KEDISIPLINAN SISWA, MOTIVASI BELAJAR DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKn SISWA Sri Nur Aini SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi Email:
[email protected].
Abstract This study aims to: (1) determine the effect of significant discipline on learning achievement PPKn, (2) determine the effect of a significant motivation for PPKn student achievement, (3) determine the effect of significant discipline and motivation together towards achievement SDN 2 civics students Tapanrejo Banyuwangi. The study design was a survey research methods , associative level explanatory variables with a causal relationship, the kind of quantitative data by multiple linear regression analysis. Population in this research is class V and VI on SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi, amounting to 60 students. The results showed that: (1) there is a significant influence on civics student discipline SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi; was no significant effect of learning motivation of students to learn civics SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi, (3) there was a significant effect of self-discipline and motivation to learn together for civics students of SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi, and (4) contribution theory in this study was 58.6 % and the rest influenced by other things that are not investigated. Keywords: student discipline , motivation , achievement , science soasial . Globalisasi yang bermakna sebagai era persaingan bebas pembangunan sumber daya manusia merupakan hal yang harus diprioritaskan, karena program tersebut akan menentukan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai generasi penerus dalam pembangunan bangsa. Upaya untuk menyiapkan generasi penerus bangsa dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup bangsa perlu adanya upaya peningkatan dalam bidang pendidikan, baik kuantitas maupun kualitas. Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Pasal 4 Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Nasional (Depdiknas,
1998 : 7) adalah ”Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Dalam upaya meningkatkan pembangunan dibidang pendidikan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan menetapkan empat strategi Pembangunan Nasional yaitu: (1) Pemerataan kesempatan pendidikan, (2) Relevansi pendidikan dengan pembangunan, (3) Kualitas pendidikan, dan (4) Evisiensi pengelolaan pendidikan. Dari 1095
1096
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
keempat strategi tersebut peningkatan kualitas pendidikan dimasa sekarang dan yang akan datang sangat esensial, karena di era otonomi daerah, dituntut adanya sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Berbicara mengenai peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan di sekolah, diperlukan langkah strategis oleh masing-masing lembaga pendidikan untuk memperbaiki kualitas guru, kedisiplinan siswa, perbaikan perangkat pembelajaran serta fasilitas pendidikan yang memadai yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses pembelajaran. Berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan siswa, lembaga pendidikan berkewajiban membuat aturan-aturan kebijakan yang harus ditaati oleh siswa, guru, karyawan, dan kepala sekolah. Aturan yang dimaksud di atas terdiri dari: “tata tertib waktu masuk, waktu pulang sekolah, kehadiran di sekolah, ketepatan menjalankan tugas-tugas belajar di sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah” (Depdiknas, 2001: 111). Dunia pendidikan dewasa ini banyak dihadapkan pada persoalan sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian serius dari para praktisi pendidikan. Salah satu persoalan yang dihadapi lembaga pendidikan di Indonesia adalah rendahnya tingkat kedisiplinan siswa. Berdasarkan analisa Departemen Pendidikan Nasional (2001: 111) menyatakan bahwa: “Tingkat kedisiplinan siswa sekarang ini sangat rendah, baik dalam mentaati aturan, tata tertib sekolah maupun dalam mengikuti pelajaran, sehingga mengakibatkan lingkungan sekolah
