19
BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA
A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.1 a. Makna Bimbingan Seperti telah disebutkan di atas bahwa, istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya “giude” memiliki beberapa arti: menunjukkan jalan, memimpin, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberi nasihat. Istilah “guidance” juga diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan kata “guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologi, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan atau pertolongan. Akan tetapi, tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Bantuan, tuntunan atau pertolongan yang bermakna bimbingan
1
Hellen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 2,
19
20
konteksnya sangat psikologis. Selain itu, bantuan atau pertolongan yang bermakna bimbingan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Ada tujuan yang jelas untuk apa bantuan itu diberikan 2) Harus terencana (tidak insidentil atau asal-asalan) 3) Berproses dan sistematis (melalui tahapan-tahapan tertentu) 4) Menggunakan cara-cara atau pendekatan-pendekatan tertentu 5) Dilalukan oleh orang ahli (memiliki pengetahuan tentang bimbingan) 6) Dievaluasi untuk mengetahui hasil dari pemberian bantuanm tuntunan atau pertolongan.2 Moh Surya menyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga dan masyarakat.3 Selanjutnya Prayitno dan Ermananti mengutip pendapat Crow & Crow menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.4
2
Prayitno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 93. 3 Ibid., hlm. 94. 4 Ibid., hlm. 94.
21
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing
yang
telah
dipersiapkan
kepada
individu
yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. b. Makna Konseling Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti yaitu nasihat, anjuran dan pembicaraan. Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberi nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari bimbingan. Konseling juga merupakan salah satu teknik dalam bimbingan. Konseling merupakan inti dalam bimbingan. Ada yang menyatakan bahwa konseling merupakan “jantungnya” bimbingan. Sebagai kegiatan ini atau jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada apabila tidak dilakukan konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi mengutip Natawidjaja mendefinisikan bahwa
pendapat Rochman
konseling merupakan hubungan
timbal balik antara dua individu, di mana seorang (konselor) berusaha
22
membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Lebih lanjut Prayitno mengemukakan bahwa konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human (manusiawi) yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.5 Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraaan hidupnya.6 Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuanyang dilakukan oleh orang yang ahli untuk mencari penyelesaian masalah. Proses ini dilakukan secara langsung dan berkelanjutan sampai individu mencapai penerimaan, pemahaman dan pengentasan pada masalah yang dicapainya. Disekolah, bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada peserta didik agar dapat mengembangkan dirinya secara penuh.7
5
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 21. 6 Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling (Studi dan Karir) (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2004), hlm. 7. 7 Endang Artiati Suheti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 6.
23
Pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana di atas juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28/1990. Dalam PP tersebut, yakni pasal 25 ayat 1 disebutkan, “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenali lingkungan dan merencanakan masa depan. 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling a. Tujuan umum Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 1989 (UU No. 2/1989) yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tangugung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b. Tujuan khusus Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karier. Bimbingan pribadisosial dimaksudkan untuk mencapa tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar di maksudkan untuk mencapai
24
tujuan dan perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.8 3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Dalam bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing perserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsifungsi tersebut antara lain: a. Fungsi pemahaman Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan perkembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini meliputi: 1) Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua , guru pada umumnya dan guru pembimbing 2) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk didalamnya lingkunga keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing 3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan dan informasi sosial dan budaya/ nilai-nilai), terutama oleh peserta didik
8
Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 28-29.
25
b. Fungsi pencegahan Melalui
fungsi
ini,
pelayanan
bimbingan
dan
konseling
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga
mereka
terhindar dari
berbagai masalah
yang dapat
menghambat perkembanagannya. Berdasarkan fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan kepada setiap siswasebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan program bimbingan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa dapat dihindari.9 c. Fungsi pengentasan Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti islatilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha
membantu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya. Pelayanan dan pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan ini dapat bersifat perorangan ataupun konseling kelompok.
9
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 39.
26
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.10 e. Fungsi advokasi Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.11 4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan yang harus diikuti dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Pada umumnya, rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berkenaan dengan:
10
Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jogjakarta, Diva Press, 2010), hlm. 60. 11 Hellen A, op.cit., hlm. 56.
27
a. Sasaran layanan: 1) Melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama dan status sosial ekonomi 2) Mengoptimalkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri 3) Memerhatikan tahapan perkembangan individu 4) Memerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan bimbingan dan konseling b. Masalah individu 1) Setiap tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian di rumah, di sekolah serta kaitannya dengan kontrak sosial dan pekerjaan 2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan politik kurang menguntungkan12 c. Program pelayanan bimbingan dan konseling 1) Program
bimbingan konseling diselaraskan dengan program
pendidikan dan pengembangan diri peserta didik 2) