BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN SISWA
A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bila ditinjau dari segi sejarah perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di Indonesia, maka sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari guidance and counseling penggunaan istilah ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud. Secara etimologi bimbingan dan penyuluhan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu.” 1 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Pengertian bimbingan secara terminologi, menurut Abu Ahmadi adalah “bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami dirinya, memahami lingkungan, mengatasi hambatan, juga menentukan masa depan yang lebih baik.” 2 Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenai kelemahan atau kekautan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai model pengembangan diri lebih lanjut. 1
Hallen, A. Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 1 Abu Ahmadi dan Ahmad Royani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 1. 2
18
19 Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungannya, baik lingkungan sosial, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai lingkungan tersebut secara positif dan dinamis. Menurut Crow dan Crow yang dikutip oleh H.M Umar dan Sartono, “guidance” dapat diartikan sebagai: “bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dari pendidikan yang memadaikepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya, membuat pilihannya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.” 3 Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan adalah: 1. Bimbingan merupakan suatu proses membantu individu. 2. Bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus. 3. Bantuan yang diberikan adalah bantuan psikologis agar individu dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan potensi kemampuannya. 4. Tujuan utama bimbingan adalah agar individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. 5. Untuk pelaksanaan bimbingan diperlukan petugas yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam permasalahan bimbingan dan konseling. Jadi, pengertian bimbingan secara luas adalah suatu proses pemberian yang terus menerus dan sistematis kepada individu di dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk dapat 3
M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm. 25.
20 memahami dirinya, kemampuan untuk dapat merealisasikan kemampuan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Secara umum istilah bimbingan dan konseling merupakan kalimat yang sukar untuk dipisahkan keduanya merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Guidance and Counseling. Counseling adalah “Suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (Counselor) membantu yang lain (Counselee) supaya ia dapat lebih memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapi waktu itu dan waktu yang akan datang.” 4 Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan dan tatap muka antara guru pembimbing dengan klien dengan tujuan agar klien mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal. Dan harus diingat bahwa dalam rangka usaha pemberian bimbingan atau bantuan melalui kegiatan konseling merupakan bagian yang amat penting dan dinyatakan sebagai jantung dari usaha bimbingan secara keseluruhan. 4
I. Djumhur dan Moh. Surya, 1981. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV Ilmu, 1981), hlm. 11.
21 2. Fungsi Bimbingan dan Konseling Pentingnya pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat dilihat dari beberapa fungsi Bimbingan dan Konseling bagi perkembangan pribadi siswa sebagai makhluk sosial yang senantiasa bersosialisasi dengan masyarakat baik di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, bahwa Bimbingan dan Konseling dalam membantu individu memiliki fungsi pemahaman, Preventif (pencegahan), Pengembangan, Perbaikan (penyembuhan), Penyaluran, Adaptasi, dan Penyesuaian. 5 Lebih lanjut, Paimun menjelaskan Bimbingan dan Konseling di sekolah memiliki beberapa fungsi, antara lain: Fungsi pengembangan, yaitu membantu
siswa
dalam
mengembangkan
potensi
(bakat,
minat,
kemampuan), dan w awasan, ilmu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai luhur serta keterampilan agar dapat berkembang secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan masyarakat. Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-citanya. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstrakurikuler, dan lapangan yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadian. Fungsi perbaikan, yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam cara berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap diri sendiri maupun pada orang lain. Termasuk perbaikan dalam cara berpikir, cara merasa, cara merespon sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran, pekerjaan, musibah atau kasus yang menimpa atau dialami siswa. 5
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. Ke-2, hlm. 15-16.
22 Fungsi pencegahan, yaitu membantu siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih lanjutan pendidikan (sekolah, memilih jurusan, memilih program sekolah, dan sebagainya). Pencegahan juga dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih pekerjaan (jabatan) dalam masyarakat. Fungsi ini juga berguna untuk mencegah terjadinya salah suai (mal-adjusment) siswa baik terhadap diri sendiri, orang lain (masyarakat) dalam pekerjaan. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa memperoleh kemajuan dalam perkembangan secara optimal. Penyesuaian disini meliputi penyesuaian dengan orang lain, dengan dirinya sendiri, dengan program studi atau jurusan, dengan lanjutan sekolah dengan kondisi dan situasi dimana siswa berada dan penyesuaian dengan jabatan apabila ia telah memperoleh pekerjaan. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi yang membantu staf sekolah khususnya guru, untuk menyesuaikan program pengajaran dan program bimbingan kepada kebutuhan dan tingkat perkembangan serta aspirasi siswa. 6 Sebagaimana tujuan diadakannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah agar siswa mencapai perkembangan optimal, potensi-potensi dalam dirinya yang bersifat dapat berkembang semestinya, serta mencapai kematangan diri yang sempurna. Maka fungsi Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu siswa dalam menjalani proses perkembangan yang kadang berupa permasalahan-permasalahan baru yang belum pernah dihadapi oleh siswa. Tidak jarang siswa merasa kebingungan dan
6
Paimun, Sari Perkuliahan Bimbingan dan Konseling (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005), hlm. 14-15.