kurang kondusif”. Rendahnya kedisiplinan siswa di sekolah dipicu sering adanya pelanggaran terhadap tata tertib sekolah antara lain: siswa sering terlambat sekolah, meninggalkan jam-jam pelajaran, mengabaikan tugas dari guru, tidak masuk tanpa keterangan, penyalahgunaan uang Komite, berpenampilan menyimpang, kurang memperhatikan sopan santun dan pulang sebelum jam pelajaran selesai. (Dikmenum, 2000: 174) Kondisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa di sekolah sangat rendah. Hal ini berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena seseorang yang tidak memiliki motivasi belajar tidak mungkin dapat melakukan aktivitas belajar secara benar. Berbagai penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi belajar bertambah. Purwanto (1995: 61) mengatakan bahwa: “Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi belajar yang tepat”. Bahkan sering kali siswa tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi belajar sebaik mungkin (Slameto, 1991: 136). Demikian pentingnya kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap belajar PPKn siswa di sekolah, maka guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah selain dituntut meningkatkan kedisiplinan siswa juga motivasi belajar, dengan harapan belajar PPKn siswa jauh lebih meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (a) Mengetahui pengaruh yang signifikan kedisiplinan terhadap
Sri Nur Aini, Kedisiplinan Siswa…
prestasi belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi. (b) Mengetahui pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi. (c) Mengetahui pengaruh yang signifikan kedisiplinan dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi. TINJAUAN PUSTAKA Kedisiplinan siswa merupakan suatu konsistensi tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan aturan (Depdiknas, 2001: 7). Lebih lanjut Poerwodarminto (dalam Ali,1995:237) menyatakan bahwa : kedisiplinan diartikan sebagai tata tertib, ketaatan (kepatuhan) pada peraturan yang berlaku. Sedangkan ketertiban diartikan sebagai suatu aturan dalam masyarakat, kesopanan, perikelakuan yang baik dipergaulan, serta keadaan teratur dengan baik (Poerwodarminto, 1976: 1064). Dari uraian di atas, penulis dapat memberikan gambaran bahwa kedisiplinan siswa merupakan suatu sikap konsistensi diri siswa dalam mematuhi seluruh aturan dan tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah yang sebelumnya telah disosialisasikan kepada warga sekolah termasuk siswa dengan tembusan orang tua murid. Dengan harapan agar tercipta suasana aman, tertib, kondusif, dan terkendali yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Dalam proses penerapan kedisiplinan siswa di sekolah diperlukan adanya perubahan sikap mental siswa untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang berlaku sekaligus dapat mengendalikan diri atau mengawasi tingkah laku sendiri dan
1097
menyesuaikan terhadap aturan yang berasal dari luar meskipun bersifat mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban (Hurlock dalam Dikmenum, 2000:173). Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran, perlu adanya upaya pendisiplinan diri pada anak di sekolah. Menurut Thomas Gordon (dalam Suprayitna, 1995: 3) dinyatakan bahwa “Pendisiplinan diri adalah sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh pada individu dengan pelatihan dan pengawasan, dan menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebaikan. Sedangkan menurut Clemes (dalam Tjandrasa, 1995: 9) Pendisiplinan diri diartikan sebagai suatu proses menetapkan peraturan, memperlihatkan akibat yang ditimbulkan apabila melanggar peraturan, dan menjalankan disiplin secara konsisten. Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, pendisiplinan diri adalah suatu cara yang digunakan untuk menciptakan keadaan yang tertib dan patuh pada individu melalui latihan, dan pengawasan, agar terbentuk individu yang dapat menjalankan disiplin secara konsisten di sekolah. Dengan demikian proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Dari pendapat mengenai motivasi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu daya penggerak pada diri pembelajaran dengan menyediakan kondisi dan situasi belajar mengajar sebaik-baiknya.
