BAB II KEDISIPLINAN SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PAI
A. KEDISIPLINAN SISWA 1. Pengertian Kedisiplinan Seperti yang dikemukakan di bab satu bahwa pengertian kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapat awalan kedanakhiran –an. sedangkan menurut istilah disiplin berarti latian batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu menaati tata tertib (di sekolah atau kemiliteran).1 Disiplin adalah suatu tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.2 Secara ilmiah kedisiplinan diartikan cara pendekatan yang mengikuti ketentuan-ketentuan yang pasti dan konsiten untuk memperoleh pengertian-pengertian dasar yang menjadi sasaran studi.3 Adapun pengertian disiplin secara umum dapat diartikan sebagai penguasaan diri agar perilaku seseorang tidak melanggar hak orang lain, taat, setia, dan patuh terhadap peraturan yang berlaku, sedangkan secara khusus disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses diri seseorang, karena perilaku 1
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1991),
hlm.731 2
Syaiful Bahri Dja marah, Psikologi Belajar, (Jakarta :Rineka Cipta,2002), hlm. 47 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.208 3
21
22
yang menunjukkan nilai-nilai kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan ketertiban. Jadi disiplin timbul karena adanya nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban yang dimiliki seseorang.4 Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-qur’an Surat an-Nisa Ayat 59, berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri diantara kamu’.(Qs.an-Nisa:59).5 Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kedisiplinan adalah perihal sesuatu yang harus ditaati, dipatuhi dan dijalankan oleh yang bersangkutan sebagai sikap yang sadar dalam diri seseorang. 2. Dasar Kedisiplinan Disiplin, kata ini hampir ada dalam setiap kegiatan atau aktivitas, seperti: disiplin kerja, disiplin waktu, disiplin bealajar, disiplin ilmu, disipli agama, dan masih banyak lagi. Disiplin merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Sebagai contoh disiplin
4 5
hlm 128
Salim Bahreisy, Riyadhus shdin Jilid 1, (Bandung: Al-Ma’arif,2001), hlm 262 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya (Semarang: CV Al-Waah, 2003),
23
waktu, jika sesorang malas-malasan, menunda-nunda waktu, dan santai, maka yang diperolehnya adalah suatu kegagalan. Karena menurut para ahli kewiraswastaan bahwa salah satu kegagalan yang umum pada seseorang adalah menunda-nunda sesuatu dengan alasan menanti saat yang baik. Dengan demikian, ia telah membuang-buang waktu dan melewatkan kesempatan yang baik untuk mendapatkan yang baik itu. Disiplin adalah kunci sukses sebab dengan disiplin orang menjadi berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinnya sendiri, sesudah berlaku dengan disiplin, seseorang baru akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit, tetapi buahnya manis.6 Allah berfirman:
Artinya: “(1) Demi masa, (2) sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)”.7 Ayat
di
atas
menerangkan
bahwa
manusia
yang
tidak
menggunakan masanya (waktu) dengan sebaik-baiknya termasuk golongan merugi. Tidak ada satupun manusia yang menginginkan
6 7
Agus Sujanto, Bimbingan Kearah Belajar Sukses (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 74 Departemen Agama RI, Op.Cit.,hlm. 1099
24
apalagi merakan kerugian. Namun, sayangnya manusia masih enggan untuk mengatur waktu sebaik-baiknya. Hal ini semestinya sebagai pijakan manusia untuk lebih hati-hati dalam menggunakan waktu jika tidak ingin merugi. Ayat ini juga memuat makna perihal nasihatmenasihati. Waktu adalah sebagai dasar utama dalam kedisiplinan. Dengan memandang waktu sebagai sesuatu yang berharga dan berniali, maka secara langsung maupun tidak langsung pelaku disiplin menikmati betapa indahnya hidup dalam suasana keteraturan, dalam arti lain segala aktivitas atau kegiatan dijalani dengan rasa senyum meskipun sangat sibuk dan padat, karena sudah terjadwal dengan rapi. Disiplin juga erat kaitannya dengan perihal taat, patuh, dan setia. Sebagaimana dalam Al-qur’an surat an-Nisa’ Ayat 59 berikut ini:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa:59)8