23 membutuhkan bantuan dari orang yang lebih tahu cara penyelesaian masalah yang dihadapi tersebut. 3. Prinsip Bimbingan dan Konseling Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip di sini adalah hal-hal yang dapat menjadi pegangan didalam proses bimbingan dan penyuluhan, seperti halnya
dalam
memberikan
pengertian
mengenai
bimbingan
dan
penyuluhan, maka di dalam mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan ini masing-masing para ahli mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri untuk meletakkan titik berat permasalahannya, untuk memberikan bukti tersebut akan diuraikan beberapa pendapat mengenai hal tersebut: Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber. Untuk itu penulis akan mengemukakan sejumlah prinsip
bimbingan dan konseling
yang
dirumuskan oleh Prayitno dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (1997) bahwa prinsip-prinsip bimbingan konseling menyangkut empat prinsip yaitu: a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu sebuah bimbingan dan konseling yang melayani semua individu tanpa membedakan satu sama lain dengan beraneka ragam tingkah laku individu yang unik dan dinamis. b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu, yaitu bimbingan konseling yang memperhatikan kondisi mental individu karena disebabkan adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
24 c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan, yaitu sebuah program bimbingan konseling yang harus diselaraskan dengan program pendidikan dimana program tersebut harus fleksibel dengan kebutuhan individu. d. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan, yaitu suatu bimbingan konseling diharapkan dapat mengembangkan individu yang akhirnya siswa tersebut mampu mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi melalui bantuan dari guru pembimbing dan orang tua. 7 Dari prinsip-prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing yang telah memahami secara benar dan mendasar prinsipprinsip dasar bimbingan konseling tersebut akan dapat menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktek pemberian layanan bimbingan dan konseling. 4. Asas Bimbingan dan Konseling Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. 8 Ada beberapa asal dalam bimbingan dan konselungm yaitu: a. Asas Kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan
7
Hallen, Op .Cit., hlm. 64. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), cet. I, hlm. 115. 8
25 mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama penerima bimbingan klien sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien. b. Asas Kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara suka rela menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas. c. Asas Keterbukaan Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saransaran dari luar, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. d. Asas Kekinian Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan.
26 e. Asas Kemandirian Pelayanan
bimbingan dan konseling
bertujuan
menjadikan
si
terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor.9 5. Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan bimbingan dan konseling sebenarnya sudah dapat dilihat dari pengertian bimbingan konseling itu sendiri, yaitu untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Untuk lebih jelasnya Singgih D. Gunarsa mengemukakan beberapa uraian mengenai tujuan pelaksanaan bimbingan di sekolah meliputi anak didik, sekolah, guru dan orang tua murid, yaitu: a. Dalam hal melayani anak didik di sekolah, seorang pembimbing dapat berbuat berbagai usaha membantu anak didik: 1) Membantu dalam memahami tingkah laku orang lain. 2) Membantu anak supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial. 3) Membantu anak didik untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat. b. Pada umumnya pelayanan bimbingan di sekolah meliputi tugas-tugas: 1) Mengumpulkan dan menyusun data-data mengenai anak didik, yang meliputi hasil-hasil tes. 2) Mengadakan penelitian terhadap anak didik dan keluarga dari anak yang memerlukan bantuan pembimbing. 3) Menyelenggarakan program testing untuk seleksi masuk bagi caloncalon murid. 9
Prayitno dan Erman Amti, Ibid. hlm. 116-120.
