BAB II PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI
A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “ motivation “ dan merupakan kejadian dari kata dasar “ motive “, motive punya arti alasan, sebab, penggerak. Motivation dapat berarti pengaalasan, dorongan, daya batin.1 Motivasi secara
terminologi motivasi ada beberapa pendapat tokoh,
diantaranya: a. MC. Donald seperti yang dikutip Sardiman, nerpemdapat motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapam terhadap adanya tujuan.2 b. Sartain seperti yang dikutim M. Ngalim Purwanto: pada umumnya suatu motivasi adalah pernyataan yang komples di dalam suatu organisme yang emngarah tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) dan perangsang (incentive).3 c. Clifford T. Morgan dalam buku Introduction to Psychology dikatakan “ motivation is a general term referring to states that motivate behavior, to the behavior motivated by these states and to the goals or ends of such behavior”.4 1
John M. Echols dan hasaan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992, hlm. 386 2
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1988),
3
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 1998), hlm. 60
hlm. 73 4
Clifford T. Morgan, Introduction To Psychology, (New York: Mc.Grow Hill Book Company, Inc., t.th.), hlm.66
9
10
Sedangkan arti belajar belajar menurut Abdul Mu’ti mempunyai beberapa dimensi, yaitu: pertama belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku dan ketrampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai tujuan yang diharapkan. Kedua, belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat komulatif. Ketiga belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui mental proses. Mental proses adalah serangkaian proses kognitif yang meliputi persepsi (perception), perhatian (attention), mengingat (memori), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah dan lain-lain.5 Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Maxdarsono dkk. adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.6 Jadi yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arahan pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.7 Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya sangat khas ialah dalam hal gairah/semangat belajar, siswa yang motivasinya kuat akan mempunyai banyak energi dalam belajar.
5
Chabib Thaha (editor), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 94-95 6
Max Darsono dkk., Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: CV. IKIP Semarang Press, 2000), hlm. 2 7
hlm. 36
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983),
11
2. Macam-macam Motivasi Belajar Secara umum motivasi dapat dibagi atas dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tecakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut “motivasi murni” atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil dan sebagainya. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik bersifat nyata atau motivasi sesungguhnya yang disebut sound motivation. 8 Menurut Winkel motivasi intrinsik adalah “bentuk motivasi yang di dalam aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar itu. 9 Misalnya: anak rajin belajar untuk agar mendapatkan beasiswa.. Dalam Al-Qur’an Allah memerintah manusia agar memotivasi dirinya untuk berubah:
…ﻢ ﺴ ِﻬ ِ ﻧﻔﹸﺎ ِﺑﹶﺄﻭﹾﺍ ﻣﻴﺮﻐ ﻳ ﻰﺣﺘ ﻮ ٍﻡ ﺎ ِﺑ ﹶﻘﺮ ﻣ ﻐﻴ ﻳ ﻪ ﹶﻻ …ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﹼﻠ Artinya : “ Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.“(Q.S Al-Ra’d; ayat 11 )
8 9
Sardiman.AM.,Op.Cit., hlm. 86. W.S. Winkel, op. cit., hlm. 27
12
b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah Noehi Nasution motivasi ekstrinsik adalah “motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar”.10 Motivasi belajar dari luar adalah bentuk motivasi yang didalamnya aktivfitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berdasarkan aktifitas belajar.11 Misalnya: siswa belajar biologi karena termotivasi ingin menjadi dokter. Menurut Sardiman, motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :12 a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet mengadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. f. Dapat mempertahankan pendapatnya.(kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang telah diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal. Menurut L. Crow dan A. Crow motivasi mempunyai peranan besar dalam belajar, diantaranya adalah: a. Motif mendorong si pelajar dalam kegiatan belajarnya. Permulaan anak masuk sekolah dapat dirangsang untuk melakukan pekerjaan yang baik 10
Noehi Nasution, dkk, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1991), hlm. 9 11
W.S. Winkel, op. cit., hlm. 28
12
Sardiman.AM.,Op.Cit., hlm. 82-83.
