perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA
SKRIPSI
OLEH : RINA NURLIANTI K1508019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA
OLEH : RINA NURLIANTI K1508019
Skipsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendididkan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Rina Nurlianti, PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012. Tujuan penelitian adalah: 1) Mengetahui ada dan tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional. 2) Mengetahui aktivitas belajar siswa ditinjau dari penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang diterapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi eksperiment. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Populasi penelitian adalah kelas XI program keahlian bangunan dan sampel penelitian adalah siswa kelas XI TGB (29 siswa) dan XI TKBB (25 siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surakarta. Sumber data terdiri dari sumber data primer. Sumber data primer yaitu sumber data yang digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar pelajaran muatan lokal program produktif Autocad setelah mendapat perlakuan model pembelajaran Konvensional dan Quantum Teaching berbasis media video pemebelajaran Autocad, sumber data primer diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang digunakan untuk mendapatkan data nama siswa kelas XI program keahlian bangunan SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan metode dokumentasi, observasi dan tes. Validitas instrumen penelitian yang dilakukan meliputi: uji validitas butir soal, reliabiitas soal, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas mengunakan uji Chi kuadrat dan uji homogenitas menggunakan uji F serta uji keseimbangan menggunakan uji T. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji hipotesis dengan mengunakan uji T. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa ranah kognitif dibandingkan dengan model Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta semester genap tahun ajaran 2011/2012. 2) Aktivitas belajar siswa baik yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, tetapi pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang signifikan dibandingkan dengan model Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta semester genap tahun ajaran 2011/2012. Kata kunci: Prestasi belajar, model pembelajaran Quantum Teaching, model commit to user Konvesional dan Video Pemebelajaran Autocad
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Rina Nurlianti, COMPARISON OF LEARNING PERFORMANCE BETWEEN STUDENTS WHO ARE TAUGHT BY USING QUANTUM TEACHING MODEL BASED ON VIDEO MEDIA OF AUTOCAD LEARNING AND THOSE WITH CONVENTIONAL LEARNING IN AUTOCAD LESSON OF SMK NEGERI 5 OF SURAKARTA. Minithesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas
Maret University of Surakarta, June 2012. Purpose of the research are: 1) To know if any different learning performance is exist between students who are taught with Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning and those with conventional model. 2) To know learning activity of students who are taught with Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning and those with conventional in local content of applied productive program of Autocad. The research is a quasi-experiment, quantitative one. Sample is taken by using simple random sampling technique. Population of the research is class XI of construction skill program and sample of the research is 11th grade students of TGB (29 students) and 11th grade students of TKBB (25students) of state vocational school (SMK Negeri) 5 of Surakarta. Data sources consist of primary and secondary data. Primary data source is a data source used to obtain data of learning performance of local content of Autocad productive program after implementation of conventional learning model and Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning. Primary data is obtained from scores of pretest and posttest. Secondary data source is a data source used to obtain data of student’s names of Class IX of construction skill program of SMK Negeri 5 of Surakarta of 2011/2012 academic year. Data is collected by using documentation, observation and test techniques. Validity of the research instrument examined by using validity test of problem items, reliability test of problem items, difficulty level and distinguishing power of the problems. Prerequisite tests of analysis include normality test by using Chi-square test and homogeneity test by using Ftest and balance test by using T-test. Data analysis technique of the research is hypothesis test by using T-test. Conclusions of the research are: 1) the use of Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning is more effective in improving learning performance of students in cognitive domain when it is compared with conventional learning model in local content lesson of Autocad productive program of SMK Negeri 5 of Surakarta at even semester of 2011/2012 academic year.; 2) learning activity of students both who had taught with Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning and with conventional learning model experienced improvement at every meeting, but learning by using Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning indicated significant improvement of learning activity compared to conventional learning model in local content lesson of Autocad productive program of SMK Negeri 5 of Surakarta at even semester of 2011/2012 academic year. Key words:
Learning performance, Quantum Teaching model, Conventional commit to user model and Autocad learning video.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO di awali dengan BISMILLAH, di sudahi dengan ALHAMDULILLAAH (Raihan) Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu, maka berikanlah mereka kebaikan dengan wajahmu yang beseri-seri disertai akhlak yang baik (Nabi Muhammad SAW) Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, Namun kegagalan yang telah anda hadapi dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan bertubitubi (Orison Swett Marden) Jika kita memulai dengann kepastian kita akan berakhir dalam keraguan, tetapi jika kita memulainya dengan keraguan dan bersabar menghadapinya kita akan berakhir dalam kepastian (Fancis Bacon) Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang sekali menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensinya (Jawaharlal Nehru) Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab, Yakni orang yang berfikir tapi tidak bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak berfikir (W.A. Nance) Jika tidak bisa jadi yang sama, Jadilah yang berbeda, Karna menjadi diri sendiri itu lebih baik (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, Puji syukur Alhamdullilah atas segala limpahan anugerah, nikmat dan karunia-Nya. Karya ini dipersambahkan buat orang-orang yang kucintai, kusayangi, kuhormati dan kubanggakan :
Keluarga besar ku Bapa dan ibu ku pelita hidup ku. Terimakasih atas do’a dan jerih payah yang tercurahkan untuk keberhasilan ku dan saudara ku. Dukungan moril dan materil yang selalu menyertai langkah hidup ku hingga kelak kesuksessan menghampiri ku. Senyum kalian adalah motivasi ku untuk meraih mimpi-mimpi ku. Saudara ku Hesti Nurlaeli dan Tika Nurpratiwi yang ku sayangi. Trimakasih untuk semua canda tawa kalian setip saat. Semoga kita bisa menjadi anak yang dibanggakan orang tua kita
Kekasih hati ku Mas Nugroho Eko Trimaksaih untuk tetap disamping ku mendukung, memotivasi dan setia menunggu ku. Engkau semangat ke dua setelah orang tua ku.
Teman-teman PTB angkatan 2008 Arif, Yusuf, Tyo, Ratna dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, Trimakasih untuk kekompakan, kebersamaan, perjuangan dan semangat 45 nya. Semangat kita adalah kunci keberhasilan kita kawan. Tetap semangat kawan untuk kehidupan yang lebih baik.....SEMANGAT...!!!
Almamater ku UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna yang telah memberikan banyak kenikmatan, berkah dan anugerah kepada penulis, salah satunya adalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN
AUTOCAD
DAN
KONVENSIONAL
PADA
PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari Program Penelitian Hibah Sarjana DIPA BLU UNS dengan tema ”Pengembangan Media Pembelajaran CAD sebagai Penunjang Perkuliahan PTB dan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Banguana”. Dalam menyusun Skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Drs. Agus Efendi, M.Pd selaku Dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi. 2. Bapak Abdul Haris Setiawan, M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi. 3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Sutrisno, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas commit to user Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... ii HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................. vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii MOTO .................................................................................................................. viii KATA PERSEMBAHAN ...................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................................... 1 B. IDENTIFIKASI MASALAH. .................................................................. 4 C. PEMBATASAN MASALAH ................................................................... 5 D. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 6 E. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................... 6 F. MANFAAT HASIL PENELITIAN .......................................................... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI ....................................................................................... 8 B. PENELITIAN YANG RELEVAN. ........................................................ 27 C. KERANGKA BERPIKIR ....................................................................... 29 D. HIPOTESIS PENELITIAN. ................................................................... 32 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN. .............................................. 33 B. RANCANGAN PENELITIAN. .............................................................. 34 C. POPULASI DAN SAMPEL. .................................................................. 43 D. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL. .................................................. 43 E. PENGUMPULAN DATA ...................................................................... 44 F. VALIDITAS INSTRUMENT PENELITIAN ........................................ 46 G. ANALISIS DATA. ................................................................................. 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .................................................... 56 B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN. ....................................................... 58 C. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS .............................................. 70 D. PENGUJIAN HIPOTESIS ..................................................................... 72 E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................ 74 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN ....................................................................................... 81 B. IMPLIKASI. ........................................................................................... 81 C. SARAN ................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84 LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2. 1. Dasar Kompetensi Pelajaran Auto CAD Dasar .................................. 27 Tabel 3. 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 33 Tabel 3. 2. Rancangan Penelitian .......................................................................... 35 Tabel 4. 1. Distribusi Frekuensi Pretest pada Siswa Kelompok Konvensional.... 59 Tabel 4. 2. Distribusi Frekuensi Pretest pada Siswa Kelompok Quantum Teaching.................................................................................................................60 Tabel 4. 3. Distribusi Frekuensi Posttest pada Siswa Kelompok Konvensional .. 62 Tabel 4. 4. Distribusi Frekuensi Posttest pada Siswa Kelompok Quantum Teaching.................................................................................................................63 Tabel 4. 5. Distribusi Frekuensi Posttest dan Posttest pada Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 64 Tabel 4. 6. Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Konvensional ............ 66 Tabel 4. 7. Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Quantum Teaching ... 67 Tabel 4. 8. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Prestasi Belajar.................... 70 Tabel 4. 9. Ringkasan Hasil Uji Homogeniitas Selisih Prestasi Belajar ............... 71 Tabel 4. 10. Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Selisih Prestasi Belajar ........... 72 Tabel 4. 11. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Selisih Prestasi Belajar .................... 73 Tabel 4. 12. Ringkasan Hasil Selisih Prestasi Belajar Pretest dan Posttest Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching ................................................ 74
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 . Kerangka Berpikir ........................................................................... 31 Gambar 2.2. Paradigma Penelitian ................................................................... .....32 Gambar 3.1. Tahap-Tahap Prosedur Penelitian .................................................... 42 Gambar 4.1. Denah SMK Negeri 5 Surakarta ...................................................... 57 Gambar 4.2. Histogram Data Hasil Pretest pada Siswa Kelompok Konvensiona 60 Gambar 4.3. Histogram Data Hasil Pretest pada Siswa Kelompok Quantum Teaching ................................................................................................................ 61 Gambar 4.4. Histogram Data Hasil Posttest pada Siswa Kelompok Konvensional.........................................................................................................62 Gambar 4.5. Histogram Data Hasil Posttest pada Siswa Kelompok Quantum Teaching ................................................................................................................ 64 Gambar 4.6. Histogram Data Hasil Pretest dan Posttest pada Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 65 Gambar 4.7. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Perhatian Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 68 Gambar 4.8. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Kerja Sama Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 68 Gambar 4.9. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Ketekunan Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 69 Gambar 4.10. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Keaktifan Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 69 Gambar 4.11. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Interaksi Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus ............................................................................................... 87 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Quantum Teaching 89 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Quantum Teaching 94 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Konvensional ......... 99 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Konvensional ....... 102 Lampiran 6 Daftar Nama Siswa Kelompok Quantum Teaching ........................ 105 Lampiran 7 Daftar Nama Siswa Kelompok Konvensional ................................. 106 Lampiran 8 Daftar Nama Siswa Kelompok Kelas Uji Coba .............................. 107 Lampiran 9 Daftar Nama Kelomok Diskusi (Kelas Quantum Teaching) ........... 108 Lampiran 10 Kisi-Kisi Observasi ....................................................................... 109 Lampiran 11 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 1 ............ 110 Lampiran 12 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 2 ............ 113 Lampiran 13 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 3 ............ 116 Lampiran 14 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 4 ............ 119 Lampiran 15 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 1 .... 122 Lampiran 16 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 2 .... 125 Lampiran 17 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 3 .... 128 Lampiran 18 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 4 .... 131 Lampiran 19 Kisi-Kisi Soal ................................................................................ 134 Lampiran 20 Soal Try Out .................................................................................. 135 Lampiran 21 Kunci Jawaban ............................................................................... 145 Lampiran 22 Soal Pretest dan Postest ............................................................... 146 Lampiran 23 Kunci Jawaban ............................................................................... 154 Lampiran 24 Skor Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelompok Konvensional ......... 155 Lampiran 25 Skor Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelompok Quantum Teaching 156 Lampiran 26 Ringkasan Data Hasil Uji Validitas Butir Soal ............................. 157 Lampiran 27 Ringkasan Data Hasil Uji Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal ......................................................................................... 162 commit to user Lampiran 28 Skor Data Nilai Prestasi Belajar Hasil Penelitian .......................... 171
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 29 Ringkasan Hasil Uji Normalitas .................................................... 173 Lampiran 30 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ................................................ 179 Lampiran 31 Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Selisih Prestasi Belajar ........ 180 Lampiran 32 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Selisih Prestasi Belajar ................. 184 Lampiran 33 Ringkasan Hasil Selisih Prestasi Belajar ....................................... 188 Lampiran 34 Tabel r Product Moment ................................................................ 190 Lampiran 35 Tabel Uji F ..................................................................................... 191 Lampiran 36 Tabel Chi-Kuadrat ......................................................................... 195 Lampiran 37 Tabel Uji T..................................................................................... 196 Lampiran 38 Foto Dukumentasi Kelompok Konvensional ................................ 197 Lampiran 39 Foto Dukumentasi Kelompok Quantum Teaching ........................ 198
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia 2011 - 2012 Addianto (20/1/2012). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir disemua aspek kehidupan, oleh karena itu, dunia pendidikan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebab melalui proses pendidikan akan terlahir generasi muda yang berkualitas yang diharapkan mampu mengikuti perubahan dan perkembangan kemajuan zaman disegala aspek kehidupan. Hakekatnya mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh prestasi belajar. Indonesia adalah negara yang masih mengalami ketertinggalan dalam prestasi belajar, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan informal. Hal ini terlihat dari kualitas pendidikan di Indonesia yang masih memprihatinkan dan masih berada dalam urutan ke-12 dari 12 negara di Asia, indeks pengembangan manusia semakin menurun. Indonesia mempunyai daya saing yang rendah dan menurut survei lembaga, Indonesia memliki predikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Mutu kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat jika didukung oleh sumber daya manusia indonesia yang berkualitas pula salah satu usaha pemerintah Indonesia terkait dengan peningkatan sumber daya manusia adalah didirikannya sekolah-sekolah baik formal maupun informal. Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam mendewasakan pola pikir dan tingkah laku siswa. Selain itu sekolah juga bertanggung jawab dalam meningatkan mutu kualitas sumber daya manusia, seperti yang disampaikan Isjoni (4/11/2003) SMK dan Permasalahannya, SMK adalah salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan,
keterampilan
dan keahlian, sehingga lulusannya dapat to userdunia kerja. Pendidikan SMK itu mengembangkan kinerja apabila commit terjun dalam
perpustakaan.uns.ac.id
sendiri
bertujuan
digilib.uns.ac.id
untuk
meningkatkan
kemampuan
siswa
untuk
dapat
mengembangkan diri seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Hal di atas akan terwujud apabila proses pembelajaran di sekolah (SMK) berjalan dengan lancar, dalam proses pembelajaran, guru memiliki peranan penting dalam pendidikan siswa. Guru harus memberikan apa yang terbaik bagi siswa agar tercapai tujuan pendidikan, oleh karenanya, untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang aktif dan berkualitas, salah satu unsur utama adalah keberadaan guru yang berkualitas pula. Sejalan dengan pendapat Saiful Amien & Fransina Lamere (18/1/2010) Media Audio Dan Video Untuk Pembelajaran, bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional seperti yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Seorang guru, di dalam melaksanakan kompetesi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, Hamdani (2011: 243) berpendapat, “Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Penempatan peran guru dan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap kualitas pendidikan yaitu peningkatan prestasi belajar yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surakarta awalnya pelajaran muatan lokal program produktif Autocad ini hanya diberikan pada kelas XI TGB, namun pada awal tahun pelajaran 2010/2011 pelajaran tersebut diberikan kepada semua siswa kelas XI Program Keahlian Bangunan. Model to user pembelajaran yang diterapkan commit guru pada pelajaran muatan lokal program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produktif Autocad masih menggunakan model pembelajaran Konvensional. Pembelajaran menggunakan model tersebut lebih cenderung membosankan, monoton, kurang interaktif dan komunikatif dalam mentranfer pengetahuan, disini siswa juga kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Pelajaran Autocad juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered, proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Kondisi yang demikian, tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai ulangan masih dibawah rata–rata kelas, sebanyak 50,48% siswa yang nilainya di bawah nilai 75, yang mana nilai tersebut merupakan nilai standar ketuntasan belajar untuk pelajaran muatan lokal program produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta, jika kondisi seperti ini tidak secepatnya diatasi, maka sangat mungkin kualitas sekolah akan menjadi menurun, karena salah satu indikator keberhasilan sekolah adalah mampu mencetak lulusan yang baik. Melihat dari semua permasalahan yang dipaparkan di atas, maka diperlukan suatu solusi. Salah satu solusinya adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat, yaitu model yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Suryasubroto (1997: 43) berpendapat Model mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna lebih mengaktifkan dan memunculkan prestasi belajar siswa di kelas salah satunya yaitu dengan menggunakan model Quantum Teaching. Model Quantum Teaching yaitu suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada interaksi antara siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak monoton. Adanya media pembelajaran Autocad berupa video, materi yang akan disampaikan oleh guru akan lebih mudah untuk dipahami. Penyampaian materi dengan menggunakan video pembelajaran akan membuat siswa lebih tertarik untuk menyimak, memahami dan itu sangat membantu guru dalam mengajar. commit to tidak user akan berhasil dalam kaitannya Media video pembelajaran Autocad juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan meningkatkan prestasi siswa kalau tidak diimbangi dengan model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Model Quantum Teaching dirasa sangat cocok untuk mata pelajaran muatan lokal pogram produktif Autocad yang dikombinasikan/dikolaborasikan dengan media video pembelajaran Autocad. Melihat latar belakang di atas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 5 Surakarta dengan membandingkan prestasi belajar siswa yang menggunakan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dengan model Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad dengan alasan karena penulis memiliki asumsi bahwa tidak ada model pembelajaran yang terbaik, namun yang ada adalah model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Pada penelitian ini penulis mengambil judul: “PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA”. Penelitian ini merupakan bagian dari Program Penelitian Hibah Sarjana DIPA BLU UNS dengan tema ”Pengembangan Media Pembelajaran CAD sebagai Penunjang Perkuliahan PTB dan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Banguana”. A. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan, diantaranya : 1.