27 c. Pelayanan bimbingan bagi guru, selain dalam bentuk penataran, dapat juga dalam bentuk pemberian bantuan sebagai berikut: 1) Membantu keseluruhan program pendidikan dengan meneliti dan mengenai kebutuhan-kebutuhan anak didik. 2) Membantu dalam mengenai pentingnya ketertiban diri dalam program pendidikan. d. Pelayanan bimbingan bagi orang tua murid Dalam rangka bimbingan anak didik, pembimbing mengundang orang tua dengan tujuan: 1) Membantu memberikan pengertian tentang program pendidikian pada umumnya. 2) Dengan mengundang orang tua anak didik, maka ingin diberikan bantuan dalam membina hubungan yang lebih baik antara keluarga dan sekolah, terutama dalam masalah belajar anak didik. 10 Dari tujuan-tujuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan penyuluhan dapat tercapai dan pelayanannya dapat dilaksanakan dengan efektif, apabila ada kerjasama yang baik antara kepala sekolah, konselor, wali kelas, guru pembimbing, staf pengajar, orang tua murid dan anak didik. 6. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen (bagian) dari keseluruhan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, atau lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai strategi dasar sebagai tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan/pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yang bersangkutan yang memiliki masalah. 10
Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995), cet. Ke-8, hlm. 30.
28 Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pelaksanaan bimbingan konseling ialah suatu proses pemberian bantuan/pelayanan kepada siswa pada setiap jenjang sekolah, dengan memperhatikan kemungkinankemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi siswa dalam rangka mengembangkan pribadinya secara optimal. Sehingga siswa dapat memahami tentang diri, mengarahkan diri, serta perilaku, atau bersikap sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Bantuan mana yang diberikan dengan melalui cara-cara yang efektif yang bersumberkan pada ajaran agama serta nilai-nilai agama yang ada pada diri pribadinya. 11 7. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pembahasan mengenai bidang pelayanan Bimbingan dan Konseling berarti membahas bentuk pemberian bantuan kepada individu yang membutuhkan bantuan tersebut. Permasalahan yang dihadapi individu berbeda-beda, hal ini mempengaruhi pemberian bantuan yang berbedabeda pula. Adapun bidang pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, menurut Tohirin adalah: a. Bidang Pengembangan Pribadi b. Bidang Pengembangan Sosial c. Bidang Kegiatan Belajar d. Bidang Pengembangan Karir e. Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga f. Bidang Pengembangan Kehidupan Beragama. 12 11
Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya (Jakarta: CV Rajawali, 1985), Cet. 1, hlm. 11. 12 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 123.
29 8. Teknik Bimbingan dan Konseling Menurut I Djumhur dan Moh. Surya dalam bukunya bimbingan dan penyuluhan di sekolah mengatakan “bahwa teknik bimbingan memerlukan pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan secara kelompok dan pendekatan secara individu.” 13 Pendekatan secara kelompok disebut juga group guidance dan pendekatan secara individu disebut individu counseling. Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan yang begitu penting sehingga sering disebut “jantung” atau “hati” dari bimbingan. Apabila dua orang sedang melakukan wawancara belum tentu dikatakan sebagai konseling jika tidak memenuhi syarat-syarat yang ada pada konseling, antara lain: a. Konseling biasanya meliputi langkah-langkah tertentu yaitu usaha mengenal masalah, latar belakang dan kehidupan orang tersebut, agar pertolongan yang diberikan sesuai dengan masalah dan kebutuhannya. b. Keterlibatan dan tanggung jawab bersama, hal ini berarti konselor dan klien harus bekerja sama dalam memahami dan mencari jalan keluar dari persoalan tersebut. c. Peranan emosi dalam konseling, biasanya dalam melakukan konseling klien harus dapat mengendalikan emosinya agar masalahnya dapat diselesaikan. d. Klien merasa sadar bahwa dia membutuhkan pertolongan dari seseorang untuk menyelesaikan masalahnya. 14
13 14
I. Djumhur dan Moh. Surya, Op.cit., hlm. 106. Kartini Kartono, op.cit., hlm. 140..
30 Pada umumnya teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan yaitu pendekatan secara kelompok dan pendekatan secara individual. a. Bimbingan Kelompok Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok murid dalam memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual sebagai anggota kelompok. Dengan demikian penyelenggaraan bimbingan kelompok dimaksudkan dapat membantu mengatasi masalah bersama atau
membantu
individu
yang
menghadapi
masalah
dengan
menempatkan dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut I Djumhur dan Moh. Surya dalam bukunya bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, yakni: 1) Home room program (program home room), yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru-guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. 2) Karyawisata/field trip Karyawisata atau field trip di samping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Dengan karyawisata murid mendapat kesempatan meninjau obyek-obyek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari obyek itu. Siswa
31 juga mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok. 3) Diskusi kelompok Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. 4) Kegiatan kelompok Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dalam bimbingan karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok. Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya juga dapat mengembangkan rasa tanggung jawab. 5) Organisasi Murid Organisasi murid baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah, dapat merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid dalam organisasi murid dapat mengembangkan bakat kepemimpinan di samping menumpuk rasa tanggung jawab dan harga diri.
