BAB II PERATURAN SEKOLAH DAN KEDISIPLINAN SISWA
Pada bab II akan membahas tentang peraturan sekolah dan kedisiplinan siswa. Bagian pertama tentang Peraturan Sekolah, meliputi: pengertian peraturan sekolah, pelaksanaan peraturan sekolah, dan tujuan peraturan sekolah. Bagian kedua tentang Kedisplinan Siswa, meliputi: pengertian kedisiplinan siswa, dasar kedisiplinan siswa, tujuan kedisplinan siswa, macam-macam kedisiplinan siswa, ciri-ciri kedisiplinan siswa, pembentukan kedisiplinan siswa, dan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa.
A. Peraturan Sekolah 1. Pengertian Peraturan Sekolah Peraturan
merupakan
kosakata
yang
terbentuk
dengan
menggunakan imbuhan baru. Pada awalnya tata tertib berasal dari kata “atur” yang artinya susunan, peletakan, pemasangan, atau bisa juga disebut sebagai ilmu, contohnya tata boga, tata graham, dan lain sebagainya. Dalam kosakata bahasa Indonesia kata “peraturan” mempunyai pengertian yakni sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur serta saling berurutan, dengan tujuan semua orang yang melaksanakan peraturan ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat. 1 Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru, atau teman bermain. Tujuanya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 835.
30
31
dalam situasi tertentu. 2 Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan yang terjadi pada diri siswa. Peraturan menunjukan pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi siswa. Misalnya saja peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung.3 Peraturan atau tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus, misalnya tentang penggunaan pakaian seragam, penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan pekerjaan rumah, pembayaran SPP dan sebagianya. Di lingkungan sekolah gurulah yang diberi tanggung jawab untuk menyampaikan dan mengontrol kelakuanya dan tata tertib bagi sekolah yang bersangkutan.4 Secara umum peraturan atau tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah.
2
Sunarto Ny B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 35. 3 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 122. 4 Ibid., hlm. 123.
32
Pelaksanaan peraturan merupakan momen yang dapat diajarkan. Salah satu bagian latihan yang dapat membantu adalah pelaksanaan dalam memperlakukan peraturan sebagai memen yang dapat diajarkan. Anakanak sangat sensitif terhadap perbedaan ketika guruj-guru merespons terhadap pelanggaran dari sebuah peraturan. 5 Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Aturan-aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan, dan larangan-larangan. Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal-hal tertentu. Ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata kehidupan bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah adalah sebagai kesediaan mematuhi ketentuan berupa peraturan-peraturan tentang kehidupan sekolah sehari-hari. Tata tertib sekolah disusun secara operasional guna mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, guru dan karyawan administrasi.
5
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 179.
33
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah. 2. Pelaksanaan Peraturan Sekolah Dalam kaitannya dengan kedisiplinan, tata tertib sangat penting artinya
dalam mewujudkan budaya dan iklim sekolah yang kondusif.
Pelaksanaan peraturan sekolah meliputi: a. Penyusunan Tata Tertib Pada era sentralisasi pendidikan, tata tertib sekolah dan peraturan sekolah (school rules and regulations) disusun oleh pemerintah. Departemen pendidikan dan kebudayaan dalam satu surat keputusan menteri. Tata tertib tersebut digunakan oleh seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta. Tata tertib ini lengkap, mengatur seluruh warga sekolah dan biasanya dipasang di setiap ruangan. Namun demikian untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, maka pihak sekolah dapat membuat tata tertib sendiri. Pada era desentralisasi pendidikan, tata tertib dan peraturan sekolah lebih banyak disusun sendiri oleh sekolah. Guru kelas dapat membuat tata tertib kelasnya masing-masing dengan melibatkan para
34
siswanya atau perwakilan siswa yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Tata tertib dan peraturan sekolah yang disusun oleh, dari, dan untuk siswa bersama warga sekolah menunjukan proses yang demokratis.6 Substansi yang sebaiknya ada dalam tata tertib disarankan antara lain menggunakan suara dalam ruangan selama dalam lingkungan sekolah, mendengarkan orang lain, selalu mengerjakan yang terbaik, mendengarkan dan menghormati sesama kawan, serta tidak berlari di koridor sekolah. Beberapa pedoman umum dalam menyusun tata tertib sekolah dikemukakan sebagai berikut:7 1) Penyusunan tata tertib melibatkan
aspirasi siswa dan aspirasi
orangtua siswa yang dianggap sesuai dengan visi dan misi sekolah. 2) Semua aturan disiplin dan tata tertib yang berkaitan dengan apa yang dikehendaki, dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan beserta sanksi atas pelanggarannya, merupakan hasil kompromi antara siswa, orangtua, guru, guru pembimbing, dan kepala sekolah. 3) Penyusunan tata tertib harus didasarkan pada komitmen yang kuat antara semua unsur dan komponen sekolah dan konsisten dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku.