8
Ibid, hlm. 128
25
Dalam surat Ali Imran Ayat 31, juga menerangkan masalah ketaatan, yaitu:
Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan menampuni dosa-dosamu,” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Imran: 31).9 Ayat di atas memiliki maksud agar kita selalu taat, patuh dan setia kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri. Terdapat dalam hadist Nabi Muhammad Saw Perihal kedisiplinan, yaitu: اِس َمعُىا َواَ ِطيعُىا َواِن:صهًَّ هللاُ َعهَي ًِ َو َسهَّ َم َ ٌَدبِيبَة )انبخاري (رواي ًَُرأ َس
ِ قَا َل َرسُى ُل هللا:ض َي هللاُ عَىًُ قَا َل ِ عَه اَوَس َر اَ َّن :َخبَ ِش َي عَب ٌذ َعهَي ُكم اِستَع َمم
Arinya: “DariAnas berkata: Bersabda Rasulullah Saw: “Dengarlah dan taatlah meskipun yang terangkat dalam pemerintahanmu seorang budak Habasiah yang kepalanya bagaikan kismis”.(Bukhari).10 Hadis diatas mengandung makna yang jelas, bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk menaati,mematuhi, dan setia terhadap pemimpin atau kepala pemerintahan tanpa memandang dari segi agama, status sosial, partia pemerintah, fisik tubuh dan sebagainya. Namun Rasulullah juga menghimbau agar tidak mengikuti perintah atau aturan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran atau nilai-nilai 9 10
Ibid, hlm. 80 Salim Bahreisy, Op.Cit, hlm. 498
26
agama islam. Kewajiban tersebut apabila tidak dijalankan atau tidak dipatuhi maka orang itu akan mendapat dosa karena kewajiban itu tanggung jawabnya, dan akan di pertanggung jawabkan diakhirat. Maka sesuai dengan sabda Rasulullah saw., berikut di bawah ini:
اِس َمعُى َواَ ِطيعُىا:صهًَّ هللاُ َعهَي ًِ َو َسه َّ َم َ ِال َر سُى ُل هللا َ َ ق:ال َ َض َي هللاُ عَىًُ ق ِ عَه اَوَس َر )فَا ِوَّ َما َعهَي ِهم َما َح َمهُىا َو َعهَي ُكم َما َح َمهتُم (رواي مسهم Artinya: “Rasulullah Saw, bersabda: Dengarlah dan taatlah maka sungguh bagi masing-masing kewajiban sendiri atas mereka ada tanggung jawab, dan atas kamu tanggung jawabmu”. (Muslim).11 Setelah mengetahui beberapa dasar-dasar kedisiplian maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam kitab Al-qur’an dan Hadis ada beberapa yang menjelaskan tentang kedisiplinan. Seperti halnya disiplin shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Yang semua pelaksanaannya dengan cara berturut-turut atau tertib.
3. Tujuan Kedisiplinan Tujuan kedisiplinan adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga akan sesuai peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di identifikasi.12 Menanam disiplin pada anak bertujuan untuk menolong anak memperoleh keseimbangan antara kebutuhannya untuk berdikari dan penghargaan terhadap hak-hak orang lain. Disiplin di sekolah bukan suatu usaha untuk membuat anak
11 12
Ibid.,hlm. 500 Elisabeth B. Horlock, Perkembangan Anak Jilid 2 ( Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 12
27
menahan tingkah laku yang tidak diterima oleh sekolah, melainkan suatu usaha untuk memperkenalkan cara atau memberi pengalaman, yang akhirnya membawa anak kepada pemilikan suatu disiplin yang timbul dari dirinya sendiri dengan kata lain memiliki suatu disiplin dari dalam. Memiliki sikap atau watak disiplin tidaklah mudah, karena disiplin pada seseorang datangnya secara sadar dan merupakan kemauan dalam hati sanubari. Akan lebih baik jika penanaman sikap disiplin pada seseorang adalah sejak masih kecil atau anak-anak, di mana pada masa itu anak akan mudah dan terbiasa berjiwa disiplin hingga masa dewasa nanti. Namun, penanaman sikap disiplin juga tidak cukup satu atau dua kali dilakukan, melainkan disiplin dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus. Latihan dan latihan adalah kunci sukses untuk memiliki sikap disiplin.13 Dari beberapa tujuan kedisiplinan di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin bertujuan untuk mengontrol, mengarahkan, dan mengendalikan terhadap perilaku-perilaku yang ada dalam diri seseorang agar memperoleh hasil yang baik. 4. Macam-macam Kedisiplinan Menurut Amir Mahmud menyatakan bahwa macam-macam disiplin itu ada tiga, yaitu: a. Disiplin pribadi disiplin perorangan, yang merupakan kepatuhan seseorang terhadap suatu ikatan disiplin tertentu.