Kualitas pendidikan di Indonesia masih berada pada urutan ke 12 dari12 negara di Asia ini dikarenakan sumber daya manusia Indonesia rendah.
2.
Strategi pembelajaran dalam penyampaian materi yang diterapkan guru belum sepenuhnya diterima oleh siswa dengan baik, dan model pembelajaran yang diterapkan masih Konvensional (sederhana).
3.
Belum ditemukannya model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat dan efektif yang diterapkan pada pelajaran muatan lokal program commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produktif Autocad (pelajran Autocad) sehingga prestasi belajar dan aktivitas siswa meningkat. 4.
Proses pembelajaran yang terjadi pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta belum sepenuhnya melibatkan peran aktif siswa, semua kegiatan berpusat pada guru (teacher center) dan aktivitas siswa dominan hanya mendengarkan dan mempraktikan apa yang guru ajarkan tanpa adanya umpan balik dari siswa itu sendiri.
5.
Interaksi antara siswa dan guru yang terjadi pada proses pembelajaran masih relatif sangat rendah dan berlangsng satu arah.
6.
Nilai rata-rata kelas yang menunjukkan suatu prestasi belajar siswa pada kelas XI Program Keahlian Bangunan (XI TGB, XI TKBB, dan XI TKK) di SMK Negeri 5 Surakarta pelajaran muatan lokal produktif Autocad masih perlu ditinggkatkan. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat berbagai masalah dan
luasnya bidang penelitian, oleh karena itu perlu di batasi agar penelitianya terarah dengan jelas dan pasti. Pembatasan masalah penelitian ini meliputi: 1.
Subjek penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Program Keahlian Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2.
Objek penelitian a.
Metode pembelajaran dibatasi: 1) Model Konvensional 2) Model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
b.
Prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad dibatasi pada ranah kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1.
Adakah perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
2.
Bagaimana aktivitas belajar siswa ditinjau dari penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang diterapkan. D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah dan
batasan masalahnya yaitu untuk: 1.
Mengetahui ada dan tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
2.
Mengetahui aktivitas belajar siswa ditinjau dari penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang diterapkan. E. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Praktis: a. Bagi siswa 1) Meningkatkan aktivitas siswa terkait dengan perannya dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya secara optimal. 2) Mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. 3) Model dan media pembelajaran yang tepat yang diterapakan dalam proses pembelajaran membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi commit to user belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Bagi guru Memberikan sumbangan pemikiran tentang penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan dan kondisi siswa guna untuk mencapai prestasi belajar yang baik dan tujuan dari pemebelajaran yang lainnya, salah satunya yaitu model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran. c. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan potensi, prestasi belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. d. Bagi peneliti 1) Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti, khususnya terkait dengan penelitian yang membandingkan prestasi belajar siswa dengan model yang sudah umum digunakan yaitu model Konvensional dan alternatif model yaitu model Quantum Teaching berbasis media video pemebelajaran Autocad. 2) Memberikan bekal bagi peneliti sebagai calon guru teknik bangunan sebelum terjun sebagai seorang guru. 2.
Manfaat Teoritis: a. Menambah pengetahuan bagi pembaca terhadap dunia pendidikan. b. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan relevan. c. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Progam Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universutas Sebelas Maret Surakarta. d. Sebagai ajakan untuk terus mengembangkan media pembelajaran alternatif yang mudah, singkat, dan menyenangkan. e. Diharapkan konsep pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif dapat direkomendasikan sebagai kolaborasi dan inovasi dalam dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu Prestasi dan belajar. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan, hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Di bawah ini merupakan pendapat para ahli dalam memahami kata prestasi yaitu: a.
Hamdani (2011: 137) pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Pretasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
b.
W.J.S. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi sebagai hasil yang telah dicapai (dilakuan, dikerjakan dan sebagainya)
c.
Nasrun Harahap dan kawan-kawan dalam Djamarah (1994: 19–20) memberi pengertian prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Terkait dari beberapa pendapat prestasi di atas disimpulkan bahwa
prestasi adalah suatu hasil yang didapat oleh seseorang setelah dia melakukan suatu kegiatan, atau menciptakan sesuatu yang baru. Didalam pendidikan, prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang diperoleh dari penguasaan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum, sehingga prestasi dapat diukur dengan nilai yang didapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar. Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain adalah: Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result oftoexperience), demikian pendapat John commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach. Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985: 7) adalah “suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang”. Hamalik (2003: 52) mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan sesuatu perubahan pada dirinya untuk lebih baik, baik dalam tingkah laku (perilaku) ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Kesimpulannya prestasi belajar adalah suatu hasil atau nilai yang dicapai dari suatu kegiatan dengan tujuan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang lebih baik ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi, biasanya diperoleh dari tes dan hasil evaluasi dalam bentuk angka. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Seperti yang di jelaskan Bloom (1964: 86) bahwa secara umum klasifikasi prestasi belajar dibagi menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perlu diketahui bahwa pada penelitian ini hanya mengukur prestasi belajar pada ranah kognitif, dengan alasan karena ranah kognitif bersifat lebih khusus dibandingkan dengan ranah afektif dan psikomotorik. Pendapat ini diperkuat oleh Sudjana (2010: 33) hasil belajar afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas, lebih sulit diamati. Menurut Winkel (2004: 263) menyatakan bahwa faktor kognitif, terutama kemampuan belajar lebih berpengaruh pada taraf prestasi siswa, sedangkan faktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nonkognitif lebih berperan dalam membangkitkan dan mempertahankan semangat dan gairah belajar. Bloom et al., dalam Winkel (2004: 272) membagi ranah kognitif menjadi 6 aspek yaitu: a. Pengetahuan (knowledge): mencakup hal-hal yang pernah diajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling mendasar. b. Pemahaman
(comprehension):
kegiatan
mental
intelektual
yang
mengoorganisasikan materi yang telah diketahui. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi tingkatannya di atas pengetahuan. Sudjana (2010) membagi tingkat pemahaman menjadi 3 katagori: 1) Tingkat terendah: pemahaman terjemah/translasi 2) Tingkat kedua: pemahaman penafsiran/interpretasi 3) Tingkat ketiga: pemahaman ekstrapolasi c. Penerapan (application): kemampuan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pengetahuan dan pemahaman. d. Penguraian (analysis): kemampuan menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Bloom, membagi 3 jenis kemampuan analisis yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan prinsip-prinsip organisasi. e. Penilaian (evaluation): kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan besar-salah, baik-buruk, berdasarkan kriteria tertentu. Terdapat dua kriteria pembenaran yaitu: 1) Pembenaran berdasarkan kriteria internal, dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-unsur yang ada commit to user di dalam objek yang diamati.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal, dengan kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati. Pada dasarnya prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal) Hamdani (2011: 139). a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut: 1) Kecerdasan (intelegensi) 2) Faktor jasmani atau faktor fisiologis 3) Sikap 4) Minat 5) Bakat 6) Motivasi b.
Faktor eksternal terdiri dari atas dua macam yaitu: 1) Lingkungan sosial: guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman– teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat–alat belajar dan lain– lain 2) Lingkungan nonsosial: gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar. Pengaruh lingkungan pada umunya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto dalam Hamdani (2011: 138) faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi belajar diantaranya adalah: 1) Keadaan keluarga 2) Keadaan sekolah 3) Lingkngan masyarakat Sedangkan menurut Sudjana (2010: 39) faktor internal (dari diri siswa) yaitu aktivitas belajar siswa itu sendiri seperti, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal (dari luar diri siswa) yaitu Salah satu lingkungan belajar yang mempengaruhi belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran, yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan interaksi yang dilalukan siswa dikelas. 2. Aktivitas belajar Pengertian Aktivitas Belajar, Menurut Poerwadarminta (2003: 23) dalam Yusfy (22/12/2011), aktivitas adalah kegiatan, jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan dan penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis, tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Banyak jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang dapat dilakukan anakanak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa) antara lain: a. Visual activities seperti membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya. b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya. c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya. d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya. e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya. f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. Dari jenis-jenis aktivitas belajar di atas, maka aktivitas belajar yang dimaksud adalah: a. Mendengarkan penjelasan guru. b. Mencatat hal-halyang dianggap penting. c. Berdiskusi d. Keberanian untuk bertanya. e. Keberanian mengajukan pendapat , kritik dan saran. Sifat-sifat umum dari aktivitas belajar menurut Suryabrata (2011: 13) meliputi: a. Perhatian. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan, kemudian Wasti Sumanto dalam Suryabrata (2011: 13) berpendapat bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga
atau
kekuatan
jiwa
tertentu
kepada
suatu
obyek,
atau
pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas. Mengacu pada ke dua pendapat tersebut disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan pikiran pada sesuatu hal didasari pada banyak sedikitnya kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian siswanya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar, oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. b. Pegamatan Pengamatan adalah melakukan sesuatu menggunakan panca indra commit to user obyek yang sedang diamati. yang dimiliki untuk mengetahui/mengenal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Tanggapan dan variasinya Bogot dkk.,(1950: 72) dalam Suryabrata (2011: 36) Tanggapan didefinisikan sebagai banyangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Linschoten mendefinisikan “menanggap” adalah melakukan kembali suatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya obyek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu. d. Fantasi Fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapantanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tanggapan itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada. Bisa juga fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk beroriantasi dalam alam imajiner, melampaui dunia nyata. e. Ingatan Secara teori dibedakan menjadi tiga aspek yaitu: 1) mencamkan, yaitu
menerima
mereproduksikan
kesan-kesan. kesan-kesan,
2) jadi
menyimpan Ingatan
kesan-kesan.