6
Suparlan, Membangun Sekolah Efektif (Yogyakarta : Hikayat Publishing, 2008), hlm.
7
Ibid., hlm. 44.
44.
35
4) Tata tertib sekolah hendaknya tetap memberi ruang untuk pengembangan kreativitas warga sekolah dalam mengespresikan diri
dan
mengembangkan
potensi
dan
kompetensi
yang
dimilikinya. 5) Tata tertib sekolah jangan hanya dibuat berupa konsep yang harus dipatuhi oleh warga sekolah dengan sanksi yang sangat jelas yang dapat
membuat
aturan
menjadi
kaku,
tetapi
bagaimana
mengkondisikan sekolah yang bisa membuat orang untuk tidak melakukan pelanggaran. 6) Tata tertib yang ada jangan sampai hanya dilakukan untuk menertibkan warga sekolah dari segi fisik saja, tetapi juga untuk membentuk mental disiplin dengan penuh kesadaran bahwa tata tertib itu memiliki nilai kebenaran sehingga perlu untuk ditaati. 7) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya diarahkan untuk membangun budaya perilaku positif dan sikap disiplin di kalangan siswa (self-dicipline) dan warga sekolah lainnya. 8 8) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya hendaknya tetap memberi ruang bagi berkembangnya kreativitas dan sikap kritis warga sekolah. 9) Format penyusunan aturan disiplin dan tata tertib dapat dibuat dalam berbagai bentuk model. 10) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya dibuat
8
Ibid., hlm. 45.
36
dalam bentuk tertulis dan disahkan oleh kepala sekolah, agar semua pihak mengetahui dan memahami setiap butir aturan disiplin tersebut. 11) Selain peraturan tentang pemberian sanksi, sekolah juga dapat membuat peraturan tentang pemberian penghargaan kepada warga sekolah untuk memotivasi mereka mentaati disiplin dan tata tertib sekolah. 9 Sosialisasi tata tertib perlu dilakukan agar semua pihak memahami dengan baik isi tata tertib tersebut, karena pelaksanaan tata tertib sekolah sangat tergantung pada pemahaman pihak-pihak terkait terhadap tata tertib yang disusun. Aturan disiplin dan tata tertib yang telah disusun, disepakati dan disahkan kepala sekolah hendaknya disosialisasikan secara berkelanjutan kepada seluruh warga sekolah, dalam hal ini siswa, guru, orangtua siswa, pegawai, dan pengurus komite sekolah. Sekolah perlu memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang sama tentang butir-butir tata tertib yang telah disepakati dan disahkan tersebut. Sosialisasi untuk orang tua siswa dan pengurus komite sekolah dapat dilakukan dengan cara mengirimkan tata tertib yang telah dibuat dalam bentuk tertulis kepada mereka. b. Penegakan Tata Tertib Kegiatan terpenting dalam menguji efektivitas tata tertib adalah pada pelaksanaannya. Di sini terkait dengan sejauh mana upaya pihak
9
Ibid., hlm. 46.
37
sekolah dalam menegakkan tata tertib yang telah disusun. Sebab betapapun baiknya tata tertib tapi jika tidak ditegakkan secara konsekuen maka tidak akan banyak artinya dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah. Disiplin dan tata tertib sekolah berlaku untuk semua unsur yang ada disekolah. Semua harus patuh dan taat pada peraturan sekolah yang berlaku dan menjadi komitmen yang kuat dan mengikat. Sikap, perilaku, dan tindakan kepala sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya, hendaknya menjadi model dan teladan bagi penegakan perilaku tertib dan disiplin di sekolah. Memberikan penghargaan sebagai teladan kepada guru, siswa dan staf yang tidak pernah melakukan pelanggaran selama kurun waktu tertentu dan diumumkan secara aklamasi pada saat pelaksanaan upacara. Penegakan disiplin dilakukan secara bertahap kepada semua unsur yang ada disekolah mulai dari peringatan, teguran, percobaan, penundaan, demosi dan PHK atau dikeluarkan sampai masalah itu terpecahkan atau dihilangkan. Terhadap pelanggaran-pelanggaran, dengan cepat dilakukan tindakan kedisiplinan.10 Penegakan tata tertib terutama difokuskan pada upaya membantu siswa dan semua warga sekolah untuk menyesuaikan diri dengan setiap butir dalam aturan tata-tertib tersebut. Penjatuhan hukuman atas pelanggaran tata tertib hendaknya disertai dengan
10
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 123.
