BAB IV ANALISIS PENERAPAN SKORSING POIN UNTUK MELATIH KEDISIPLINAN SISWA DI MTS SALAFIYAH SIMBANG KULON II PEKALONGAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada penerapan skorsing poin untuk melatih kedisiplinan siswa di MTs Salafiyah Simbang Kulon II Pekalongan penulis akan menganalisis mengenai pemberian skorsing poin terhadap pelanggaran di sekolah, faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan skorsing poin di MTs Salafiyah Simbang II Kulon Pekalongan. A.
Penerapan Skorsing Poin untuk Melatih Kedisiplinan Siswa di MTs Salafiyah Simbang Kulon I Pekalongan. 1. Bobot Skorsing Poin Pemberian bobot skorsing poin di MTs Salafiyah Simbang Kulon II sudah disesuaikan dari kategori yang ringan sampai yang berat. Ada empat kategori dalam pemberian bobot skorsing poin. Pemberian bobot skorsing kategori ringan yaitu kategori pertama yang mendapatkan 2 poin. Kategori ini merupakan pelanggaran yang sering dilanggar oleh siswa. Sehingga dengan pemberian skorsing poin siswa akan terbiasa melakukan peraturan sekolah dari hal yang terkecil yang sering dilakukan setiap hari. Kategori kedua bobot skorsing poin yaitu mendapatkan 4 poin bagi yang melanggar peraturan. Kategori ini mengajarkan siswa untuk sopan santun dan memiliki rasa tanggungjawab
77
78
yang harus dilaksanakannya. Pada kategori kedua sangat dibutuhkan kesadaran oleh setiap siswa untuk mematuhi peraturan sekolah. Kesadaran pada setiap siswa mengajarkan untuk selalu bersikap jujur. Dengan demikian tidak akan ada siswa yang dapat melindungi temannya yang bersalah. Berperilaku sederhana, siswa dapat menjaga tangan, kaki dan mulutnya juga tidak melakukan kekerasan merupakan tujuan dari kategori yang ketiga yaitu mendapatkan 10 poin bagi yang melanggar peraturan sekolah. Kategori yang terakhir yaitu kategori ke empat mendapatkan 80 poin. Kategori ini merupakan pelanggaran yang mengajarkan siswa dalam berbagai hal, seperti kejujuran, kepatuhan dan anti kekerasan. 2. Tahapan-Tahapan Pemberian Skorsing Poin Tahapan pemberian skorsing poin melalui sosialisasi ke dalam kelas dan pemberian surat pernyatan sangat memperjelas bagaimana pelaksanaan skorsing poin yang akan diterapkan di sekolah. Semua pihak baik dari sekolah maupun keluarga mengetahui pelaksanaan kebijakan dari sekolah agar keluarga juga membantu proses pelaksanaan skorsing poin tersebut. Sosialisasi, pemberian surat pernyatakan dan buku panduan yang baru akan diberikan lagi apabila ada perubahan pemberian poin. Sebelum ada perubahan pemberian poin maka akan diadakan rapat terlebih dahulu. Perubahan ini bertujuan untuk mendapatkan perilaku siswa yang lebih baik.
79
Surat pernyataan yang diberikan kepada orang tua yang berisi tentang pernyataaan persetujuan dengan adanya bukti tanda tangan orang tua dan tanda tangan guru BK. Surat pernyataan selain berisi persetujuan orang tua, sebaiknya ada kolom khusus yang berisi tentang kritik atau saran untuk sekolah yang bertujuan untuk mengungkapankan ide atau saran dari orang tua murid. Dengan demikian, pihak sekolah akan lebih mengetahui bagaimana sikap atau respon dari orang tua murid dan menjadikan pelaksanaan skorsing poin lebih efektif. 2. Evaluasi Pemberian Skorsing Poin Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sebuah keberhasilan. Evaluasi skorsing poin yang dilaksanakan di MTs Salafiyah Simbang II Kulon Pekalongan untuk mengetahui sikap atau perilaku anak terhadap kepatuhan peraturan tata tertib sekolah. Perilaku anak pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau MTs masih sangat labil dan mudah terpengaruh karena masih tahap perkembangan, maka evaluasi perlu dilakukan setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan sekali. Jadi perilaku dan sikap anak dapat terpantau oleh guru kelas atau guru BK. Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah mengah (SMP) berada tahap perkembangan pubertass
(0-14
tahun).