didefinisikan
3)
sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesankesan. f. Berfikir Ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subyek yang berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir itu adalah berbicara dalam hati. Bigot dkk., (1950: 103) menyatakan berfikir adalah meletakan hubungan antara bagian-bagian dari pengetahuan yang ada. Maka dari itu berfikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses. g. Perasaan Suryabrata (2011: 66) Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai to user taraf. Winkel (1983: 30) commit “Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek.” Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam proses pembelajaran, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar. h. Motif Suryabrata (2011: 70) Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna untuk mencapai tujuan. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya, dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Terkait dengan sifat-sifat aktivitas dalam belajar di rangkum sedemikian sehingga menjadi beberapa aspek yang nantinya aspek-aspek tersebut akan digunakan sebagai pedoman obervasi yang digunkan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aspek-aspek tersebut diantaranya: perhatian, kerjasama, keaktifan, ketekunan dan interaksi siswa dikelas. 3. Model pembelajaran Quantum Teaching dan Konvensional a. Model pembelajaran Quatum Teaching Kata Quatum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quatum Teaching bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” Riyanto (2009: 201). Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang harus dipelajari siswa, tetapi jauh dari itu siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik ketika belajar. Penggunaan Quatum Teaching membuat guru dapat mengajar dengan menggunakan otak kiri dan kanan pada fungsinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maisng-masing. Menurut Jupri (2006: 7) dalam Baroroh (2010: 15) mengatakan bahwa model Quantum Teaching berusha mengubah susana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, emosi siswa menjadi satu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum Teaching berisi prinsip-prinsip sistem perencangan pengajaran yang efektif, efisien dan progres berikut model penyajian untuk mendapatkan prestasi belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Menurut Riyanto (2009: 203) ada lima prinsip atau kebenaran dalam pembelajaran Quantum Teaching yang harus dimunculkan dalam setiap pembelajaran pada siswa yaitu: 1) Segalanya bicara maksudnya bahan untuk mengajar atau mentranfer ilmu pada siswa dapat diperoleh dari lingkungan, sampai penggunaan bahasa tubuh dan kertas yang dibagikan serta rancangan pelajaran. 2) Segalanya bertujuan maksudnya segala perbuatan yang terjadi dalam pembelajaran Quantum Teaching bertujuan untuk mengubah model pembelajaran menjadi lebih baik dan menyenangkan. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama maksudnya kreativitas guru ditunjang untuk menceritakan pengalaman yang pernah dialami dengan sangat menarik, siswa akan terangsang untuk ingin tahu, sehingga siswa dengan mudah mendengarkan penjelasan dari guru. 4) Akui setiap usaha maksudnya berilah penghargaan/reward pada setiap siswa dalam setiap pekerjaan yang dilakukan sehingga siswa lebih percaya diri. 5) Jika layak dipelajari layak pula dirayakan maksudnya jika diperlukan melakukan perayaan sebagai dasar telah mengalami kemajuan dan peningkatan prestasi belajar. Berdasarkan kelima prinsip tersebut model Quantum Teaching diterapkan di kelas secara ringkas aktivitas ini dapat dirangkum dalam kegiatan menumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apa Manfaat to user rancangan pengajaran Quantun Bagiku (AMBAK) dengancommit menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teaching sehingga belajar benar-benar menjadi dinamis secara konsisten menjadi mudah dan menyenangkan. Rancangan tersebut menggunakan kata Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR) Baroroh (2010: 10) kata TANDUR maksudnya adalah: 1) Tumbuhkan: menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memberitahukan manfaat materi yang akan dipelajari. 2) Alami:
guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
memperoleh pengalaman–pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswa. 3) Namai: guru menyediakan kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi pesan pembelajaran. 4) Demonstrasikan: guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat menunjukkan kemampuannya. 5) Ulangi: guru menunjukkan kepada siswa cara–cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar–benar tahu akan apa yang dipelajari. 6) Rayakan: berarti guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas ynag diberikan guru, partisipasi, perolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya. b. Model Pembelajaran Konvensional Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran Konvensional. Pembelajaran Konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya: 1) Menurut Ujang Sukandi (2003: 8) dalam Pembelajaran konvensional banyak
dikritik,
namun
paling disukai,
Sunarto
(2/3/2009)
mendeskripsikan bahwa Pendekatan Konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. 2) Djamarah (1996) dalam Muhamad Kholik Metode Pembelajaran Konvensional (8/11/2011) metode pembelajaran Konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi
lisan
antara
guru
dengan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Pembelajaran sejarah metode Konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. 3) Freire (1999) dalam Muhamad Kholik Metode Pembelajaran Konvensional (8/11/2011) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Dari ketiga pendapat tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran Konvensional adalah gaya mengajar guru dalam proses pembelajaran yang hanya
dipandang
sebagai
suatu
aktivitas
pemberian
informasi,
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan, dalam praktiknya guru hanya ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Pendekatan Pembelajaran Konvensional, menurut (20/12/2009) ciri-ciri pembelajaran Konvensional adalah: 1) pembelajaran berpusat pada guru, 2) terjadi passive learning, 3) interaksi di antara siswa kurang, 4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan 5) penilaian bersifat sporadis. commit to user
Warpala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keunggulan pembelajaran Konvensional, terutama: 1) Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. 2) Menyampaikan informasi dengan cepat. 3) Membangkitkan minat akan informasi. 4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. 5) Mudah digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut: 1) Tidak
semua
siswa
memiliki
cara
belajar
terbaik
dengan
mendengarkan. 2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. 3) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. 4) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. 5) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. Muhamad
Kholik
Metode
Pembelajaran
Konvensional
(8/11/2011) menyebutkan Model Konvensional didalamnya meliputi berbagai metode yang berpusat pada guru. Metode-metode tersebut meliputi: ceramah, tanya jawab dan diskusi. 1) Metode ceramah Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran yang cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada siswa dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Pada metode ini guru menjadi pemeran utama dalam pembelajaran dimana guru aktif menjelaskan materi dan siswa menjadi pendengar setia. Metode ini akan berhasil atau tidak tergantung pembawaan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran. 2) Metode Metode Tanya Jawab Metode ini adalah metode yang layak dipakai guru karena untuk mengulang pelajaran yang lalu, sebagai selingan dalam menjelaskan pelajaran, dengan begini bisa merangsang daya ingat siswa commit to user dan memusatkan perhatian siswa terkait dengan masalah-masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedang dibicarakan. Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu guru bertanya dan siswa menjawab. 3) Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
dengan
menggunakan alat peraga (meragakan), untuk memperjelas suatu materi ajar, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih paham dan mengerti dengan apa yang guru sampaikan. 4. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar, dan kata media juga merupakan bentuk jamak dari kata medium, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) dalam Hamdani secara garis besar media adalah suatu materi/kesediaan yang dapat membangun kondisi siswa untuk mempu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media secara lebih kusus adalah alat–alat grafis atau elektronik untuk menangkap, memproses, menyusun informasi visual dan verbal (2011:243). Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video camera, video camera, film, slide, foto, gambar, grfik televisi dan komputer. Menurut Hamdani (2011:244) Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh–pengaruh psikologi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat disarankan, tapi dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal–hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain tujuan pembelajaran, sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya, ketersediaan sarana, konteks penggunaan, dan mutu teknis. Penggunaan media yang tepat akan sangat menunjang dalam proses pembelajaran. commitkeberhasilan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebaliknya, penggunaan media yang tidak tepat hanya akan menghamburhamburkan biaya dan tenaga, terlebih bagi ketercapaian tujuan pembelajaran akan jauh dari apa yang diharapkan. Sebagai salah satu sarana pembelajaran, perguruan tinggi harus dapat menyediakan media yang tepat untuk menunjang aktivitas akademik dalam belajar agar tidak jenuh dalam menerima pembelajaran di kelas. Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Ouda Teda Ena, 2001: 2). Kriteria utama adalah biaya. Dimana biaya memang harus diperhitungkan dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media tersebut. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keefisienan, kemampuan untuk diubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Beberapa manfaat menurut Kemp dan Dayton mengindentifikasikan dalam Hamdani (2011:73) a.
Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
b.
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
c.
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d.
Efisien dalam waktu dan tenaga.
e.
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
f.
Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
g.
Media dapat menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses belajar.
h.
Mengubah peran guru kearah yang lebih positif. Program yang dikembangkan dalam media sebaliknya yang sesuai dan
tepat bagi siswa, sehingga siswa akan merasa telah belajar hal baru. Secara garis besar media pembelajaran terbagi atas (Hamdani, 2011: 244): a. Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang memiliki commit to user unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengandung unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto, dan lain sebagainya. c. Media audio-visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seberti rekaman video film dan sebagainya. d. Orang (people) yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada dasarnya, setiap orang bisa berperan sebagai sumber belajar, tetapi secara umum dapat dibagi dua kelompok, yaitu: (a) orang yang didesain khusus, sebagai sumber belajar utama yang di didik secara pofesional, seperti guru, instruktur, konselor, widya swara dan lain–lain. (b) orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan. e. Bahan (materials) yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga transparasi, film slide dan sebaginya. f. Alat (device) yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering disebut dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran, seperti komputer radio, TV, VCD/DVD dan sebagainya. g. Tehnik (technic) yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang yang memberikan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti ceramah, diskusi, seminar, simulasi dan lain sebagainya. h. Latar (setting) yaitu lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus untuk pembelajaran, seperti ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, kebun dan lain sebaginya. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. (Hamdani, 2011: 246) Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut: a.
Kemampuan
fiksatif,
artinya dapat menangkap, menyimpan dan commit userkejadian. Dengan kemampuan ini, menampilkan kembali suatu objektoatau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian disimpan, dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian sebelumnya. b.
Kemampuan manipulative, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya ukuran, kecepatan, warnanya diubah, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
c.
Kemampuan distributive, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajiannya secara serentak misalnya siaran TV dan radio.
5. Video Pembelajaran Video adalah penampilan gambar (visual) dengan bantuan alat elektronik. Dalam kamus wikipedia Indonesia, “Video adalah teknologi proses sinyal elektronik menjadi gambar bergerak”. Saiful Amien & Fransina Lamere (2010) Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus LatinIndonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Video, diakses 19 February 2012). Beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video merupakan salah satu sarana pembelajaran yang efektif karena memungkinkan para guru dan siswa untuk menonton dan belajar dari praktek-praktek pembelajaran guru lain. Video juga termasuk alat media pembelajaran yang dapat digunakan di kelas sebagai sarana penyampaian materi pendidikan melalui presentasi visual (gambar) dan audio (suara). Video pembelajaran mengkombinasikan kekuatan video sebagai alat pembelajaran yang interaktivitas antara siswa dan isi materi. commit to user Video pembelajaran mendorong para siswa untuk berinteraksi dengan isi video
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampai tingkat tertentu melalui pertanyaan, jeda untuk diskusi, integrasi dokumen pembelajaran (seperti file-file Word), dan teknik-teknik multimedia seperti narasi audio dan teks, dengan ini dapat meningkatkan potensi pembelajaran dari video. Media Audio dan Video untuk Pembelajaran (8/1/2010) Saiful Amien & Fransina Lamere menyatakan bahwa: Media video pembelajaran juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pembelajaran, dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. 1) Pada ranah kognitif, pelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar. 2) Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. 3) Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja.Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman– temannya. 4) Ranah interpersonal, video memberikan kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah siswa saksikan secara bersama–sama. Kesimpulan dari pemaparan di atas adalah video cocok digunaka untuk menunjang semua aspek pembelajaran, baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, dari ketiga aspek tersebut video dirasa sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor, akan tetapi, tidak secara detail dapat mendorong minat belajar siswa, karena siswa akan lebih menyukai melihat videonya sehingga materi teks kurang digemari, namun demikian dengan video siswa dapat memperkaya pengetahuan karena dalam video itu real/nyata. Menurut Hamdani, penggunaan multimedia dalam pendidikan memiliki beberapa kelebihan, yaitu: a. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif. b. Guru akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari trobosan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar, atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran. d. Mampu
menimbulkan
rasa
senang
selama
proses
pembelajaran
berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proes pembelajaran hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang maksimal. e. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya dengan penjelasan atau alat peraga yang bersifat Konvensonal (2011: 254). 6. Autocad Autocad berasal dari kata yaitu CAD. CAD (Computerized Aided Drawing atau Computerized Aided Drafting atau Computerized Aided Design) Autocad adalah sebuah program aplikasi ( software ) yang digunakan untuk menggambar dan mendisain gambar, seperti gambar arsitektur, mesin, sipil, elektro dan lain-lain, di mana program Autocad merupakan istilah umum yang tidak saja bertujuan untuk drafting (menggambar) tetapi juga memiliki makna yang lebih luas, yaitu design (merancang/mendesain), mempunyai kemudahan dan keunggulan untuk membuat gambar dengan cepat dan akurat serta bisa digunakan untuk memodifikasi gambar dengan cepat pula. Kwari (2000: 1) Gambar–gambar yang dibuat oleh Autocad dapat dibaca oleh CAD maupun program lainnya dengan melalui format file berbentuk IDES, DXF, DXB, SLD, TIFF, RND, dan TGA, sehingga memungkinkan kita untuk membawa hasil dari Autocad untuk dikerjakan dalam program lain. Layar Autocad terdapat beberapa elemen, yaitu Layar Gambar, Command Line, atau Command Window, Status Line, Title Bar, Pulldown Menu, Toolbar. Fasilitas yang dimiliki Autocad untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi sangat lengkap, sehingga hal ini membawa Autocad menjadi program disain terpopuler dibandingkan dengan program-program yang lain dewasa ini. Di dunia enginering saat ini, commit menggambar to user(drawing) tidak dapat dipisahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari disain (design), oleh karena itu istilah CAD populer digunakan. Disain juga tidak terlepas dari proses pembuatan atau produksi, sehingga istilah CAD selalu diikuti oleh CAM (Computerized Aided Manufacturing), khususnya di dunia industri desain bangunan. Beberapa keuntungan menggunakan Autocad adalah: a. Kualitas gambar konstan, tidak terlalu tergantung pada skill penggambar sebagaimana gambar manual. b. Relatif lebih akurat dan cepat pengerjaannya karena menggunakan komputer. c. Dapat diedit, ditambah-kurang tanpa harus memulai dari awal. d. Dapat menjadi data base yang menyimpan berbagai informasi penting yang dibuat oleh drafter dan dapat diakses langsung oleh pengguna lain. e. Dapat dibuat library untuk komponen-komponen standar atau komponen yang digambar/dipergunakan berulang-ulang dalam gambar (misalnya: baud, mur, simbol-simbol,dll.) sehingga mempermudah dan mempercepat dalam proses pembuatan gambar. f. Lebih
mudah
dan
praktis
dalam
dokumentasi,
duplikasi,
dan
penyimpanannya. g. Dapat dibuat dengan berbagai warna sehingga lebih menarik dan mudah dipahami. Pelajaran muatan lokal program produktif Autocad dasar semester 2 di SMK Negeri 5 Surakarta bertujuan untuk menyiapkan siswa dapat mengenal, menguasai, dan mengoperasikan progam Autocad dengan mahir. Disamping itu siswa dituntut dapat menggambar teknik dengan progam Autocad yang sekarang ini sudah tidak asing lagi dalam proses menggambar bangunan, sehingga guru dituntut mampu menyampaikan materi pelajaran dan memberikan proses belajar yang tepat bagi siswa. Mata pelajaran ini merupakan pelajaran muatan lokal atau pelajaran tambahan sehingga untuk kelancaran penggunaan progam ini, harus memaksimalkan daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran. Untuk memperoleh hasil tersebut, maka salah satu to user model pembelajaran Quantum alternatif adalah dengan caracommit menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Video pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad, Kompetensi Dasar (KD) yang akan ditampilkan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Kompetensi Dasar Pelajaran Autocad Dasar Kode 2.1
KOMPETENSI DASAR Mendiskripsikan
INDIKATOR
perangkat 1.Memahami dasar-dasar Autocad
lunak menggambar bangunan
2.Memahami perintah CAD 3.Memahami perintah edit CAD 4.Melengkapi gambar
2.2
Mengatur tata letak gambar 1.Lay out pada
model
space
dengan 2.Skala
perangkat lunak 2.3
Membuat back up data level 1
Membuat backup data level 1
2.4
Membuat restore data level 1
Membuata restore data level 1
2.5
Menggambar gedung
2.6
bangunan Menggambar
rumah
denah
tinggal sederhana
Mencetak gambar Bangunan Mencetak gambar Gedung
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian relevan ini merupakan uraian sistematis tentang hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini akan menguraikan hasil – hasil penelitian yang terdahulu antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nelly Magfiroh (2010) dengan judul” Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Quantum Teaching Pada Pelajaran Pkn Pada Siswa Kelas IV SDN Talangan III”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa commitQuantum to user Teaching dapat meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar siswa kelas IV SDN Talang III terhadap materi PKN. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pretest sebesar 6,55 pada siklus I ini meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4%. Sedangkan pada siklus II peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pretest sebesar 6,55 pada siklus II ini meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35%. Ini menunjukkan 90% siswa berhasil dalam belajar PKN dengan menggunakan model Quantum Teaching 2. Siti Baroroh Barida (2010) penelitian yang berjudul “Penggunaan Metode Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi di kelas VII SMP Negeri Getak Tahun Pelajaran 2009/2010” hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan model Quantum Teaching dengan siswa yang menggunakan model ceramah hal ini ditunjukan berdasarkan hasil perhitngan 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : 4,343 > 2,00 dengan taraf signifikan 5%. 3. Yusuf Kurniadi Jamil (2012) penelitian yang berjudul “Perancagan Media Pembelajaran Cad Kompetensi Dasar Menggambar Bangunan Gedung” hasil penelitian ini menunjukkan terciptanya produk media pembelajaran berupa video pembelajaran dengan model tutorial yang dapat membantu penyampaian materi pada mata pelajaran Autocad dan mendukung pembelajaran yang berlangsung. Vedeo pembelajaran juga dapat menjadi media ajar baru yang efisien, efektif dan tepat sehingga model pengembangan pembelajaran dengan video pembelajaran ini kedepannya dapat direkomendasikan sebagai inovasi baru dalam pembelajaran. Beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa penerapan model Quantum Teaching memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar yang signifikan dibandingkan dengan model yang lain. Penelitian ini menyarankan untuk diadakannya penelitian Penerapan Media Pembelajaran commit to user berupa Video Pembelajaran dengan Model Tutorial pada model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Sehingga penelitian ini merupakan kelanjutan yang relevan dari penelitian yang dilakukan Yusuf Kurniadi Jamil. C. Kerangka Berfikir 1.
Perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad. dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Prestasi belajar Autocad adalah prestasi belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad berupa seperangkat pengetahuan, dan keterampilan dasar dalam menggambar Autocad yang berguna bagi siswa untuk kehidupan baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Prestasi belajar didapat baik dari hasil tes (pretest dan postest), diskusi/kerja kelompok, penugasan menggambar, hasil kerja/hasil menggambar Autocad dan lain sebagainya. Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti mengenai prestasi belajar siswa kelas XI Program Keahlian Bangunan di SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad masih kurang baik, diketahui nilai yang kurang dari/di bawah nilai batas minimal 75 sebanyak 50,48% dan yang di atas nilai batas minimal 49,32%. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran kurang bervariasi dan model pembelajaran yang diterapkan masih Konvensional sehingga motivasi siswa untuk belajar kurang dan menyebabkan prestasi belajarnya menurun. Untuk meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad kelas XI Program Keahlian Bangunan dalam pembelajarannya harus menarik dan menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model dan media pembelajaran yang interaktif dan inovativ dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil, selain itu situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peran aktif siswa sangat diperlukan guna meningkatkan prestasi belajar siswa. commit to user Adapun model dan media pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara totalitas sehingga prestasi belajarnya meningkat adalah pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad. Pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad diduga dapat meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang hasilnya lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan model Konvensional yang sudah diterapkan guru sebelumnya. 2.
Penerapan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dapat meningkatkan aktivitas belajar yang lebih efektif dibandingkan dengan model Konvensional. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad kelas XI Program Keahlian Bangunan di SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 proses pembelajaran masih kurang bervariasi dimana model pembelajaran yang diterapkan masih Konvensional. Guru kurang bisa membangun suasana yang menyenangkan sehingga siswa kurang aktif dan terkesan fasif dalam proses pembelajaran, peran siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, selain itu pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). Guru dianggap satu-satunya sumber ilmu sehingga pengetahuan siswa kurang berkembang secara optimal dan potensi yang dimiliki siswa kurang terlihat/terekspose. Belum adanya suatu media pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk mendukung model pembelajaran yang ada. Pembelajaran yang seperti ini akan sangat berpengaruh pada aktivitas siswa. Berbeda dengan pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad. Proses pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad, siswa diarahkan pada suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak mudah merasa jenuh pada saat guru menjelaskan, selain itu diajarkan pula kerja sama yang baik commit to user dengan begitu siswa akan saling membantu, berdiskusi untuk memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah yang dihadapi, menghargai ide atau pendapat temannya sendiri. Kegiatan seperti ini akan membangun suasana yang menyenangkan dan bisa meningkatkan aktivitas belajar. Selain itu adaya media video pembelajaran Autocad yang diterapkan pada model Quantum Teaching akan membatu guru dalam menyampaikan materi ajar dan juga membantu pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan serta memberikan motivasi tersendiri terhadap siswa sehingga aktivitas belajar siswa meningkat. Proses pembelajaran pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad Autocad lebih menekankan pada pembentukan keterampilan dan menguasi kemampuan dalam menggambar baik menggambar rumah ataupun menggambar bangunan yang lain, selain itu untuk memperoleh pengetahuan yaitu daya fikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir kreasi sebagai indikator dari perkembangan kognitif yang merupakan pembentukan oleh anak dan bukan perubahan perilaku, suatu kerangka teori belajar terhadap usaha seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Penerapan pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad, diharapkan lebih efektif dalam membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa dibandingakan dengan model Konvensiona. Uraian tersebut dapat digambarkan pola kerangka fikir yang menggambarkan secara singkat konsep hubungan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
siswa
siswa
Model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
Menggambar Autocad
Model Konvensional
Gambar 2.2. Alur Kerangka Berfikir commit to user
Prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Memperjelas kerangka berfikir di atas, dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut:
X
X1
Z1
X2
Z2
Y
Gambar 2.3. Paradigma Penelitian Keterangan : X
= Pembelajaran
Y
= Prestasi kognitif pretest sebelum diperlakuan mengunakan model pembelajaran
X1
= Pembelajaran mengunakan model Konvensional
X2
= Pembelajaran menguanakan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
Z1
= Prestasi belajar posttest setelah diperlakukan mengunakan model Konvensional
Z2
= Prestasi belajar posttest setelah diperlakukan mengunakan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan sebuah
hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.
Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional. 2.
Penerapan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dibandingan dengan model Konvensional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Quantum Teaching Berbasis Media Video Pembelajaran Autocad dan Konvensional pada Pembelajaran Autocad SMK Negeri 5 Surakarta”. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surakarta dipilih menjadi lokasi penelitian karena di sekolah ini pembelajaran yang digunakan guru khususnya pelajaran muatan lokal program produktif Autocad masih menggunakan model Konvensional selain itu kondisi pembelajaran yang ada sesuai dengan media video pembelajaran Autocad yang akan diterapkan di kelas. Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah di SMK Negeri 5 Surakarta yang beralamat di Jl. LU. Adisucipto 42 Telp. 0271-713916 Surakarta 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 1 bulan mulai bulan Maret sampai April 2012 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Nama Kegiatan
Waktu Kegiatan
1. Persiapan penelitian a. Mengajukan judul
1 Februari 2012 – 13 Februari 2012
b. Menyusun proposal
15Februari 2012 – 29 Februari 2012
c. Seminar proposal
30 Maret 2012
d. Mengurus perizinan
1 April 2012 – 7 April 2012
e. Koordinasi dengan kepala 9 April 2012 sekolah f. Menyusun soal tes prestasi 9 April 2012 – 14 April 2012 belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Melakukan uji coba soal 16 April 2012 tes prestasi belajar. h. Menganalisa dan merevisi 16 April 2012 – 21 April 2012 soal tes prestasi belajar i. Finalisasi dan penggandaan 23 April 2012 soal tes prestasi belajar 2. Pelaksanaan penelitian a. Pelaksanaan
pretest
di 25 April 2012 dan 28 April 2012
kelas kontrol dan kelas eksperimen 30 April 2012 – 8 Mei 2012
b. Pelaksanaan eksperimen c. Pelaksanaan
posttest
di 12 Mei 2012 dan 16 Mei 2012
kelas kontrol dan kelas eksperimen d. Analisa
data
hasil 16 Mei 2012 – 22 Mei 2012
eksperimen 3. Penyusunan laporan /skripsi a. Penyusunan draf
22 Mei 2012 – 28 Mei 2012
b. Pengetikan skrisi
25 Mei 2012 – 30 Juni 2012
4. Pelaksanaan ujian skripsi 31 Juli 2012 dan revisi
B. Rancangan penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperiment, karena tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Sugiyono (2010: 77) menyatakan bahwa penelitian quasi eksperiment digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya
untuk mengontrol commit to user mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
variabel–variabel
luar
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada 2 jenis penelitian quasi eksperiment yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design, pada penelitian ini jenis Nonequivalent Control Group Design karena baik kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran model Konvensional. Pada akhir pembelajaran kedua kelas diukur kemampuan kognitifnya dengan alat ukur yang sama. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan padat tabel sebagai berikut: Tabel 3. 2. Rancangan Penelitian Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
Kontrol
Y
X1
Y1
Eksperimen
Y
X2
Y2
Keterangan : Y
= Hasil pengukuran tes awal (prettest)
X1
= Perlakuan terhadap kelompok kontrol dengan menggunakan model Konvensional.
X2
= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan menggunakan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad.
Y1
= Hasil posttest kelompok kontrol dengan model Konvensional.
Y2
= Hasil posttest kelompok eksperimen dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad.