32 6) Sosiodrama Dalam kesempatan ini individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya, dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya. 7) Psikodrama Jika sosiodrama merupakan teknik untuk memecahkan masalahmasalah sosial, maka psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. 8) Remedial teaching Remedial teaching
atau
pengajaran remedial
yaitu
bentuk
pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid.15 b. Bimbingan Individu Bimbingan secara individual biasanya disebut konseling atau penyuluhan. Dengan penyuluhan, seorang konselor memberikan bantuan dengan komunikasi langsung, hubungan empat mata antar dua pribadi, melalui percakapan dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Dalam melaksanakan penyuluhan, konselor sedapat mungkin bersikap simpatik dan penuh pengertian. Konselor sebaiknya
15
I. Djumhur dan Moh. Surya, Op. cit, hlm. 106-108.
33 turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang akan diberikan konseling. Seorang konselor perlu bersikap seperti itu, supaya orang yang bersangkutan dapat menaruh kepercayaan penuh terhadap konselor dan dengan demikian memungkinkan keberhasilan penyuluhan tersebut. Ada 3 macam penyuluhan: 1) Konseling yang langsung (Directive Counseling) Pada penyuluhan ini konselor mengambil peranan penting dan berusaha memberi pengarahan yang sesuai dengan penyelesaian masalahnya. Konselor seolah-olah menjadi pusatnya dalam proses penyelesaian masalah. 2) Konseling yang tidak langsung (Non-directive Counseling) Sebagai kebalikan dari directive counseling maka non-directive counseling menempatkan si penerima konseling dalam posisi pusat penyuluhan. Si penerima menjadi pusat daripada tindakan-tindakan dan proses penyuluhan ini. Konselor hanya mendengarkan, menampung pembicaraan, sedangkan yang diberi konseling mengambil peranan aktif, berbicara bebas. 3) Konseling eklektic (Eclectic Counseling) Adalah campuran dari directive dan non-directive counseling. Pada eclectic counseling, konselor menampung pembicaraan dan penyaluran semua perasaan kekesalan di samping konselor juga memberikan
pengarahan
pemecahan persoalannya. 16
16
Singgih D. Gunarsa, Op.cit, hlm. 44-45.
dalam
mencari
dan
menemukan
34 B. Kedisiplinan 1. Pengertian Kedisiplinan Menurut bahasa, disiplin adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan sebagainya); ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. 17 Menurut Hadari Nawawi, disiplin diartikan bukan hanya sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar setiap orang melaksanakan peraturan atau kehendak kelompok orang-orang tertentu yang disebut pimpinan.18 Kadir menyatakan bahwa “Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien”. 19 Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah “Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok”. Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, di samping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri. 20 Sementara menurut Arikunto, “Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya”. 21
17
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 208. 18 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1990), hlm.. 128. 19 Kadir. Penuntun Belajar PPKN (Bandung: Pen Ganeca Exact. 1994), hlm. 80. 20 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 2002), hlm. 12 21 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 114.
35 Dari pengertian tentang disiplin tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu unsur moralitas seseorang yang menekankan pada peraturan dan tata tertib dalam prinsip-prinsip keteraturan, pemberian perintah, larangan, pujian dan hukuman dengan otoritas atau paksaan untuk mencapai kondisi yang baik. 2. Pentingnya Kedisiplinan Dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa, guru sebagai pendidik harus bertanggungjawab untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi tauladan, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan dalam peserta didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya c. Menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai
alat
untuk
menegakkan disiplin. 22 Dengan disiplin, anak didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara tugas-tugas sekolah.23 Hanya dengan menghormati aturan sekolah anak belajar menghomati aturan-aturan
umum
lainnya,
belajar
mengembangkan
kebiasaan
mengekang dan mengendalikan diri semata-mata karena ia harus mengekang dan mengendalikan diri. Jadi, inilah fungsi yang sebenarnya dari disiplin. Ia bukan sekedar prosedur sederhana yang dimaksudkan 22
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi) (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 109. 23 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 134.