13
Amiroedin, Disiplin Militer dan Pembinaannya (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 21
28
b. Disiplin kelompok, yang mengikat seseorang anggota kelompok tersebut dalam hubungan dengan fungsi dan peranan kelompok tersebut sebagai suatu fungsional yang bulat. c. Disiplin Nasional atau disiplin bangsa, yang mengikat warga dalam ikatan kebangsaan yang bulat dan utuh sesuai dengan fungsi dan dan peranan masig-masing.14
Adapun macam-macam disiplin dalam versi lain adalah sebagai berikut: a. Disiplin dalam penggunaan waktu Kita harus menghargai waktu dengan cara berdisiplin dalam merencanakan, mengatur dan menghargai waktu yang oleh Allah dikaruniakan kepada kita tanpa di pungut biaya. Orang yang berhasil yang mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datangdengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat dalam kehidupan pribadinya. Di dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan sadar. Baik pihak guru maupun pihak siswa.15 b. Disiplin dalam beribadah Secara bahasa, arti ibadah adalah patuh, tunduk atau merendahkan diri. Pengertian yang lebih luas dalam ajaran islam, ibadah berarti
14
Amir Mahmud, Perkembangan Politik dalam Negeri Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 205 15 Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hlm. 17
29
tunduk dan merendahkan diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya.16 c. Disiplin dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, tetapi dengan bermasyarakat, mereka tentu memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus di hormati dan dihargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat tersebut. Kunci sukses keberhasilan suatu negara terletak pada kedisiplinan berupa kesetiaan dan kesungguhan warga negaranya melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.17 Disiplin diri terdiri dari empat aspek, yaitu: Disiplin rasional, yaitu apabila terjadi pelanggaran akan menimbulkan rasa bersalah; Disiplin sosial, yaitu apabila terjadi pelanggaran atau apabila dilanggar menimbulkan rasa malu; Disiplin efektif, yaitu apabila melanggar akan menimbulkan rasa gelisah; Disiplin agama, yaitu apabila melakukan pelanggaran akan menimbulkan dosa.18
16
Direktorat Pembina Agama Op.Cit., hlm.29 Ibid.,hlm. 34 18 Umar TK. Sutan Tirta Raharja dan La. Sula, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 11 17
30
5. Ciri-ciri Kedisiplinan Melihat dari beberapa pengertian kedisiplinan pada awal bab 2, maka dapat diketahui bahwa kedisiplinan mempunyai ciri-ciri bagi pelaku disiplin, secara umum ciri-ciri kedisiplinan adalah: a. Taat dan patuh terhadap peraturan Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Peraturan merujuk pada patokan atau standar yang sifatnya umumyang harus dipenuhi oleh siswa. Misalnya saja peraturan tentang kondisi yang harusdipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung, meliputi: 1) Mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan atau diperintahkan oleh guru. 2) Mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh temantemannya di kelas. 3) Tidak berbicara tanpa seizin guru. 4) Memberi jawaban jika guru mengajukan pertanyaan. 5) Tidak keluar dari kelas jika tidak ada izin dari guru. 6) Melakukan hal-hal yang menyimpang dari kegiatan belajar mengajar harus seijin guru.19 Tata tertib merujuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus, misalnya tentang penggunaan pakaian seragam, 19
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 122-123
31
penggunaan
laboratorium,
mengikuti
upacara
bendera,
mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP dan lainnya. b. Hidup menjadi teratur Kunci keberhasilan atau kegagalan kita adalah tergantung pada diri kita sendiri, bukan ditentukan oleh orang lain. Karena itu kita harus menguasai serta mengarahkan diri kita kepada sesuatu yang bermanfaat. Kita harus bisa mengendalikan nafsu yang kadangkala menjerumuskan kecerdasan emosional arah jalan yang merugikan. Shalat adalah merupakan kontrol diri sendiri. Disiplin juga datangnya dari kontrol. Ini berarti bahwa seseorang itu harus dapat mengendalikan dirinya terhadap segala macam sifat negatif, yang merugikan dirinya maupun masyarakat di sekitarnya. Orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya, jangan harap dapat mengendalikan orang lain. Sebagai contoh, orang yang shalatnya tidak teratur baik dalam hal pemilihan waktu maupun khusuknya, dapatlah digambarkan, bahwa dalam mengarungi bahtera hidup setiap harinya ia memiliki sikap dan sifat tidak teratur pula.20 Namun sebaliknya, jika seseorang dapat
mengatur,
mengontrol, dan mengendalikan dirinya maka buah yang akan di hasilkan
adalah
sikap
disiplin,
patriotik,
dan
berwibawa.