2. Prosedur Penelitian Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, tahap analisis serta tahap tindak lanjut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tahap persiapan 1) Permintaan izin kepada kepala sekolah SMK N 5 Surakarta. 2) Permintaan izin kepada guru pelajaran muatan lokal program produktif Autocad SMK N 5 Surakarta. b. Tahap Perencanaan Menyusun perangkat pembelajaran seperti: silabus, Rencana Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian meliputi: soal tes prestasi belajar. c. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi: 1) Melaksanakan uji coba soal dikelas XII TKK dengan jumlah 23 siswa. Selanjutnya soal diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda soal dan tingkat kesukaran soal. 2) Peneliti melakukan pretest dikelas XI TKBB yang merupakan kelas eksperimen dengan jumlah 25 siswa dan kelas XI TGB dengan jumlah 29 siswa yang merupakan kelas kontrol dengan soal objektif bertujuan mengukur
kemampuan
awal
untuk
mengetahui
normalitas
dan
homogenitas data kedua kelompok. 3) Peneliti
melaksanakan
proses
pembelajaran
diterapkan
model
pembelajaran Quantum Teaching berbasis media pembelajaran Autocad untuk kelas eksperimen dan Konvensional untuk kelas kontrol. Adapun skenario pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Kelas Eksperimen (model pembelajaran Quantum Teaching) (1) KBM pertemuan I (a) Guru memberikan apresepsi terkait materi yang akan disampaikan. (b) Guru menjelaskan langkah–langkah membuat denah (c) Guru meminta siswa untuk membuat gambar sesuai dengan yang dicontohkan di depan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(d) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menggambar. (e) Guru menerangkan lagi cara menggambar denah karena ada salah satu siswa yang mengalami kesulitan/ketinggalan. (f) Guru menutup hasil belajar (2) KBM pertemuan II (a) Guru memberikan apresepsi terkait materi yang akan disampaikan. (b) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok (masing–masing terdiri 4 siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 4) (c) Siswa mengelompok berdasarkan kelompok yang telah dibuat oleh guru. (d) Guru menyampaikan materi ajar sambil menampikan video pembelajaran, guru memberikan tugas kelompok. (e) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menggambar. (f) Siswa mengadakan diskusi dengan kelompok masing–masing (guru mengamati proses diskusi) kemudian menulis hasil diskusi. (g) Guru menutup hasil belajar (3) KBM pertemuan III (a) Guru membuka pelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa (b) Siswa menempatkan diri pada kelompok masing–masing untuk melanjutkan diskusi pada pertemuan sebelumnya. (c) Guru memberikan jobsite dan meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah dibaut untuk mengerjakan jobsite tersebut.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(d) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menggambar. (e) Siswa yang disebut sesuai nomor masing–masing dari setiap anggota kelompok menunjukan hasil karya dari kelompoknya (f) Guru melanjutkan materi yang ada di video pembelajaran . (g) Guru menyimpulkan materi bersama dengan siswa (h) Guru menutup pelajaran. (4) KBM pertemuan IV (a) Guru menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan. (b) Guru menyampaikan materi ajar sambil menampikan video pembelajaran melanjutkan materi sebelumnya. (c) Siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan yang dampaikan di dalam video pembelajaran. (d) Siswa menunjukan hasil gambar kepada guru. (e) Guru memberitahukan kepada seluruh siswa untuk persiapan tes objektif (posttest kognitif) dengan catatan close book. (f) Guru menutup pelajaran b) Kelas Kontrol (model pembelajaran Konvensional) (1) KBM pertemuan I (a) Guru memberikan apresepsi terkait materi yang akan disampaikan. (b) Guru menjelaskan langkah–langkah membuat denah (c) Guru meminta siswa untuk membuat gambar sesuai dengan yang dicontohkan di depan. (d) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menggambar. (e) Guru menerangkan lagi cara menggambar denah karena ada salah satu siswa yang mengalami kesulitan/ketinggalan. to user (f) Guru menutup commit hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) KBM pertemuan II (a) Guru membuka pelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa (b) Guru melanjutkan materi sebelumnya. (c) Guru memberi langkah–langkah cara membuat kusen dan pintu (d) Guru meminta siswa untuk menggambar sesuai dengan yang ia terangkan. (e) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menggambar. (f) Guru menyimpulkan materi bersama dengan siswa (g) Guru menutup pelajaran. (3) KBM pertemuan III (a) Guru menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru memberikan jobsite kepada siswa. (b) Siswa mengerjakan jobsite yang diberikan guru menggambar denah rumah sederhana. (c) Siswa menunjukan hasil gambarnya kepada guru. (d) Guru menyusun kesimpulan bersama dengan siswa. (e) Guru memberitahukan kepada seluruh siswa untuk persiapan tes objektif (posttest kognitif) dengan catatan close book. (f) Guru menutup pelajaran (4) KBM pertemuan ke IV (a) Guru menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan tes objektif (posttest kognitif) (b) Guru memberikan soal objektif (siswa mengerjakan soal). (c) Guru membahas soal objektif tersebut bersama siswa. (d) Guru menutup pelajaran d. Tahap Evaluasi Dilakukan evaluasi secara umum terhadap pelaksanaan penelitian commit to siswa user mengenai pelaksanaan proses meliputi: proses KBM, tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar mengajar yang telah di laksanakan, serta hasil belajar siswa dari materi yang dipelajari sebagai refleksi bagi peneliti. e. Tahap analisis Penelitian melakukan analisis data yang telah diperoleh yang meliputi: data nilai tes uji coba, data nilai pretes dan posttest. Hasil analisis dijadikan sebagai bahan penyusun skripsi. Sebelum menerapkan model Konvensional dan Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu, antara lain: 1) Uji keseimbangan Uji keseimbangan menggunakan Polled Varians dari uji–t. Uji keseimbangan dilakukan pada kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dilakukan perlakuan. Data yang digunakan untuk pengujian ini diambil dari data nilai hasil pretest pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. 2) Uji normalitas data Uji normalitas data menggunakan chi–kuadrat, dan data yang digunakan yaitu data nilai pretest pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. 3) Uji homogenitas data Uji homogenitas data menggunaka uji–F, dan data yang digunakan yaitu data nilai pretest pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, baru dilakukan perlakuan model pembelajaran pada kedua kelompok dimana kelompok kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan kelompok kelas kontrol menggunakan pembelajaran model Konvensional seperti biasanya, kemudian dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan Polled Varians dari uji–t. Data yang digunakan dalam pengujian ini adalah data nilai posttest kedua kelompok. Langkah pengujian commithipotesis to user yaitu dilakukan uji homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
varians terlebih dahulu menggunakan uji–F, baru setelah itu dilakukan perhitungan menggunakan rumus Polled Varians dari uji–t. f. Tahap tindak lanjut Penelitian ini diharapkan ada tindakan lanjut dari guru, khususnya guru pengampu pelajaran muatan lokal program produktif Autocad, karena dari hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran agar proses belajar mengajar lebih inovatif, menyenangkan dan bisa meningkatkan aktivitas serta prestasi belajar siswa yaitu dengan penerapan model Quantum Teaching berbasis media video pembelan Autocad. Langkah kerja di atas penulis ubah menjadi lebih ringkas kedalam bentuk bagan seperti dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah Operasional meliputi:
Tahap persiapan
Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan
Tahap Evaluasi
Tahap analisis
Tahap tindak lanjut
Meminta izin kepada: 1. Permintaan izin kepada kepala sekolah SMK N 5 Surakarta. 2. Permintaan izin kepada guru pelajaran muatan lokal program produktif Autocad SMK N 5 Surakarta. Menyusun: 1. Perangkat pembelajaran: RPP, Silabus 2. Instrumen penelitian: Soal tes prestasi belajar Meliputi: 1. Tes uji coba soal di kelas XII TKK 2. Tes pretest pada kelas kontrol dan ekperimen 3. Melaksanakan kegiatan KBM di kelas konterol eksperiman 4. Tes posttest pada kelas kontrol dan ekperimen Meliputi: 1. proses KBM, 2. tanggapan siswa mengenai KBM serta hasil belajar siswa dari materi yang dipelajari sebagai refleksi bagi peneliti Melakukan uji prasyarat analisa: 1. Uji keseimbangan 2. Uji normalita data pretest 3. Uji homogenitas Uji hipotesis data posttest Penelitian ini diharapkan ada tindakan lanjut dari guru, khususnya guru pengampu pelajaran muatan lokal program produktif Autocad, untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar melalui Quantum Teaching
to user Penelitian Gambar 3.1 commit Bagan Prosedur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi berarti bahwa wilayah generalisasi yang terdiri dari: obyek/subyek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 80). Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 5 Surakarta kelas XI Program Keahlian Bangunan yang meliputi kelas XI TKK, XI TGB dan XI TKBB. Kelas XI Program Keahlian
Bangunan
digeneralisasikan
dipilih
karena
XI
peneliti Program
menjadi Keahlian
populasi
yang
Bangunan
akan
memiliki
karakteristik yang sama yaitu sama-sama diberikan pelajaran muatan lokal program Autocad dan pembelajaran yang diterakan guru di kelas menggunakan model Konvensional. 2. Sampel Sugiyono (2010: 81) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisai terhadap seluruh populasi yang berjumlah 78 siswa terdiri 3 kelas XI (kelas XI TGB (39 siswa), TKK (24 siswa) dan TKBB (25 siswa). Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen pada kelas XI TGB dengan jumlah 39 siswa dan kelas kontrol pada kelas XI TKBB dengan jumlah 25 siswa. D. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Menurut Sugiyono (2010: 82) Simple random sampling adalah sampling random yang dikarenakan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Populasi dari simple random sampling ini adalah seluruh siswa kelas XI semester II Program Keahlian Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Unit–unit atau sub–sub populasi penelitian ini adalah kelas XI TGB, XI TKK, XI TKBB. Penentuan sampel penelitian dari unit–unit ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dengan cara menggambil 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel dari 3 unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelas kontol, setelah dilakukan pengambilan secara simple random sampling, terpilih kelas XI TKBB sebagai kelas eksperimen dan kelas XI TGB sebagai kelas kontrol. E. Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber obyek pengamatan dan sebagai faktor yang berperan dalam peristwa yang diteliti. Variabel penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: a. Variabel independen Variabel
yang
mempengaruhi
atau
yang
menjadi
sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan model pembelajaran Konvensional. b. Variabel dependen Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. c. Defenisi Operasional Defenisi operasional dalam penelitian ini dari variabel bebas (independen) yaitu model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan model Konvensional serta variabel terikat (dependen) dalam hal ini prestasi belajar siswa. Adapun penjelasan dari masing-masing defenisi operasional tersebut adalah : 1) Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad maksudnya adalah penerapan model Quantun Teaching yang di padukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau di kolaborasikan dengan media video pembelajaran Autocad guna untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa disini diterapkan pada mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Definisi Quantum Teaching sendiri adalah pengubahan belajar yang meraih, dengan segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan
yang
memaksimalkan
momen
belajar.
Media
video
pembelajaran adalah alat media yang dapat digunakan dalam kelas sebagai sarana penyampaian materi pendidikan melalui presentasi visual (gambar) dan audio (suara). 2) Konvensional merupakan model pembelajaran yang masih menggunakan tradisional seperti guru hanya berceramah saja dan monoton dalam menyampaikan materi kepada siswa, dan kegiatan pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher center) sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar, hal ini berdampak pada hasil belajar yang dicapai siswa tidak mencapai indikator keberhasilan. 3) Prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar yang umumnya dinyatakan dalam bentuk angka, simbol–simbol dan kalimat yang merupakan pencerminan dari hasil belajar yang telah dicapai dalam periode tertentu. 2. Teknik Pengumpulan Data Data yang tepat dan objektif memerlukan suatu alat teknik yang sesuai, oleh karena itu dalam menentukan dan menetapkan suatu teknik pengumpulan data harus berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai sejauh mana kebutuhan data dan sumber data sesuai dengan tujuan penelitian dan kebutuhan yang ada, teknik dalam penelitian ini adalah teknik tes, observasi dan dokumentasi. a. Teknik Tes Arikunto (2006: 150) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk mengambil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
data prestasi belajar siswa ranah kognitif antara kelompok kontrol dan eksperimen pada mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. b. Teknik Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
teknik
pengumpulan
data
dengan
menggambil catatan–catatan dan menelaah dokumen yang ada yang memiliki kaitanya dengan objek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data lokasi penelitian, nilai ulangan siswa kelas XI program keahlian bangunan sebelum diadakan penelitian, dan gambar/foto kegiatan pembelajaran saat penelitian. c. Teknik Observasi Pedoman observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa di kelas sehingga didapatkan hasil perubahan aktivitas siswa dalam memperbaiki pembelajaran. Adapun data yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi ini yaitu aktivitas belajar siswa dikelas meliputi: 1) perhatian siswa, 2) kerja sama, 3) ketekunan, 4) keaktifan dan 5) interaksi siswa (lembar observasi terlampir). F. Validitas Intrumen Penelitian Sugiyono menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian (2009: 102), sedangkan secara lengkapnya instrumen penelitian dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari tes awal (sebelum diberikan perlakuan) dan tes akhir (setelah diberi perlakuan) mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Hal ini dilakukan guna untuk memperoleh data tentang prestasi siswa. Agar tes yang digunakan benar–benar mengukur kemampuan prestasi belajar siswa, maka soal– soal tersebut diuji cobakan terlebih dahulu dikelas uji coba. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal. commit user Adapun langkah–langkahnya adalah sebaitoberikut:
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Menentukan Validitas butir soal Penelitian ini mengunakan uji validitas internal yaitu validitas data dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian–bagian instrumen, yang dimaksud bagian instrumen dapat berupa butiran-butiran pertanyaan dari soal tes. Menguji validitas data pada penelitian ini digunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu: rxy =
𝑁
𝑋𝑌−( 𝑋)( 𝑌)
[𝑁 𝑋 2−( 𝑋 )2][𝑁 𝑌 2−( 𝑌 )2]
Keterangan: rxy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= Jumlah Responden/banyak siswa 𝑋𝑖
= Banyak skor item
𝑌𝑖
= Banyak skor total
Kriteria reliabilitas sebagai berikut: 𝑟𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 :berarti item valid 𝑟𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : berarti item tidak valid/invalid (Sugiyono 2010: 183) Hasil uji validitas butir tes prestasi belajar Autocad diperoleh angka antara -1,345 – 1,102, kemudian angka tersebut di konsultasikan dengan rtabel dengan nilai n – 2= 21 pada taraf signifikan 5% didapat ttabel = 0,433. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan ternyata tidak semua butir soal valid. Dari 35 soal Terdapat 8 soal tidak valid (invalid) dan 27 soal yang valid. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.b. 2.
Menentukan Reliabilitas Butir Soal Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten), artinya hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan tempat yang berbeda pula, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnyacommit tinggi disebut to user alat ukur yang reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini, digunakan rumus Rumus Cronbach’s Alpha (∝): r11 =
𝑘
𝑆𝑡2 − 𝑝 𝑖 𝑞 𝑖
𝑘−1
𝑆𝑡2
Keterangan: r11
= Reliabilitas instrumen
Pi
= proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
𝑞𝑖
= 1 - Pi
k
= Banyaknya butir pertanyaan
St2
= Varians total
Kriteria reliabilitas sebagai berikut: 0,91 - 1,00
: Sangat Tinggi
0,71 – 0,90
: Tinggi
0,41 – 0,70
: Cukup
0,21 – 0,41
: Rendah
0,00 – 0,20
: Sangat Rendah
(Sugiyono, 2011:359)
Hasil uji coba, di peroleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,993 sehingga derajat reliabilitas instrumen penelitian termasuk kategori sangat tinggi. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.b. 3.
Menentukan Daya Pembeda (DP) Arikunto (2010: 214) berpendapat bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari skor teratas sampai terendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut: 𝐷=
𝐵𝐴 𝐵𝐵 − = 𝑃𝐴− 𝑃𝐵 𝐽𝐴 𝐽𝐵
Dimana: J Ja
= jumlah peserta tes commit to user = banyaknya peserta kelompok atas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jb
= banyaknya peserta kelompok bawah
Ba
= banyaknya peserta kelopok atas yang menjawab soal benar
Bb
𝐵𝑎
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
𝐽𝑏
Pa =
𝐵𝑎 𝐽𝑏
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indek kesukaran)
Pb
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasinya daya pembeda soal: 0,00 < D ≤ 0,20, maka soal mempunyai daya pembeda jelek. 0,20 < D ≤ 0,40, maka soal mempunyai daya pembeda cukup. 0,40 < D ≤ 0,70, maka soal mempunyai daya pembeda baik. 0,70 < D ≤ 1,00, maka soal mempunyai daya pembeda baik sekali. D : neg atif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Arikunto (2010: 214) Hasil perhitungan analisis daya pembeda, diperoleh hasil sebagai berikut: dari 27 soal diperoleh kriteria soal baik sebanyak 4 soal, kriteria soal cukup baik sebanyak 7 soal, dan kritria soal jelek sebanyak 16. Perhitungan daya pembeda secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 27.d. 4.
