BAB II PERSEPSI, KEDISIPLINAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Manusia terus menerus mengadakan perubahan hubungan dengan lingkungan
melalui
persepsi,
menggunakan
indera
penglihatan,
pendengaran, peraba, perasa dan pencium. Konsep persepsi banyak didefinisikan oleh para ahli psikologi. prawiradilaga mengartikan persepsi sebagai
suatu
proses
dimana
seorang
menyadari
keberadaan
lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objek-objek serta kejadian disekitarnya. Pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta sikap pada diri seseorang hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut. 1 Persepsi siswa adalah pendapat siswa terhadap kemampuan melihat dan memahami apa yang telah diajarkan oleh guru. Persepsi ini dapat diklasifikasikan dalam dua sifat yaitu positif dan negatif. Persepsi siswa dikatakan positif apabila pendapatnya terhadap kepemilikan minat dalam memahami apa yang diajarkan guru dalam proses pembelajaran,
1
Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta : Jakarta Kencana, 2004), hlm.
132.
23
24
sebaliknya persepsi dikatakan negatif apabila pendapatnya tidak tertarik untuk memahami mata pelajaran yang diajarkan guru. 2. Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Terjadinya persepsi melalui suatu proses yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut : a. Suatu objek (sasaran) menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus ditangkap oleh alat indera, proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik proses tersebut dinamakn proses kealaman (fisik). b. Stimulus suatu objek yang diterima alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologi yaitu berfungsinya alat indera secara normal. c. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya, proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.2 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa atau bagaimana dia memandang suatu objek
2
Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta : Andi Offset, 2010), hlm. 54.
25
dengan melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Dengan demikian berbedanya persepsi individu terhadap stimulus yang sama disebabkan oleh beberapa hal. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan suatu stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : a. Faktor internal (kebiasaan, minat, emosi, dan keadaan biologis) b. Faktor eksternal (intensitas, kebaruan, kekinian, gderakan, dan pengulangan stimulus). B. Kedisiplinan Guru 1. Pengertian Kedisiplinan Guru Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Konsep populer mengenai disiplin adalah ketegasan, mengikuti peraturan, dan hukuman. Menurut kamus bahasa Indonesia disiplin berarti latihan batin dan watak supaya menaati tata tertib atau kepatuhan terhadap aturan.3 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, disiplin adalah tata tertib yaitu ketaatan (kepatuhan terhadap tata tertib dan sebagainya).4 Disiplin dimengerti sebagai cara untuk membantu anak agar dapat mengmbangkan
pengendalian
diri.
Dengan
disiplin,
anak
dapat
memperoleh batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disiplin mendorong, membimbing, dan membantu agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan kepatuhannya dengan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Bahkan selanjutnya dijelaskan bahwa disiplin dapat memenuhi kebutuhan anak dalam banyak 3 4
12.
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya : Amelia, 2003), hlm. 124. Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.
26
hal. Karena dengan disiplin, anak dapat berpikir dan menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan lingkungan sosialnya.5 Elizabeth B. Hurlock menerangkan bahawa disiplin sebagai suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan. Seseorang dikatakan telah berhasil mempelajari kalau ia bisa mengikuti dengan sendirinya tokoh-tokoh yang telah mengajarkan sesuatu yaitu orang tua atau Guru. Apa yang dipelajari akan mengarahkan kehidupannya agar bisa bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat dan menimbulkan perasaan bahagia dan sejahtera.6 Guru dalam pengertian yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru atau pendidik merupakan orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab dengan pendidikan yang ia berikan kepada orang lain dan pendidikan bagi dirinya. Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua, karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah keluarga, sedangkan Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid di surau/ mushola, di rumah dan sebagainya.7
5
Dian Ibung, mengembangkan Nilai Moral Pada Anak (Jakarta : PT. Gramedia, 2009),
hlm. 101. 6
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2008 ), hlm. 81. 7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm. 31.
27
Jadi guru adalah orang yang harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perilakunya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan mengupayakan perkembangan peserta didik baik perkembangan sikap, pengetahuan, dan perilakunya. Dalam dunia pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa, kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya pesrta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang disiplin, kurangh arif, dan kurang b erwibawa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta didik dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditunjukan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah, timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang telah ditetapkan.8 MOH. Uzer Usman menjelaskan, bahwa guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Berdasarkan pada pengertian di atas maka yang dimaksud 8
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 122-123.
28
dengan kedisiplinan guru adalah sikap taat dan sesuai dengan peraturan sebagai seorang guru yang ditunjukan oleh seorang guru.9 2. Indikator persepsi siswa tentang kedisiplinan guru a. Membuat kelengkapan pembelajaran. 1) Absen Absen adalah tidak hadir, tidak masuk (sekolah, kerja, dan sebagainya). Mengabsen, mengambil atau menyebutkan satu persatu nama orang dari daftar nama untuk mengetahui yang hadir dan yang tidak hadir, sehingga jika setiap hari guru selalu mengabsen maka siswa akan semangat untuk masuk kelas dan belajar. 2) Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau indikator dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu : a) Bahan cetak(Printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leafied, wallchart, foto atau gambar, model atau market. 9
hlm. 5.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung : PT. Rosda Karya, 2005),
29
b) Bahan ajar dengan audio seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, dan film. d) Bahan ajar interaktif ( interaktif teaching material) seperti compact disk interaktif.10 3) Media atau alat mengajar Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya ferbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan penglihatan bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan.11 Menurut Jerome Bruner menurut fungsinya alat mengajar dibagi menjadi 4, yaitu : a) Alat
untuk menyampaikan pengalaman (vicarious),
yaitu
menyajikan bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim disekolah. Hal ini bisa terjadi melalui TV, rekaman suara, dan lain-lain, vicarious berarti sebagai substitusi atau pengganti pengalaman yang langsung.
10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 173-174. 11 Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (PT. Refika Aditama, 2009), hlm.59-60.
30
b) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip, atau struktur pokok. c) Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. d) Alat automatisasi, seperti teaching machine atau pelajaran berprogama, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau feedback tentang responds murid. Alat ini dapat meringankan bebas guru tidak akan dapat menggantikannya seperti halnya dengan buku.12 4) Rencana pelaksanaan pembelajaran Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program-program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode, dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar, dan daya dukung lainnya. Dengan demikian rencana pelaksanaan 12
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & mengajar (PT. Bumi Aksara, 2000), hlm.15.
31
pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu sistem yang terdiri atas
komponen-komponen
berinteraksi
satu
sama
yang lain,
dan
saling
berhubungan
memuat
serta
langkah-langkah
pelaksananya untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran pembelajaran mencakup tiga hal. Pre test, proses, dan post test. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.13 b. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. 1) Berdoa Doa merupakan ungkapan permohonan atau permintaan yang ditunjukan kepada Allah SWT semata-mata dalam usaha untuk memenuhi hajat atau keperluan tertentu. Restu dan ridha Allah senantiasa dimohon untuk menghidupkan semangat atau harapan bagi menjamin kekuatan rohani dan jasmani. Dengan dibiasakan berdoa maka dengan permohonan tersebut dapat menghidupkan semangat untuk belajar. 2) Apersepsi dan kesimpulan Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan apersepsi (pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan
13
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 105-106.
32
ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Apersepsi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi kesuksesan proses pembelajaran peserta didik.14 3) Metode pembelajaran Secara istilah, kata metodologi berasal dari bahas yunani yang terdiri dari kata mefta yang berarti melalui, hados yang berarti jalan atau cara, dan kata logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, metodologi pendidikan adalah jalan yang memberikan pemahaman atau pengertian kepada anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan. Metode apapun yang digunakan pendidik atau guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM, diantaranya sebagai berikut. Pertama, berpusat kepada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
14
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Op. Cit., hlm. 25.
33
Ketiga,
mengembangkan
kemampuan
sosial,
proses
pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together). Keempat, Mengembangkan keinginan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik, juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Kelima,
Mengembangkan
kreatifitas dan keterampilan
memecahkan masalah. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi anak didik.15 Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, yaitu: a) Metode
ceramah,
Metode
ceramah
merupakan
cara
menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik yang dilakukan secara lisan. Tujuan metode ceramah ini adalah menyampaikan bahan yang bersifat informatif, yang banyak serta luas, dan secara spesifik. b) Metode tanya jawab. Metode yang mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, metode ini dimaksudkan untuk merangsang
15
Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 135.
34
peserta didik supaya berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran. c) Metode tulisan, Metode mendidik dengan huruf atau simbol apapun, ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan jabatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. d) Metode diskusi, merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. e) Metode pemecahan masalah (Problem solving) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstruasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah. f) Metode kisah, pendidikan dengan metode ini dapat membuka kesan mendalam pada jiwa seseorang(anak didik), sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah-kisah itu. apalagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara yang menyentuh hati dan perasaan.
35
g) Metode perumpamaan, suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. h) Metode suri tauladan. i) Metode peringatan dan pemberian motivasi. Motivasi anak adalah suatu kegiatan memberi dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diharapkan oleh orang tua atau guru. j) Metode karyawisata, sejak lama kita telah mengetahui bahwa taman rekreasi dan tamasya mempunyai pengaruh yang besar dalam menggiatkan fisik dan jiwa, oleh karena itu orang tua atau guru berkewajiban mengkhususkan waktunya untuk pergi ketaman rekreasi bersama anak didiknya.16 4) Semangat Sebagai pemacu atau penyemangat belajar, guru harus mampu
melipatgandakan
potensi
peserta
didik,
dan
mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang, hal ini penting karena guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah, guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.17
16 17
Abdul Majid, Ibid., hlm. 175-176. E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 63.
36
c. Mengevaluasi hasil pembelajaran. Evaluasi selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Dengan evaluasi diperoleh balikan atau feedback yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode
pengajaran,
atau
untuk
menyesuaikan
bahan
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran yang sudah dilalui.18 Jika pada mulanya telah diberitahukan kepada murid tentang hasil belajar yang yang diharapkan dari padanya, maka sudah selayaknya pada akhir topik kepadanya diberikan test atau ulangan. Test ini tidak perlu mengandung rahasia atau sesuatu yang tersembunyi. Test itu harus sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan dari murid dan karena itu harus mengenai bahan pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Tujuan test itu untuk menyelidiki sampai mana siswa telah mencapai tujuan yang ditentukan.19 d. Bertindak objektif terhadap peserta didik. Bertindak objektif terhadap peserta didik memiliki peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran oleh karena itu sebagi seorang guru harus bersikap adil terhadap peserta didik, karena ketika guru tidak bersikap adil maka akan timbul kecemburuan peserta didik lainnya, dan ketika hal tersebut terjadi maka akan timbul rasa tidak 18 19
S. Nasution, Op. Cit., hlm. 78. S. Nasution, Ibid, hlm. 188.
37
semangat dlam mengikuti proses pembelajaran, begitu pula sebaliknya, apabila seorang guru selalu bertindak objektif kepada peserta didik maka akan timbul rasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. e. Mentaati ketentuan jam kerja. Untuk meningkatkan motivasi peserta didik mentaati ketentuan jam kerja juga memiliki peranan yang cukup penting, karena pada jaman sekarang ini guru juga telah dijadikan panutan bagi peserta didik, apabila guru senantiasa mematuhi ketentuan jam kerja, maka peserta didik akan meniru sikap guru tersebut, begitupula sebaliknya apabila guru memberikan contoh yang tidak baik, misalnya seperti sering terlambat, maka akan membuat peserta didik malas berangkat sekolah tepat waktu karena mereka berpikir guru yang mengajar mereka pasti terlambat jadi mereka berangkat tidak tepat waktu. 3. Macam-macam kedisiplinan Dalam perwujudannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis disiplin yang berbeda-beda, karena dasar yang mengikat seseorang dalam disiplin tersebut. Disiplin diri menurut Selo Soemarjan meliputi empat aspek, yaitu : a. Disiplin Rasional, yaitu bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa salah. b. Disiplin sosial, jika dilanggar menimbulkan rasa malu. c. Disiplin afektif, jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah.
38
d. Disiplin agama, jika dilanggar menimbulkan rasa berdosa.20 4. Fungsi kedisiplinan guru Dengan pemahaman tentang disiplin, dapatlah dimengerti bahwa disiplin akan membantu anak dalam beberapa aspek kepribadiannya. Disiplin dalam porsi yang tepat akan berguan untuk. Membantu penyesuaian diri, memberi rasa aman, terhindar dari rasa salah dan malu, memotivasi anak berbuat baik, dan memperkaya kepribadian anak.21 Disiplin dalam porsi yang tepat akan berguna untuk : a. Membantu penyesuaian diri Dengan adanya disiplin anak belajar untuk berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan yang selanjutnya akan menentukan posisi mereka dalam lingkungan tersebut, diterima atau ditolak. b. Memberi rasa aman Anak masih terbatas dalam pengalaman dan pemahaman mengenai segala sesuatu didunia ini, jadi, akan lebih mudah bagi mereka jika memiliki patokan mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak dilakukan, dengan sikap disiplin inilah maka, peserta didik akan mematuhi segala peraturan yang ada di lingkungannya. c. Terhindar dari rasa salah dan malu Dengan memiliki rasa aman karena arahan yang jelas, bararti anak juga terhindar dari rasa salah dan rasa malu yang mungkin ia alami jika melakukan kesalahan dalam berperilaku dan lingkungannya. 20
Umar Tirtaraharja dan La Sula, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2000) hlm. 11-12. 21 Dian Ibung, Op. Cit., hlm. 94.
39
d. Memperkaya kepribadian anak Dengan
arahan
yang
jelas,
berarti
anak
juga
dapat
mengembangkan keinginan untuk berbuat baik, benar dan yang terutama adalah perbuatan sesuai dengan harapan lingkungannya, dan akan lebih baik lagi jika menghasilkan respon positif dari lingkungan (pujian, penghargaan). e. Memotivasi anak berbuat baik Disiplin dalam porsi yang sesuai dengan perkembangan anak akan membantu anak mengembangkan kepribadiannya dan menjadi pendorong bagi anak untuk peka terhadap keinginan lingkungan dan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. f. Hatinurani atau polisi internal seorang anak juga dapat berkembang dengan adanya disiplin.22 5. Urgensi Kedisiplinan Guru Dalam
menanamkan
disiplin,
guru
bertanggung
jawab
mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi tokoh, sabar dan penuh dengan pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin diri ( self discipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Membentu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya. b. Membentu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.
22
Dian Ibung, Ibid., hlm. 102.
40
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.23 Disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan yang terjadi dalam mengajar merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam belajar. Seorang guru harus menjadi suri tauladan bagi setiap siswanya, maka dengan demikian setiap siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Kalau setiap guru tidak disiplin waktu dalam mengajar, maka bagaimana guru itu dapat menjadi suri tauladan bagi setiap siswanya, dan juga ketika guru tidak disiplin dalam mengajar maka peserta didik akan malas dalam belajar sehingga prestasinya pun akan tidak baik, tetapi sebaliknya ketika guru sudah dapat disiplin dalam hal mengajar, maka siswanya akan dengan sendirinya termotivasi untuk belajar sehingga hasil prestasinya pun akan menjadi baik. C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin Moveers yang berarti menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan. Secara
istilah terdapat
berbagai
macam
disampaikan oleh beberapa ahli, antara lain :
23
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 126.
definisi
motivasi
yang
41
a. Atkinson, yang menyatakan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh. b. Freud, menyatakan bahwa motivasi adalah energi pisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu. c. Chauhan, mengutip pendapat Aw Bernard yang mendefinisikan motivasi sebagai sebuah fenomena yang melibatkan stimulation (perangsang tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu dimana sebelumnya kecil atau bahkan tidak ada). d. Beberapa ahli yang lain seperti Halpin, Payne & Ellert, Freehil, Mc Donald, dan Zilli menekankan bahwa motivasi merupakan karakteristik personal yang menjadi energi, antusiasme, semangat, kekuatan, keteguhan, dan kebutuhan untuk berperilaku dalam mencapai prestasi. Secara umum motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku. Dalam definisi demikian, maka pada dasarnya motivasi merupakan proses yang terjadi didalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu untuk mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga. Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk, sehingga tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diketahui indikatornya dari perilaku yang tampak
42
seperti pemilihan tugas-tugas, usaha, keteguhan, dan ucapan-ucapan secara verbal. β saya yakin dapat menyelesaikan tugas-tugas ini.β24 Motivasi
dapat
juga
dikatakan
serangkaian
usaha
untuk
menyediakan kondidi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu, jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang.25 2. Karakteristik Motivasi Belajar Dari definisi yang telah dibuat oleh para ahli, ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas motivasi. Karakteristik motivasi tersebut menurut Seifert adalah kecenderungan untuk bertindak, membangkitkan, mengarahkan, memelihara atau menjaga, dan motivasi dipelajari ataukah pembawaan. a. Kecenderungan untuk bertindak Sulit bagi guru untuk mengobservasi motivasi berprestasi siswanya, tetapi guru dapat mengamati pekerjaan rumah dan partisipasi setiap hari siswa dikelas, serta bagaimana siswa memilih proyek-proyek juga yang diberikan kepadanya.
24
Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang : UIN Malang Press, 2009), hlm. 12-13. 25 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 109.
43
b. Membangkitkan dan mengarahkan Membangkitkan dan mengarahkan merupakan aspek-aspek yang penting dari motivasi, maka akan muncul dorongan-dorongan baik secara fisik maupun psikologi untuk berusaha. Menurut Stipek dan Kowlski, pada tugas-tugas yang sederhana, seperti mengidentifikasikan tulisan,
βdanβ
dalam
paragraf
ini,
biasanya
membangkitkan
kecenderungan untuk unjuk kerja (performance) lebih tinggi. Sedangkan
untuk
tugas-tugas
yang
lebih
kompleks
akan
membangkitkan kecenderungan untuk mengerjakan yang terbaik pada tingkat sedang. Tetapi untuk tugas-tugas yang menjemukan dan kurang diperhatikan,
maka
akan
membangkitkan
kecemasan
untuk
menyelesaikan tugas tersebut, atau mungkin akan membingungkan terhadap tugas-tugas itu sendiri. c. Permanen atau temporer Walaupun semua definisi menyatakan bahwa motivasi ada dalam diri seseorang dalam periode waktu yang lama, namun demikian ada dua motive yang memiliki keadaan waktu relatif pendek atau kadang-kadang (temporary) dalam lingkungan atau situasi tertentu dan terdapat juga motif-motif permanen (permanent motives). Salah satu contoh temporary motives adalah kecemasan. Banyak siswa yang merasa cemas pada saat menghadapi ujian, sehingga ada sebuah keinginan untuk belajar.
44
d. Dipelajari ataukah pembawaan Motivasi juga mempunyai berbagai macam jenis apakah merupakan hasil belajar ataukah pembawaan sejak lahir. Cemas dalam menghadapi ujian dan motivasi berprestasi adalah salah satu contoh motivasi yang dipelajari, dan dapat dilatihkan sedangkan lapar, keingintahuan dan kreatifitas merupakan motivasi yang tidak dapat dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, biasanya motivasi yang dimiliki oleh siswa merupakan kombinasi dari motivasi yang dipelajari dan motivasi pembawaan dari lahir. Seorang siswa mungkin menjadi cemas, khawatir pada saat menghadapi ujian karena ia memiliki pengalaman buruk dalam suatu ujian tetapi boleh jadi ia mempunyai sifat dasar sebagai orang yang mudah cemas atau khawatir dalam suatu hal. Semua bentuk-bentuk perilaku tersebut merupakan motivasi karena memberi energi dan arah untuk mencapai tujuan dalam belajar.26 3. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar a. Kemasakan (fisik, sosial, dan psikis). Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi.
Seandainya
dalam
pemberian
motivasi
itu
tidak
memperhatikan kematangan, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
26
Oemar Hamalik, Ibid., hlm. 15-20.
45
b. Usaha yang bertujuan, goal, dan ideal. Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar. c. Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi Apabila tujuan sudah jelas dan pelajar selalu diberi tahu tentang kemajuannya maka dorongan untuk usaha akan semakin besar. Kemajuan perlu diberitahukan, karena dengan mendapatkan kemajuan ini anak akan merasa puas, sesuai dengan low of effect dari Thorndike kepuasan ini akan membawa kepada usaha yang lebih besar, sebaliknya apabila murid mengalami kegagalan, untuk kepentingan belajar selanjutnya, hendaknya jangan selalu diingatkan sehubungan dengan low of effect dikatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan akan selalu diulang-ulang. Pengulangan berkali-kali adalah syarat belajar. d. Penghargaan dan hukuman Pemeberian penghargaan dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri diluar kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
46
e. Partisipasi Dalam kegiatan belajar mengajar perlu diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.27 4. Macam-macam Motivasi Belajar Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang ayng disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.28 a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu terangsang dari luar, karena dalam setiap diri
27
Mustaqim dan Abdul Wahab, Psikologi Penddiikan ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 75-76. 28 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 23.
47
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan secara sadar melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa mendatang.29 b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar individu. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan abaikan dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar. Guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik
29
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 116.
48
ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif dikelas.30 5. Jenis-jenis Motivasi Belajar a. Prespektif kebutuhan Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan oleh Maslow. Menurut Maslow, kebutuhan manusia bertingkat-tingkat. Individu akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya kebutuhan itu selalu terpenuhi, kebutuhan-kebutuhan itu adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan rasa lapar, haus, dan istirahat. 2) Kebutuhan akan keamanan (securiry), yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan. 3) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima kelompok, perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain. 4) Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan berprestise yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang pengetahuan, sosial, dan lainnya.
30
Syaiful Bahri Djamarah, Ibid., hlm. 116-117.
49
Menurut Maslow, motivasi pada setiap tingkatan dapat dibangkitkan
manakala
telah
terpenuhinya
tingkat
motivasi
sebelumnya. b. Prespektif fungsional Prespektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak adalah motivasi yang memberi tenaga untuk aktivitas tertentu, artinya menggerakkan seluruh energi yang tersedia tanpa adanya penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas, penggerak itu bisa datang dari luar diri individu yang kemudian dinamakan eksternal atau bisa muncul dari dalam yang dinamakan internal.31 Motivasi yang didasarkan kepada harapan adalah motivasi yang memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan. Dengan demikian, motivasi itu bangkit karena adanya harapan tertentu. Yaitu harapan yang dapat memuaskan kebutuhannya, manakala individu merasa sesuatu tidak akan muncul sesuai dengan harapan, maka motivasi itu akan lemah. Motivasi yang didasarkan pada insentif adalah motivasi yang muncul oleh karena ada tujuan yang nyata, tujuan tersebut adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan rasa senang, misalkan karena adanya
31
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 225.
50
hadiah atau pujian. Motivasi individu dapat dibangkitkan melalui insentif.32 6. Fungsi Motivasi belajar Fungsi motivasi menurut Oemar hamalik meliputi sebagai berikut : a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, ibarat Winkel sebelum ini, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.33 7. Pentingnya Motivasi belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan memperjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain. Pertama, menentukan hal-hal yang dapat menjadikan penguat belajar, kedua memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, ketiga menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan keempat menentukan ketekunan belajar.34
32
Wina Sanjaya, Ibid., hlm. 256. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP (Jakarta : Tim Gaung Persada Press, 2008) hlm. 162. 34 Hamzah B. Uno, Op. Cit., hlm. 27. 33