuk VCD dan DVD, rotor hift untuk pompa air, dan lain-lain 4.1.8.7 Distribusi Pengusaha umumnya berusaha untuk menyelesaikan pesanan produk tepat waktu. Sebagian pengusaha malah ada yang berusaha untuk mempercepat pekerjaannya dari tenggat waktu perjanjian, misalnya pesanan akan diselesaikan dalam tempo 3 bulan, maka pengusaha akan menyelesaikan dalam tempo 2,5 bulan sehingga produk lebih cepat diterima oleh konsumen dalam waktu 2 minggu. Selain itu kecepatan pengantaran produk ke konsumen juga menjadi pertimbangan oleh pengusaha karena menyangkut kepercayaan yang diberikan oleh konsumen. Akan tetapi ada juga pengusaha yang kadang-kadang tidak bisa menyelesaikan pesanan secara tepat waktu
IV-24
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
dengan alasan ketidak tersediaan bahan baku dipasaran. Atau pada saat yang bersamaan mereka juga sedang mengerjakan pesanan sebelumnya, sehingga terjadi over kapasitas akibatnya pengiriman produk ke konsumen melebihi tenggat waktu perjanjian.
4.1.8.8 Promosi Sebagian besar pengusaha tidak pernah mengikuti pameran industri kecil. Ada beberapa alasan yang menyebabkannya
selain karena tidak adanya
informasi, tidak menjual produk jadi, juga karena adanya rasa solidaritas yang tinggi antar sesama pengusaha. Untuk kasus tertentu bahkan ada pengusaha yang pernah mengikuti pameran industri kemudian dikucilkan oleh sesama pengusaha.
4.2 PENGOLAHAN DATA 4.2.1. Teknologi Pengolahan data teknologi berdasarkan kriteria generik dari ESCAP. Dengan menilai batasan dari tiap-tiap komponen teknologi serta state of the art komponen teknologi, diperoleh nilai koefisien kontribusi teknologi (TCC) yang menentukan posisi teknologi dari masing-masing industri. Data mentah dari penilaian kandungan dapat dilihat pada lampiran B.
4.2.1.1 Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran yang mengindikasikan stabilitas dan kekonsistenan alat ukur. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas yang tinggi berarti bahwa pengukuran tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten (reliable) dan dapat memberikan hasil yang relatif sama jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda (Sekaran, 2002). Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien
reliabilitas. Pengujian keandalan alat ukur
menggunakan koefisien keandalan -Cronbach. Secara teoritis, besarnya
IV-25
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
koefisien reliabilitas berkisar antara 0-1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70 (Yosi, 2003). Koefisien reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya. Bila terdapat suatu alat ukur yang digunakan dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan hasil kedua pengukuran adalah sama maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel. Nilai reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.6 .
Tabel 4.6 Nilai reliabilitas dari alat ukur Nilai -Cronbach
Variabel Technoware Humanware
0,719 - pekerja
0,731
- supervisi
0,779
- manager
0,726
- staf litbang
0,735
Inforware
0,723
Orgaware
0,793