Menentukan Tingkat Kesukaran (P) Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index), yang disimbolkan P. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.Menguji taraf kesukaran tiap soal digunakan rumus: 𝐵
P=𝐽
𝑠
Dimana: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes commit to user Kriteria derajat kesukaran :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Soal dengan 0,00 < P ≤ 0,30 : soal dikatakan sukar. Soal dengan 0,30 < P ≤ 0,70 : soal dikatakan sedang. Soal dengan 0,70 < P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah, Dari hasil analisis daya pembeda, diperoleh hasil sebagai berikut: dari 27 soal yang tersedia diperoleh kriteria soal mudah sebanyak 14 soal, kriteria soal sedang sebanyak 13 soal. Perhitungan daya pembeda secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 27.c. G. Analisis Data Analisis data pada bagian ini bertujuan untuk mengkaji kebenaran hipotesis yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa koefisien variansi. Sebelum analisis data dilakukan uji persyaratan analisis dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan 1. Uji Persyaratan Analisis Persyaratan analisis dapat dilakukan dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji keseimbangan. a. Uji Normalitas Data Uji Normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Mencari rata-rata (𝑋) 𝑓𝑋
𝑋= 𝑋
𝑁
= Mean (rata – rata) X = jumlah nilai dalam distribusi
N
= jumlah data
2) Mencari standar deviasi ( simpangan baku ) S =
𝑓𝑖 (𝑥𝑖 −𝑥)2 𝑁−1
3) Mencari nial variansi 𝑆2 =
𝑓𝑖 (𝑥𝑖 −𝑥)2 𝑁−1
commit to user
(Sugiyono, 2011: 57)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi dengan cara: a) Menentukan rentang (r) r = data terbesar−data terkecil b) Menentukan banyak kelas interval (k). k = 1 + 3,3 log n ( n banyaknya data) c) Menentukan panjang kelas interval (p). 𝑟
p=𝑘 Keterangan:
r = rentang
k = banyak kelas
(Statistik/Agus Efendi / PTB PTK/FKIP/UNS) 5) Menghitung nilai chi-kuadrat hitung dengan rumus : X2 =
(𝑓𝑜 −𝑓)2 𝑓
Keterangan: fo = nilai frekuensi yang diobservasi. fh = nilai frekuensi yang diharapkan. 6) Menentukan chi-kuadrat tabel. Taraf signifikansi α = 0,05 atau 5% 7) Menentukan normalitas dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika X 2hitung < X 2tabel, maka populasi berdistribusi normal. Jika X 2hitung ≥ X 2tabel, maka populasi berdistribusi tidak normal. (Sugiyono,2011: 107) b. Jika salah satu distribusinya tidak normal, maka selanjutnya digunakan statistik non-parametrik yaitu: Uji Mann Whitney, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis statistik. 2) Membuat daftar rank. 3) Menentukan nilai U dengan R-nya diambil dari jumlah peringkat yang terkecil. 𝑈1 = 𝑛1 . 𝑛2 +
𝑛 1 (𝑛 1 +1)
𝑈2 = 𝑛1 . 𝑛2 +
2
− 𝑅1 atau
𝑛 1 (𝑛 1 +1)
− 𝑅2 2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dinama: 𝑛1
= jumlah sempel 1
𝑛2
= jumlah sempel 2
𝑈1
= jumlah peringkat 1
𝑈2
= jumlah peringkat 2
𝑅1
= jumlah rengking pada sampel 𝑛1
𝑅2
= jumlah rengking pada sampel 𝑛2
4) Menentukan rata-rata kedua kelompok, dengan rumus: 1
𝜇𝑛 = 2 𝑛1 (𝑛2 ) 5) Menentukan nilai T, dengan rumus: 𝑡 3 −𝑡
𝑇=
12
, dengan t adalah banyak data yang bernilai sama.
6) Menentukan deviasi standar gabungan dengan rumus: 𝑛1 . 𝑛2 𝑁(𝑁 − 1)
𝜎𝑛 =
𝑁3 − 𝑁 − 12
Keterangan : 𝑁 = 𝑛1 + 𝑛2
𝑇 ( Sugiyono, 2011: 153)
7) Menentukan nilai Zhitung : 𝑍𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑈−𝜇 𝑡 𝜎𝑡
Menentukan nilai Z tabel, dengan Z tabel =𝑍 0,5
(1−𝛼) untuk
𝛼 = 0,05
8) Melakukan pengujian hipotesis, dengan kriteria sebagai berikut: Jika −𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑍𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima. Jika Zhitung diluar daerah penerimaan Ha, maka Ho ditolak. (Sugiyono, 2011: 136) c. Uji Homogenitas Uji Homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F yang prosedurnya sebagai berikut: 1) Menentukan nilai Fhitung dengan rumus: Fhitung =
𝑉𝑏 𝑉𝑘
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: Vb = Variansi besar Vk = Variansi kecil 2) Menentukan derajat kebebasan. db1 = n1 − 1 db2 = n2− 1 3) Menentukan nilai Ftabel 4) Penentuan homogenitas, dengan kriteria uji : Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak (kedua variansinya tidak homogen) Jika Fhitung < Ftabel maka Ha diterima (kedua variansinya homogen). (Sugiyono, 2011: 140) d. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan sebelum kedua kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen diberikan perlakuan yang berbeda. Uji keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang atau tidak dan pada kondisi yang sama atau tidak. Data untuk pengujian ini didapat dari hasil pretest yang dilakukan oleh peneliti, dengan pertimbangan bahwa variansi populasinya tidak diketahui maka statistik uji yang digunakan adalah Polled Varians dari uji T, langkahlangkahnya sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya. Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional 2) Mencari deviasi standar gabungan, 𝑆2
=
Ʃ (𝑋 𝑖 − 𝑋) 𝑛 −1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Mencari nilai thitung dengan rumus dengan rumus uji-t dari Polled Varians: t
=
𝑋1−𝑋2 2 𝑛 1−𝑛 2 𝑠 2 1 + 𝑛 2−1 𝑠 2 𝑛 1+𝑛 2−2
1 1 + ) 𝑛1 𝑛2
(
Keterangan t
= harga distribusi kelompok
𝑥1 = rata–rata skor kelompok kontrol 𝑥2 = rata–rata skor kelompok eksperimen 𝑛1 = jumlah subyek kelompok kontrol 𝑛2 = jumlah subyek kelompok eksperimen 𝑆 2 = variansi Kriteria keputusan yang digunakan: Ho yang diterima jika 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Ha yang ditolak jika 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
(Sugiyono, 2010: 128) 2. Penyajian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik uji T dengan beberapa kriteria penelitian serta taraf signifikan 5%. a. Untuk kriteria pengujian pertama: Jika menghasilkan varians yang homogen (𝑆12 = 𝑆22 ) dan jumlah sampel sama (n1 = n2), maka dilanjutkan dengan uji T dari Polled Varian dan Separated Varians dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya. Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Mencari deviasi standar gabungan, dengan rumus: 𝑆2
=
Ʃ (𝑋 𝑖 − 𝑋) 𝑛 −1
3) Mencari nilai thitung a) Polled Varians t=
𝑋1−𝑋2 2 𝑛 1−𝑛 2 𝑠 2 1 + 𝑛 2−1 𝑠 2 𝑛 1+𝑛 2−2
1 1 + ) 𝑛1 𝑛2
(
b) Separated Varians t=
𝑋1−𝑋2 2 𝑆2 1 +𝑆 2 𝑛1 𝑛2
4) Menentukan nilai derajat kebebasan. Rumus : db = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 5) Menentukan nilai t tabel dari daftar. 6) Pengujian hipotesis dengan kriteria: 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , , maka Ha diterima. 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , , maka Ho diterima (Sugiyono, 2010: 128) b. Untuk kriteria pengujian kedua: jika menghasilkan varians yang tidak homogen (S12 ≠ S22 ), tetapi jumlah sampel sama (n1 = n2), maka dilanjutkan dengan uji T dari Polled Varians dan Separated Varians dengan langkahlangkah yang sama seperti kriteria pertama. c. Untuk kriretia pengujian ketiga: jika menghasilkan variansi yang homogen (S12 = S22 ), tetapi jumlah sampelnya tidak sama (n1 ≠ n2), dapat digunakan uji T dari Polled Varians dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1 dan bukan n1 + n2 – 2 . Langkah–langkah pengerjaannya sama seperti diatas. d. Untuk kriretia pengujian keempat: jika menghasilkan variansi yang tidak homogen (S12 ≠ S22 ), dan jumlah sampelnya tidak sama (n1 ≠ n2), dapat digunakan uji T dari Separated Varians. Langkah–langkah pengerjaannya sama seperti diatas. Harga t sebagai pengganti harga ttabel dihitung selisih harga ttabel dengan dk = n1 – 1 dan n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil. commit to user (Sugiyono, 2011: 138-139)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMK Negeri 5 Surakarta Sekolah menengah kejuruan 5 Surakarta, dirintis sejak tahun 1962, yang awal mulanya berstatus Swasta dan terletak di Purwanegaran, dulu Sekolah Teknik Negeri 1 yang sekarang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 15 Surakarta. Pada saat itu Sekolah Teknologi Menengah
merupakan Sekolah
Teknologi Menengah Persiapan Negeri di Purwanegaran berdasarkan SK Menteri Pendidikan RI No.8065/Dirpt/RI tanggal 7 Agustus 65 Statusnya di Negerikan terdiri dari dua Jurusan, yaitu Mesin dan Bangunan Gedung. Kemudian setelah adanya pemberontakan G.30 S/PKI maka pada tahun 1965 Sekolah Tinggi Menengah Negeri Purwanegaran pindah ke Jayanegaran, kemudian pada tahun 1966 Sekolah Teknologi Menengah Negeri Purwanegaran diubah namanya menjadi Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2 Surakarta yang terletak di Jln.LU. Adi Sucipto No.10 Surakarta . Adanya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang perubahan Nomenklatur SMKTA menjadi SMK serta Organisasi dan Tata Kerja SMK, Nomor : 036/O/1997 tanggal 7 Maret 1997 yang dulunya Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2 Surakarta menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta dan Jalannya berubah nomor menjadi 42. 2. Denah Gedung SMK Negeri 5 Surakarta Gedung SMK Negeri 5 Surakarta terletak di Jln LU. Adi Sucipto no. 42 Surakarta. Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 5 Surakarta dekat dengan Lembaga Pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di lingkungan komplek sekolah, baik negeri maupun swasta. Hal ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa karena letak dipinggir jalan raya, maka transportasi mudah dijangkau, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. SMK Negeri 5 Surakarta menempati areal tanah seluas 22530 m2 yang terdiri dari gedung dan halaman, karena luasnya yang mencukupi maka sangat commit to user menunjang kegiatan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1. Denah SMK N 5 Surakarta (Sumber : Dokumen Asli SMK N 5 Surakarta) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas berupa model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Ada 54 siswa yang terlibat pada penelitian ini diantaranya 29 siswa kelas XI TGB sebagai kelompok kelas kontrol (model Konvensional) dan 25 siswa kelas XI TKBB sebagai kelompok kelas eksperimen (model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad). Teknik pengumpulan data variabel model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional digunakan tes dalam bentuk obyektif, untuk mengetahui beberapa aspek kelayakannya, sebelum soal digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba soal. Uji coba soal diadakan dikelas XII TKK dengan jumlah siswa 23 anak, hal ini dikarenakan kelas tersebut sudah pernah mendapatkan materi soal yang akan diuji cobakan. Soal 35 yang diuji cobakan, diperoleh 27 soal yang valid dan 8 soal tidak valid, jadi soal yang diteskan hanya 27 soal dari kompetensi dasar menggambar denah rumah sederhana. Tes yang diberikan sebagai bentuk pretest dan posttest pada kelompok kelas Quantum Teaching dan kelompok kelas Konvensional adalah sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26-27. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat deskripsi data khusus sebagai berikut: 1. Data Nilai Pretest Data tentang nilai pretest diperoleh dari siswa kelompok kelas kontrol maupun kelompok kelas eksperimen sebelum diadakan perlakuan. Soal yang digunakan untuk pretest sudah teruji baik dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya. Deskripsi data pretest kelompok kelas kontrol dan eksperimen mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kelompok kelas kontrol (Konvensional) Data penelitian mengenai pretest kelompok kelas Konvesional pada kelas XI TGB dengan jumlah 29 siswa, tetapi pada saat tes pretest berlangsung ada 1 siswa tidak masuk, jadi hanya 28 siswa yang mengikuti tes pretest. Nilai pretest siswa kelas Konvesional memiliki rentang antara 58–93. Hasil perhitungan menunjukkan: Rata–rata (M)
= 75,79
Standar deviasi (s)
= 12,017
Variansi (s2)
= 144,40
Distribusi frekuensi data nilai pretest untuk kelompok kelas Konvesional disajikan dalam tabel sebagi berikut:
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas Konvesional Kelas Interval 58 - 63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82 - 87 88 – 93 ∑
Frekuensi Kelas Konvesional Absolut Relative (%) 1 4 4 14 10 36 6 21 4 14 3 11 28 100
Tabel 4. 1 menunjukkan bahwa nilai pretest pada kelompok kelas Konvesional bahwa nilai terendah 62,96 dan nilai tertinggi 92,59 dengan nilai rata–rata kelas sebesar 75,79. Siswa terbanyak memperoleh nilai antara rentang 70–75 yaitu sebanyak 10 siswa. Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 58-63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82-87 88-93
Kelas Interval
Gambar 4. 2 Histogram Data Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas Konvesional b. Kelompok kelas eksperimen (Quantum Teaching) Data penelitian mengenai pretest kelompok kelas Quantum Teaching pada kelas XI TKBB dengan jumlah 25 siswa, tetapi pada saat tes pretest berlangsung ada 1 siswa tidak masuk jadi hanya 24 siswa yang mengikuti tes pretest. Nilai pretest siswa kelas Quantum Teaching memiliki rentang antara 48–90. Hasil perhitungan menunjukkan: Rata–rata (M)
= 72,06
Standar deviasi (s)
= 13,00
Variansi (s2)
= 169,13
Distribusi frekuensi data nilai pretest untuk kelompok kelas Quantum Teaching disajikan dalam tabel sebagi berikut:
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas Quantum Teaching Kelas Interval 48 - 54 56 - 62 63 - 69 70 - 76 77 - 83 84 - 90 ∑
Frekuensi Kelas Quantum Teaching Absolut Relative (%) 0 0 4 17 4 17 7 29 7 29 2 8 commit to user 24 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 2 menunjukkan nilai pretest pada kelompok kelas Quantum Teaching bahwa nilai terendah 55,56 dan nilai tertinggi 88,89, dengan nilai rata–rata kelas sebesar 72,07. Siswa terbanyak memperoleh nilai antara rentang 70–76 dan 77–83, masing–masing sebanyak 7 siswa.