1098
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Dengan demikian, dapat memberikan rasa ingin tahu, sering melakukan aktivitas-aktivitas belajar, menimbulkan kegairahan, dan memberikan arah pada kegiatan itu, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh pembelajar dapat tercapai. Motivasi merupakan suatu konsep yang umum digunakan dalam berbagai bidang. Karena itu, banyak pakar yang menarik perhatian untuk mengkajinya secara lebih mendalam. Atas usaha tersebut lahirlah teoriteori tentang motivasi dan dapat pula digunakan untuk menerangkan fenomena-fenomena kehidupan manusia, termasuk dalam konteks belajar. Berdasarkan hasil kajian Handoko (1997: 45) teori-teori motivasi dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok besar yaitu: teori-teori petunjuk (prescriptive theory), teori-teori isi (content theory), dan teori-teori proses (process theory). Teori-teori petunjuk adalah teori yang mengemukakan bagaimana memotivasi orang yang berdasarkan pengalaman coba-coba. Dengan demikian sekolah sebagai salah satu sistem pendidikan formal membentuk subjek didik (siswa) untuk meningkatkan prestasi belajar melalui proses pembelajaran yang diikutinya di sekolah. Oleh karena itu, prestasi belajar seorang siswa diantaranya dapat ditandai dari hasil belajar dalam batas peringkat tertentu. Batasan peringkat tersebut dapat dijadikan ukuran penentuan keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pendidikan di sekolah. Misalnya naik kelas, tidak naik kelas, atau kelulusan siswa dapat ditentukan dari hasil belajarnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil pengertian bahwa prestasi
belajar pada dasarnya merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar, yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Jadi, prestasi belajar paling tidak memiliki dua ciri, yaitu adanya suatu tindakan baik secara individu maupun kelompok dan adanya hasil yang dicapai. Selanjutnya belajar diartikan sebagai modification of behavior though experince training (Athur dalam Thanthowi, 1999: 99). Pengertian ini menunjukkan bahwa modifikasi perubahan yang terjadi dari belajar yang bersumber dari pengalaman atau dari pelatihan. Sedangkan menurut Pasaribu (1983: 19) bahwa “Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan”. Proses perubahan tidak dapat disebut belajar apabila hanya disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara dari seseorang. Lain halnya dengan pendapat Sardiman (2000: 18) bahwa “belajar diartikan sebagai rangkaian kegiatan jiwa, raga psikosofik menuju pada perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang meyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, dan psikomotorik. Lebih lanjut Sardiman menjabarkan, bahwa aktivitas dari belajar secara rinci dan memiliki tujuan lebih luas, yaitu perkembangan pribadi seutuhnya. Hal ini senada dengan pendapat Slameto (1991: 35) bahwa “belajar sebagai proses dari usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakunya yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
Sri Nur Aini, Kedisiplinan Siswa…
dalam diri individu tersebut adalah perubahan tingkah laku. Belajar merupakan proses berkesinambungan dan dapat mendemonstrasikan gaya hidup sesuai dengan nilai-nilai baru yang telah dipelajari. Belajar adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan-tujuan tertentu yang akan dicapai. Dengan demikian tujuan belajar adalah terjadinya suatu perubahan prestasi belajar dalam diri individu. Prestasi belajar pada dasarnya merupakan perubahan perilaku sebagai hasil suatu tindakan. Hal ini senada dengan pernyataan Winkel (1987: 36) bahwa “Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas belajar disebut prestasi belajar”. Demikian juga dengan pendapat Djamarah (1984: 34) bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”. Sebagai kesimpulan dari prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia melakukan proses pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar ukur untuk mengetahui adanya perubahan dalam aspek kecakapan, tingkah laku dan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa bersangkutan. Rendahnya kedisiplinan siswa sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa di sekolah. Hal ini sesuai dengan analisa Depdiknas (2001: 111) mengatakan bahwa: “Rendahnya disiplin siswa baik dalam mematuhi aturan tata tertib sekolah maupun dalam mengikuti pelajaran mengakibatkan lingkungan sekolah menjadi kurang
1099
kondusif”. Kondisi tersebut dapat menimbulkan terjadinya kerawanankerawanan pada diri siswa untuk bertindak indisipliner terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa semakin menurun. Rendahnya kualitas disiplin siswa sebagaimana yang digambarkan oleh bidang Dikmenum Kantor Wilayah Jawa Timur (2000: 174) adalah: “Adanya kecenderungan siswa datang terlambat, mangkir pada saat jam pelajaran tertentu, tidak masuk tanpa keterangan, terjadinya kenakalan siswa, dan siswa kurang memperhatikan sopan santun”. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah, selain perihal di atas siswa juga dituntut memiliki motivasi belajar sangat tinggi, tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga anak yang sebenarnya cerdas, memiliki kemampuan menjadi bodoh karena malas belajar. Mengingat pentingnya tingkat kedisiplinan siswa dan motivasi belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah, maka penulis berusaha melakukan penelitian untuk menguji kebenaran masalah tersebut melalui tesis berjudul “Pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain Expost Facto Research, karena peneliti tidak dapat menguji keputusannya dengan jalan menempatkan subjek dalam dua kondisi yang berbeda yang memungkinkan memanipulasi variabel bebas secara langsung.