38
penjelasan mengenai alasan dan maksud positif dari pengambilan tindakan tersebut. Sanksi penegakan tata tertib sekolah dilakukan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Demi efektifitas layanan BK di sekolah guru pembimbing diharapkan tidak ditugaskan untuk pemberian sanksi terhadap siswa. Penegakan tata tertib merupakan bagian dan terintegrasi dengan upaya membangun budaya perilaku etik dan sikap disiplin, baik di lingkungan internal sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Ada konsistensi/kesepakatan di antara para guru dan kepala sekolah mengenai prosedur-prosedur dan bentuk hukuman bagi siswa pelanggar disiplin dan tata tertib, Eksekusi terhadap pelanggar tata tertib berat, khususnya yang berkonsekuensi skorsing atau pemecatan, ditetapkan melalui pertemuan konferensi kasus (case-conference) yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, konselor sekolah, pengurus OSIS, dan wakil komite sekolah. Eksekusi terhadap pelanggar tata tertib berat yang berkonsekuensi skorsing atau pemecatan dilakukan oleh kepala sekolah setelah semua upaya persuasi untuk perbaikan perilaku telah dilakukan secara maksimal. Orangtua siswa perlu diberikan pemahaman tentang kebijakan sekolah tentang kedisiplinan agar orang tua merasa dihargai dan dilibatkan sehingga dapat memberikan dukungan terhadap dukungan pelaksanaan tata tertib sekolah.
39
3. Tujuan Peraturan Sekolah Secara umum dibuatnya peraturan sekolah mempunyai tujuan agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Prinsip peraturan sekolah adalah diharuskan, dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan di lingkungan sekolah. Sedangkan tujuan diadakannya peraturan sekolah adalah: a. Agar siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya. b. Agar siswa mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dan kreatifitas meningkat
serta
terhindar
dari
masalah-masalah
yang
dapat
menyulitkan dirinya. c. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan sungguhsungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.11 Sekolah telah mempunyai peraturan tersendiri bukanlah berarti sekolah tersebut tidak menemukan berbagai bentuk pelanggaran. Pelanggaran tersebut seperti: kurang hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang disiplin terhadap waktu dan kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, perkelahian antar pelajar, penggunaan obatobatan terlarang dan lain-lain.12
11
Giri Harto Wiratomo, Tata Tertib Sekolah sebagai Sarana Pendidikan Moral (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNS, 2007), hlm. 15. 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 272.
40
B. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Kedisiplinan Siswa Seperti yang telah dikemukakan pada bab satu bahwa pengertian kedisiplinan secara etimologi berasal dari kata dasar “disiplin” yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an, sehingga mempunyai arti membentuk kata kerja. Sedangkan menurut istilah berarti latihan batin atau watak dengan maksud segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.13 Disiplin adalah sebagai suatu tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.14 Secara ilmiah kedisiplinan diartikan cara pendekatan yang mengikuti ketentuan-ketentuan yang pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian-pengertian dasar yang menjadi sasaran studi.15 Adapun pengertian disiplin secara umum dapat diartikan sebagai penguasaan diri agar perilaku seseorang tidak melanggar hak orang lain, taat, setia, dan patuh terhadap peraturan yang berlaku, sedangkan secara khusus disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses diri seseorang, karena perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan ketertiban. Jadi disiplin timbul karena adanya nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban yang dimiliki seseorang.16
13
Direktorat Pembina Departemen Agama, Pendidikan Agama Islam di SMU / SMK Kelas 3 (Bandung: Lubuk Agung, 2004), hlm. 28. 14 Syaiful Bahari Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 47. 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 2005), hlm. 208. 16 Salim Bahreisy, Riyadhus Sholihin Jilid 1 (Bandung: Al-Ma’arif, 2001), hlm. 262.