Menjadikan hidup lebih teratur adalah harapan semua manusia, maupun mengendalikan diri sendiri juga merupakan tugas yang 20
Imam Munawir, Motivasi Islam dalam Hidup Dinamis, Patriotik, dan Berjiwa Besar (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2006),hlm. 178
32
sangat
berat,
yang
harus
ditanggulangi
bai
orang
yang
menghendaki perubahan ke arah lebih baik. Kunci dari itu semua adalah menyusun sebuah jadwal waktu kegiatan. Sepertinya hanya waktu shalat, waktu belajar, waktu kerja, waktu makan dan minum, waktu istirahat dan waktu bermain. Jika itu semua dilakukan dengan cara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan hati maka hidup teratur diperolehnya.21 c. Menghargai waktu dan mempergunakannya dengan baik Disiplin bukan hanya dalam hal apa yang harus dilakukan akan tetapi juga kapan harus melakukan. Disiplin seseorang dapat terjamin apabila dilakukan latihan terus menerus. Dengan latihan yang kontinyu, maka sikap itu akan menjadi kebiasaan. Salah satu latihan disiplin adalah shalat.22 d. Tidak menunda-nunda pekerjaan Menurut para ahli kewiraswastaan bahwa salah satu kegagalan yang umum
pada seseorang adalah menunda-nunda sesuatu
dengan alasan menanti saat yang baik. Dengan demikian, ia telah membuang-buang waktu dan melewatkan kesempatan, orang mengalami kegagalan dalam hidupnya oleh karena mereka bersikap menunggu saja atas datangnya “saat yang tepat” untuk mulai mengerjakan sesuatu yang berharga itu. Waktu tidak akan mengenal corak yang tepat atau yang bukan tepat. Dengan dimulai 21 22
Ibid.,hlm. 138 Ibid.,hlm. 139
33
disiplin yang telah ditanamkan oleh salah satunya yaitu, shalat. Maka disiplinkan terhadap pekerjaan yang lain. Menunda-nunda waktu berarti menumpuk-numpuk kesengsaraan. Bekerjalah sesuai dengan jadwal dan kemampuan yang dimiliki, maka kesuksesan akan datang dan diraih meskipun melalui cara setapak demi setapak atau bertahap. Dengan demikian, orang yang disiplin akan segera melakukan apa-apa yang dilakukan tanpa menunda-nunda waktu yang tepat.23 e. Menepati janji dan bertanggung jawab Perilaku disiplin akan memiliki sifat atau ciri ini manakala ia mampu merubah kebiasaan buruknya dengan kebiasaan baik. Misalnya jika siswa telah bersumpah kepada gurunya, maka ia tidak boleh melanggar. Mengingat janji adalah hutang, maka orang yang berjanji harus menepati dan jika mengingkari harus pula bertanggung jawab. Sebagaimana firman Allah Swt:
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa’at) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S. Al-Israa’:34).24 23 24
Ibid., hlm. 139 Departemen Agama RI, Op.Cit.,hlm. 429
34
Meskipun seseorang tidak sepenuhnya pasti bisa menepati janji tanpa izin allah swt, tetapi setidaknya usaha menjadi prioritas utama. Karena manusia dituntut untuk berusaha, begitu pula dalam bersumpah atau berjanji maka ia harus berusaha untuk selalu “mengingatnya, agar tidak lupa dan mengingkari sumpah atau janji tersebut. f. Dalam beragama, selalu menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang memilki sikap disiplin beragama akan
selalu
tepatwaktu dalam menjalankan Perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam konteks pendidikan agama ada beberapa hal yang sangat berkaitan dengan kedisiplinan, diantaranya adalah: 1) Sembahyang lima waktu dalam waktu-waktu tertentu, tidak boleh sebelum dan sesudahnya. Jadi, di sini seseorang dilatih berdisiplin menepati waktu. 2) Puasa dalam bulan Ramadhan, yaitu menahan makan dan minum dari semenjak sebelum terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Di sini seseorang dilatih untuk melatih ketahanan jasmani dan rohani atau apa yang disebut dalam istilah Inggris “Strong will” atau kemauan yang keras. 3) Malah lebih luas lagi dari itu adalah konsep amanah. Amanah berarti pemberian-pemberian Tuhan kepada manusia termasuk
35