13
melalui pujian dari orang tua atau memperoleh hadiah-hadiah ekstrinsik lainnya. b. Motif bertindak sebagai penyaring jenis kegiatan yang ingin atau dilakukan orang, misalnya ada siswa yang memulai belajarnya di rumah dengan pelajaran yang paling mudah. c. Motif mengarahkan tingkah laku, sebagai pengarah tingkah laku sangat penting dalamproses belajar mengajar. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga harus membantu anak agar mau belajar apa yang harus dipelajari.13 Dalam prakteknya menumbuhkan motivasi belajar tidaklah gampang. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru untuk menciptakan pembelajaran yang dapat menggugah motivasi siswa: 1. Buat pembelajaran penuh arti 2. Buat siswa menentukan targetnya sendiri, sesuai dengan kemampuan masing-masing. 3. Tumbuhkan harga diri siswa dengan menciptakannnn harapan untuk sukses dalam mencapai target yang ditetapkan. 4. Ciptakan hubungan yang hangat dengan siswa 5. Gunakan metode pengajaran yang inovatif 6. Salurkan minat dan kegemaran siswa dalam berbagai kegiatan.14
13 14
Crow. L dan Crow. A , Psychology Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), hlm.309
Muchlas Samani, dkk., Panduan Manajemen Sekolah, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasinal, 2000), hlm. 146
14
3. Indikator Motivasi Belajar Ada beberapa hal yang bisa dijadikan indikator dari motivasi belajar, yaitu: a. Perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Dalam proses belajar mengajar perhatian merupakan salah satu aspek yang penting bagi peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Perhatian sebagaimana
dikatakan oleh Drs. Wasty Soemanto dapat
diartikan dua macam, yaitu :15 1) Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju pada suatu objek. 2) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas. Untuk kepentingan pendidikan dan belajar peserta didik perlu dibimbing oleh pihak pendidik atau lingkungan belajarnya, sehingga memiliki perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar. Salah satu usaha untuk membimbing perhatian peserta didik yaitu melalui pemberian rangsangan atau stimuli yang menarik perhatian peserta didik. Dari uraian diatas dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa diantara wujud perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran adalah; peserta didik tidak lagi berbicara dengan teman-temannya pada waktu mengikuti pelajaran, peserta didik tidak lagi membolos, peserta didik tidak lagi melamun pada waktu mengikuti pelajaran dan lain sebagainya.. Karena dengan demikian tenaga/kekuatan jiwa
peserta didik tersebut tidak
terpusat pada satu objek. Artinya peserta didik tidak memiliki perhatian terhadap pelajaran yang disampaiakan oleh guru.
15
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 32.
15
b. Keaktifan belajar peserta didik. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.16 Dari sini jelas bahwa dalam kegiatan belajar peserta didik harus aktif berbuat, karena tanpa aktivitas dari peserta didik belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar, baik aktivitas yang bersifat fisik maupun mental harus selalu berkait.17 Misalnya, seseorang yang sedang belajar dengan membaca, secara fisik orang tersebut membaca menghadapi buku, tetapi fikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dan mental. Sebaliknya, misalnya ada orang yang berfikir tentang sesuatu atau renungan ide-ide yang perlu diketahui oleh orang lain tetapi tidak disertai dengan perbuatan, maka semua itu tidak ada gunanya. Peserta didik yang memiliki motivasi untuk belajar, tentunya ia akan selalu aktif berbuat sesuatu untuk mengubah tingkah laku. Aktivitas-aktivitas dalam belajar itu antara lain :18 1) Visual
activities,
seperti;
membaca,
memperhatikan
gambar
demonstrasi, melakukan percobaan dan lain-lain. 2) Oral activities, seperti; menyatakan pendapat, bertanya tentang apa yang belum diketahui, diskusi dan lain-lain. 3) Listening activities, seperti; mendengarkan uraian, pidato, percakapan dan lain-lain.
16
Sardiman, A. M., Op. Cit., hlm.95.
17
Ibid., hlm. 99.
18
Ibid., hlm. 100.
16
4) Writing activities, seperti; menulis cerita, mencatat pelajaran, menulis laporan dan laian-lain. 5) Drawing activities, seperti; menggambar, membuat grafik, peta, diagram dan lain-lain. 6) Motor activities, seperti; berkebun berternak, membuat konstruksi dan lain-lain. 7) Mental
activities,
misalnya;
mengingat,
memecahkan
soal,
menganalisa. 8) Emotional activities, seperti; merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup. c. Kerajinan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal latihan dan atau pekerjaan rumah (PR). Diantara fungsi motivasi adalah mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan faktor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Disamping itu motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.19 Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula. Motivasi pada seseorang dapat kita interpretasikan dari tingkah lakunya.20 Kaitannya dalam proses belajar mengajar peserta didik yang memiliki motivasi, antara lain dapat dilihat dari ketekunan dan atau kerajinan peserta didik dalam dalam mengerjakan soal-soal latihan dan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru.