1100
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Penelitian expost facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian mengurutkan ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 2000: 7). Dilihat dari tingkat explanasi penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, dengan bentuk variabel kausal (Sugiyono, 1999: 6). Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausal antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2000: 11). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini termasuk penelitian terapan, metode expost facto, tingkat eksplanasi asosiatif dengan hubungan variabel kausal serta jenis data kuantitatif yang dianalisa dengan regresi ganda menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 12.0. Yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek yang akan dijadikan obyek penelitian. Menurut Arikunto (2002: 108): populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut Hadi (1993: 221): populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI pada SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi yang berjumlah 60 siswa. Sedangkan yang dimaksud sampel penelitian adalah sesuatu yang akan dikenai perlakuan dalam penelitian yang berfungsi sebagai sumber data. Untuk menentukan besarnya sampel, penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (2006 : 134) yang menyatakan: “sebagai ancer-ancer diambil subyeknya kurang dari 100,
maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana serta sempit luasnya wilayah dan besar kecilnya resiko yang digantungkan oleh peneliti”. Dari pendapat tersebut, karena jumlah populasi dibawah 100, maka ditentukan jumlah sampel adalah seluruh jumlah populasi (total sample) yaitu 60 siswa. Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian, merupakan kegiatan yang penting, karena seorang peneliti mengumpulkan hasil penelitiannya harus berdasarkan data yang terkumpul. Seorang peneliti hendaknya mempunyai keahlian tersendiri dalam mengumpulkan data, semakin kurangnya pengalaman tentang pengumpulan data, semakin condong (bias) data yang terkumpul. Jika peneliti melaksanakan sedikit kesalahan, maka data yang diberikan oleh responden dan kesimpulannya menjadi salah. Ketepatan penggunaan pengumpulan data, sangat ditentukan oleh jenis data yang akan dikumpulkan. Membicarakan masalah data tidak terlepas dari variabel, setiap variabel menuntut dipergunakannya teknik pengumpulan data yang relevan dengan sifat-sifat dari variabel yang diteliti. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan data. Menurut Walgito (1993: 54), “Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan data, antara lain observasi, kuesioner atau angket, interview, test dan case study”. Guna memperoleh data yang diharapkan
Sri Nur Aini, Kedisiplinan Siswa…
yaitu data tentang motivasi belajar digunakan metode angket, sedangkan untuk memperoleh data tentang kedisiplinan dan prestasi belajar siswa digunakan metode dokumentasi. Setelah data penelitian diperleh melalui alat pengumpul data angket dan dokumentasi, kemudian data-data tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2002: 144), Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”, sedangkan Singaribuan (1999: 122), menyatakan bahwa: “Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana suatu alat benar-benar mengukur apa yang diukur”. Analisa terhadap pengujian reliabilitas di atas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 12.0 (Santoso, 2001: 274) Menurut Arikunto (2002: 154), Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik Sedangkan Singaribuan (1989: 140) menyatakan bahwa: Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat dihandalkan. Lebih lanjut Reliabilitas test (R) adalah tingkat konsistensi tes dalam pengukuran butir soal tes ke butir soal tes yang lain (Tuckman, 1988: 173). Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa alat pengumpul data dapat dikatakan reliabel, apabila alat pengukur yang dipergunakan dapat memberikan hasil relatif sama dan dapat
1101
