BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data Penelitian dilakukan di Departemen Production Engenering Control PT. X dengan proses CNC Milling Machine sebagai objek penelitiannya. 4.1.1 Deskripsi Mesin Frais CNC (CNC Milling Machine) CNC Milling Machine adalah salah satu dari jenis mesin perkakas yang berfungsi untuk melakukan pemotongan serta pembentukan terhadap material (seperti baja) sesuai dengan bentuk yang diinginkan dimana prinsip dasarnya ialah alat potong (cutting tools) berputar sedangkan benda kerja (workpiece) atau material yang dipotong diam (tercekam). Proses kerja CNC Milling Machine adalah sebagai berikut:
33
Ambil Benda Kerja
Proses Mesin
Membuka Clamp
Clamp Benda Kerja
Cek Proses Mesin
Transfer Material
Cek Alat Potong
Visual Cek NG OK
Setting Kelurusan Benda Kerja
NG
Cek Dimensi OK
Setting Basic (X, Y, Z)
Membersihkan Scrap
Gambar 4.1 Flow chart Proses kerja CNC Millling Machine a. Proses Persiapan Pada proses persiapan untuk CNC Milling Machine meliputi : - Ambil Material Benda kerja yang akan diproses diambil dari area persiapan dengan menggunakan alat bantu Handliftt. Handliftt tersebut digerakkan dengan cara didorong dan ditarik, dan material di taruh di meja kerja CNC Milling Machine untuk proses pencekaman (clamping).
34
- Clamp Material Material dicekam (clamp) dengan menggunakan baut clamp,baut clamp dikencangkan dengan menggunakan kunci pas atau kunci ring. - Cek alat potong (cutting tools) Alat potong (cutting tools) dicek ukurannya (tinggi, diameter, radius) sesuai dengan verifikasi program yang telah dibuat oleh programmer. - Setting Kelurusan Benda Kerja Benda kerja di seting kelurusannya dengan menggunakan dial indicator, yang bertujuan benda kerja ketika di proses CNC Milling Machine dalam posisi tegak lurus, sehingga hasil akhir proses sesuai dengan gambar kerja. - Setting Basic Setting Basic untuk sumbu (X, Y, dan Z) sesuai dengan verifikasi program. b. Proses Mesin Pada saat proses, mesin bergerak secara otomatis sesuai dengan perintah program yang telah di setting terlebih dahulu. Dalam proses mesin otomatis dilakukan pengontrolan visual jalannya program secara periodik. Setelah program mesin selesai, mesin secara otomatis berhenti dan lampu indicator hidup, memberikan tanda kepada operator bahwa proses milling telah selesai. c. Proses Selesai Pada saat selesai proses meliputi :
35
- Pengecekan visual profil Pengecekan visual bertujuan untuk melihat hasil proses pemotongan CNC Milling Machine telah sesuai dengan gambar kerja yang diberikan. - Pengecekan ukuran benda kerja Pengecekan ukuran benda kerja bertujuan untuk melihat ukuran benda kerja yang telah diproses telah sesuai dengan gambar kerja yang diberikan, alat ukur yang digunakan antara lain : jangka sorong (vernier caliper), dan micrometer. Ukuran yang diukur adalah critical point dari poin penunjukan ukuran di gambar kerja. - Membersihkan scrap sebelum turun dari mesin Setelah memastikan bahwa visual dan ukuran telah sesuai dengan gambar kerja, benda kerja dibersihkan dari scrap / hasil potong CNC Milling Machine dengan menggunakan kuas. - Membuka clamping mesin Setelah bersih dari chip /scrap, benda kerja dibuka cekamannya untuk dipindahkan dari mesin ke area selesai proses. - Memindahkan benda kerja dari meja kerja ke area selesai proses. Benda kerja dipindahkan ke area selesai proses CNC Milling Machine dengan menggunakan Handliftt. d. Kegiatan Non Rutin Proses kegiatan non rutin dari CNC Milling Machine adalah kegiatan 5S (Cleaning), dalam kegiatan ini operator melakukan pengambilan scrap dari hasil proses milling di penampungan scrap mesin, untuk dibuang ke tempat
36
penampungan scrap. Pada saat 5S (Cleaning), CNC Milling Machine dalam keadaan mati (Off) untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 4.1.2 Identifikasi bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. (Tarwaka, 2008) Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut. Adapun daftar contoh daftar bahaya risiko dan efek bahaya yang terdapat pada PT. X dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.1 Daftar Bahaya Risiko NO. A. 1