36 untuk membuat anak bekerja dengan merangsang kemauannya untuk mentaati instruksi, dan menghemat tenaga guru. Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik anak perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan. Disiplin perlu dalam mendidik anak supaya dapat: a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian social secara mendalam dalam dirinya. b. Mengerti dengan segera menurut untuk menjalankan apa yang menjadi kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan-larangan yang harus ditinggalkan. c. Mengerti dan dapat membedakan tingkah laku yang baik dan tingkah laku yang buruk d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya peringatan dari orang lain. 24 3. Tujuan Perilaku Disiplin Perilaku
disiplin
adalah
kemampuan
seorang
anak
untuk
menyeimbangkan antara pola pikir dan pola tindakan dikarenakan adanya situasi dan kondisi tertentu dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan di mana individu berada. 25 Tujuan perilaku disiplin pada anak: a. Secara umum: membentuk perilaku sedemikian hingga akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya atau tempat individu itu diidentifikasi. 24
Singgih D.Gunarsa & Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm. 136. 25 Depdiknas, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kebiasaan di Taman Kanak-kanak. (Jakarta:Ditjen Manajemen Dikdasmen, Dir Bina TK dan SD. 2007), hlm. 11.
37 b. Jangka pendek: Membuat anak terlatih dan terkontrol perilakunya dengan membelajarkan pada anak tingkah lakuyang pantas dan tidak pantas atau yang masih baru/asing bagi mereka. c. Jangka panjang: melatih pengendalian diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengendalikan diri sendiri tanpa terpengaruh dan pengendalian dari luar.26 Beberapa alasan kedisiplinan perlu diterapkan pada anak, yaitu: a. Mengontrol tingkah laku anak (mengatur diri sendiri). b. Menjaga anak dari bahaya baik bagi dirinya ataupun orang lain. c. Menghindarkan diri anak dari kesalahan pahaman. d. Membuat anak disenangi karena dapat berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat di mana anak berada. e. Menyadarkan anak anak bahwa iamampu menyelesaikan masalahmasalahnya sendiri dan diharuskan melakukan apa yang kita tentukan. f. Melalui disiplin anak belajar bertingkah laku yang menimbulkan pujian, ia akan melihat ini sebagai indikasi dari cinta dan penerimaan g. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara-suara halus di dalam diri yang membantunya dalam membuat keputusan dan mengendalikan tingkah laku. 27 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Karena kedisiplinan bukan sikap yang muncul dengan sendirinya, maka agar seorang anak dapat bersikap disiplin perlu adanya pengarahan dan bimbingan. Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah:
26 27
Ibid. Ibid.
38 a. Faktor dari dalam (Intern) Faktor dari dalam ini berupa kesadaran diri yang mendorong seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya. b. Faktor dari luar (Ekstern) Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 1) Lingkungan Keluarga Faktor keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat
kedisiplinannya.
Karena keluarga di sini
merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi. Keluarga sebagai lingkungan pertama kali sebelum anak mengenal dunia yang lebih luas, maka sikap dan perilaku seisi keluarga terutama kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan kedisiplinan pada anak dan juga serta tingkah laku orang tua dan anggota keluarga lainnya akan lebih mudah dimengerti anak apabila perilaku tersebut berupa pengalaman langsung yang bisa dicontoh oleh anak. 2) Lingkungan Sekolah Selain lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku siswa termasuk kedisiplinannya, di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan siswa lain, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada di lingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan
39 perkataan guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa akan masuk dan meresap ke dalam hatinya. 3) Lingkungan Masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku anak setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah. Pada awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah itu seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Karena masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi disiplin anak, terutama pada pergaulan dengan teman sebaya, maka orang tua harus senantiasa mengawasi pergaulan anak-anaknya agar senantiasa tidak bergaul dengan orang yang kurang baik. 28 5. Kedisiplinan Menurut Islam Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu bersikap disiplin dan memerlukan aturan-aturan atau tata tertib agar segala tingkah laku berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Sikap disiplin juga diajarkan dalam agama Islam melalui hadits, sabda Nabi saw: “Amal apakah yang paling
dicintai oleh
Allah? Rasul
menjawab: shalat
tepat
pada
waktunya, kemudian apalagi? Rasul menjawab: berbakti kepada kedua orang tua, kemudian apalagi? Rasul menjawab: jihad di jalan Allah. 29 Berdasarkan hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya bagi kita sehingga apabila kita tidak dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka waktu itu akan membuat kita sendiri sengsara. Oleh karena itu kita hendaknya menggunakan waktu seefesien mungkin. Kita
28
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Anak (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004) h. 45-51. 29 Al Imam Abdillah bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhori., Shahih Bukhori (Beirut: Libanon, Darul Kutub, t.th.), hlm. 91.
