26
BAB II LINGKUNGAN MASYARAKAT DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA A. Lingkungan Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut “Society”, asal katanya Socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.1 Mengenai masyarakat, ada beberapa definisi mengenai masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli seperti misalnya: a. Menurut R.Linton Seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.2
1
MunandharSoelaeman, IlmuSosialDasar (TeoridanKonsepIlmuSosial), (Jakarta: PT. Eresco, 1993), Cet ke-6, hlm. 63. 2 Abu Ahmadi, IlmuSosialDasar, (Jakarta: PT RinekaCipta, 1991), Cet ke-2, hlm. 106.
27
b. Menurut Hasan Shadily Mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar/kecil dari beberapa manusia, atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. c. Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin Mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu ras identitas bersama.3 d. Menurut M.J Herskovist Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.4 e. Menurut Prof Dr Made Pidarta Masyarakat adalah mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling bergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama. Serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan ada kalanya atau bisa diartikan sebagai kesatuan kelompok kekerabatan dari suatu desa dalam suatu warga.5 Masyarakat dapat diartikan pula sebagai kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang besar yang saling 3
Arifin Noor, ISD (IlmuSosialDasar), (Bandung: CV PustakaSetia, 1997), hlm. 85. Abu Ahmadi, IlmuSosialDasar…, hlm. 106 – 107. 5 Made Pidarta, LandasanKependidikan (Stimulus IlmuPendidikanBercorakIndonesia), (Jakarta: RinekaCipta, 1997), hlm. 2. 4
28
membutuhkan, memiliki ciri-ciri yang sama sebagai lingkungan sosial di mana para anggotanya mempunyai persamaan kepentingan dan saling berinteraksi sejalan dengan kepentingan bersama tersebut.6 Setelah mengutip pendapat dari para sosiologi, mengenai pengertian masyarakat, Prof Dr Soejono Soekanto merumuskan pengertian masyarakat sebagai berikut: a. Sekumpulan manusia yang hidup bersama b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama, karena manusia merupakan makhluk yang memiliki perasaan, dan dapat bercakap-cakap, dan dapat dimengerti, maka pergaulan yang cukup lama itu menumbuhkan sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengantar tata hubungan antar mereka. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan. d. Merupakan satu sistem hidup bersama, sistem hidup bersama itu menimbulkan kebudayaan.7 Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungan.8 Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka taati itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam
6
Yusuf HadiMuarso, MenyemaiBenihTeknologiPendidikan, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm.
7
(Jakarta:
706. SoejonoSoekanto, SosiologiSuatuPengantar, YayasanBadanPenerbitFakultasEkonomi UI, 1998), hlm. 28. 8 Arifin Noor, ISD (IlmuSosialDasar)…, hlm. 85.
29
lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan yang khusus. 2. Peran Masyarakat Peran masyarakat sangat menentukan kondisi masyarakat pada suatu lingkungan tertentu. Bahkan peran masyarakat sangat penting terutama dalam hal pendidikan. Pasal 54 Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu dan pelayanan pendidikan. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Fuat Ihsan dalam bukunya berjudul dasar-dasar kependidikan menyatakan tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat, dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Meskipun demikian, masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang
dapat
menunjang
menyelenggarakan
pelaksanaan
pendidikan
non
pendidikan
pemerintah
nasional,
(swasta),
ikut
membantu
pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja,
30
membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.9 Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk: a. Memajukan kualitas pembelajaran dan perumbuhan anak Dengan adanya hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat, maka akan menjadikan majunya kualitas pembelajaran yang ada di sekolah tersebut. Pembelajaran yang berkualitas ini sudah tentu akan membentuk pertumbuhan anak yang berkualitas pula b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat. Hubungan yang selaras antara sekolah dan masyarakat akan membentuk dan memperbaiki tujuan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta penghidupan masyarakat. Apabila hal ini sudah terwujud maka sedikit demi sedikit akan tercipta kehidupan di masyarakat yang madani. c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah Dengan adanya tujuan dari hubungan antara sekolah dan masyarakat, maka masyarakat akan merasakan sendiri perlunya jalinan hubungan dengan sekolah. 9
FuadIhsan, Dasar-DasarKependidikan, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2005), hlm. 59.