41
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Alquran Surat an-Nisa Ayat 59, berikut ini:
)٩٥:(النساء. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul(Nya) dan ulil amri diantara kamu”. (Qs. an-Nisa: 59).17
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kedisiplinan adalah perihal sesuatu yang harus ditaati, dipatuhi dan dijalankan oleh yang bersangkutan sebagai sikap yang sadar dalam diri seseorang. 2. Dasar Kedisiplinan Siswa Disiplin, kata ini hampir ada dalam setiap kegiatan atau aktivitas, seperti: disiplin kerja, disiplin waktu, disiplin belajar, disiplin ilmu, disiplin agama, dan masih banyak lagi. Disiplin merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Sebagai contoh disiplin waktu, jika seseorang malas-malasan, menunda-nunda waktu, dan santai, maka yang diperolehnya adalah suatu kegagalan. Karena menurut para ahli kewiraswastaan bahwa salah satu kegagalan yang umum pada seseorang adalah menunda-nunda sesuatu dengan alasan menanti saat yang baik. Dengan demikian, ia telah membuang-buang waktu dan melewatkan kesempatan yang baik untuk mendapatkan sukses itu. Disiplin adalah
17
hlm. 128.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya (Semarang: CV Al-Waah, 2003),
42
kunci sukses sebab dengan disiplin orang menjadi berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinnya sendiri, sesudah berlaku dengan disiplin, seseorang baru akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit, tetapi buahnya manis.18 Allah Swt berfirman:
)٣–١:(العصر
Artinya: “(1) Demi masa, (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)”.19
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia yang tidak menggunakan masanya (waktu) dengan sebaik-baiknya termasuk golongan merugi. Tidak ada satupun manusia yang menginginkan apalagi merakan kerugian. Namun, sayangnya manusia masih enggan untuk mengatur waktu sebaikbaiknya. Hal ini semestinya sebagai pijakan manusia untuk lebih hati-hati dalam menggunakan waktu jika tidak ingin merugi. Ayat ini juga memuat makna perihal nasihat-menasihati. Waktu adalah sebagai dasar utama dalam kedisiplinan. Dengan memandang waktu sebagai sesuatu yang berharga dan bernilai, maka secara langsung maupun tidak langsung pelaku disiplin menikmati betapa
18
Agus Sujanto, Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
19
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 1099.
hlm. 74.
43
indahnya hidup dalam suasana keteraturan, dalam arti lain segala aktivitas atau kegaitan dijalani dengan rasa senyum meskipun sangat sibuk dan padat, karena sudah terjadwal dengan rapi. Disiplin juga erat kaitannya dengan perihal taat, patuh, dan setia. Sebagaimana dalam Alquran Surat an-Nisa’ Ayat 59 berikut ini:
)٩٥:(النساء. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu”.20 Dalam surat Ali Imran Ayat 31, juga menerangkan masalah ketaatan, yaitu:
)٣١ : )ال عمران
Artinya: “Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.21 Ayat di atas memiliki maksud agar kita selalu taat, patuh dan setia kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri. Terdapat dalam hadist Nabi Muhammad Saw perihal kedisiplinan, yaitu:
ِ اِ ْْسعوا وأ:ال رسو ُل اهللِ صلَّى اهللُ علَي ِو وسلَّم َطْي عُ ْوا َ َس َر ِض َي اهللُ َعْنوُ ق َ ْ ُ َ َ َ ق:ال َ َُْ َ َ َ ْ َ ْ ََع ْن اَن )اَ َّن َرأْ َسوُ َزبِْيبَةٌ (رواه لبخارى:َوإِ ْن اِ ْستَ ْع ِم ْل َعلَْي ُك ْم َعْب ٌد َخبَ ِش َي
20 21
Ibid., hlm. 128. Ibid., hlm. 80.
44
Artinya: “Dari Anas berkata: Bersabda Rasulullah Saw: “Dengarlah dan taatlah meskipun yang terangkat dalam pemerintahanmu seorang budak Habasiah yang kepalanya bagaikan kismis”. (Bukhari).22
Hadis di atas mengandung makna yang jelas, bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk mentaati, mematuhi, dan setia terhadap pemimpin atau kepala pemerintahan tanpa memandang dari segi agama, status sosial, partia pemerintah, fisik tubuh dan sebagainya. Namun Rasulullah juga menghimbau agar tidak mengikuti perintah atau aturan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam. Kewajiban tersebut apabila tidak dijalankan atau tidak dipatuhi maka orang itu akan mendapat dosa karena kewajiban itu ada tanggung jawabnya, dan akan dipertanggung jawabkan diakhirat. Maka sesuai dengan sabda Rasulullah saw., berikut di bawah ini:
ِ اِ ْْسعوا وأ:ال رسو ُل اهللِ صلَّى اهللُ علَي ِو وسلَّم َطْي عُ ْوا َ َس َر ِض َي اهللُ َعْنوُ ق َ ْ ُ َ َ َ ق:ال َ َُْ َ َ َ ْ َ ْ ََع ْن اَن )اَحَْلتُ ْم (رواه مسلم َ اَحَلُ ْوا َو َعلَْي ُك ْم َم َ فَِإََّّنَا َعلَْي ِه ْم َم
Artinya: “Rasulullah Saw, bersabda: Dengarlah dan taatlah maka sungguh bagi masing-masing kewajiban sendiri atas mereka ada tanggung jawab, dan atas kamu tanggung jawabmu”. (Muslim).23
Setelah mengetahui beberapa dasar-dasar kedisiplinan maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam kitab Alquran dan Hadis ada beberapa yang menjelaskan tentang kedisiplinan. Seperti halnya disiplin salat,
22 23
Salim Bahreisy, op.cit., hlm. 498. Ibid., hlm. 500.