19
Ibid., hlm. 80.
20
Wasty soemanto, Op. Cit., hlm. 190.
17
B. Kedisiplinan 4. Pengertian Kedisiplinan Kedisiplinan berasal dari bahasa Inggris discipline sedangkan dalam bahasa arabnya
adalah
ﺍﻟﻨﻈﺎﻡ.
Kata Kedisiplinan berasal dari kata dasar
disiplin yang mendapat prefiks ke-an yang mempunyai arti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, dan sebagainya).21 Sedangkan dalam bahasa Inggris, discipline diartikan: training or control, often using a system of punishment, aimed at producing obedient to rules.22 Secara istilah disiplin oleh beberapa pakar diartikan sebagai berikut: b. Keith Davis dalam Drs. R.A. Santoso Sastropoetra mengemukakan: ”Disiplin adalah pengawasan terhadap diri pribadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui/diterima sebagai tanggung jawab.”23 c. Mahmud Yunus dalam bukunya ”Attarbiyah wa Ta’lim” mengatakan:
ﺎ ﻳﺒﺖ ﺍﳌﺪﺭﺱ ﰲ ﻧﻔﻮﺱ ﺗﻼﻣﻴﺬﻩ ﺭﻭﺡ ﺍﻟﺴﻠﻮﻙ ﺍﳊﺴﻦ ﺍﻟﻨﻈﺎﻡ ﻫﻮ ﺍﻟﻘﻮﺓ ﺍﻟﱴ ﻭﺍﳋﻀﻮﻉ ﻟﻠﻘﻮﺍﻧﲔ ﻭﺍﻻﻧﻘﻴﺎﺩ،ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻬﻢ ﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭﺍﺣﺘﺮﺍﻡ ﺍﻟﻘﻮﺓ ﺍﳊﺎﻛﻤﺔ ﻟـﻬﺎ ﺍﻧﻘﻴﺎﺩﺍ ﻳﻨﻄﺒﻖ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﻛﻞ ﺍﻻﻧﻄﺒﺎﻕ ﻭﻫﻮ ﺍﶈﻮﺭ ﺍﻟﺬﻯ ﺗﺪﻭﺭ ﻋﻠﻴﻪ 24
ﲨﻴﻊ ﺍﻻ ﻋﻤﺎﻝ ﺑﺎﳌﺪﺭﺳﺔ
21
Lukman Ali, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 237, Lihat juga Pius Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1997), hlm. 115 22
AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 1995), hlm. 329 23
R.A. Santoso Sastropoetra, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, (Bandung: Penerbit Alumni, 1988), hlm. 286 24
Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakri, Attarbiyah wa Ta’lim, Juz II, (Ponorogo: Darussalam Press, 1991), hlm. 36
18
Disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh para pendidik untuk menanamkan dalam jiwa tentang tingkah laku dalam pribadi murid dan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah d. Soegeng Prijodarminto, dalam buku “Disiplin Kita Menuju Sukses” mengatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan,
kepatuhan,
kesetiaan,
keteraturan
dan
atau
ketertiban.25 Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang di dalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mawas diri. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kedisiplinan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau spontan pada diri seseorang melainkan sikap tersebut terbentuk atas dasar beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor tersebut yakni: a. Faktor Intern Yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, faktorfaktor tersebut meliputi : 1.) Faktor Pembawaan Menurut aliran nativisme bahwa nasib anak itu sebagian besar berpusat pada pembawaannya sedangkan pengaruh lingkungan 25
hlm. 23
Soegeng Prijodarminto, Disiplin kiat Menuju Sukses, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994),
19
hidupnya
sedikit
saja.
Baik
buruknya
perkembangan
anak.
26
Sepenuhnya bergantung pada pembawaannya.
