49
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahap Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT. MYR memprodusi puluhan jenis produk makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari dari beberapa group yang berbeda-beda. Mengingat begitu banyaknya item produk yang diproduksi PT. MYR, maka penulis memilih salah satu produk yang saat ini sedang berkembang pesat yaitu produk A. diharapkan dengan memilih produk ini, dapat membantu PT. MYR dalam mengidentifikasi kemungkinan terbesar penyebab terjadinya penggunaan coklat menjadi over. 4.1.2 Flow Proses Pembuatan Produk a. Penerimaan Bahan Baku dari Suplier Bahan baku yang diterima dari supplier merupakan bahan-bahan dasar dalam pembuatan produk yang berupa adonan sheet, bahan untuk pembuatan cream, bahan untuk pembuatan caramel, bahan untuk pembuatan coklat dll. Bahan-bahan yang diperlukan tersebut antara lain: Terigu, Premix, cocoa butter, gula halus, gula cair, susu cair, susu full cream, mentega dsb. b. Pengecekan RM oleh Quality Control
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Sebelum diproses, RM yang datang dari supplier harus melalui uji laboratorium terlebih dahulu untuk memastikan produk tersebut aman dan layak untuk dikonsumsi. c. Proses Mixing Mixing merupakan proses yang bertujuan untuk mencampur bahan baku / RM hingga menjadi homogen sesuai dengan standar yang ditetapkan dan siap untuk dilakukan proses berikutnya. d. Sieving & storage batter Sieving merupakan proses yang bertujuan untuk menyaring adonan agar terpisah dari cemaran dan selanjutnya akan ditampung di storage batter. e. Baking Baking merupakan proses pemasakan adonan dengan menggunakan dry heat sehingga menghasilkan output (lembaran sheet/opak) sesuai standar. f. Arch Cooler Arch cooler atau tangga opak (sheet) berfungsi untuk mengkondisikan suhu sheet sesuai dengan suhu ruangan (± 380C). g. Creaming Adalah proses pemberian cream dan pelapisan sheet menjadi “book” (4 lembar). h. Cooling Box Bertujuan untuk mendinginkan book agar cream lebih merekat dengan sheet dan kering dengan temperature ( 8-12 ) derajat celcius. i. Cutting
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Proses pemotongan book cream menjadi beberapa bagian pcs. j. Enrobing caramel Proses coating wafer dengan menggunakan caramel. k. Cooling table Merupakan proses pendinginan lapisan wafer caramel dengan crispy agar caramel dapat mengeras dan tidak menempel di jalur conveyor. l. Enrobing cokelat Proses coating chocolate dan proses blowing untuk mendapatkan standar berat yang diinginkan. m. Metal detector Metal detector adalah mesin yang digunakan untuk mendeteksi cemaran logam dari produk. n. Wrapping dan Finishing Proses
pengemasan
produk
dengan
menggunakan
packaging
material
(cellophane), pengemasan kedalam gift box, dan karton.
4.2 Tahap Pengolahan Data 4.2.1 Penerapan metode QCC Dari tahapan-tahapan proses pembuatan produk yang saya jelaskan sebelumnya, saya hanya melakukan penelitian pada proses Enrobing Coklat saja. Sehingga penerapan metode quality control circle yang akan saya jabarkan hanya mencakup proses tahapan coating coklat saja, pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
pembuatan produk A. Adapun langkah-langkah penerapan metode quality control circle yang akan dijabarkan diproses produksi, adalah sebagai berikut : 4.2.1.1. Menentukan Pokok Permasalahan Dari hasil penelitian yang saya lakukan dibagian Enrobing coklat, maka saya menentukan pokok permasalahan yaitu, “MENGURANGI REJECT COKLAT PADA PRODUK A DENGAN METODE QCC DI PT. MYR” 4.2.1.2. Analisa Data & Mencari Penyebab 1. Analisa Data Data tiga bulan pemakaian coklat (sebelum perbaikan) dari bulan Juli 2015 s/d September 2015.
Tabel 4.1 Data Reject Coklat bulan Juli s/d September 2015 NAMA REJECT
AVERAGE JUL-SEPT (KG)
Cokelat Sortir
375,97
Cokelat Packing
635,74
Cokelat BS QC
9,89
Cokelat Kerokan
45,24
Real Cokelat
34,04
Total
1.100,87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Berdasarkan data di atas reject cokelat packing merupakan jumlah terbanyak dalam pemakain coklat, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyumbang terbesar reject cokelat adalah reject cokelat packing. 2. Mencari Penyebab Untuk mencari penyebab dari pokok permasalahan digunakan aplikasi diagram “Fish Bone”.