Frekuensi
Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut: 8 7 6 5 4 3 2 1 0 48 - 54 56 - 62 63 - 69 70 - 76 77 - 83 84 - 90
Kelas Interval
Gambar 4. 3 Histogram Data Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas Quantum Teaching 2. Data Nilai Posttest Data tentang nilai posttest diperoleh dari siswa kelompok kelas kontrol maupun kelompok kelas eksperimen setelah diadakan perlakuan, seperti yang diterangkan di atas bahwa untuk kelompok kelas kontrol (XI TGB) menggunakan model Konvensional dan kelompok kelas eksperimen (XI TKBB) menggunakan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad. Posttest diberikan pada kelompok kelas Konvensional dan Quantum Teaching setelah menyelesaikan proses pembelajaran dengan materi ajar menggambar denah rumah sederhana. Deskripsi data posttest kelompok kelas Konvensional dan Quantum Teaching mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan sebagai berikut: a. Kelompok kelas kontrol (Konvensional) Data prestasi posttest kelompok kelas Konvensional berupa nilai tes yang diberikan pada akhir pembelajaran setelah diadakan perlakuan. Nilai posttest siswa kelas Konvensional memiliki rentang antara 58–93. Hasil perhitungan menunjukkan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rata–rata (M)
= 77,13
Standar deviasi (s)
= 12,27
Variansi (s2)
= 150,50
Distribusi frekuensi data nilai posttest untuk kelompok kelas Konvensional disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas Konvensional Kelas Interval 58 - 63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82 - 87 88 - 93 ∑
Frekuensi Kelas Konvensional Absolut Relative (%) 2 7 2 7 9 31 7 24 6 21 3 10 29 100
Tabel 4. 3 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok kelas Konvensional memperoleh hasil nilai terendah adalah 62,96 dan nilai tertinggi adalah 92,59, sedangkan frekuensi terbanyak memperoleh nilai antara rentang 70-75 yaitu sebanyak 9 siswa. Nilai rata–rata kelas sebesar 77,14. Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut:
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 58-63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82-87
88-93
Kelas Interval
Gambar 4. 4 Histogram Data Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas commit to user Konvensional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kelompok kelas eksperimen (Quantum Teaching) Data prestasi posttest kelompok kelas Quantum Teaching berupa nilai tes yang diberikan pada akhir pembelajaran setelah diadakan perlakuan. Nilai posttest siswa kelas Quantum Teaching memiliki rentang antara 59–100. Hasil perhitungan menunjukkan: Rata – rata (M)
= 81,63
Standar deviasi (s)
= 9,41
2
Variansi (s )
= 88,56
Distribusi frekuensi data nilai posttest untuk kelompok kelas Quantum Teaching disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas Quantum Teaching Kelas Interval 59 -65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 87 - 93 94 - 100 ∑
Frekuensi Kelas Quantum Teaching Absolut Relative (%) 0 0 2 8 10 40 8 32 3 12 2 8 25 100
Tabel 4. 4 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok kelas Quantum Teaching memperoleh hasil nilai terendah adalah 66,67 dan nilai tertinggi adalah 100, sedangkan frekuensi terbanyak memperoleh nilai antara rentang 73-79 yaitu sebanyak 10 siswa. Nilai rata–rata kelas sebesar 81,63. Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut:
commit to user
digilib.uns.ac.id
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6 4 2 0 59 -65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 87 - 93 94 - 100 Kelas Interval
Gambar 4. 5 Histogram Data Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas Quantum Teaching. Uraian tentang distribusi data nilai rata-rata pretest dan posttest untuk kelompok kelas Konvensional dan Quantum Teaching di atas dirangkum dan disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. 5 Distribusi Data nilai rata-rata Pretest dan Posttest Pada Kelompok Kelas Konvensional dan Quantum Teaching Nilai Rata-Rata Kelas
Kelompok Kelas
Pretest
Posttest
Kontrol (Konvensional)
75,79
77,13
Eksperimen (Quantum Teaching)
72,07
81,63
Tabel 4. 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas kedua kelompok sama-sama mengalami peningkatan prestasi belajar, tetapi untuk kelompok kelas Quantum Teaching mengalami peningkatan prestasi belajar
yang
signifikan
dibandingkan
dengan
kelompok
kelas
Konvensional. Tabel 4. 5 dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa 84 82 80 78 76 74 72 70 68 66 Konvensional
Quantum Teaching pretest
posttest
Gambar 4. 6 Histogram Data Hasil Pretest dan Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas Konvensional dan Quantum Teaching
3. Deskripsi data observasi Observasi dilakukan pada tiap pertemuan baik dilakukan di kelompok kelas Konvensional maupun kelas Quantum Teaching. Hal ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung ditunjukkan pada Tabel 4. 6 dan Tabel 4. 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 6 Prosentase Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Kelompok Kelas Konvensional Aktivitas Belajar Aspek Yang Diamati
(%) Tiap Pertemuan 1
2
3
4
52,
57,
59,
62,
59
44
48
07
%
%
%
%
35,
39,
40,
43,
a. Memberi bantuan pada orang lain
06
88
80
10
b. Menghargai pendapat orang lain
%
%
%
%
60,
67,
70,
71,
06
26
11
26
b. Tidak ngobrol dengan teman dan tidak bermain %
%
%
%
76,
77,
80,
83,
a. Menyatakan pendapat
44
97
17
62
b. Mengajukan pertanyaan
%
%
%
%
70,
72,
75,
77,
98
32
86
29
%
%
%
%
1. Perhatian a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguhsungguh b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran c. Menunjukkan rasa senang. 2. Kerja sama
c. Menunjukkan kekompakan. 3. Ketekunan a. Mengerjakan tugas/menggambar dengan teliti
sendiri c. Tidak mengganggu kelompok lain/teman yang lain. 4. Keaktifan
c. Mengerjakan tugas/menggambar dengan baik 5. Interaksi Siswa a. Mengikuti petunjuk/langkah–langkah menggambat yang guru ajarkan b. Menunjukkan kemauan bertanya c. Menjawab pertanyaan guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 7 Prosentase Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Kelompok Kelas Quantum Teaching Aktivitas Belajar Aspek Yang Diamati
1. Perhatian a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-
Siswa (%) Tiap Pertemuan 1
2
3
4
52
58,
60
68
%
33
%
%
sungguh
%
b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran c. Menunjukkan rasa senang. 2. Kerja sama a. Memberi bantuan pada orang lain
34
55,
61
45
%
21
%
%
b. Menghargai pendapat orang lain
%
c. Menunjukkan kekompakan. 3. Ketekunan a. Mengerjakan tugas/menggambar dengan teliti
56
69,
72
74
%
79
%
%
b. Tidak ngobrol dengan teman dan tidak
%
bermain sendiri c. Tidak mengganggu kelompok lain/teman yang lain. 4. Keaktifan a. Menyatakan pendapat
74
80,
82
85
%
33
%
%
b. Mengajukkan pertanyaan
%
c. Mengerjakan tugas/menggambar dengan baik 5. Interaksi Siswa a. Mengikuti petunjuk/langkah–langkah menggambat yang guru ajarkan b. Menunjukkan kemauan bertanya c. Menjawab pertanyaan guru commit to user
69
75,
77
81
%
35
%
%
%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kedua kelompok sama-sama mengalami peningkatan, tetapi untuk kelompok kelas Quantum Teaching mengalami peningkatan aktivitas belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kelas Konvensional. Tabel 4. 6 dan 4. 7 di atas dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut: Aktivitas Belajar Siswa (Perhatian) 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
Konvensional pertemuan 1
pertemuan 2
Quantum Teaching pertemuan 3
pertemuan 4
Gambar 4. 7 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Perhatian Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
Aktivitas Belajar Siswa (Kerja Sama) 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Konvensional pertemuan 1
Quantum Teaching
pertemuan 2
pertemuan 3
pertemuan 4
Gambar 4. 8 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Kerja Sama Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktivitas Belajar Siswa (Ketekunan) 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Konvensional pertemuan 1
Quantum Teaching pertemuan 2
pertemuan 3
pertemuan 4
Gambar 4. 9 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Ketekunan Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching Aktivitas Belajar Siswa (Keaktifan) 86,00% 84,00% 82,00% 80,00% 78,00% 76,00% 74,00% 72,00% 70,00% 68,00%
Konvensional pertemuan 1
Quantum Teaching pertemuan 2
pertemuan 3
pertemuan 4
Gambar 4. 10 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Keaktifan Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktivitas Belajar Siswa (Interaksi Siswa) 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Konvensional pertemuan 1
pertemuan 2
Quantum Teaching pertemuan 3
pertemuan 4
Gambar 4. 11 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Interaksi Siswa Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
C. Pengujian Prasayarat Analisis Sebelum melaksanakan analisis menggunakan uji–T untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas. Adapun uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui kedua kelompok tersebut dalam kondisi seimbang dan bisa diterapkan perlakuan pada masing–masing kelompok.
1. Uji Normalitas Data Sampel berasal dari populasi yang bedistribusi normal jika thitung ˂ ttabel. Pengujian normalitas menggunakan uji chi – kuadrat dengan rumus yang sudah disebutkan pada bab III. Hasil uji normalitas untuk selisih nilai prestasi belajar secara lengkap dijabarkan pada tabel 4. 8 sebagai berikut: Tabel 4. 8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar No 1 2
Data Nilai t hitung t tabel Konvensional 5,11 11,07 Quantum Teaching 9,79 11,07 commit to user Kelompok Siswa
Kesimpulan Berdistribusi Normal Normal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan Jika X2 hitung < X2 tabel, maka populasi berdistribusi normal. Jika X2 hitung ≥ X2 tabel, maka populasi berdistribusi tidak normal. Berdasarkan tabel 4. 8 bisa dilihat bahwa harga thitung untuk kelompok kelas Konvensional adalah 5,11 dan ttabel = 11,07, sedangkan harga thitung untuk kelompok kelas Quantum Teaching adalah 9,79 dan
ttabel = 11,07, maka
diketahui sampel dari populasi kelompok kelas Konvensional thitung (5,11) ˂ ttabel (11,07)
dan kelompok kelas Quantum Teaching thitung (9,79) ˂ ttabel (11,07) sehingga
X2hitung < X2tabel ini menunjukkan bahwa sampel dari populasi berdistribusi normal. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 29.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji F dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji homogenitas secara lengkap dijabarkan pada tabel 4. 9 berikut ini: Tabel 4. 9 Ringkasan Hasil Uji homogenitas Selisih Nilai Prestasi Belajar Sampel
F hitung F tabel
Kelas Konvensional dan 1,171 Kelas Quantum Teaching
1,943
Keputusan Uji Ho Diterima
Keterangan Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak (kedua variansinya tidak homogen) Jika Fhitung < Ftabel maka Ha diterima (kedua variansinya homogen). Berdasarkan tabel 4. 9 diketahui harga Fhitung = 1,171 dan harga Ftabel = 1,943 dimana Fhitung < Ftabel sehingga Ho diterima, ini berarti variansi–variansi yang akan diberi perlakuan model pembelajaran homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai pretest yang dilakukan sebelum ada perlakuan pada masing–masing kelompok. Nilai rata– rata kelompok kelas Konvensional adalah 75,79 dan nilai rata–rata kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelas Quantum Teaching adalah 72,07. Hasil perhitungan Polled Varians dari uji T diperoleh thitung =1,1416. Syarat bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama apabila thitung ˂ ttabel, pada taraf signifikansi 5% dan dk 50 diperoleh ttabel = 2,0105. Lebih jelasnya data ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4. 10 Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Selisih Nilai Prestasi Belajar Nilai Rata – Rata Pretest 75,79 72,07
Kelompok Kelas Konvensional Quantum Teaching
thitung
ttabel
1,1416 2,0105
Keterangan hipotesis Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional. Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional. Atau dapat ditulis dalam bentuk: Ho : thirung ˂ ttabel Ha : thirung > ttabel Berdasarkan tabel 4. 10 hasil tersebut berarti thirung
(1,1416)
˂ ttabel
(2,0105)
keputusannya adalah Ho diterima. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad, sehingga kelompok kelas Konvensional dan Quantum Teaching berangkat pada titik yang sama dan kondisi seimbang. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31.
D. Pengujian Hipotesis Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi, selanjutnya pengujian hipotesis penelitian. Hasil nilai posttest diperoleh tes yang dilakukan pada akhir proses commitdari to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran mendapatkan nilai rata–rata kelompok kelas Konvensional sebesar 77,13 dan kelompok kelas Quantum Teaching sebesar 81,63. Syarat bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan yang signifikan apabila thitung ˂ ttabel. Hasil analisis menggunakan Polled Varians dari uji T diperoleh thitung= 2,280 sedangkan ttabel = 2,008 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 52. Berdasarkan hasil analisis tersebut berarti thitung
(2,280)
˂ ttabel
(2,008).
Lebih jelasnya data ditampilkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4. 11 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Selisih Nilai Prestasi Belajar Kelompok Kelas Konvensional Quantum Teaching
Nilai Rata–Rata Posttest 77,13 81,63
thitung
ttabel
2,280
2,008
Keterangan hipotesis Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional Atau dapat ditulis dalam bentuk: Ho : thirung ˂ ttabel Ha : thirung > ttabel Berdasarkan tabel 4. 11 keputusannya adalah bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
dan Konvensional. Berarti ada pengaruh penggunaan
pembelajaran model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Hal ini sesuai dengan perhitungan pada hipotesis atau jawaban sementara sebelum peneliti melakukan penelitian, hipotesis menyatakan bahwa commit to user “terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional” pada pelajaran muatan lokal program Autocad kompetensi menggambar denah rumah sederhana. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32. Tabel 4. 12 Ringkasan Hasil Selisih Nilai Prestasi Belajar pretest dan posttest kelompok Konvensional dan Quantum Teaching Nilai Rata– Kelompok Kelas Rata Pretest Konvensional 75,79 Quantum 72,07 Teaching
Nilai RataRata Posttest 77,13
Selisi Nilai Rata–Rata Pretest dan Posttest 1,34
Prosentase Nilai RataRata Pretest dan Posttest 1,77%
81,63
9,56
13,26%
Berdasarkan tabel 4. 12 peningkatan prestasi belajar dari pretest ke posttest pada kelompok kelas Konvensional sebesar 1,77% dan kelompok kelas Quantum Teaching sebesar 13,26%. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33.