Pendapat itu menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan orang bersikap disiplin adalah pembawaan yang merupakan warisan dari keturunannya seperti yang dikatakan oleh John Brierly, “heridity and environment interact in the production of each and every character.”27 (keturunan dan lingkungan berpengaruh dalam menghasilkan setiap dan tiap-tiap perilaku) 2.) Faktor Kesadaran Kesadaran adalah hati yang telah terbuka atas pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan.28 Disiplin akan lebih mudah ditegakkan bilamana timbul dari kesadaran setiap insan, untuk selalu mau bertindak taat, patuh, tertib, teratur bukan karena ada tekanan atau paksaan dari luar.29 Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan jika seseorang memiliki kesadaran atau pikirannya telah terbuka untuk melaksanakan disiplin maka ia pun akan melakukan. 3.) Faktor minat Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.30
26
Moh Kasiram, Ilmu Jiwa Perkembangan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 27
27
John Brierly, “Give Me A Child Until The Is Seven”, Brain Studies Early Childhood Education, (London and Washington DC: The Falmer Press, 1994), hlm. 98 28
Djoko Widagdho, dkk., Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 152
29
Soegeng Prijodarminto, Op.Cit., hlm. 15
30
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah, (Jakarta: CV. Ghalia Indonesia, 1994), hlm. 46
20
Dalam
berdisiplin
minat
sangat
berpengaruh
untuk
meningkatkan keinginan yang ada dalam diri seseorang. Jika minat seseorang dalam berdisiplin sangat kuat maka dengan sendirinya ia akan berperilaku disiplin tanpa menunggu dorongan dari luar. 4.) Faktor pengaruh Pola Pikir Ahmad Amin dalam bukunya “etika” mengatakan bahwa ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa pikiran itu tentu mendahului perbuatan, maka perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah pikirannya.31 Pola pikir yang telah ada terlebih dahulu sebelum tertuang dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau keinginan. Jika orang mulai berpikir akan pentingnya disiplin maka ia akan melakukannya. b. Faktor Ekstern Yaitu faktor yang berada di luar diri orang yang bersangkutan. Faktor ini meliputi : 1.) Contoh atau Teladan Teladan atau modeling adalah contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari
dari
seseorang
yang
berpengaruh.32
Keteladanan
merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses, karena teladan itu menyediakan isyarat-isyarat non verbal sebagai contoh yang jelas untuk ditiru. Mengarang buku mengenai pendidikan adalah mudah begitu juga menyusun suatu metodologi pendidikan namun hal itu masih
31 32
Ahmad Amin, Etika, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 30
Charles Schaefer, Bagaimana Membimbing, Mendidik, dan Mendisiplinkan anak Secara Efektif, terj. Turman Sirait, (Jakarta, Restu Agung, 2000), hlm. 14
21
tetap hanya akan merupakan tulisan di atas kertas, selama tidak bisa terjamah menjadi kenyataan yang hidup.33 Dalam al-Quran Allah berfirman :
… ﻨ ﹲﺔﺴ ﺣ ﻮﹲﺓ ﺳ ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹸﺃﺭﺳ ﻢ ﻓِﻲ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik”.(QS Al-Ahzab : 21) Ayat tersebut sering diangkat sebagai bukti adanya metode keteladanan al-Quran. Muhammad Qutb mengatakan bahwa diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung.34 Menurut Abudin Nata metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting yaitu akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.35 2.) Nasihat Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar.36 Oleh karena itu teladan dirasa kurang cukup untuk mempengaruhi seseorang agar bersiplin. Menasihati berarti memberi saran-saran percobaan untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan keahlian atau pandangan
33
Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT al-Maarif, 1993), hlm. 325
34
Muhammad Qutb, op.cit., hlm. 325
35
H. Abuddin Nata, , Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2001), hlm. 95
36
Muhammad Qutb. op.cit., hlm. 334
22
yang objektif.37 Dalam Bahasa Inggris nasihat disebut advice yaitu opinion about what to do, how to be have.38 Al-Quran juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendaki. Sebagai contoh dalam al-Quran surat al-Isra’ ayat 22 yang berbunyi :