Gambar 4.1 Diagram Fish Bone Mencari Penyebab Masalah 4.2.1.3 Analisa Penyebab (Menentukan Penyebab Dominan) Berdasarkan penyebab-penyebab yang ditemukan pada langkah ke-2, yang berkaitan dengan pokok permasalahan sebelumnya. Maka pada langkah ke-3 ini, penyebab-penyebab tersebut dipersempit ruang lingkupnya atau keterkaitannya dengan pokok permasalahan. Sehingga pada langkah ketiga ini adalah menganalisa penyebab-penyebab tersebut, untuk menentukan penyebab yang paling dominan ruang lingkup atau keterkaitannya dengan pokok permasalahan yang diambil / ditentukan sebelumnya pada langkah pertama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Adapun penyebab yang paling dominan dari penyebab-penyebab yang ada di diagram fish bone tersebut, maka ditemukan penyebab utama yaitu temperatur coklat pada enrober coklat tinggi dengan temperatur mencapai 31-33 derajat celcius sedangkan standar untuk temperatur coklat yang baik adalah 29-30 derajat celcius. Dengan temperatur coklat
yang tidak standar tersebut, dapat
menyebabkan lapisan coklat akan lembab dan menempel dijalur conveyor dan mesin packing. Tabel 4.2 Root Cause dari diagram fish bone
4.2.1.4 Rencana Perbaikan Untuk rencana perbaikan menggunakan tabel 5W+1H, yaitu dengan menjabarkan penyebab dominan yang telah disebutkan pada langkah ketiga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Tabel 4.3 Rencana Perbaikan What
Why
How Sumber udara untuk
Where
When
Who
Line 16
Akhir minggu
Tekhik Utility
UB3A
ke-3
& Maintenance
Temperatur
Coklat
coklat
tidak beku
blower pada enrober
tinggi
(lembab)
coklat diambil dari
September
ruang cooling table,
2015
sehingga angin pada blower enrober coklat tidak bersuhu tinggi Memasang selang flexible dari ruang cooling table ke input angin blower enrober coklat
4.2.1.5 Melaksanakan Perbaikan Dalam melaksanakan perbaikan ada beberapa hal yang dilakukan berdasarkan rencana perbaikan yang telah ditentukan sebelumnya pada langkah keempat. Adapun yang ditetapkan dalam langkah perbaikan adalah Memasang selang flexible dari ruang cooling table ke input angin blower enrober coklat sehingga angin yang disemprotkan ke enrober coklat tidak bersuhu tinggi. 4.2.1.6.1 Periksa Hasil Perbaikan Langkah periksa hasil perbaikan adalah meneliti hasil perbaikan dengan membandingkan data sebelum perbaikan dengan data sesudah perbaikan, untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
melihat peningkatan hasil produksi bila ada peningkatan hasil produktivitas kerjanya, atau penurunan biaya bila ada penekanan jam kerja pada proses produktivitas kerjanya. Adapun pemeriksaan hasil perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data Hasil Produksi Bulan Juli 2015 s/d September 2015
Tabel 4.4 Data Reject Coklat Produk A Sebelum Perbaikan NAMA REJECT
AVERAGE JUL-SEPT (KG)
Cokelat Sortir
375,97
Cokelat Packing
635,74
Cokelat BS QC
9,89
Cokelat Kerokan
45,24
Real Cokelat
34,04
Total
1.100,87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
2. Data Hasil Produksi Bulan Oktober 2015 ( Sesudah perbaikan )
Tabel 4.5 Data Hasil Reject Coklat Produk A Sesudah Perbaikan NAMA REJECT
TOTAL OKTOBER (KG)
Cokelat Sortir
540,09
Cokelat Packing
589,32
Cokelat BS QC
11,28
Cokelat Kerokan
54,11
Real Cokelat
67,63
Total
1.262,43
GRAFIK PERBANDINGAN REJECT COKELAT PACKING L.16 OKTOBER 2015 ( KG ) 640.00
635.74
620.00 600.00
589.32
580.00 560.00 Average Jul-Agut
Okto Packing
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Reject Coklat Sebelum dan Sesudah implementasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
EVALUASI PERSENTASE PENGGUNAAN COKELAT REJECT PACKING JULI-OKTOBER 60.64%
70.00% 60.00%
56.90%
55.27%
46.68%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Juli
Agustus
September
Oktober
Packing
Gambar 4.3 Grafik persentase pemakaian coklat bulan juli-oktober 2015
Kesimpulan yang didapat dari perbandingan data sebelum dan sesudah perbaikan diatas adalah produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar kualitas, hal ini dapat dilihat dari penurunan reject cokelat packing. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa selama bulan Oktober 2015 reject cokelat packing mengalami penurunan 10,22 % jika dibandingkan bulan September 2015 , hal ini dikarenakan karena temperatur cokelat pada mesin enrober sudah sesuai dengan standar ( 29 – 30 o C ).
4.2.1.7 Standarisasi Adapun hal-hal perubahan perbaikan QCC yang dilakukan, setelah melalui tahap pemeriksaan hasil perbaikan dan berhasil dalam perbaikannya, maka perlu distandarkan perubahan tersebut. Hal-hal yang menjadi standarisasi pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
perbaikan QCC dari pokok permasalahan yang diulas adalah dengan memasang selang flexibel pada lubang blower dan di arahkan ke ruang cooling table yang bersuhu 24 o C agar angin untuk meniup cokelat menjadi tidak panas (Suhu cokelat menjadi 29-30 o C).
Gambar 4.4 Mesin Enrober Coklat setelah implementasi
4.2.1.8 Menentukan Masalah Berikutnya Untuk perbaikan QCC selanjutnya bagian produksi menentukan masalah berikutnya dengan mengadakan diskusi kolompok (brainstorming). Sehingga team / kelompok QCC departemen produksi ub3a sepakat mengambil masalah berikutnya yang akan dilakukan perbaikan dengan metode QCC adalah ” Mengurangi Reject Coklat Yang Terdapat Pada Mesin Packing ”
http://digilib.mercubuana.ac.id/