31
Sedangkan menurut Miftah Toha sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan M.S Abbas, sedikitnya ada tujuh keuntungan yang dapat diperoleh melalui peran serta masyarakat dalam pendidikan, diantaranya sebagai berikut: a. Banyak program pembangunan yang tidak bisa keluar dari lilitan persoalan, dengan peran serta masyarakat akan membantu menyelesaikan persoalan yang terjadi. b. Dengan peran serta masyarakat, maka perencanaan dilengkapi dengan informasi yang sangat berharga yang tidak bias diperoleh dengan cara lain. c. Masyarakat akan sangat menerima perubahan yang diadakan, jika mereka diajak berperan serta di dalam merancang untuk menghasilkan perubahan tersebut. d. Dengan partisipasi masyarakat akan banyak menghemat biaya. e. Keterlibatan masyarakat memberikan manfaat yang besar dalam menyelesaikan suatu proyek. f. Pelibatan orang-orang local dalam memonitoring di lapangan akan sangat bermanfaat. g. Peran serta masyarakat merupakan proses pembelajaran.10
10
Suyantodan M.S Abbas, WajahdanDinamikaPendidikanAnakBangsa, AdicitaKarya Nusa, 2001), hlm. 84 – 86.
(Yogyakarta:
32
3. Pengaruh Masyarakat terhadap Pendidikan Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung. Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap proses pendidikan, karena pendidikan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Proses pendidikan merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat. Pelaksanaan pendidikan membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat, penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya, politik, keamanan, dan lain-lain.11 Burhanuddin Salam dalam bukunya yang berjudul Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik) menyatakan bahwa berlangsungnya proses pendidikan di sekolah juga tidak terlepas dari pengaruh masyarakat. Pengaruh masyarakat yang dimaksud yaitu pengaruh sosial budaya dan pertisipannya. Partisipan masyarakat terhadap sekolah, apakah berwujud materil
atau
spiritual,
juga
jelas
berpengaruh
terhadap
proses
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan berbagai komponen, baik manusiawi maupun non manusiawi. Berfungsinya proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah dalam kenyataannya tergantung pada kualitas dan kuantitas komponen manusiawi, fasilitas dana, dan perlengkapan pendidikan. Soal kualitas dan
11
Nana SyaodihSukmadinata, PengembanganKurikulum: TeoridanPraktek, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 1997), hlm. 59.
33
kuantitas komponen tadi, kalau dikaji akan tampak betapa besar dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat.12 Syaiful Sagala dalam bukunya berjudul Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat menyatakan sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik partisipasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggal. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa makin tinggi partisipasi, makin besar rasa memiliki diikuti makin besar rasa tanggung jawab dan seterusnya makin besar tingkat dedikasi. Partisipasi mengisyaratkan bahwa pembuat keputusan mengajak kelompok atau masyarakat terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan, dan jasa. Bentuk partisipasi masyarakat dapat diwujudkan dengan meluangkan waktu, ide, gagasan, kepercayaan, dan kemampuan untuk membantu meningkatkan mutu sekolah.13
B. Motivasi Belajar 1.
Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
12
Burhanuddin Salam, PengantarPedagogik (Dasar-DasarIlmuMendidik), (Jakarta: PT RinekaCipta, 1997), hl. 142 – 143. 13 SyaifulSagala, ManajemenBerbasisSekolahdanMasyarakat, (Jakarta: PT NimasMultima, 2004), hlm. 162.
34
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.14 Sedangkan secara terminologi secara umum motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan dan menjaga sebuah perlikau. Dalam definisi demikian, maka pada dasarnya motivasi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.15 Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga atau menopang tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.16 Sedangkan dalam memberikan pengertian belajar, para ahli berbeda pendapat, namun pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama, Ngalim Purwanto berpendapat “Belajar adalah suatu usaha untuk menguasai materi atau bahan pelajaran yang diberikan oleh guru”.17 Slameto, menyatakan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.18 Adapun Agus Soejanto menyebutkan bahwa yang dimaksud belajar pada
14
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 4 hlm. 3. 15 Esa Nur Wahyuni, Motivasidalam Pembelajaran, (Surabaya: UIN Malang Press, 2009),hlm. 13. 16 NgalimPurwanto, PsikologiPendidikan, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 1998), hlm. 73. 17 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 593. 18 Slameto, Proses BelajarMengajarSistemKredit Semester, (Jakarta: Bumiaksara, 1991), hlm. 73.