Terdapat
sejumlah
karakterisik
menonjolkan pada anak usia SMP ini, yaitu : a. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
yang
80
c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. d. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa. e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan. f. Reaksi dan emosi masih labil. g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. Anak sekolah menegah pertama (SMP) atau MTs sangat mudah terpengaruh oleh sosial media, lingkungan masyarakatt juga teman sebaya atau teman pergaulan. Dengan adanya penerapan skorsing poin sangat membantu untuk meminalisir perilaku siswa dari pengaruh luar seperti sosial media, teman dan lingkungan masyarakat. Pelaksanaan evaluasi juga mengetahui sikap anak dalam melaksanakan kewajibannya untuk mematuhi peraturan sekolah. Sehingga pelaksanaan evaluasi digunakan untuk mengetahui suatu perubahan yang ada pada siswa dan untuk mengambil keputusan bersama. 3. Sikap Anak Terhadap Skorsing Poin Respon positif dari anak dapat ditunjukkan dengan sikap anak yang mematuhi peraturan sekolah agar tidak mendapatkan skorsing poin. Dengan demikian setiap siswa dapat mengintropeksi dirinya yaitu
81
mengetahui kelemahan atau kelebihan yang ada pada dirinya juga mengintropeksi
diri
tentang perilaku
yang diperbuatnya.
Sikap
merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya.1 Sikap positif siswa juga didukung oleh sikap respon positif orang tua dan masyarakat. Kekhawatiran setiap orang tua yang tidak bisa memantau anaknya selama 24 jam, maka orang tua siswa, pihak sekolah dan juga masyarakat harus bekerjasama. Peran serta masyarakat dalam pendidikan terlihat dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang sistem pendidikan Nasional, Bab XV, Bagian Kesatu, Pasal 54, Ayat 1,2 dan 3 : 1) Peran serta
organisasi masyarakat dalam peneyelengaraan dan
pengendalian dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi porfesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu pelayan pendidikan. 2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan. 3) Ketentuan
mengenai
peran
serta
masyarakat
sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 1
https://www.scribd.com/doc/49763302/Pengertian-Sikap-dan-Perilaku. selasa 19 April 2016. pukul 22.15 WIB.
82
4. Harapan Diadakan Skorsing Poin Perilaku atau perbuatan baik atau buruk yang seseorang
mencerminkan
akhlak
mereka
sendiri.
dilakukan Harapan
diadakannya skorsing poin agar semua siswa dapat berakhlakul karimah yang sesuai sikap Rasulullah S.A.W. dan sesuai dengan visi sekolah MTs Salafiyah Simbang Kulon II Pekalongan menjadikan siswa berakhlakul karimah. Sikap Rasulullah S.A.W. untuk berakhlak mulia sesuai firman Allah dalam surat Al-Ahzaab ayat 21.
َّللاِ أ ُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْه َكانَ يَرْ جُو ه لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل ه َّللاَ َو ْاليَوْ َم . َكثِيرًا
اآل ِخ َر َو َذ َك َر ه ََّللا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzaab : 21).2 Selain berakhlakul karimah, harapan adanya skorsing poin adalah membuat siswa menjadi lebih disiplin. Disiplin siswa tidak hanya disiplin mengatur waktu , tetapi juga disiplin dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas dan disiplin berpakaian. Awal kepatuhan dari paksaan yang kemudian akan dilakukan terus menurus yang menjadikan siswa menjadi terbiasa adalah menanamkan sikap disiplin siswa. Disiplin diri dalam melakukan suatu 2
tindakan
yang
dilakukan
secara
konsisten
dan
http://keluargaumarfauzi.blogspot.co.id/2013/01/uswatun-hasanah.html. Diakses pada hari Kamis 21 April 2016 pukul 23.45 WIB.