45
puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Yang semua pelaksanaannya dengan cara berturut-turut atau tertib. 3. Ciri-Ciri Kedisiplinan Siswa Melihat dari beberapa pengertian kedisiplinan pada awal bab 2, maka dapat diketahui bahwa kedisiplinan mempunyai ciri-ciri bagi pelaku disiplin, secara umum ciri-ciri kedisiplinan adalah: a. Taat dan patuh terhadap peraturan Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Peraturan merujuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misalnya saja peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi siswa di dalam kelas waktu pelajaran berlangsung, meliputi: 1) Mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan atau diperintahkan oleh guru. 2) Mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh temantemannya di kelas. 3) Tidak berbicara tanpa seizin guru. 4) Memberi jawaban jika guru mengajukan pertanyaan. 5) Tidak keluar dari kelas jika tidak ada izin dari guru. 6) Melakukan hal-hal yang menyimpang dari kegiatan belajar mengajar harus seijin guru. 24
24
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, Secara Manusiawi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 122-123.
46
Tata tertib merujuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus, misalnya tentang penggunaan pakaian seragam, pengguanaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP dan lainnya. b. Hidup menjadi teratur Kunci keberhasilan atau kegagalan kita adalah tergantung pada diri kita sendiri, bukan di tentukan oleh orang lain. Karena itu kita harus menguasai serta mengarahkan diri kita kepada sesuatu yang bermanfaat. Kita harus bisa mengendalikan nafsu yang kadangkala menjerumuskan kecerdasan emosional arah jalan yang merugikan. Salat adalah merupakan kontrol diri sendiri. Disiplin juga datangnya dari
kontrol.
Ini
berarti
bahwa
seseorang
itu
harus
dapat
mengendalikan dirinya terhadap segala macam sifat negatif, yang merugikan dirinya maupun masyarakat di sekitarnya. Orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya, jangan harap dapat mengendalikan orang lain. Sebagai contoh, orang yang salatnya tidak teratur baik dalam hal pemilihan waktu maupun khusuknya, dapatlah digambarkan, bahwa dalam mengarungi bahtera hidup setiap harinya ia memiliki sikap dan sifat tidak teratur pula.25 Namun sebaliknya, jika seseorang dapat mengatur, mengontrol, dan mengendalikan dirinya maka buah yang akan di hasilkan adalah sikap disiplin, patriotik, dan berwibawa. Menjadikan hidup lebih 25
Imam Munawir, Motivasi Islam dalam Hidup Dinamis, Patriotik, dan Berjiwa Besar (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2006), hlm. 178.
47
teratur adalah harapan semua manusia, namun mengendalikan diri sendiri juga merupakan tugas yang sangat berat, yang harus ditanggulangi bagi orang yang menghendaki perubahan ke arah lebih baik. Kunci dari itu semua adalah menyusun sebuah jadwal waktu kegiatan. Sepertinya hanya waktu salat, waktu belajar, waktu kerja, waktu makan dan minum, waktu istirahat dan waktu bermain. Jika itu semua dilakukan dengan cara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan hati maka hidup teratur diperolehnya.26 c. Menghargai waktu dan mempergunakannya dengan baik Disiplin bukan hanya dalam hal apa yang harus dilakukan akan tetapi juga kapan harus melakukan. Disiplin seseorang dapat terjamin apabila dilakukan latihan terus-menerus. Dengan latihan yang kontinyu, maka sikap itu akan menjadi kebiasaan. Salah satu latihan disiplin adalah salat.27 d. Tidak menunda-nunda pekerjaan Menurut para ahli kewiraswastaan bahwa salah satu kegagalan yang umum pada seseorang adalah menunda-nunda sesuatu dengan alasan menanti saat yang baik. Dengan demikian, ia telah membuangbuang waktu dan melewatkan kesempatan, orang mengalami kegagalan dalam hidupnya oleh karena mereka bersikap menunggu saja atas datangnya “saat yang tepat” untuk mulai mengerjakan sesuatu yang berharga itu. Waktu tidak akan mengenal corak yang tepat atau
26 27
Ibid., hlm. 138. Ibid., hlm. 139.