BAHAYA KESEHATAN FISIK : a. Kebisingan
RISIKO
Sakit Kepala (Pusing) Hilang konsentrasi STS (Significant Treshold Shift) NIHL (Noise Induced Hearing lost)
b. Temperatur ekstrim : - Panas
Kram Otot Dehidrasi Heat Stress Heat Stroke
- Dingin
c. Getaran : - Tangan dan lengan (Hand Arm Vibration)
Gangguan Pernafasan Mimisan Chilblain
Keterangan
Pendengaran berkurang, tidak bisa mendengar suara yang pelan / berbisik Hilang pendengaran (Tuli Permanen)
Stress, kehilangan konsentrasi akibat udara panas > 28 oC Kerusakan saraf pusat yang menyebabkan stroke akibat suhu > 40 oC Batuk, Flu Gatal-gatal karena udara dingin (kaligata)
Kesemutan Persendian kaku white finger
Nyeri di telapak tangan, syaraf tangan terganggu, permukaan kulit memutih
Bersambung ke halaman berikutnya…………
37
Lanjutan halaman sebelumnya….. - Seluruh tubuh (Whole Gangguan pencernaan Body Vibration) Gangguan syaraf Arthritis d. Iluminasi Gangguan visus e. Radiasi : - Sinar UV, infra red Computer Visual syndrome (CVS)
2
- Elektromagnet dan listrik KIMIA : a. Lead (Pb) b. Cadmium (Cd)
c. Chromium d. Benzene e. Toluene f. Xylene g. Dust (Debu) h. Isosyanate I. Methanol j. Nickel (Ni) k. Metil Etil Keton (MEK) I. Cyclopentane m. Alumunium n. Tin o. Styrene
3
4
p. Formaldehid BIOLOGI a. Vektor (nyamuk, lalat, tikus, serangga) b. Jamur c. Bakteri
d. Virus ERGONOMI : a. Desain alat / tempat kerja
Katarak Optic Nerve Damage (glaucoma) Kerusakan jaringan mata dan kulit
Anemia Gangguan reproduksi Gangguan ginjal mild asthma kanker paru Hipertensi Kanker paru, kerusakan ginjal Leukimia Liver, kerusakan ginjal Liver, kerusakan ginjal Pneumokoniosis Pulmonary edema, asma Ledakan Kerusakan saraf penglihatan (kebutaan) Kanker paru dan rongga hidung Dermatitis
Mual, kembung Pusing, insomnia Kerusakan sendi dan otot (nyeri sendi) Penglihatan kurang tajam (minus/plus) Kerusakan mata akibat menatap layar komputer atau display terus menerus Kebutaan
Asma ringan
Gangguan sistem syaraf pusat Fibrosis paru Iritasi sistem pernafasan Possible liver injury, efek pada reproduksi Kanker rongga hidung Vector Borne Disease
contoh: DBD, malaria, wabah tomcat
Dermatitis, keracunan makanan Tuberculosis (TBC), Bronkitis, keracunan makanan Hepatitis, Bronkitis, Avian Flu, AIDS, Frozen shoulder
Pembengkakan pada pundak karena pundak terangkat terus menerus
Bersambung ke halaman berikutnya…………
38
Lanjutan halaman sebelumnya….. b. Sikap kerja Myalgia Tennis Elbow Tendinitis c. Repetitive work
Carpal Tunner Syndrome (CTS) Trigger finger
d. Manual Handling
Low back pain (LBP) Hernia Nucleus Purposus (HNP)
B.
KESELAMATAN : a. Terpukul/terbentur b. Tertumbuk c. Terjatuh d. Terjepit e. Terpotong f. Tertimpa g. Terkoyak/tersangkut h. Terhimpit i. Tergores/tersayat j. Tertusuk k. Terbakar l. Kontak dengan listrik
Pegal-pegal pada leher, pundak, tangan dan kaki Nyeri pada siku karena tangan memutar ekstrim dan pergelangan menekuk Pembengkakan pada tendon karena pergelangan tangan terus menekuk Nyeri di pergelangan tangan karena pergelangan bergerak terus menerus Nyeri pada ujung jari karena jari menekan berulang-ulang Sakit Pinggang dan kaki karena proses angkat angkut yang berat Sakit pinggang, tulang belakang, dan kaki karena trauma/kecelakaan
Luka (sayat, gores, memar) Keseleo Patah tulang, Amputasi Cacat Mati Luka (sayat, gores, tusuk, memar) Luka (sayat, gores, tusuk, memar) Cacat, Mati Luka (sayat, gores) Luka tusuk Luka bakar Syok, kerusakan jaringan tubuh, mati
Sumber : PT. X, 2008
4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Penilaian Risiko (Risk Assessment) Dari hasil penelitian penilaian risiko yang dilakukan PT. X mengacu pada prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian yaitu prosedur nomer ESP-3.1-2 revisi 1. Penilaian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 3 aspek penting diatas yaitu keparahan (severity) , keseringan (frequency) dan peluang (probabilitas).