kekayaan ilmu pengetahuan, kekuasaan lainnya. Haruslah dianggap sebagai tanggung jawab yang besar.25 6. Pembentukan Kedisiplinan Timbulnya sikap disiplin bukan merupakan peristiwa mendadak yang terjadi seketika. Melainkan dorongan dalam diri seseorang. Disiplin pada diri seseorang tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan itupun dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Di bawah ini adalah penjelasan tentang pembentukan dan faktor yang mempengaruhi atau penyebab kedisiplinan. Dalam pembahasan ini, penulis menyajikan dua pendapat dari para ilmuan perihal pembentukan kedisiplinan, yaitu: 1) Menurut Durkhaim Ada tiga tahap dalam penanaman kedisiplinan, yaitu: secara otoriter, secara pemissif, dan secara demokratis. a) Secara Otorite Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat biala terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan pujian atau tandatanda penghargaan lainnya. Bila anak memenuhi standar 25
hlm. 401
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna Zikra, 2006),
36
yang diharapkan. Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku. Yang tidak memberi kekerasan bertidak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. b) Secara Pemissif pemissif sebetulnya berarti sedikit berdisiplin atau tidak disiplin. Biasanya disiplin pemissif tidak membimbing anak kecerdasan emosional pola perilaku yang setujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. c) Secara Demokratis Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membentuk anak mengerti mengapa perilaku
tertentu
di
harapkan.
Metode
ini
lebih
menekankan pada aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya.26 2) Menurut Moh. Shochib Moh. Shochib mengatakan bahwa disiplin anak merupakan produk disiplin dan kepemilikan disiplin memerlukan proses belajar. Pada awal proses belajar perlu adanya upaya orang tua, hal ini dilakukan dengan cara: melatihnya, membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai beracuan moral. Jika anak telah terlatih dan terbiasa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai 26
Emile Durkhaim, Pendidikan (Moral Education), Terjemahan Lucas Euiting (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 99-100
37
moral, maka diperlukan adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.27 3) Menurut Irwan Prayitno Disiplin adalah proses latihan pikiran dan karakteristik untuk membentuk kontrol diri.28 Dari kedua pendapat di atas maka disimpulkan bahwa disiplin memerlukan sebuah proses yang terus-menerus atau secara kontinyu yaitu dengan melatih, membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai beracuan moral. Karena disiplin datangnya tidak secara mendadak, namun ada dorongan dari dalam diri seseorang. Pembentukan kedisiplinan belajar ada teknik dan metode yang di gunakan, antara lain: a) Sugesti. Yang dimaksud sugesti adalah proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.29 b) Pembiasaan.
Dalam
menanamkan
Disiplin
belajar
dilaksanakan secara rutin dan terus menerus yang akhirnya menjadi kebiasaan. Pembiasaan itu di contohkan dalam pembiasaan belajar yang di lakukan secara rutin sejak dini.
27
Moh. Sochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak mengembangkan Disiplin diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 21 28 Irwan Prayitno, Membangun Potensi Anak (Jakarta:Pustaka Tarbiatuna, 2003), hlm. 160 29 W. A. Geungan, Psikologi Sosial (Bandung: Eresco, 2002), hlm.61
38
Maka semua yang dirasakan berat karena sudah terbiasa menjadi ringan.30 c) Hadiah dan ganjaran. Dengan hadiah anak terdorong melaksanakan sesuatu yang di perintahkan atau yang menjadi kewajibannya. Hadiah dan ganjaran ini dapat berupa pujian, kasih sayang, penghargaan, perhatian secara perorangan maupun pemberian sesuatu atau benda dalam pemberian hadiah ini harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai melewati batas sehingga anak menjadi sombongatau merasa lebih dalam segalanya dan apabila terlalu sering membuat anak menjadi ketergantungan, apabila tidak ada hadiahnya maka ia tidak mau melaksanakan suatu pekerjaan dalam hal ini yaitu belajar.