35
hakekatnya adalah “Suatu proses perubahan yang terus-menerus ada pada diri manusia karena usaha untuk mencapai kehidupan atas bimbingan dengan cita-citanya dan sesuai dengan cita-cita dan falsafah hidupnya.19 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengubah perilaku seseorang melalui latihan-latihan
dan
pengalaman-pengalaman
sehingga
mendapatkan
kecakapan yang baru. 2. Tujuan danFungsi Motivasi Belajar a. Tujuan Motivasi Belajar Secara Umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu shingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. Bagi konsep guru, tujuan motivasi sendiri adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa supaya timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan diterapkan dalam kurikulum sekolah.20 b. Fungsi Motivasi Belajar. Fungsi motivasi dalam belajar antara lain : 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak (motor) yang melepaskan energi.Motivasi dalam hal ini merupakan motor dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 19
AgoesSoejanto, BimbingankearahBelajar yang Sukses, cet ke-3, (Jakarta: RinekaCipta, 1998), hlm. 12. 20 NgalimPurwanto, PsikologiPendidikan…,hlm. 73.
36
2) Menentukan arah perbuatan, yakni searah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Menurut Cecco dalambukunya Abdurrahman Abrorada empat fungsi motivasi dam proses belajar mengajar, yaitu : 1) Fungsi Pembangkit (Aurosal), dalam pendidikan aurosal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa yang diusahakan oleh guru untuk mengikutsertakan siswa dalam belajar. 2) Fungsi Harapan, Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara harapan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mencapai tujuan instruksional. 3) Fungsi Intensif, Fungsi yang menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut dalam mengajar tujuan instruksional. 4) Fungsi Disiplin, Fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.21
21
116.
Abdurrahman Abror, PsikologiPendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993),hlm. 115-
37
3. Macam-macam Motivasi Belajar a. Motivasidilihatdaridasarpembentukannya. 1) Motif
Bawaan,
adalah
motif
yang
dibawasejaklahir,
motivasiiniadatanpaharusdipelajari. 2) Motif
yang
timbulkarenadipelajari,
adalah
motif
yang
timbulkarenadipelajarisebagaicontohdoronganuntukbelajarsuatucaban gilmupengetahuan, doronganuntukmengajarsesuatudalammasyarakat. b. MotivasidilihatdariJenisdalampandangan
Woodworth
dan
MarquisdalambukukaranganSyaifulBahriDjamarahdenganjudulbukuPsiko logibelajarantara lain. 1) Motif Organis, meliputikebutuhanuntukminum, makan, bernafas, seksual, berbuatdankebutuhanuntukistirahat. 2) Motif Darurat, meliputiDoronganuntukmenyelamatkandiri, dorongandoronganuntukberusaha.22 c. MotivasidariPembentukannyamenurut Dr. DimyaridanMudjiono. 1) Motivasi Primer, yaitumotivasi yang didasarkanpada motif-motif dasar, umumnyaberasaldarisegibiologisataujasmanimanusia. 2) MotivasiSekunder,
yaitumotivasi
yang
dipelajari,
Maslow
menggolongkanmenjadikebutuhankebutuhanuntukmemperolehkasihsayangdanmemperolehpenghargaan danpemenuhandiriatauaktualisasidiri.23
22
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 117. Dimyari dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 1994), hlm.
23
90.
38
3) MotivasiJasmaniahdanRohaniah Motivasi jasmaniah meliputi Reflek, instink, dan nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah berdasarkan atas kemauan.24 d. MotivasidilihatdariSifatnya. 1) MotivasiInstrinsik Motivasi Instrinsik yaitu motivasi yang datang dari hati sanubari, umumya kesadaran akan pentingnya sesuatu atau dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari 25 dalam diri anak didik itu sendiri. Pada motivasi instrinsik anak belajar karena anak belajar itu sendiri bermanfaat bagi dirinya dan bukan untuk orang lain oleh karena itu perlu diketahui anak yang memiliki motivasi instrinsik akan memilki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan dan yang ahli dalam bidang studi tertentu.26 2) MotivasiEkstrinsik Motivasi
Ekstrinsik
yaitu
motivasi
yang
timbul
dan
ditimbulkan karena pengaruh dorongan luar. Dalam motivasi ini diperlukan agar anak mau belajar, motivasi ini sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru dan orang tua.27
24
SyaifulBahriDjamarah, Op.Cit.hlm. 117. M. Dalyono, PsikologiPendidikan, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 1997), hlm. 51. 26 Sardiman, AM, InteraksidanMotivasiBelajarMengajar, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 1986), hlm. 90. 27 SyaifulBahriDjamarah, Op.Cit.,hlm. 117. 25
39
4. Ciri-Ciri Motivasi Belajar Didalam buku Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar karangan S. Naasution, Sardiman AM, mengemukakan tentang ciri anak yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut : a. Tekun menghadapi Tugas (konsentrasi dalam bekerja dan tidak akan berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah pada orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik dan keadilan) d. Cepat bosan pada tugas-tugas yang bersifat rutin e. Dapat mempertahankan pendapatnya apabila merasa yakin terhadap sesuatu. f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. g. Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.28 Selanjutnya Sadiman mengutip pendapatnya John Crites yang mengemukakan
tentang
karakteristik
atau
ciri-ciri
indidividu
yang
mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut : a. Dalammengerjakansesuatuinginmencapaihasil yang terbaik. b. Adanya dorongan atau motivasi yang kuat dari dalam. c. Memiliki tujuan yang lebih jelas dalam memandang masa depan.
28
S. Nasution, BerbagaiPendekatandalam Proses BelajarMengajar, cet III, (Jakarta: Bina Aksara,1987), hlm. 83
40
d. Lebih memiliki kepercayaan dari dalam, dalam menghadapi sesuatu. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu Faktor Intern dan Faktor Ekstern, Faktor Intern adalah Faktor yang ada dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor Ekstern adalah Faktor yang ada diluar Individu.29 a. Faktor Intern. 1) Faktor Jasmaniah. a) Faktor Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik, segenap badan beserta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap belajarnya. b) Cacat Tubuh, keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar, siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2) Faktor Psikologis. a) Intelegensi, besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi yang rendah. 29
Slameto, BelajardanFaktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet III, (Jakarta: RinekaCipta, 1995), hlm. 54.
41
b) Perhatian, Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian. c) Minat, bila pelajaran yang dipelajari sesuai dengan minat siswa maka siswa akan belajar dengan sebaik-baiknya. d) Bakat, jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik, karena ia senang belajarnya dan pastilah ia akan lebih giat lagi dalam belajarnya. e) Motif, dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang mendorong siswa agar dapat berjalan dengan baik. f) Kematangan, belajar akan lebih baik jika anak sudah siap atau matang, jadi kemajuan anak untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. 3) Faktor Kelelahan. Kelemahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani, dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Sehingga minat dan motivasi untuk menghasilkan sesuatu menjadi hilang.30
30
Ibid., h 54-59
42
b. Faktor Ekstern. 1) Faktor Keluarga. Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecil penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut memengaruhi pencapaian hasil belajar anak. 31 2) Faktor Sekolah. Keadaan sekolah atau tempat belajar turut mempengaruhi daripada tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah murid
perkelas,
pelaksanaan tata-tertib
sekolah dan
sebagainya. Semua ini turut mempengaruhi keberhasilan anak didik, bila suatu sekolah kurang memperhatikan disiplin, maka murid-murid kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh, baik dirumah maupun disekolah. Hal ini mengakibatkan prestasi anak menjadi rendah, dan motivasi belajar anakpun menjadi lemah dan berkurang. 31
M. Dalyono, PsikologiPendidikan, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2001), h. 55
43
3) Faktor Masyarakat. Keadaan masyarakat juga menentukan bagaimana prestasi yang dicapai. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya yang baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar, namun sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran maka akan mempengaruhi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang motivasi belajar.32 4) Faktor Lingkungan Sekitar. Lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dan mempengaruhi prestasi belajar, keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu-lintas, iklim dan sebagainya, misalnya bangunan rumah penduduk akan mengganggu belajar. Keadaan lalu-lintas yang membisingkan suara hiruk-pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegiatan belajar, sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk akan menunjang proses belajar.
32
Nana SyaodihSukmadinata, RemajaRosdakarya, 2003), hlm. 64–65.
LandasanPsikologi
Proses
Pendidikan,
(Bandung:
44
6. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Beberapa hal yang harus diperhatikan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut : a. Dalam kegiatan rutin kelas, guru perlu menghindari hal yang monoton dan membosankan. b. Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasikan harapan siswa yang kurang (tidak realistis). c. Guru perlu memberikan intensif berupa nilai harian atau pujian, dan sebagainya. d. Guru harus membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan kegiatan untuk eksplorasi. e. Sekali-kali Guru dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menyuruh siswa untuk membuat soal ulangan. f. Agar mata pelajaran lebih mudah dipahami siswa pergunakanlah materi yang sudah dikenal siswa, sebagai contoh penggunaan simulasi dan permainan yang dapat meningkatkan interaksi, perhatian, dan motivasi belajar siswa.33
33
JunardiT, dkk, BimbingandanKonselingSekolah, (Semarang: Ikip Semarang Press, 1989),
hlm. 195.