diandalkan bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Butir tes yang direliabel selalu memberikan hasil yang sama bila dicobakan kepada kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda, sehingga dapat dipercaya kebenarannya. Analisa daya pembeda dilakukan dengan bantuan komputer yang menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 12.0 (Santoso, 2001: 274). Variabel yaitu gejala yang bervariasi, yang menjadi obyek penelitian. Variabel dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang berbeda dari sesuatu yang lain dan memiliki ciri-ciri berbeda antara satuan pengamatan satu dengan pengamatan yang lain. Dengan kata lain, variabel ialah konsep yang mempunyai variasi nilai atau nilai ganda yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. Dalam penelitian ini akan diteliti hubungan kausal antara tiga variabel, yaitu: Kedisiplinan siswa motivasi belajar, dan prestasi belajar siswa. Sebagai variabel kreterium adalah prestasi belajar siswa, sedangkan variabel prediktor adalah kedisiplinan siswa dan motivasi belajar, sehingga keseluruhan ada dua variabel prediktor dan satu variabel kreterium. Secara rinci keterkaitan variabel-variabel tersebut meliputi: (1) Variabel X 1 terhadap variabel Y, Pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar siswa. (2) Variabel X 2 terhadap variabel Y, Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. (3) Variabel X 1, X 2 terhadap variabel Y, Secara simultan (bersama-sama) pengaruh
1102
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap variabel penelitian, perlu dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian berikut: a. Kedisiplinan siswa (X 1), dengan indikator: Sikap atau perilaku, Kerajinan, Kerapian (Dikmenum, 2000: 191). Pengukuran masingmasing indikator dilakukan dengan cara menggunakan skor terhadap ketiga indikator tersebut (skala Likert), dimana semakin tinggi skor, berarti semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa dan sebaliknya semakin rendah skor berarti semakin rendah tingkat kedisiplinan siswa di sekolah. b. Motivasi belajar (X 2), Indikator motivasi belajar menurut Sardiman (1986: 51), terdiri dari: (1) Tekun dalam menghadapi tugas atau bekerja terus dalam waktu yang lama. (2) Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus assa serta tidak puas dengan prestasi yang diperolehnya. (3) Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah belajar. (4) Lebih senang bekerja mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal bersifat mekanis, berulang-ulang, sehingga kurang kreatif). (6) Dapat mempertahankan pendapatnya (jika yakin terhadap sesuatu). (7) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini. (8) Senang mencari dan memecahkan masalah. Sedangkan Indikator motivasi belajar menurut Brown (1971: 150), terdiri dari: (1) Tertarik pada guru, artinya tidak bersikap acuh tak acuh. (2) Tertarik pada mata pelajaran
yang diajarkan. (3) Antusiasme tinggi serta mengendalikan perhatian dan energi nya kepada kegiatan pembelajaran. (4) Ingin selalu bergabung dalam satu kelompok kelas. (5) Ingin identitas diri diakui orang lain. (6) Tindakan dan kebiasaannya serta moralnya selalu dalam kontrol diri. (7) Selalu mengingat pelajaran dan selalu mempelajari kembali di rumah. (8) Selalu terkontrol oleh lingkungan. Pengukuran masing-masing indikator dengan menggunakan skala Likert ( 1 2 3 4 5 ), dimana makin tinggi angka menggambarkan motivasi makin tinggi dan sebaliknya semakin rendah angka menggambarkan motivasi belajar semakin rendah. Dalam penelitian ini indikator yang diambil adalah pendapat Sardiman, dan Brown digabungkan. Indikator prestasi belajar yang digunakan adalah prestasi akademik yang merupakan tes hasil belajar siswa. Untuk menguji hipotesa yang telah dikemukakan pada bab 1, digunakan analisa sebagai berikut: a. Untuk menguji pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas secara terpisah, kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap variabel terikat prestasi belajar siswa digunakan analisis dengan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 12.0 b. Untuk menguji pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kedua variabel bebas kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap varaibel terikat prestasi belajar siswa dilakukan dengan analisa regresi ganda dengan persamaan:
Sri Nur Aini, Kedisiplinan Siswa…
Y