7. Faktor-faktor penyebab kedisiplinan Faktor-faktor yang menjadi penyebab kedisiplinan adalah kerelaan identifikasi, internalisasi kepentingan yang bersangkutan terjamin. a. Kerelaaan (complience). Sebuah penerimaan yang jelas atau tampak, yang dimasukkan oleh penghargaan dan kaidah-kaidah serta beberapa pendirian yang disukai dalam menjalankan peraturan.
30
Hamzah Ya’kub, Etika Islam (Bandung: CV. Diponegoro, 2003), hlm. 64
39
b. Identifikasi. Sebuah bentuk penerimaan peraturan bukan karena nilai intrinsik dan seruan tetapi karena orang-orang ingin mempertahankan keanggotaan dalam kelompok. c. Internalisasi. Penerimaan atau peraturan atau tingkah laku oleh individu karena ia sesungguhnya ingin mendapatkan kaidah yang sepuas-puasnya. d. Kepentingan yang bersangkutan terjamin Dengan adanya faktor-faktor penyebab kedisiplinan diatas diharapkan pribadi siswa akan terbentuk untuk menjadi lebih disiplin dalam hal menaati peraturan tata tertib sekolah yang berlaku peraturan tata tertib sekolah tersebut mempunyai sanksi yang telah diberlakukan kepada semua siswa.31 Kedisiplinan di sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa di sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplian guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib. Kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau ketertiban kelas, gedung sekolah, halaman sekolah dan lainnya, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staff bersama siswa-siswanya dan kedisiplinan tim Bp dalam pelayanannya terhadap siswa. Sebaiknya, kedisiplinan diri pada anak di pupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup si anak. Tata tertib di sertai pengawasan akan terlaksananya tata 31
Soerjono Soekamto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: CV. Rajawali, 2002), hlm. 250
40
tertib, dan pemberian pada setiap pelanggaran, tentunya akan menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri, terutama dalam hal belajar dan bekerja, karena adanya disiplin orang segan malas, menentang dapat mudah diatasi, seolah-olah tidak ada rintangan atau hambatan lainnya yang menghalangi kelancaran bertindak.32 Selain itu hendaknya segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran (baik guru-guru, pegawai-pegawai, buku-buku dan alat-alat) apat membawa anak didik kepada pembinaan
mental
yang
sehat,
moral
yang
tinggi,
dan
pengembangan bakat, sehingga anak itu dapat merasa lega dan tenang dalam pertumbuhannya dan jiwanya tidak goncang. Kegoncangan jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh tingkah laku yang kurang baik.33 Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya
kedisiplinan pada seseorang menurut Hasan Basri adalah faktor internal dan faktor eksternal, yakni: a. Faktor internal, antara lain meliputi: 1) Tahap kesadaran diri. Selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut makhluk
sosial.
Oleh
karena
itu,
selain
mempunyai
kepentingan individu, dalam kehidupan bermasyarakat juga akan timbul kepentingan bersama. Keseimbangan anatar
32
B. Singgih dan Singgih D. Gunrsa, Psikologi untuk Membimbing (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), hlm. 190 33 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), hlm. 46
41
kepentingan individu dan masyarakat harus di usahakan dan di wujudkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.2)
Perasaan
bertanggung jawab. Kita harus membiasaakan setiap tanggung jawab dalam kehidupan shari-hari. Tanggung jawab supaya setiap individu memiliki keberanian dan keikhlasan dalam melaksanakan kewajibannya. Tanggung jawab juga menuntut supaya setiap orang dapat melaksanakan apa yang di perintahkannya dengan sebaik-baiknya sebagai pencerminan dan jiwa yang berpribadi. 3) Perasaan malu. Rasa malu ibarat rem yang akan mengerem kita dari perbuatan yang tidak baik. Semakin besar rasa malu, maka rem itu semakin pakem sehingga seorang akan terhindar dari perbuatan yang bertentangan dengan
norma. Jika rasa malu hilang maka
segala perbuatannya tidak akan terkontrol .4) Motivasi intrinsik. Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang di maksud motivasi intrinsik adalah bahwa siswa dalam bersikap disiplin tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri siswa tersebut sudah ada dorongan untuk melaksanakan kedisiplinan. b. Faktor eksternal, antara lain meliputi: 1) Hukuman yang adil. Pendidik kadang menggunakan hukuman, ancaman untuk mendapat disiplin pada seorang anak. Cara tersebut bisa menimbulkan sikap disiplin meskipun dapat di kategorikan
42