ﺨﺬﹸﻭ ﹰﻻ ﻣ ﻮﻣﹰﺎﻣ ﹾﺬﻣ ﺪ ﺘ ﹾﻘﻌﺮ ﹶﻓ ﺧ ﻊ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ِﺇﻟﹶـﻬﹰﺎ ﺁ ﻣ ﻞﺠﻌ ﺗ ﱠﻻ Artinya: ”Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)”.(QS. Al-Isra’ : 22) Ayat tersebut menasihatkan kepada manusia agar tidak menyekutukan Allah. 3.) Faktor latihan Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau masalah-masalah yang akan datang.39 Latihan melakukan sesuatu dengan disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil, sehingga lamakelamaan akan terbiasa melaksanakannya, jadi dalam hal ini sikap disiplin yang ada pada seseorang selain berasal dari pembawaan bisa dikembangkan melalui latihan. 4.) Faktor Lingkungan Tiap-tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, sedangkan tiap kebudayaan memiliki norma yang mengatur kepentingan anggota masyarakat agar terpelihara ketertibannya. Dari sinilah terlihat bahwa tingkah
laku
individu
37
Charles Schaefer, op.cit., hlm. 130
38
AS Hornby, op. cit., hlm. 14
39
Charles Schaefer , op.cit., hlm. 176
sangat
dipengaruhi
oleh
lingkungan
23
masayarakatnya.40
Demikianlah pengaruh lingkungan masyarakat
terhadap pembentukan pribadi seseorang, termasuk didalamnya pembentukan sikap disiplin. Jadi, jelasnya bahwa lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap disiplin pada diri seseorang khususnya santri. Santri yang note bene remaja, Seperti dikemukakan oleh Zakiah Daradjat bahwa para remaja sangat memperhatikan penerimaan sosial dari teman-temannya, ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-temannya itulah yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai dan dilakukan teman-temannya.41 3. Bentuk-Bentuk Disiplin Mengingat betapa pentingnya kedisiplinan tersebut dibahas seperti ini, maka penulis memandang perlu untuk membatasinya. Batasan kedisiplinan yang dimaksud adalah disiplin-disiplin dalam belajar, mentaati peraturan, dan disiplin dalam beribadah. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu persatu batasan jenis-jenis kedisiplinan tersebut : a. Disipin dalam belajar Disiplin dalam belajar ini penting, karena itu perlu diberikan penanaman disiplin bagi para siswa /santri. Caranya dengan memberikan teladan yang baik oleh guru atau pendidik yang lain dan kemudian teladan yang baik itu diusahakan agar jngan sampai dilanggar oleh guru atau pendidik itu sendiri. Dengan demikian kesadaran berdisiplin anak akan selalu tertanam dan tumbuh di hatinya sehingga akan menjadi disiplin diri sendiri.
40
B. Simandjuntak, Latar Belakang Kanakalan Remaja, (Bandung: Alumni, 1984), hlm. 123.
41
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 88
24
Dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren disiplin sangat ditekankan. Pagi-pagi antara pukul 04.30 atau pukul 05.00 bapak Kyai atau pengurus telah membangunkan para santri, mereka diajak shalat subuh berjamaah. Pendidikan semacam ini berpengaruh besar dalam kehidupan para santri.42 Adapun cara belajar yang efisien dan mendukung kedisiplinan belajar adalah dengan cara belajar sungguh-sungguh selama-lamanya 4 jam sehari dengan teratur.43 b. Disiplin dalam mentaati peraturan Untuk menjamin kelancaran dan ketertiban proses pendidikan, biasanya menyusun tata tertib yang berisi peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh siswa/santri yang ada. Di samping mentaati peraturan pondok pesantren juga harus memahami dan mentati pila-pola kebudayaan Pondok
Pesantren
yang
berlaku.
Pada
Pondok
Pesantren
yang
menjalankan disiplin secara permissive dan lebih banyak membarikan kebebasan pun terdapat norma-norma yang harus dipahami dan ditaati oleh semua pihak disekolah seorang siswa/santri tidak boleh bercakapcakap atau mondar-mandir dalam kelas karena dapat mengganggu jalannya pelajaran.44 Seorang siswa juga harus menghormati guru, yang menurut Islam adalah wajib, berkaitan dengan hal tersebut Imam Az zarmuji mengatakan: “Untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, di samping harus menghormati keagungan ilmu dan ahli ilmu, juga keagungan gurunya, yakni dengan selalu mencari ridhonya, menjauhi hal-hal yang membuat
42
Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, cet. I, (Surabaya: Al Ikhlas, 1993), hlM. 99. 43
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1982), hal. 57.
44
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Bumi Aksara, 1995), hlm. 68.