40 diperintahkan untuk tepat waktu termasuk tepat waktu dalam belajar yang sangat penting bagi siswa. Islam juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap peraturan Allah yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Huud ayat 112, yang artinya: “Maka tetaplah pada jalan Allah yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat serta janganlah kamu melampui batas. Sesungguhnya Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”. 30 Ayat tersebut menunjukkan disiplin bukan hanya tepat waktu saja, tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada, melaksanakan yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Dalam surat Jumu’ah ayat 9-10 lebih ditegaskan mengenai kedisiplinan dalam hidup. “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS Al Jumu’ah 62: 9-10). Ayat di atas menegaskan bahwa kedisiplinan perlu ditegaskan baik untuk urusan shalat Jumat (akherat) maupun urusan perdagangan (dunia). Setiap tindakan baik untuk urusan akherat maupun urusan dunia harus ditunaikan dengan sikap penuh kesungguhan dan kedisiplinan. Apabila seseorang atau segolongan tidak mempunyai sikap disiplin maka akan merugikan dirinya sendiri atau kelompoknya. Disiplin pribadi dibutuhkan sebagai sifat dan sikap terpuji yang menyertai kesabaran, ketekunan, kesetiaan dan sebagainya. Orang yang tidak punya disiplin pribadi sangat sulit untuk mencapai tujuan, maka sikap disiplin mempunyai kewajiban untuk membina melalui latihan mawas diri dan pengendalian 30
Depag RI, Al Quran dan Terjemahan (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur;an, Depag RI, 1984), hlm. 344.
41 diri. Maka dalam hal ini seorang siswa harus memiliki sikap disiplin pribadi dalam belajarnya supaya dapat berhasil. Sikap disiplin pribadi seorang siswa dalam belajarnya baik teratur waktu belajarnya maupun mengerjakan tugas serta mentaati peraturanperaturan sekolah. Dalam hal ini seorang siswa hendaknya memiliki self-discipline apabila seorang anak berhasil memindahkan nilai-nilai moral yang bagi orang Islam terkandung dalam rukun iman. Iman itu berfungsi bukan hanya sebagai penggalak tingkah laku kalau berhadapan dengan nilai-nilai positif yang membawa kepada nilai keharmonisan dan kebahagiaan. 6. Usaha-usaha untuk Meningkatkan Kedisiplinan Latihan untuk mendisiplinkan diri sebetulnya harus dilakukan secara terus menerus kepada anak didik. Upaya ini benar-benar merupakan suatu cara yang efektif agar anak mudah mengerti arti penting kedisiplinan dalam hidup. Anak diajari dengan konsekuensi logis dan konsekuensi alami dari perbuatannya. Berbagai umpan balik layak diberikan kepada si anak, baik secara lisan maupun tindakan.31 Ada beberapa hal yang mempengaruhi disiplin moral ini antara lain: a. Berkurangnya tokoh panutan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjadi teladan dalam sikap dan perilakunya, baik dalam kehidupan pribadi, keluargamaupun kehidupan sosialnya. b. Dunia pendidikan kita lebih memperhatikan intelektualisasi nilai-nilai agama dan moral namun mengesampingkan internalisasi nilai. c. Melemahnya sanksi terhadap pelanggaran, baik yang berupa sanksi moral, sanksi sosial maupun sanksi judisial. 31
Fuat Nashori, Potensi-potensi Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 149.