39
Untuk melakukan pengolahan data penilaian risiko, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan penilaian atas severity, frequency, dan probabilitas dari masing- masing potensi bahaya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Selanjutnya dilakukan pengkategorian klasifikasi risiko untuk tujuan menetapkan upaya pengendalian. Standar penilaian risiko yang terdapat pada PT. X adalah sebagai berikut : 1. Severity Nilai standar severitas yang ditetapkan oleh perusahaan untuk standar penilaian risikodapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.2 Nilai Severity Skor
Kategori
Risiko Bahaya
Keterangan
Fisik
0
No injury/ill heath
Tidak menimbulkan luka/gangguan kesehatan
1
Slighly Injury/ill health
Menimbulkan gangguan namun tidak mempengaruhi aktivitas kerja atau menimbulkan ketidakmampuan
2
Minor Injury/ill health
Mempengaruhi aktivitas kerja
3
Major Injury/ill health
4
Permanent total Menyebabkan kerusakan disability or yang bersifat tidak dapat fatality balik kembali dengan
Multiple fatality
optic nerve damage (kebutaan), heat stroke,
Menyebabkan ketidakmampuan massal
Biologi
Dermatitis, gangguan Dermatitis pernafasan (sesak nafas ringan), pusing, mual
Asthma, Hipertensi, Persendian kaku, Gangguan visus, heat stress, Computer Visual syndrome (CVS), Kerusakan jaringan mata dan kulit Menyebabkan NIHL, White Gangguan ginjal ketidakmampuan tetap Finger, katarak, (proteinuria), sebagian atau mempengaruhi Arthritis Pulmonary Fibrosis aktivitas kerja dalam waktu (fibrosis paru), yang lama Pneumokoniosis, Anemia,
ketidakmampuan serius atau kematian 5
Sakit kepala, , Dehidrasi, Mimisan, Batuk, Flu, Chilblain, Kesemutan, Mual, Kembung, STS, Kram Otot,
Kimia
Vector Borne Disease (DBD, malaria), Tuberculosis, bronkhitis
Ergonomic
Myalgia, tennis elbow, Lecet, luka gores, memar, syok (kesetrum) Low Back Pain (LBP), luka robek, luka CTS, Tendinitis sayat, luka tusuk,
Hepatitis, Avian Flu, Frozen shoulder syndrome, trigger finger, HNP
Gangguan reproduksi, AIDS Kanker, leukimia, liver, kerusakan ginjal, Pulmonary edema, Kerusakan syaraf,
Safety
Amputasi, patah tulang, luka bakar <50%,
Perubahan postur luka bakar tubuh (membungkuk) >50%, meninggal
Ledakan bahan kimia Keracunan massal,
Kebakaran
Sumber: PT. X, 2004 2. Frequency Frequency merupakan keseringan kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan. Nilai Frequency yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
40
Tabel 4.3 Nilai Frequency Skor
Frekuensi Pemaparan
1
Tahunan
2
Bulanan
3
Mingguan
4
Harian Sumber : PT. X, 2004
3. Probability Probability merupakan kemungkinan terjadinya insiden atau dampak yang mengakibatkan cidera, PAK, kerusakan harta benda atau dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan. Nilai Probability yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.4 Nilai Probability Kesehatan (Health) Skor
Kategori
Fisik dan Kimia
0
Sangat rendah
Paparan tidak terdeteksi
1
Rendah
Paparan
2
Sedang
Paparan mendekati TLV (>75% TLV)
Biologi Tidak ada paparan biologi Intensitas paparan rendah dan terkendali Intensitas paparan tinggi dan pengendalian sedang
Keselamatan (Safety)
Ergonomi Tidak ada faktor risiko postur janggal 1 faktor risiko postur janggal
2 faktor risiko postur janggal
-
Tidak ada dan atau ada 1 insiden/kecelakaan dalam satu tahun Ada 2 insiden/kecelakaan dalam satu tahun
Bersambung ke halaman berikutnya....