25
marah dan menjalankan perintahnya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam”.45 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, seorang siswa dapat dikatakan mentaati peraturan Pondok Pesantren jika ia selalu taat pada tata tertib, hormat dan taat pada perintah guru, serta tertib di dalam kelas. Agar lebih jelasnya dapat dilihat tat tertib Pondok Pesantren yang terdapat dalam lampiran. c. Disiplin dalam beribadah Pada dasarnya secara umum ibadah berarti berbakti manusia kepada Allah Swt.46 Namun masalah ibadah di sini penulis maksudkan khusunya ibadah shalat, karena shalat merupakan pokok pangkal ibadah, dan di samping itu shalat juga merupakan amalan pertama yang ditanyaka kelak di hari kiamat. Shalat merupakan pekerjaan hamba yang beriman dalam situasi menghadapkan wajahnya sukunya kepada Zat Yang Maha Suci, maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinyu akan menjadi alat pendidikan rohani manusia yang efektif memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Di samping itu juga akan terhindar dari berbagai perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Al Ankabut ayat 45, sebagai berikut :
ﻨ ﹶﻜ ِﺮﺍﹾﻟﻤﺎﺀ ﻭﺤﺸ ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﻰﻨﻬﺗ ﺼﻠﹶﺎ ﹶﺓ ﺼﻠﹶﺎ ﹶﺓ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟ ﻭﹶﺃِﻗ ِﻢ ﺍﻟ Artinya : “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Q.S. Al-Ankabut ayat 45).
45
Azzurmuji, Ta’lim Muta’allim, (Semarang: Toha Putra, t.th.), hlm. 17.
46
A. Nasruddin Razzak, Dinul Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1989), hal. 44.
26
Di tinjai dari segi disiplin, shalat merupakan pendidikan positif yang menjadikan mansuia dan masyarakat hidup teratur, sehubungan hal ini kedisiplinan beribadah di Pesantren sangat ditekankan. Pagi-pagi antara pukul 04.30 atau 05.00; kyai atau pengurus telah membangunkan para santri untuk diajak shalat subuh berjamaah. Pendidikan semacam ini mempunyai pengaruh besar bagi para santri.47 Karena itu, wajarlah jika di Pesantren diwajibkan untuk selalu shalat berjamaah, tepat waktu. Kegiatan ini dapat dilihat dalam peraturan pesantren yang terdapat pada bagian lampiran. 4. Pentingnya Kedisiplinan Santri dalam Pendidikan Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku sedemikian rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan.48 Sedangkan disiplin dalam pembahasan sebelumya dijelaskan yaitu suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang didalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mawas diri. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan dan disiplin mempunyai sedikit kesamaan yaitu yang berhubungan dengan tingkah laku. Dalam pendidikan yaitu mengubah tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan dalam disiplin proses mengubah tingkah laku tersebutlah.
47 48
Imam Bawani., Loc. Cit., 99
Y. Singgih D Gunarso dan Singgih D. Gunarso, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 130
27
Dalam rangka mengubah tingkah laku tersebut khususnya tingkah laku para santri perlu diperhatikan: a. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Tujuannya ialah untuk membekali santri dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.49 b. Hukuman Hukuman berarti suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada orang yang berbuat salah tersebut.50 Fungsinya yaitu untuk menghalangi santri melakukan perbuatan salah yang pernah dilakukan,
untuk
mematuhi
peraturan,
memberi
motivasi
untuk
menghindari perilaku yang tidak diterima,51 khususnya di pondok. Dalam Islam hal mendidik anak juga tidak lepas dari hukuman, pendidikan yang terlampau halus akan sangat berpengaruh jelek, karena membuat jiwa tidak stabil. Oleh karena itu haruslah ada ”sedikit” kekerasan dalam mendidik, diantara bentuk kekerasan itu hukuman.52 Dalam surat at-Taubah Allah berfirman:
ﺮ ِﺓ ﺍﻵ ِﺧﺎ ﻭﻧﻴﺪ ﻋﺬﹶﺍﺑﹰﺎ ﹶﺃﻟِﻴﻤﹰﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﻪ ﻢ ﺍﻟﻠﹼ ﻬ ﺑﻌﺬﱢ ﻳ ﺍﻮﱠﻟﻮ ﺘﻳ ﻭﺇِﻥ … Artinya: ”…Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirah”. (QS. At-Taubah : 74)
49
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, terj. dr. Med Meitasari Tjandrasa, (Jakarta, Erlangga, 1999), hlm. 85 50
Charles Schaefer, Op.Cit., hlm. 102
51
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa, dr. Med Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga, 1999), hlm. 87 52
Muhammad Qutb, op.cit., hlm. 343
28
c. Penghargaan Ahli filsafat Jeremy Benthan dalam Charles Schaefer mengatakan bahwa dalam diri manusia, ada dua tenaga pendorong, yaitu kesenangan dan kesakitan, kita cenderung untuk mengulangi tingkah laku yang membawa kesenangan dan hadiah serta menghindari tingkah laku atau perbuatan yang menimbulkan ketidaksenangan.53 Penghargaan dalam Islam biasanya disebut dengan pahala. Dalam al-Quran surat Hud Allah berfirman :
ﲑ ﺮ ﹶﻛِﺒ ﺟ ﻭﹶﺃ ﺮﹲﺓ ﻐ ِﻔ ﻣ ﻢﻚ ﹶﻟﻬ ﻭﻟﹶـِﺌ ﺕ ﹸﺃ ِ ﺎﺎِﻟﺤﻋ ِﻤﻠﹸﻮﹾﺍ ﺍﻟﺼ ﻭ ﻭﹾﺍﺒﺮﺻ ﻦ ِﺇﻻﱠ ﺍﱠﻟﺬِﻳ Artinya: ”Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Hud : 11) Ayat di atas menunjukkan bahwa masalah pahala diakui keberadaanya dalam rangka pembinaan disiplin. Mereka para santri akan memperoleh penghargaan khusus atas prestasi maupun ketaatannya dalam berdisiplin. d. Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas atau kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin yaitu dalam peraturan, hukum maupun penghargaan.54 Dalam peraturan diharapkan tidak ada dispensasi. Peraturan yang ada berlaku untuk semua santri, begitu juga hukuman, setiap yang melanggar peraturan harus dihukum tak terkecuali dalam memberi penghargaan walaupun hanya berupa pujian, harus dilakukan untuk yang berprestasi.
53
Charles Schaefer., op.cit., hlm. 19
54
Elizabeth B Hurlock, op.cit., hlm. 90
29
C. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Kedisiplinan Santri Santri adalah seseorang yang berlajar di pesantren. Pesatren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang dipimpin oleh kiai55. Pesantren selain merupakan tempat belajar, di sini juga asrama tempat para santri tinggal hidup sehari-harai. Lingkungan tempat tinggal santri yaitu Pondok Pesantren di dalamnya telah ditegakkan disiplin yang harus dipatuhi oleh santri serta berbagai fasilitas yang menunjang, diharapkan dapat mempengaruhi keberhasilan belajar santri. Dalam kehidupan sehari-hari santri yang berhubungan dengan tugas kegiatan belajar, motivasi mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, sebab segala aktifitas yang dilakukan santri dengan belajar rang selalu dilatarbelakangi oleh adanya motivasi. Jadi motivasi inilah yang santri mengapa mereka
melakukan aktifitas belajar. Seorang santri akan giat belajar karena
terdorong beberapa keinginan, seperti: mewujudkan cita-citanya jadi dokter, atau ingin mendapat hadiah dan beasiswa, atau hanya ingin sekedar dipuji. Dipesantren lingkungan sangat memotivasi santri untuk giat belajar. Teladan dari kyai dan para guru juga dapat memotivasi santri untuk berkeinginan seperti mereka yang menguasai berbagai ilmu agama dan ilmu-ilmu lain.. Tak ketinggalan nasihat dari kyai yang sangat dibutuhkan guna mendorong semangat belajar santri. Seseorang yang mempunyai motivasi hidup untuk belajar giat biasanya punya disiplin tinggi. Soegeng Prijodarminto mengatakan bahwa seseorang yang berhasil atau berprestasi biasanya mereka yang memiliki disiplin tinggi.56
55
Ditenggarai Sudjoko Prasodjoko sebagai lembaga pendidikan pada umumnya sistem belajar non klasikal, tetapi seiring dengan tuntutan zaman kini pesatren telah banyak menerapkan sistem pendidikan modern, yang menggunakan sistem klasikan, manejerial dan berijasah. Sudjoko Prasodjoko, dkk, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1974), hlm. 6 56
Soegeng Prijodarminto, op.cit., hlm. 3
30