disiplin semu. Disiplin semu adalah disiplin yang disertai jiwa yang kurang sehat, disiplin yang disertai perasaan hitam rendah diri, lemas tidak menentu. Cara-cara membangkitkan disiplin dengan cara tersebut diatas tidak jarang menimbulkan rasa kurang senang pada anak. Kemudian sikap yang tidak disiplin akan timbul lagi seperti semula setelah pendidik pergi, bahkan mengejek dari belakang. 2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi luar, motivasi yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Jadi, dalam hal ini siswa bersikap disiplin apabila ada sesuatu yang merangsangnya untuk bersikap disiplin. Perlu di tegaskan, bukan berarti bahwa motivasi luar tidak baik dan tidak penting. Sebab kemungkinan besar siswa itu masih berubah sehingga di perlukan motivasi luar. 3) Lingkungan yang menyenangkan. Di dalam usaha membentuk sikap disiplin yang merupakan pencerminan diri seorang siswa. Ternyata faktor lingkungan memegang peranan penting. Dalam hal ini lingkungan sosial terdekat berfugsi sebagai pendidik dan pembina. Maka jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap kedisiplinan makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk siswa agar bersikap disiplin. Di bawah ini adalh langkah-langkah untuk mengembangkan sikap disiplin antara disiplin antara lain:
43
Mengenal dan memahami peraturan yang ada, mempunyai kesadaran akan pentingnya peraturan-peraturan yang ada, serta kesadaran akan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut, dengan kesadaran akan mengarahkan sikap dan perbuatan untuk menjunjung tinggi dan taat pada peraturan yang ada, membiasakan sikap dan perbuatan disiplin.34 Ada beberapa latihan-latihan disiplin waktu bagi anak adalah sebagai berikut: a. Anak-anak hendaknya diajak merundingkan kegiatan-kegiatan yang perlu mereka lakukan dirumah setiap hari dan bersama menyusun jadwal kegiatan rumah pada tiap-tiap hari bagi masing-masing anak. b. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk melaksanakan dengan setiap kegiatan yang sudah terjadwal dengan menepati penggunaan waktu yang telah di tetapkan. c. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk bekerja dengan baik sehingga dapat menyelesaikan setiap tugas pekerjaan tepat pada batas waktu yang telah di rencanakan. d. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk segera menyelesaikan setiap tugas yang dapat di selesaikan pada saat sekarang. Jangan membiasakan mereka untuk menunda-nunda pekerjaan untuk hari-hari esok. 34
Sri Pustaka, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (Yogyakarta: Cempaka Putih, 2005), hlm. 114
44
e. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk mengisi waktu terluang mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. f. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk bekerja cepat dan tidak membiasakan diri mengulur-ulur waktu sehingga memperlambat penyelesaiaan pekerjaan yang di percayakan kepadanya. g. Meskipun dengan bekerja cepat, anak-anak hendaknya melatih diri untuk bekerja secara teliti dan cermat untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan karena kesalahan biasanya memperlambat penyelesaian tugas. h. Anak-anak hendaknya melatih diri untuk tidak terlambat datang sekolah, datang dirumah, atau datang memenuhi janji atau undangan. Anak-anak juga harus terbiasa untuk segera datang apabila mereka sedang di panggil oleh orang tua atau orang lain untuk datang. i. Anak-anak hendaknya membiasakan diri untuk suka makan bersama keluarga dan suka memanfaatkan waktu makan bersama
itu
untuk
menceritakan
suatu
pengalaman,
menyampakan keluhan-keluhan dan permasalahan mereka kepada orang tua para anggota keluarga lainnya.35 Para guru, orang tua dan orang lainnya yang bertugas untuk membina dan mengatur maupun memberi tauladan baik pada
35
Wasty Soemanto, Pendidikan Wiraswasta (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 218-219
45
anak, dimana mereka memiliki tanggung jawab untuk melatih anak untuk berperilaku dan bersikap yang sesuai dengan harapan masyarakat. Ketika anak berada di sekolah para guru berperan sebagai pembimbing anak dan ketika anak berada dirumah orang tua yang berperan sebagai pembimbing. B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi terdiri dari dua kata yaitu “Prestasi” dan “belajar”. Adapun pengertiannya akan penulis uraiakan menjadi dua sebagai berikut: a. Pengertian Prestasi Adapun mengenai prestasi banyak para ahli yang mencoba untuk memberikan
definisi
tentang
prestasi,
hal
ini
dimaksudkan
memperoleh pandangan yang jelas tentang prestasi itu. 1) Menurut Bukhari bahwa istilah prestasi cenderung menunjukkan hasil-hasil nyata dari suatu usaha.36 2) Menurut W.S Winkel prestasi adalah hasil usaha atau bukti keberhasilan usaha yang dicapai.37 3) Menurut Zainul Bahry prestasi adalah hasil yang telah dicapai suatu usaha hasil kerja yang di dapat atau dicapai.38
36 37
M. Bukhari, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta:Sumbangsih Off, 1985). hlm. 35