4.2.1.2 Bobot Teknologi Nilai Kontribusi Komponen Teknologi Nilai Kontribusi Komponen Teknologi berdasarkan pengelompokan industri seperti yang terdapat pada lampiran , memperlihatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Nilai Kontribusi Teknologi dari Masing-masing Kelompok Industri Kelompok Industri
Nama Perusahaan
Nilai Komponen Teknologi T
ISIC 25912 ISIC 28920
PD. PLT Home Ind. 1 PT. F PD. GM PD. SW CV. ACK PD. IT
0.33 0.25 0.36 0.31 0.29 0.35 0.23
H 0.41 0.41 0.41 0.39 0.38 0.38 0.40
I 0.25 0.19 0.28 0.20 0.20 0.25 0.16
O 0.33 0.24 0.39 0.23 0.22 0.38 0.22
IV-26
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
ISIC 29320 ISIC 31103
ISIC 31300 ISIC 31509 ISIC 32200 ISIC 32200 ISIC 36999
ISIC 37100
PD. AT PD. LHMI CV. GLT PD. PGM CV. PK CV. R PT. JS PT. ABS UD. JBS E PT. SJ PD. HT PD. S PT. CM PD. PPE PT. CBP PT. EDPN PT. NRA PD. DE PD. JM PD. JR Home Ind. 2 PT. PCIN UD. IL UD. DS UD RJ
0.37 0.33 0.31 0.31 0.31 0.31 0.48 0.24 0.24 0.31 0.32 0.30 0.24 0.23 0.25 0.60 0.33 0.33 0.23 0.23 0.23 0.44 0.30 0.28 0.29
0.53 0.43 0.42 0.37 0.47 0.36 0.54 0.40 0.49 0.40 0.40 0.42 0.42 0.34 0.47 0.52 0.46 0.47 0.37 0.37 0.37 0.40 0.41 0.38 0.38
0.25 0.24 0.25 0.24 0.26 0.21 0.26 0.26 0.19 0.24 0.20 0.21 0.28 0.23 0.28 0.39 0.26 0.25 0.18 0.19 0.20 0.39 0.21 0.20 0.20
0.3 0.37 0.41 0.32 0.5 0.43 0.61 0.36 0.31 0.34 0.31 0.36 0.42 0.24 0.39 0.77 0.19 0.32 0.24 0.34 0.24 0.54 0.35 0.23 0.32
Nilai Intensitas Kontribusi Teknologi. Penggunaan rata-rata geometrik dilakukan dengan pertimbangan bahwa tipe dari
masing-masing komponen teknologi yang terdapat pada Industri Kecil
Menengah (IKM) komponen elektronika tidak jauh berbeda sehingga pendekatan yang digunakan adalah nilai rata-ratanya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan nilai rata-rata geometrik diperoleh hasil untuk intensitas kontribusi ( ) dari masing-masing kelompok industri sebagai berikut:
Tabel 4.8 Nilai Intensitas Komponen Teknologi untuk Masing-masing Kelompok Industri
IV-27
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Kelompok Industri Nilai Intensitas Kontribusi Teknologi βt
βh
βi
βo
ISIC 25192
0.292
0.294
0.289
0.118
ISIC 28920
0.319
0.262
0.234
0.185
ISIC 29302
0.526
0.165
0.158
0.151
ISIC 31103
0.364
0.272
0.228
0.137
ISIC 31300
0.414
0.268
0.166
0.152
ISIC 31509
0.329
0.289
0.195
0.187
ISIC 32200
0.265
0.233
0.281
0.222
ISIC 32300
0.410
0.216
0.198
0.176
ISIC 36999
0.333
0.266
0.252
0.149
ISIC 37100
0.328
0.224
0.236
0.212
Koefisien Kontribusi Teknologi Nilai Koefisien Kontribusi Teknologi untuk masing-masing kelompok industri dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Koefisien Kontribusi Teknologi Masing-masing Kelompok Industri Kelompok Industri Nama Perusahaan ISIC 25192 ISIC 28920
ISIC 29302
Home Industri 1 PT PLT CV ACK PD GM PD IT PT F PT SW PD AT PT JS CV R CV GLT PD PGM PT PK LHMI PT ABS UD. JBS E
Koefisien Kontribusi Teknologi (TCC) 0.26 0.32 0.33 0.25 0.24 0.35 0.26 0.35 0.44 0.31 0.33 0.29 0.35 0.31 0.31 0.27
IV-28
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
ISIC 31103
ISIC 31300 ISIC 31509 ISIC 32200 ISIC 32300 ISIC 36999
ISIC 37100
PT SJ PT HT PD S PT CM PT PPE PT CBP PT EDPN PT NRA PD DE PD JM PD JR Home Industri 2 UD IL UD DS UD RJ PT PCIN
0.31 0.30 0.31 0.31 0.25 0.33 0.56 0.30 0.33 0.24 0.26 0.25 0.29 0.26 0.28 0.41
IV-29