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model
Quantum
Teaching
berbasis
media
video
pembelajaran
Autocad dan Konvensional pada pelajaran Autocad. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Penelitian ini mengambil dua kelas yaitu kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Konvensional (XI TGB) dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad (XI TKBB). Penelitian ini bersifat membandingkan prestasi antara dua kelas, maka sebelum penelitian dimulai harus dipastikan terlebih dahulu bahwa kedua kelas tersebut berangkat pada commit to user titik yang sama dan kondisi seimbang atau tidak. Perlu diadakan uji
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseimbangan dengan menggunakan Polled Varians dari uji–T. Hasil dari uji keseimbangan dapat dilihat pada Tabel 4.10 hal: 71. Perhitungan data yang digunakan adalah data nilai pretest yang diberikan sebelum ada perlakuan. Berdasarkan hasil perhitungan uji T diperoleh harga thitung
(1,416)
< ttabel
(2,010)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kedua kelompok tersebut dan ini menunjukkan bahwa kelompok ini berangkat pada titik yang sama dan kondisi seimbang. Selanjutnya kedua kelas diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, kemudian diberi tes prestasi berupa posttest untuk pengambilan data. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Polled Varians dari uji T untuk menguji hipotesis penelitian. Berdasarkan Tabel 4. 11 pada hal: 72 dan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh harga thitung (2,280) > ttabel (2,008) sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad materi pelajaran menggambar rumah sederhana . Analisis lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 4. 12 hal: 73 diketahui selisih antara nilai rata–rata kelompok kelas Konvensional pada saat pretest dan posttest adalah 1,34 dan peningkatan pretasi belajar siswa sekitar 1,77% dari nilai 75,79 menjadi 77,13 sedangkan untuk kelompok kelas Quantum Teaching selisih antara nilai rata–rata pada saat pretest dan posttest adalah 9,56 dan peningkatan prestasi belajar siswa sekitar 13,26% dari nilai 72,07 menjadi 81,63. Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad pembahasan tentang menggambar denah rumah sederhana ternyata memberikan prestasi belajar yang baik terhadap kemampuan kognitif siswa. Sesuai dengan hasil perhitungan yang sudah dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa kelompok kelas Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad menunjukkan peningkatan prestasi belajar yang signifikan dibandingkan kelompok kelas Konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media commit to user video pembelajaran Autocad lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa daripada model pembelajaran Konvensional yang sudah umum digunakan oleh guru dikelas. 2. Aktivitas belajar siswa pada Autocad ditinjau dari penggunaan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional yang diterapkan. Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
di
kelas
kelompok
Konvensional maupun kelas Quantum Teaching terhadap aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran dan penjelasan melalui Tabel 4. 6 dan 4. 7 hal: 65 dan 66 serta gambar histogram pada deskripsi penelitian, diperoleh gambaran bahwa aktivitas belajar siswa menunjukkan peningkatan aktivitas pada setiap pertemuan dengan hasil yang berbeda-beda. Pertemuan pertama pada proses pembelajaran sebelum ada perlakuan aktivitas siswa masih terlihat biasa–biasa saja (tidak menunjukkan rasa senang). Guru menjelaskan materi ajar sebagian siswa ada yang mendengarkan ada pula yang bermain sendiri, bercerita dengan temannya. Bisa dilihat aktivitas belajar siswa kedua kelompok pada tabel 4. 6 dan 4. 7 hal: 65 dan 66 pengamatan pada kelompok kelas Konvensional untuk indikator perhatian sebesar 52,59%, kerja sama sebesar 35,06%, ketekunan sebesar 60,06%, keaktifan sebesar 76,44%, dan interaksi yang dilakukan siswa sebesar 70,98%, sedangkan pengamatan pada kelompok kelas Quantum Teaching untuk indikator perhatian sebesar 52%, kerja sama sebesar 34%, ketekunan sebesar 56%, keaktifan sebesar 74%, dan interaksi yang dilakukan siswa sebesar 69%. Prosentase aktivitas keduan kelompok tidak terlalu jauh berbeda, yang sangat terlihat berbeda hanya pada indikator ketekunan. Kondisi ini sangat kurang efektif dan pada akhir pembelajaran guru membagikan soal pretest yang hasilnya akan dianalisis oleh peneliti. Pertemuan kedua di kelas Quantum Teaching aktivitas siswa pada awal pembelajaran masih menunjukkan kesan yang biasa–biasa saja, tetapi ketika guru menampilkan video pembelajaran Autocad, siswa mulai fokus dan menikmati pembelajaran yang disampaikan commit to user dalam video tersebut. Sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan hasil pengamatan yang dilakukan pada pertemuan ke dua mendapatkan peningkatan aktivitas belajar siswa seperti perhatian siswa meningkat menjadi 58, 33%, kerja sama menjadi 55,21%, ketekunan menjadi 69,79%, keaktifan siswa menjadi 80,33% dan interaksi siswa 75,35%. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan ke dua ini indikator yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu pada indikator kerja sama karena pada petemuan ke dua ini guru membagi siswa menjadi 6 kelompok belajar untuk mengerjakan tugas gambar. Materi disesuaikan dengan isi video pembelajaran. Terlihat siswa antusias terhadap tugas yang diberikan guru. Pertemuan
ketiga
saat
guru
mengajar
sebagian
siswa
mulai
menunjukkan kenyamanan dalam belajar, terlihat dari rona wajah yang tidak tegang lagi. Berbeda dengan awal–awal pembelajaran pada pertemuan pertama, para siswa masih mengalami ketegangan dan terkesan acuh tak acuh dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Siswa mulai menunjukkan sikap antusias terhadap pelajaran, merespon tindakan guru, dan siswa lebih aktif dalam bertanya baik bertanya pada guru ataupun pada teman–temannya, begitu juga ketika guru menjelaskan pelajaran, siswa mulai memperhatikan meskipun belum sepenuhnya fokus pada apa yang disampaikan, tapi dengan adanya video pembelajaran yang diterapkan dan dikombinasikan dengan model Quantum Teaching ini sangat membantu guru dalam menyampaikan materi ajar. Guru meminta siswa langsung mempraktekan apa yang ditampilkan dalam video tersebut sesuai dengan kelompok yang sudah dibuat sebelumnya, sesekali guru membantu siswa mengajar secara manual. Perhatian siswa meningkat menjadi 60%, kerja sama secara individu maupun kelompok yang semula 55,21% menjadi 61%, ketekuna 72%, keaktifan 82% dan interaksi siswa 77%. Pada pertemuan ke empat aktivitas siswa kelompok kelas Quantum Teaching masih menunjukkan peningkatan yang baik, untuk perhatian siswa meningkat menjadi 68%, kerja sama menurun menjadi 45% hal ini karena pada pertemuan ke empat tidak ada diskusi atau kerja kelompok, tetapi kelompok ini commit to user tetap menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan pertama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sama-sama tidak ada diskusi atau kerja kelompok, untuk indikator ketekunan siswa meningkat menjadi 85% dan interaksi siswa 81%. Setelah pembelajaran berakhir guru membagikan soal posstest sebagai bentuk evaluasi dan hasilnya akan dianalisis oleh peneliti. Peningkatan aktivitas belajar siswa yang
ditunjukkan
kelompok
Quantum
Teaching
sangat
signifikan
dibandingkan kelompok Konvensional. Pengamatan yang dilakukan dikelompok kelas Konvensional, memang menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuan tetapi tidak terlalu signifikan seperti yang ditunjukkan oleh kelompok kelas Quantum Teaching. Bisa dilihat pada tabel 4. 6 dan 4. 7 hal: 65 dan 66, diketahui pada pertemuan pertama lebih tinggi dari kelompok kelas Quantum Teaching, tetapi pada pertemuan ke dua setelah diberi perlakuan aktivitas belajar kelompok kelas Konvensional berada dibawah kelompok Quantum Teaching. Aktivitas belajar siswa yang kerap dilakukan oleh kelompok Konvensional yaitu hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan jarang sekali siswa mengajukan pertanyaan kepada guru. Kondisi pada pembelajaran ini, guru dianggap sebagai sumber dari segala informasi, guru yang mendominasi kelas, guru langsung mempraktekkan/menggambar denah langsung dan siswa mengikuti langkah–langkah menggambar denah tersebut dan jarang sekali ada siswa yang bertanya atau mengalami kesulitan, sebenarnya ada sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam menggambar denah tetapi mereka lebih memilih diam dari pada bertanya pada guru dengan alasan mereka malu bertanya. Kelompok kelas Konvensional juga kerap melakukan aktivitas yang hanya melaksanakan pola–pola yang diterapkan guru, mencontoh langkah–langkah yang dilakukan guru dalam menyelesaikan gambar denah yang dapat mengakibatkan siswa bertindak pasif. Ini menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa untuk menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan kurang berkembang dengan baik. Pembelajaran satu arah ini memberi kesan siswa cenderung enggan dan sedikit jenuh dalam menerima materi pelajaran, siswa akan mencari kesibukan commit tojenuh, user biasanya siswa bercerita dengan sendiri di dalam kelas agar tidak merasa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
temannya, bermain sendiri, sempat terlihat ada beberapa siswa bermain di komputernya dan tidak membuka program Autocad dimana program Autocad ini digunakan untuk menggambar denah. Hal ini yang menyebabkan tujuan yang telah ditetapkan belum bisa tercapai secara optimal. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih efektif kaitannya dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kondisi seperti ini terjadi karena pada model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional, antara lain: a.
Siswa menjadi lebih aktif selama kegiatan pembelajaran, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya proses pembelajaran di kelas dan bisa praktek secara langsung.
b.
Siswa dapat belajar dengan gembira, menikmati dan lebih bersemangat karena adanya video yang ditampilkan guru, video tersebut ditampilkan secara sederhana tetapi mudah dipahami siswa, waktu untuk menjelaskan materi pelajaran tidak terlalu lama dan dikombinasi dengan musik yang sesuai dengan karakter siswa, sehingga siswa tidak mudah bosan dan jenuh.
c.
Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, hal ini bisa ditunjukkan oleh sikap siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru ketika siswa mengalami kesulitan, siswa juga belajar untuk bekerja sama antar teman sehingga bisa berlatih untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
d.
Dengan adanya kerangka pembelajaran Quantum Teaching yang dikenal dengan kata “TANDUR” menjadikan pembelajaran dikelas berjalan secara kondusif dan terarah. Setiap model pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan
begitu pula dengan model pembelajaran Quantum Teaching. Berikut beberapa kekurangan dari model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video commit to user pembajaran diantara yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Dalam proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, guru kekurangan waktu bila menghadapi materi yang banyak. b. Guru harus menguasai materi pelajaran yang disampaikan dalam bentuk video pembelajaran tersebut. c. Guru harus pintar mengkondisikan kelas sebaik mungkin. d. Jika ada seorang siswa yang kurang aktif dalam kelas atau dalam kelompoknya maka akan menghambat teman atau anggota kelompok yang lain dalam pembelajaran. e. Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik–baiknya dalam belajar dikelas sehingga banyak waktu yang tersita. Aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran akan lebih efektif meningkat apabila ditunjang dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan model serta media pembelajaran yang diterapkan. Terkait dengan peningktan aktivitas belajar siswa model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad bisa dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Hasil pengamatan dapat dilihat bahwa model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih baik dalam meningkatkan
aktivitas
belajar
siswa
dibandingkan
dengan
model
Konvensional. Hal ini didukung oleh data–data kuantitatif yang telah dikemukakan di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada pelaksanaan penelitian kuantitatif dengan membandingkan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum
Teaching
berbasis
media
video
pembelajaran
Autocad
dan
Konvensionial pada pelajaran Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 semester genap dengan kompetensi menggambar rumah sederhana menunjukkan bahwa: 1.
Penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa ranah kognitif dibandingkan dengan model Konvensional.
2.
Aktivitas belajar siswa baik yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya, tetapi pembelajaran dengan model Quantum
Teaching
berbasis
media
video
pembelajaran
Autocad
menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang efektif dibandingkan dengan model Konvensional. B. Implikasi Implikasi atau dampak dari pelaksanaan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Kontriksi Batu Beton (TKBB) dan dapat pula diterapkan dikelas XI Tehnik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 5 Surakarta sebagai alternatif untuk meningkatakan prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. 2. Membangun suasana belajar yang meriah dan menyenangkan serta melibatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran dalam rangka mentranfer pengetahuan/ilmu sehingga prestasi belajar yang didukung oleh aktivitas yang dilakukan siswatomengalami peningkatan. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Penggunaan media video pembelajaran Autocad membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan siswa lebih mudah memahami apa yang guru sampaikan 4. Dengan model Quantum Teaching, kemampuan guru dalam mengelola kelas semakin ditingkatkan yang diterapkan yaitu membagi waktu dengan baik pada saat penyampaian materi secara serius dan saat diskusi sehingga tercipta interaksi yang baik antara guru dan siswa serta proses pembelajaran berjalan dengan lancar, efektif dan terkontrol dengan baik. 5. Hasil penelitian ini dapat memperluan pengetahuan bagi pembaca terkait dengan pentingnya penggunaan media dan model pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar salah satunya adalah penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka penulis mengajukan saran – saran yang dapat memberikan manfaat sumbangan pemikiran bagi keberhasilan siswa. 1.
Kepada sekolah Ciptakan jumlah siswa yang ideal maksimal 20 siswa ditiap-tiap kelas agar proses pembelajaran berjalan lancar dan lebih efektif.
2.
Kepada guru a. Guru hendaknya mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran, seperti efektifitas waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi, mengkodisikan kelas sebaik mungkin dan guru harus bisa melibatkan peran aktif siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat diraih dengan maksimal. b. Dalam melaksanakan pembelajaran Autocad guru hendaknya mampu memilih pendekatan dan selalu menginovasi model pembelajaran yang digungakan dan tepat dalam proses belajar mengajar sehingga model pembelajaran apapun yang diterapkan guru dikelas akan senantiasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat suasana belajar yang menyenangkan yang akhirnya siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 3.
Kepada siswa a. Siswa hendaknya berpartisipasi aktif dan bersungguh–sungguh dalam proses pembelajaran agar lebih mudah untuk mengerti, memahami dan menerapkan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan bermasyarakat. b. Siswa sebaiknya membiasakan diri untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa mendapat pengetahuan yang optimal, bukan hanya dari guru tetapi siswa dapat menemukan dan membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran
4.
Kepada peneliti a. Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis dengan berbagai peyempurnaan dalam berbagai hal baik itu model mupun media pembelajaran yang digunakan sehingga hasilnya dapat lebih baik lagi dari penelitian sebelumnya. b. Penelitian ini hendaknya dilanjutkan dengan meneliti model lain yang lebih cocok untuk dikombinasikan dengan penggunaan media video pembelajaran Autocad yang sesui dengan yang ada dilapangan.
commit to user