Mempunyai prestasi yang lebih baik dari orang lain adalah kebanggaan, karena itu untuk mewujudkannya dibutuhkan semangat dan disiplin belajar yang tinggi. Soegeng Prijodarminto, mengatakan bahwa seseorang yang berhasil atau berprestasi biasanya mereka yang memiliki disiplin tinggi.57 Para santri yang selalu berdisiplin dalam belajar dan taat menjalankan tugasnya sebagai pelajar sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, mereka akan sangat mudah termotivasi untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar. Karena mereka bisa mengatur waktu untuk belajar. Kedisiplinan yang ditanamkan pada santri diantaranya: 1. Disiplin Diri Pembentukan disiplin diri erat hubungannya dengan penerimaan otoritas. Santri yang menerima otoritas dari kyai, akan melakukan tugas-tugas yang diinginkan dari padanya. Disiplin diri dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur kegiatan santri. Hamzah Ya’qub berpendapat bahwa salah satu kewajiban terhadap diri sendiri ialah menempa diri, melatih diri sendiri untuk membina disiplin pribadi. Disiplin pribadi dibutuhkan sebagai sifat dan sikap yang terpuji (fadlilah) yang menyertai kesabaran, ketekunan, kerajinan, dan kesetiaan. Orang yang tidak memiliki disiplin pribadi tidak akan berhasil mencapai tujuan dan cita-citanya. Karena setiap pribadi berkewajiban membinanya melalui latihan, mawas diri dan pengendalian diri.58 2. Disiplin Ibadah Ibadah yang ditekankan yaitu shalat tepat waktu dan berjamaah di Mesjid sebagaimana disebutkan dalam al-Quran :
57 58
Ibid., op.cit., hlm. 3
H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan AkhlakulKarimah (suatu pengantar), (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), hlm. 140
31
ﻮﻗﹸﻮﺗﹰﺎ ﻣ ﺎﺑﹰﺎﲔ ِﻛﺘ ﺆ ِﻣِﻨ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﻤ ﺖ ﻧﻼ ﹶﺓ ﻛﹶﺎ ﺼﹶ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟ Artinya: ”Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman”. (an-Nisa : 103) 3. Disiplin Waktu Syekh
Yusuf
al-Qardhawi
dalam
bukunya,
“disiplin
waktu”
menjelaskan bahwa waktu memiliki ciri-ciri cepat habis, waktu yang telah habis tak akan dapat kembali dan tak mungkin dapat diganti.59 Berdasarkan ciri tersebut dalam kesehariannya di pondok hampir tidak ada waktu yang terbuang, semua kegiatan terjadwal dengan teratur dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kedisiplinan merupakan bagian dari kehidupan pesantren, baik dalam ibadah, belajar dan tututan patuh pada tata tertib. Disiplin menutut para santri juga terbiasa dengan kehidupan yang teratur, terencana tanpa paksaan. Jika santri melaksanakan disiplin dengan senang hati artinya dengan sungguh-sungguh tanpa merasa dipaksa ia pun termotivasi untuk belajar dengan dengan sungguh. Sikap disiplin para santri tidak lepas dan sangat erat hubungannya dengan keinginan mereka untuk mewujudkan cita-cita dan keinginan, inilah yang disebut motivasi. Rangsangan dari diri dan dari luar mereka agar para santri berkringinan giat belajar. Di antara motivasi yang yang mendorong untuk berdisiplin adalah: 1. Ingin menguasai ilmu-ilmu agama 2. Ingin bermanfaat bagi agama 3. Menunaikan amanat orang tua 4. Ingin punya masa depan yang lebih baik 5. mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
59
Syekh Yusuf al-Qardhawi, Disiplin Waktu dalam Kehidupan Seorang Muslim, Terj. M. Qodirun Nur,., (Solo: Ramadhani, 1989), hlm. 25
32
D. Pengajuan Hipotesis Secara teritis penulis telah menguraikan bahwa sisiplin akan berpengaruh dalam motivasi belajar. Untuk melangkah pada penelitian maka penulis akan mengajukan hipotesisi. Secara definitif, hipotesis dugaan yang mungkin salah, dia akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta membenarkannya.60 Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah “Semakin baik menerapkan kedisiplinan atau ketentuan yang berlaku semakin baik pula motivasi belajar santri dipesantren putri Al-Amien kec. Mranggen Kab. Demak.”
60
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1980, hlm. 64.