41
Lanjutan halaman sebelumnya.... 3
Tinggi
Paparan > TLV
4
Sangat tinggi
Paparan jauh diatas TLV
Intensitas paparan tinggi dan pengendalian kurang Intensitas paparan sangat tinggi dan pengendalian minim atau tidak ada
3 faktor risiko postur janggal
Ada 3 insiden/kecelakaan dalam satu tahun
4 faktor risiko postur janggal
Ada >3 insiden/kecelakaan dalam satu tahun
Sumber : PT. X, 2008
Dalam menilai ada atau tidaknya faktor janggal pada bahaya ergonomic terdapat standar untuk melakukan penilaian tersebut. Adapun standar penilaian bahaya ergonomic yang ditetapkan oleh PT. X adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Matrix penilaian risiko bahaya ergonomic Faktor 1. Posisi tubuh - membungkuk - memutar - membentuk sudut 2. Beban (referensi NIOSH) 3. Durasi 4. Frekuensi
Kriteria > 200
> 9 kg > 10 detik > 2x / menit
Sumber : PT. X, 2008 Setelah mengetahui nilai standar saverity, frequency, dan probability dalam melakukan penilaian risiko bahaya, kemudian dilakukan penilaian risiko atas potensi bahaya proses CNC Miiling Machine yang telah teridentifikasi dengan formula penilaian risiko yang digunakan oleh PT. X adalah sebagai berikut : Risiko = Severity x Frequency x Probability atau R = S x F x P
42
Setelah dilakukannya penilaian risiko dari masing-masing potensi bahaya yang telah diperoleh, kemudian dilakukan penentuan risiko kedalam kriteria klasifikasi risiko yang tidak dapat diterima (non acceptable risk) dan risiko yang dapat diterima (acceptable risk) sehingga dapat dilakukan penentuan metoda pengendalian bagi risiko yang tidak dapat diterima. Adapun klasifikasi risiko yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 Klasifikasi Nilai Risiko Total Skor
Regulatory & Other Requirement
Risiko
Comply (code: )
Dapat Diterima
<12
>12
Not Comply (code: )
Tidak Dapat Diterima
Comply
Tidak Dapat Diterima
Keterangan Monitoring pengendalian yang ada. Tidak diperlukan pengendalian tambahan Perlu dilakukan review mengenai keefektifan pengendalian dan atau pengendalian tambahan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko Perlu dilakukan review mengenai keefektifan pengendalian dan atau pengendalian tambahan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
Sumber : PT. X, 2011 4.2.3 Pengendalian Risiko Setelah bahaya teridentifikasi maka potensi bahaya yang ada harussegera dikendalikan, hal ini bertujuan untuk menurunkan tingkat risikoyang mungkin timbul. Metode pengendalian risiko yang diterapkan sesuaidengan hierarki pengendalian bahaya menurut OHSAS 18001 : 2007 yangterdiri dari eliminiasi, subtitusi, rekayasa teknis, administrasi dan alatpelindung diri (APD). Dalam melakukan langkah identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian dapat dirangkum diagram alir berikut ini :
43
Identifikasi bahaya yang mungkin
Identifikasi bahaya dari perubahan
terjadi pada kegiatan rutin, kegiatan
atau pertambahan aktifitas.
non-rutin dan situasi darurat.
Penilaian risiko dari setiap bahaya
Penilaian risiko dari setiap bahaya
Penentuan risiko yang tidak dapat
Penentuan risiko yang tidak dapat
diterima
berdasarkan
diterima
berdasarkan
risiko,
peraturan
risiko,
peraturan
perkiraan permintaan
perkiraan permintaan
perusahaan dan permintaan pihak
perusahaan dan permintaan pihak
terkait
terkait
Penentuan risiko yang tidak dapat
Penentuan risiko yang tidak dapat
diterima berdasarkan total skor
diterima berdasarkan total skor
risiko :
risiko :
Skor : <12 (dapat diterima)
Skor : <12 (dapat diterima)
Skor : >12 (tidak dapat diterima)
Skor : >12 (tidak dapat diterima)
Penentuan metoda pengendalian bagi risiko yang tidak dapat diterima
Gambar 4.2 Diagram Alir Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sumber : PT. X, 2008
44