= a + b1 . X1 + b2 . X2 (Sudjana, 2001: 163) Dimana: Y = prestasi belajar X1 = kedisiplinan siswa X2 = motivasi belajar A = konstanta b1,b2 = koefisien regresi parsial Analisa regresi linier berganda dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS versi 12.0 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa Rata-rata 3.87 untuk kedisiplinan lebih besar daripada 3.50 untuk motivasi belajar siswa. Oleh karena itu variabel motivasi belajar seharusnya mendapat perhatian yang lebih serius dalam meningkatkan prestasi belajar. Hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa walaupun kedisiplinan tinggi, apabila tidak diikuti motivasi belajar yang tinggi akan sia-sia, karena motivasi belajar siswa yang rendah akan mengurangi kedisiplinan terutama dalam belajar. Oleh karena itu bersamaan dengan upaya peningkatan kedisiplinan, maka perlu upaya untuk memotivasi belajar siswa dalam rangka meningkatkan kedisiplinan yang mengarah pada sasaran pembelajaran, sehingga proses pembelajaran betul-betul dapat terlaksana dengan baik atau dapat optimal. Variabel kedisiplinan ratarata 3.87 adalah cukup tinggi, walaupun belum maksimal. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan kedisiplinan sebagai dorongan belajar dengan mengadakan penyuluhan. Kecepatan dan ketepatan memberikan layanan dan penyuluhan terhadap siswa dan
1103
sebagainya sesuai dengan kebutuhan siswa merupakan hal yang positif dan mutlak untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut didasari pemikiran bahwa dengan peningkatan disiplin melalui penyuluhan dan layanan yang optimal akan mendorong siswa untuk belajar secara mandiri dan memanfaatkan sumber belajar sekolah sebagai sumber belajar secara maksimal. Berdasarkan hasil uji bantuan komputer program SPSS versi 12 pada lampiran 2b uji asumsi regresi, sesuai dengan pendapat Santoso (2000: 203-219) terlihat bahwa tidak ada masalah, yang berarti data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dianalisis sesuai dengan rancangan penelitian yang disiapkan yaitu regresi ganda. Dari hasil uji hipotesis baik dengan uji secara parsial maupun bersama-sama dengan regresi ganda diatas dapat diketahui bahwa variabel bebas X1 (kedisiplinan) mempunyai sumbangan efektif yang lebih besar daripada X2 (motivasi belajar), terhadap variabel Y (prestasi belajar siswa) walaupun belum maksimal, dimana tiap penambahan satu poin kedisiplinan akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 7.226 Sedangkan untuk motivasi belajar, setiap penambahan 1 poin pada variabel X2 akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 7.208. Hal ini tidak berarti bahwa motivasi belajar kurang penting dalam mendukung pelaksanaan proses pembelajaran, tetapi dalam kenyataannya agar motivasi belajar sebagai upaya peningkatan hasil belajar dapat optimal, memerlukan perhatian dan upaya secara serius dan secara terus-menerus, baik yang eksternal maupun internal. Motivasi
1104
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
belajar sebagi salah satu factor penentu keberhasilan belajar, perlu ditingkatkan secara terus-menerus sejalan dengan perkembangan jaman. Untuk itu diperlukan penelitian yang mendalam tentang hal tersebut, agar upaya penyuluhan dan peningkatan motivasi belajar dapat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk variabel X1 (kedisiplinan), mempunyai koefisien yang cukup (7.226) terhadap variabel tergantung Y (prestasi belajar siswa), pada taraf signifikan 0.00. Oleh karena itu agar proses pembelajaran tersebut dapat lebih optimal (efektif dan efisien), maka dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan kedisiplinan siswa sesuai dengan kebutuhan yang selalu berorientasi pada tujuan pembelajaran, minat dan kemampuan siswa dan sebagainya. Untuk itu perlu adanya peningkatan kemampuan guru yang berkaitan dengan upaya peningkatan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran tersebut melalui penataran, studi lanjut, mengikuti MGMP dan sebagainya. Koifisien konstanta 19.381 cukup tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelancaran dan keberhasil proses pembelajaran, sebab bagaimanapun hebatnya upaya kedisiplinan dan motivasi belajar siswa, tanpa didukung kemampuan awal yang cukup, bagi guru sangat sulit untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sepintas dapat dilihat dalam kenyataan di lapangan bahwa sekolah yang mempunyaai siswa dengan kemampuan awal yang cukup baik (dapat dilihat dari hasil evaluasi pada sekolah sebelumnya), maka