48
yang bukan tepat. Dengan dimulai disiplin yang telah ditanamkan oleh salah satunya yaitu, salat. Maka disiplinkan terhadap pekerjaan yang lain. Menunda-nunda waktu berarti menumpuk-numpuk kesengsaraan. Bekerjalah sesuai dengan jadwal dan kemampuan yang dimiliki, maka kesuksesan akan datang dan diraih meskipun melalui cara setapak demi setapak atau bertahap. Dengan demikian, orang yang disiplin akansegera melakukan apa-apa yang akan dilakukan tanpa menundanunda waktu yang tepat. 28 e. Menepati janji dan bertanggung jawab Pelaku disiplin akan memiliki sifat atau ciri ini manakal ia mampu merubah kebiasaan buruknya dengan kebiasaan baik. Misalnya jika siswa telah bersumpah kepada gurunya, maka ia tidak boleh melanggar. Mengingat janji adalah hutang, maka orang yang berjanji harus menepati dan jika mengingkari harus pula bertanggung jawab. Sebagaimana firman Allah Swt.:
Artinya: “Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”. (Qs. al-Israa’: 34).29
28 29
Ibid., hlm. 139. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 429.
49
Meskipun seseorang tidak sepenuhnya pasti bisa menepati janji tanpa izin Allah Swt, tetapi setidaknya usaha menjadi prioritas utama. Karena manusia dituntut untuk berusaha, begitu pula dalam bersumpah atau berjanji maka ia harus berusaha untuk selaku mengingatnya, agar tidak lupa dan mengingkari sumpah atau janji tersebut. f. Dalam beragama, selalu menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari Orang yang memiliki sikap disiplin beragama akan selalu tepat waktu dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya. Dalam konteks pendidikan agama ada beberapa hal yang sangat berkaitan dengan kedisiplinan, di antaranya adalah: 1) Sembahyang lima waktu dalam waktu-waktu tertentu, tidak boleh sebelum dan sesudahnya. Jadi, di sini seseorang dilatih berdisiplin menepati waktu. 2) Puasa dalam bulan Ramadhan, yaitu menahan makan dan minum dari semenjak sebelum terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Di sini seseorang dilatih untuk melatih ketahanan jasmani dan rohani. 3) Malah lebih luas lagi dari itu adalah konsep amanah. Amanah berarti pemberian-pemberian Tuhan kepada manusia termasuk
50
kekayaan ilmu pengetahuan, kekuasaan dan lainnya. Haruslah dianggap sebagai tanggung jawab yang besar. 30 4. Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah kerelaan, identifikasi, internalisasi kepentingan yang bersangkutan terjamin. a. Kerelaan (Complience). Sebuah penerimaan yang jelas atau tampak, yang dimasukkan oleh penghargaan dan kaidah-kaidah serta beberapa pendirian yang disukai dalam menjalankan peraturan. b. Identifikasi. Sebuah bentuk penerimaan peraturan bukan kerena nilai intrinsik dan seruan tetapi karena orang-orang ingin mempertahankan keanggotaan dalam kelompok. c. Internalisasi. Penerimaan peraturan atau tingkah laku oleh individu karena ia sesungguhnya ingin mendapatkan kaidah yang sepuaspuasnya. d. Kepentingan yang bersangkutan terjamin Dengan
adanya
faktor-faktor
penyebab
kedisiplinan
diatas
diharapkan pribadi siswa akan terbentuk untuk menjadi lebih disiplin dalam hal mentaati peraturan tata tertib sekolah yang berlaku perturan tata tertib sekolah tersebut mempunya sanksi yang telah diberlakukan kepada semua siswa.31 Kedisiplinan di sekolah erat kaitannya dengan kerajian siswa di sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
30
Hasan langgulung, Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna Zikra, 2006),
hlm. 401. 31
Soerjono Soekamto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: CV. Rajawali, 2002), hlm. 250.