83
berkesinambungan akan menjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapaianya keunggulan.3 Pelaksanaan skorsing poin diharapkan siswa menghargai guru yang sedang mengajar dan mendengarkan dengan sungguhsungguh, siswa juga diharapkan menghargai dan menghormati masyarakat dan kepada semua pedagang yang ada di sekolah. Sikap siswa ditunjukkan dengan tidak membuang sampah sembarangan atau membuang sampah di halaman rumah warga. Tidak membuang sampah sembarang agar siswa menjaga kebersihan. Kebersihan adalah sebagian dari iman sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Thobrany dalam AlAusath.
ْ ” اْل ْي َما
َالنهظَافَةُ ِمه
Artinya : “Kebersihann adalah Sebagian dari Iman”.4 Dengan
sikap
disiplin
akan
menumbuhkan
sikap
bertanggungjawab, jujur dan religius yang menjadikan siswa berakhlakul karimah. 1. Disiplin Disiplin harus dimulai sejak usia dini yang harus dilakukan seseorang agar menjadi suatu kebiasaan dan berperilaku sesuai peraturan yang ada baik peraturan yang ada di keluarga, sekolah 3
Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani, (Jakarta : Erlangga, 2012), hlm . hlm. 297. 4 https://syukrillah.wordpress.com/2014/05/27/hadis-kebersihan-adalah-sebagian-dariiman/. Diakses pada hari Kamis 21 April 2016 pukul 23.38 WIB.
84
juga dalam masyarakat. Disiplin membuat siswa mengerti batasabatasan dalam berperilaku sesuai peraturan atau tata tertib, selain itu siswa dapat disiplin untuk mengendalikan dirinya dalam bertinglah laku. Membuat siswa berperilaku disiplin memerlukan suatu proses dalam melaksanakan suatu peraturan agar anak dapat berperilaku disiplin. 2. Bertanggungjawab Bertanggungjawab merupakan semua tindakan atau perilaku yang telah dilakukan untuk menerima semua akibat atau resiko dari tindakan atau perilakunya yang telah diperbuat. Sikap tangung jawab merupakan sebuah reaksi tindakan siswa yaitu reaksi sebab dan akibat dari perbuatannya .Beberapa ciri orang yang bertanggung jawab antara lain : a. Selalu mengerjakan pekerjaan atau tugas dengan cara terbaik, maksimal dan penuh semangat. b. Tidak mudah menyalakan orang lain atas kesalahan dan kegagalan dalam pekerjaan yang menjadi amanah atas dirinya. c. Selalu mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diembankan pada dirinya dengan penuh kesungguhan, semangat dan mengoptimalkan
semua
potensi
yang
dimiliki
serta
mengerjakannya hingga tuntas dan tidak sika meninggalkan pekerjaan di tengah jalan.
85
d. Membiasakan diri untuk selalu semangat dalam mewujudkan apa pun serta menjauhkan diri dari sikap santai dan bermalasmalasan dalam menjalankan amah atas dirinya.5 Bertangjawab membuat siswa berpikir lebih dewasa dan berusaha agar dapat melaksanakn tugasnya dengan baik dan tidak mengecewakan. 3. Jujur Bersikap jujur harus dibuktikan antara hati, ucapan dan tindakan harus sama. Penerapan skorsing poin
mengajarkan
siswa harus selalu jujur dan hanya takut kepada Allah S.W.T. bukan takut kepada temannya sendiri. Bersikap jujur dalam menulis nama sendiri di buku pelanggaran siswa apabila melanggar tata tertib sekolah seperti saat siswa tidak membawa buku pelajaran atau tidak memakai pin sekolah maka siswa harus bersikap jujur walaupun guru atau teman tidak mengetahui, tetapi Allah S.W.T. Maha Melihat. 4. Religius Sikap religius siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah adalah sikap yang selalu ta’at pada perintah guru baik yang tidak tertulis maupun tertulis . Sikap religius untuk mengingatkan siswa selalu ingat kepada Allah S.W.T. karena perilaku yang dilakukan siswa selalu dilihat oleh AllahSW.T. dan dicatat malaikat. 5
Akh. Muwafik Saleh, Op.Cit., hlm . 150.