keberhasilan belajar siswa di sekolah tersebut (dapat dilihat dari evaluasi akhir pada sekolah tersebut) juga tinggi. Namun sebaliknya bagi sekolah yang memiliki siswa yang kemampuan awal rendah, sangat sulit untuk melaksanakan proses pembelajaran yang optimal, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efktif dan efisien. Koefisien determinasi berganda (R square) = 0.586 berarti kontribusi teori dalam penelitian ini adalah sebesar 58.6 % dan sisanya dipengaruhi oleh hal-hal lain yang tidak diteliti, artinya bahwa prestasi belajar siswa 58.6 % dipengaruhi secara positif oleh kedisiplinan dan motivasi belajar siswa, sedangkan yang 41.4 % dipengaruhi oleh hal-hal diluar variabel bebas tersebut seperti variasi metode, variasi media, kondisi keluarga, sikap guru, saranaprasarana dan sebaginya. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya prestasi belajar siswa tidak mungkin hanya dipengaruhi oleh variabel bebas tersebut (kedisiplinan dan motivasi belajar), karena sesedikit apapun variasi metode, variasi media, kondisi keluarga, sikap guru, saranaprasarana dan sebagainya tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Perlu diketahui bahwa kondisi sekarang akibat adanya reformasi, banyak pihak yang ingin campurtangan dalam berbagai kalangan termasuk bidang pendidikan, dengan alasan untuk kepentingan hak azasi manusia, siswa harus dilayani secara maksimal, kurangnya perhatian terhadap kemampuan penyelenggara pendidikan terutama yang diselenggarakan masyarakat. Oleh karena itu apabila hal tersebut tidak diatur secara transparan akan
Sri Nur Aini, Kedisiplinan Siswa…
mengurangi produktivitas sekolah, karena terlalu banyak hal-hal yang harus ditangani diluar akademis. Bertolak dari uraian tersebut perlu adanya pemikiran dan upaya secara maksimal penyelenggaraan pendidikan yang memungkinkan perkembangan kemampuan guru baik yang berkaitan dari hasil penelitian ini maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan kepentingan pendidikan pada umumnya. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan adanya Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang menekankan pemberian kepercayaan lebih banyak untuk mengambil keputusan kepada sekolah. Untuk itu perlu adanya keputusan yang bersifat partisitif dalam upaya melibatkan komponen yang ada. Dengan demikian agar kebijakan pemerintah tersebut dapat dilaksanakan secara optimal perlu adanya peningkatan kemampuan input pendidikan termasuk di dalamnya guru, karyawan dan komponen sekolah yang lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini maka disimpulkan (1) Ada pengaruh yang signifikan kedisiplinan terhadap belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi. (2) Ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi. (3) Ada pengaruh yang signifikan kedisiplinan dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi. (4) Kontribusi teori dalam penelitian ini adalah sebesar 58.6 % dan sisanya
1105
dipengaruhi oleh hal-hal lain yang tidak diteliti, artinya bahwa belajar PPKn siswa SDN 1 Tapanrejo Banyuwangi 58.6 % dipengaruhi secara positif oleh kedisiplinan dan motivasi belajar siswa, sedangkan yang 41.4 % dipengaruhi oleh halhal diluar variabel bebas tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ancok, Dj. 1986. Teknik Penyusunan Alat Ukur. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 1993. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : PT Bina Aksara _______. 1998.Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara. Hadi, Sutrisno. 1981. Unsur unsur pokop Dalam Metodologi Penelitian Ilmiah. Bandung : Depdikbud. Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Ed. 1. Cet. 1. Jakarta : Bumi Aksara. Kusmayadi, dan Endar Sugiarto. 2000. Metode Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudijono, Anas. 1999. Pengantar Statistik Pendidikan. Pt. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Supranto, J. 1991. Statistik : Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.
1106
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Surachmad, Winarto. 1995. Metodologi Pengajaran Nasional. Jemmers. Bandung Usman, Moch. Uzer. 2001 menjadi Guru Profesional. Cet. Ke.13. Remaja Rosdakarya. Wahjosumidjo. 1992. Kepemimpinan dan Motivasi : Ghalia Indonesia. Jakarta Margono, 1990. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Santoso , Singgih, 1999. Aplikasi Excel dalam Statistik Bisnis. Penerbit Alex Media Komputindo. Jakarta. Sudjana, Nana . 1983. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. CV Sinar Baru. ___________, 1988. Dasar dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Sinar Baru. Sudijono, Anas 1999. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nasution, S. 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara. Jakarta
Supranto, J. 1991. Metodologi Pengajaran Nasional : Jemmars. Bandung.
Rusyan, A. Thabrani. 1989, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Karya, Bnadung
Usman, Moch. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke 13. Remaja Rosdakarya. Bandung.