51
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib. Kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau ketertiban kelas, gedung sekolah, halaman sekolah dan lainnya, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staff bersama siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BP dalam pelayannya terhadap siswa. Sebaiknya, kedisiplinan diri pada anak dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup sianak. Tata tertib disertai pengawasan akan terlaksananya tata tertib, dan pemberian peringatanperingatan pad asetiap pelanggaran, tentunya akan menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri, terutama dalam hal belajar dan bekerja, karena adanya disiplin orang segan malas, menetang dapat mudah diatasi, seolah-olah tidak ada rintangan atau hambatan lainnya yang menghalangi kelancara bertindak.32 Untuk melihat hasil dari disiplin otoriter (eksternal, kesewenangwenangan) dan disiplin demokratis (internal, pertanggung jawaban) akan lebih melihat pada diri anak yaitu disiplin demokratis.33 Karena disiplin demokratis yaitu disiplin yang timbul dari kedisiplinan diri ini tidak dikejar-kejar lagi. Diri merekalah yang menyuruh mereka agar selalu ingin belajar, bukan orang lain.34 Mereka mencapai tingkah laku yang wajar dan sesuai. Memang tidak mudah dalam melakukannya, akan tetapi bisa dilatih
32
B. Singgih dan Singgih D. Gunrsa, Psikologi Untuk Membimbing (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), hlm. 190. 33 Benyamin Spok, Menghadapi Anak Disaat Sulit (Jakarta: Dela Pratesa, 2004), hlm. 120. 34 Haryanto Sutedjo, Mengapa Anak Anda Malas Belajar (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 37.
52
melalui latihan walaupun pada mulanya berat jika dilakukan secara terusmenerus akhirnya akan menjadi kebiasaan. Latihan dapat membawa kepuasan jika berhasil serta berusaha berbuat lebih baik.35 Selain itu hendaknya segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran (baik guru-guru, pegawai-pegawai, buku-buku dan alat-alat) dapat membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat, moral yang tinggi, dan pengembangan bakat, sehingga anak itu dapat merasa lega dan tenang dalam pertumbuhannya dan jiwanya tidak goncang. Kegoncangan jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh tingkah laku yang kurang baik.36 Adapun faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya kedisiplinan pada seseorang menurut Hasan Basri adalah faktor internal dan faktor eksternal, yakni: a. Faktor internal, antara lain meliputi: 1) Tahap kesadaran diri. Selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut makhluk sosial. Oleh karena itu, selain mempunyai kepentingan individu, dalam kehidupan bermasyarakt juga akan timbul kepentingan bersama. Keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakt harus diusahakan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Perasaan bertanggung jawab. Kita harus membiasakan setiap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab supaya setiap individu
35
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2004), hlm. 81. 36 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), hlm. 48.
53
memiliki
keberanian
dan
keikhlasan
dalam
melaksanakan
kewajibannya. Tanggung jawab juga menuntut supaya setiap orang dapat melaksanakan apa yang diperintahkannya dengan sebaik-baiknya sebagai pencerminan dan jiwa yang berpribadi. 3) Perasaan malu. Rasa malu ibarat rem yang akan mengerem kita dari perbuatan yang tidak baik. Semakin besar rasa malu, maka rem itu semakin pakem sehingga seorang akan terhindar dari perbuatan yang bertentang dengan norma. Jika rasa malu hilang maka segala perbuatannya tidak akan tekontrol. 4) Motivasi intrinsik. Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk bertindak dengan cara-cara yang halus, yang dimaksud motivasi intrinsik adalah bahwa siswa dalam bersikap disiplin tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri siswa tersebut sudah ada dorongan untuk melaksanakan kedisiplinan. b. Faktor eksternal, antara lain meliputi: 1) Hukuman yang adil. Pendidik kadang menggunakan hukuman, ancaman untuk mendapat disiplin pada seorang anak. Cara tersebut bisa menimbulkan sikap disiplin meskipun dapat dikategorikan disiplin semu. Disiplin semu adalah disiplin yang disertai jiwa yang kurang sehat, disiplin yang disertai perasaan hitam rendah diri, lemas tidak menentu. Cara-cara membangkitkan disiplin dengan cara tersebut diatas tidak jarang menimbulkan rasa kurang senang pada anak. Kemudian sikap yang tidak disiplin akan timbul lagi seperti semula setelah pendidik pergi, bahkan mengejek dari belakang. 2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi luar
54
atau motivasi yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Jadi, dalam hal ini siswa bersikap disiplin apabila ada sesuatu yang merangsangnya untuk bersikap disiplin. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi luar tidak baik dan tidak penting. Sebab kemungkinan besar siswa itu masih berubah sehingga diperlukan motivasi luar. 3) Lingkungan yang menyenangkan. Di dalam usaha membentuk sikap disiplin yang merupakan pencerminan diri seorang siswa. Ternyata faktor lingkungan memegang peranan penting. Dalam hal ini lingkungan sosial terdekat berfungsi sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap kedisiplinan, makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk siswa agar bersikap disiplin. Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk mengembangkan sikap disiplin antara lain sebagai berikut: mengenal dan memahami peraturan yang ada, mempunyai kesadaran akan pentingnya peraturan-peraturan yang ada, serta kesadaran akan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut, dengan kesadaran, akan mengarahkan sikap dan perbuatan untuk menjunjung tinggi dan taat pada peraturan yang ada, membiasakan sikap dan perbuatan disiplin.37
37
Sri Pustaka, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan II (Yogyakarta: Cempaka Putih, 2005),, hlm. 114.