42 d. Pengaruh jelek dari kebiasaan dan kebudayaan luar yang dengan leluasa masuk di negara kita tanpa ada penyaringan. 32 Ada beberapa langkah untuk mengembangkan disiplin yang baik kepada siswa: a. Perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur dan menentukan konsekuensi untuk aturan yang dilanggar. b. Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan c. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian. Hal ini menuntut guru untuk dapat mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. d. Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul. 33 Kedisiplinan bukanlah sikap yang muncul dengan sendirinya, tetapi disiplin terbentuk melalui sebuah proses. Adapun usaha-usaha yang merupakan proses dalam meningkatkan kedisiplinan adalah sebagai berikut: a. Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kesadaran diri akan menjadi motif yang kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. b. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan atas peraturanperaturan yang mengatur perilaku seseorang. Hal ini sebagai lanjutan diri adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar dirinya sebagai usaha untuk mendorong dan menekan agar disiplin dilaksanakan pada diri seseorang, sehingga peraturan-peraturan yang ada dapat diikuti dan dipraktikkan. 32
Muhammad Tolhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lantabora Press, 2003), hlm. 154-155. 33 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 303.
43 c. Teladan, perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya dibandingkan hanya sekedar dengan kata-kata. Oleh karena itu contoh dan teladan disiplin kepala sekolah dan para guru sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan pada siswa. Mereka lebih mudah meniru dari apa yang mereka lihat, dibandingkan hanya sekedar mendengar. Lagi pula hidup banyak dipengaruhi oleh peniruan-peniruan terhadap apa yang dianggapnya baik dan patut ditiru. d. Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. e. Lingkungan Berdisiplin, lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Bila seorang anak berada pada lingkungan yang berisiplin, kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang disiplin. f. Latihan Berdisiplin, disiplin dapat juga dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan. Artinya, mempraktikkan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakan dalam perilakunya sehari-hari. Dengan latihan dan membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk pada diri siswa. Menurut Arikunto, ciri-ciri kedisiplinan siswa dapat dilihat dalam 3 aspek yaitu: a. Aspek disiplin siswa di lingkungan keluarga, Disiplin keluarga adalah peraturan di rumah atau dalam hubungan dengan anggota keluarga. Aspek ini, meliputi: 1) Mengerjakan tugas sekolah di rumah 2) Mempersiapkan keperluan sekolah di rumah
44 b. Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah Disiplin sekolah adalah peraturan sewaktu di lingkungan sekolah. Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi: 1) Sikap siswa di kelas 2) Kehadiran siswa 3) Melaksanakan tata tertib di sekolah. c. Aspek disiplin siswa di lingkungan pergaulan Peraturan itu juga mengatur tingkah laku kelompok. Peraturan di sini mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompoknya. Aspek disiplin siswa di lingkungan pergaulan, meliputi: 1) Yang berhubungan dengan pinjam meminjam 2) Yang berhubungan dengan disiplin waktu. 34 7. Indikator kedisiplinan Dari ciri-ciri kedisiplinan menurut Arikunto di atas, maka dapat diambil tujuh indikator kedisiplinan sebagai berikut: a. Mengerjakan tugas sekolah di rumah Jika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru siswa selalu mengerjakannya di rumah secara individu maupun kelompok. b. Mempersiapkan keperluan sekolah di rumah Setiap
sore
atau
malam
hari
siswa
selalu
mempersiapkan
perlengkapan belajar misalnya buku tulis, buku paket,dan alat tulis yang akan dibawa ke sekolah.
34
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 270.
45 c. Sikap siswa di kelas Saat guru menerangkan
materi
pelajaran
maka
siswa
memperhatikannya dan tidak membuat kegaduhan dalam kelas serta jika ada tugas dari guru maka siswa akan langsung mengerjakannya. d. Kehadiran siswa Siswa tidak terlambat pada saat pembelajaran akan dimulai maka siswa akan datang ke kelas lebih awal dan siswa tidak membolos pada saat pembelajaran dimulai, e. Melaksanakan tata tertib di sekolah Siswa membiasakan diri berangkat lebih awal sebelum bel masuk sekolah berbunyi, dan jika tidak
masuk sekolah maka siswa akan
membuat surat izinnya agar diketahui oleh guru serta siswa akan meninggalkan sekolah setelah bel pulang berbunyi. f. Yang berhubungan dengan pinjam meminjam Yang berhubungan dengan pinjam meminjam maksudnya adalah siswa akan meminjam buku catatan milik temannya karena merasa buku catatan miliknya kurang lengkap dan akan mengembalikannya dengan tepat waktu. g. Yang berhubungan dengan pemanfaatan waktu Siswa membiasakan diri membuat jadwal atau rencana belajar agar belajar bisa teratur dan pada saat waktu luang digunakan untuk belajar.35
35
Ibid.