86
B.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penerapan Skorsing Poin di MTs Salafiyah Simbang II Kulon Pekalongan. 1. Faktor Pendukung a. Faktor Orang tua Orang tua siswa yang memperhatikan anaknya yang berhubungan dengan kebutuhan sekolahnya seperti orang tua yang memantau perlengkapan seragam anaknya, memperhatikan jadwal anaknya kapan anaknya belajar, tidur dan bermain merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan skorsing poin. Dukungan orang tua yang memperhatikan anaknya agar tidak mendapatkan skorsing poin dari sekolah seperti selalu mengingatkan untuk mengerjakan tugas atau PR sekolah dan orang tua yang memperhatikan kebutuhan sekolah anaknya seperti kebutuhan biaya sekolah, kebutuhan sarapan saat akan berangkat ke sekolah. Menurut Sam Redding keterlibatan orang tua dalam mendukung pelaksanaan skorsing poin termasuk kategori atau tipolog keterlibatan orang tua poin pertama yaitu Parenting (menjelaskan peran orang tua) dan poin ke empat yaitu learning at home (pembelajaran di rumah). Orang tua menginginkan setiap anaknya berprestasi dan menjadi yang lebih baik. Setiap orang tua mengharapkan anaknya berperilaku baik, disiplin sejak dini dan menjadi anak yang patuh
87
kepada siapa saja dan melaksanakn kewajibannya di sekolah dengan baik . b. Faktor Diri Sendiri yang Mempunyai Kesadaran dan Motivasi Faktor pendukung pelaksanaan skorsing poin adalah dari diri sendiri setiap siswa. Siswa yang
mempunyai semangat dan
motivasi untuk melaksanakan kewajiban di sekolah dengan sebaik mungkin akan mendukung pelaksanaan skorsing poin di sekolah. Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelaKuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini. 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentkan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.6 Kesadaran yang ada pada diri siswa untuk selalu patuh pada peraturan akan membantu terlaksananya skorsing poin. Kesadaran akan pentingnya suatu peraturan dan kesadaran siswa untuk melakukan kewajibannya sebagai siswa dan patuh pada peraturan yang ada. Kesadaran pada dirinya agar dapat mengatur waktu dan
6
Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 158
88
mempelajari dari kesalahan yang dilakukan agar tidak terulang kembali dan tidak mendapatkan poin pelanggran dari guru. c. Buku Panduan Pemberian Skorsing Poin Pencatatan sangat penting untuk menghindari agar tidak lupa. Dengan
adanya
pencatatan
maka
semua
data
dapat
didokumentasikan dengan dibuat buku dan data dapat dilihat kapan saja saat dibutuhkan.Saat ada siswa yang melanggar guru hanya melihat catatan buku panduan skorsing poin apabila lupa berapa poin yang akan didapat siswa karena setiap pelanggaran mendapatkan poin-poin yang berbeda. 2. Faktor Penghambat a. Faktor Diri Faktor Diri Sendiri yang Belum Mempunyai Kesadaran dan Keta’atan Faktor penghambat dari diri sendiri karena siswa yang belum mempunyai kesadaran diri untuk mematuhi peraturan yang ada. Kesadaran yang membuat setiap siswa mempunyai keharusan untuk mematuhi peraturan yang ada. Kesadaran sangat penting dalam pelaksanaan skorsing poin. Dengan kesadaran siswa dapat berfikir apa akibat dan sebabnya suatu peraturan harus dipatuhi dan ditaati. Kesadaran dibutuhkan karena moral yang baik dapat menghiasi kepribadian seseorang dengan tindakan-tindakan yang baik. Dasar pemikiran perlunya kesadaran aplikasi dalam lingkup kesadaran pendidikan adalah pengetahuan maupun pengalaman yang
89
diterima seseorang dalam proses pendidikan tidak memberi manfaat riil jika tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari secara rutin dan kontinu.7 a.