55
Ada beberapa latihan-latihan disiplin waktu bagi anak adalah sebagai berikut: a. Anak-anak hendaknya diajak merundingkan kegiatan-kegiatan yang perlu mereka lakukan di rumah setiap hari dan bersama menyusun jadwal kegiatan rumah pada tiap-tiap hari bagi masing-masing anak. b. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk melaksanakan dengan setiap kegiatan yang sudah terjadwal dengan menepati penggunaan waktu yang telah ditetapkan. c. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk bekerja dengan baik sehingga dapat menyelesaikan setiap tugas pekerjaan tepat pada batas waktu yang telah direncanakan. d. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk segera menyelesaikan setiap tugas
yang
dapat
diselesaikan
pada
saat
sekarang.
Jangan
membiasakan mereka untuk menunda-nunda pekerjaan untuk ahri-hari esok. e. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk mengisi waktu terluang mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. f. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk bekerja cepat dan tidak membiasakan diri mengulur-ulur waktu sehingga memperlambat penyelesaian setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. g. Meskipun dengan bekerja cepat, anak-anak hendaknya juga melatih diri untuk bekerja secar teliti dan cermat untuk menghindari terjadinya
56
kesalahan-kesalahan
karena
kesalahan
biasaya
memperlambat
penyelesaian tugas. h. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk tidak terlambat datang sekolah, datang di rumah, atau datang memenuhi janji atau undangan. Anak-anak juga harus terbiasa untuk segera datang apabila mereka sedang dipanggil oleh orang tua atau orang lain untuk datang. i. Anak-anak hendaknya membiasakan diri untuk suka makan bersama keluarga dan suka memanfaatkan waktu makan bersama itu untuk menceritakan suatu pengalaman, menyampaikan keluhan-keluhan dan permasalahan mereka kepada orang tua pra anggota keluarga lainnya.38 Para guru, orang tua dan orang lainnya yang bertugas untuk membina dan mengatur maupun memberi tauladan yang baik pada anak, dimana mereka memiliki tanggung jawab untuk melatih anak untuk berperilaku dan bersikap yang sesuai dengan harapan masyarakat. Ketika anak berada di sekolah para guru yang berperan sebagai pembimbing anak dan ketika anak berada di rumah orang tua yang berperan sebagai pembimbing. Menurut Nur Kholisoh dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X TKR 2 SMK Wisudha Karya Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa SMK Wisudha Karya Kudus diperoleh hasil yang menunjukkan masih
38
Wasty Soemanto, Pendidikan Wiraswasta (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 218-219.
57
banyaknya siswa yang kurang disiplin dalam menaati tata tertib sekolah sehingga diperlukan upaya bantuan melalui layanan bimbingan kelompok. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kedisiplinan tata tertib siswa pada kelas X TKR 2 SMK Wisudha Karya Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012?. Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kedisiplinan sebelum dan sesudah bimbingan kelompok pada siswa kelas X TKR 2 SMK Wisudha Karya Kudus, 2. Mengetahui atau menemukan seberapa besar peningkatan kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X TKR 2 SMK Wisudha Karya Kudus tahun pelajaran 2011/2012.39 Menurut Indah Sumaya dalam skripsi yang berjudul “Penegakan Disiplin Siswa di SMP Al Amanah Setu Tanggerang Selatan” menyimpulkan bahwa kendala yang dihadapi guru SMP Al Amanah Setu Tanggerang Selatan dalam menegakkan disiplin siswa yaitu kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan, sehingga mereka menganggap kedisiplinan adalah suatu pengekangan. Manfaat penegakan disiplin siswa adalah sebagai tolok ukur mampu tidaknya siswa dalam
39
Nur Kholishoh, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X TKR 2 SMK Wisudha Karya Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012”, Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Kudus: Universitas Muria Kudus, 2012), hlm. 88.
58
mentaati aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah yang sangat penting untuk stabilitas belajar mengajar. 40
40
Indah Sumaya, “Penegakan Disiplin Siswa di SMP Al Amanah Setu Tanggerang Selatan”, Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hlm. 83.