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm.161 38 Zainul Bahry, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum & Politik, (Bandung:Angkasa, 1996), hlm.257
46
b. Pengertian Belajar Adapun definisi belajar menurut beberapa ahli yaitu: 1) Menurut Zakiah Daradjat dkk Belajar adalah modifikasi tingkah laku organisme sebagai hasil kematangan dan pengalaman lingkungan.39 2) Menurut Ramayulis Belajar adalah suatu rangkaianproses kegiatan respons yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh.40 3) Menurut Nasution Belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ini dalam praktik sangat banyak dianut di sekolah diamana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid bergiat untuk mengumpulkannya. Sering belajar itu disamakan dengan menghafal. Bukti bahwa seorang anak belajar ternyata dari hasil ujian yang diadakan.41
39
Zakiah Daradjat, Pengajara Agama Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), hlm. 5
40
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), Cet. Ke-3 h.26
41
Nasution, Didaktik Asas-asas mengajar (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-1 h.34
47
4) Menurut Mustaqim dan Abdul Wahib Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisikondisi atau situasi disekitar kita. Pandangan ini pada umumnya di kemukakan oleh para pengikut aliran Behaviourisme.42 Secara umum, Belajar boleh dikatakan juga suatu proes interaksi antara diri manusia (id-eg-super-ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.43 Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah: 1. Suatu aktivitas atau usaha yang di sengaja 2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah di pelajari. 3. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan konseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik); 4. Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.44
42
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT Rineka Cipta,2003),
Cet. Ke-1 h.61 43
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. Ke-6 h.24 44
Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Semarang: Pustaka Belajar, 2001), Cet. Ke-1 h.34
48
Dari pengertian prestasi belajar dan belajar yang telah di uraikan diatas maka dapat sisimpulkan pengertian prestasi belajar adalah suatu hasil yang nyata yang di peroleh anak atau peserta didik setelah mereka mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Berhasil atau tidaknya seorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar: a. Faktor Internal 1) Kesehatan Jasmani dan rohani besar pengaruhnya terhadap kemampuan belaja. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.45 2) Intelegensi dan Bakat Kedua
aspek
kejiwaan
(psikis)
ini
besar
sekali
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cukup baik.
45
Daryono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2005), Cet. Ke-3 h.55
49
3) Minat dan Motivasi Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.46 b. Faktor Eksternal 1) Keluarga Keluaraga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.47 Keluarga yang memiilki banyak sumber bacaan dan anggota-anggota keluarganya gemar belajar dan membaca akan
memberikan
dukungan
yang
positif
terhadap
perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang mendorong anak-anak untuk senang belajar. 2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan 46 47
Ibid.,hlm.56 Ibid 59
50
fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah
per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan
sebagainya. Semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.48 3) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. 4) Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar.49 1. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar di capai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebak-biaknya. a. Yang tergolong faktor internal adalah: 48 49
Op.Cit.,hlm.59 Op.Cit.,hlm. 60
51
1) Faktor Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh yang terdiri atas: a) Faktor intelektif yang meliputi: 1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. 2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah di miliki. b) Faktor
non
intelektif,
yaitu
unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.50 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis b. Yang tergolong faktor eksternal, ialah: 1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga; b) Lingkungan sekolah; c) Lingkungan masyarakat; d) Lingkungan kelompok; 50
Abu Amadi dan Widodo Supriyono, Psikologi belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1991), Cet. Ke-1 hlm. 130
52
2) Faktor budaya seperti adat dan istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, iklim, lingkungan, spiritual atau keamanan. Faktorfaktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.51
51
Ibid., hlm. 139