Faktor Lingkungan Faktor lingkungan baik dari lingkungan alam atau lingkungan keluarga tidak dapat kita hindari. Seperti faktor lingkungan alam yang tidak menentu seperti hujan turun, jembatan rusak, jalan macet dan faktor lingkungan keluarga seperti kendaraan untuk berangkat sekolah dipakai saudara atau ban motor bocor karena terkena paku. Semua itu tidak
bisa dihindari melainkan setiap siswa dapat
mengatur segala kebutuhan keperluan sekolah dengan tepat. Siswa dapat mengatur segala kebutuhan sekolah agar sampai di sekolah tidak terlambat dan tidak mendapatkan poin pelanggaran maka siswa harus mengatur waktunya dengan sebaik mungkin. Untuk menghindarinya siswa harus mempersiapkan segalanya lebih awal untuk mengantisipasi sesuatu hal yang mungkin terjadi seperti menghindari kemacetan. b.
Faktor Pergaulan Pergaulan sangat mempengaruhi berkembangan seseorang dan dapat merubah sikap atau perilaku seseorang khususnya anak perempuan. Anak perempuan yang sangat mudah terpengaruh oleh pergaulan teman sebayanya, perempuan yang rentan dan dengan
7
130.
Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan, Jogjakarta : Ar-Ruzz Mrdia, 2012., hlm. 129-
90
mudah dalam menerima hal yang baru untuk dilakukan. Maka siswa harus bisa memilih-milih teman untuk bergaul. dan oang tua juga harus memantau dengan siapa saja anaknya bergaul. Pergaulan sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan skorsing poin di MTs Salafiyah Simbang Kulon II Pekalongan, apabila siswa salah dalam memilih teman maka siswa akan mengikuti gaya bergaul temannya. Pergaulan yang salah akan menjerumuskan siswa melakukan hal negatif atau tidak baik. c.
Faktor Waktu Pembagian waktu di Indonesia dibagi menjadi 3 yang berbedabeda dan mempunyai selisih waktu 1 sampai 2 jam yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Timur (WIT), dan Waktu Indonesia Tengah (WITA). Hal ini disebabkan akibat Wilayah Indonesia yang melebar dari barat ke timur sehingga dipengaruhi oleh rotasi bumi terhadap arah matahari8 Selain waktu WIB, WIT dan WITA yang disebabkan pengaruh rotasi bumi dalam pandangan Islam menggunakan waktu Istiwa’ yang mempunyai selisih dengn waktu Indonesia. Waktu Istiwa’ yang digunakan untuk tanda waktu sholat telah tiba. Istiwa’ merupakan bentuk masdar dari fi’il istawa – yastawi – istiwaan yang berarti lurus. Menurut Rohi Balbaki dalam al-Maurid, istiwa’ secara etimologi yaitu straigtness, equality, atau equator.
8
http://www.organisasi.org/1970/01/pembagian-waktu-di-indonesia-wib-wita-danwit.html. Diakses hari Selasa tanggal 10 Mei 2016 pukul 22.27.
91
Sedang menurut terminologis yakni ketika matahari melewati garis langit yang menghubungkan utara dan selatan.9 Di MTs Salafiyah Simbang Kulon II Pekalongan waktu yang digunakan adalah waktu Istiwa’ walaupun mempunyai selisih waktu dengan waktu WIB. Penggunaan waktu Istiwa’ ini diharapkan siswa dapat disiplin sesuai waktu perhitungan Islam agar tepat dalam melaksanaan sholat dan belajar disiplin waktu bagaimana siswa dapat mengatur waktu yang berbeda tersebut agar tidak terlambat datang ke sekolah dan sholat pada waktunya.
9
https://liahabibahelfalaky.wordpress.com/2012/08/24/mengetahui-waktu-istiwa-danzawalusamsy-permulaan-waktu-dzuhur-dan-masuknya-waktu-ashar-perspektif-madzahib-fikih/ Diakses hari Selasa 10 Mei 2016 pukul 22.27.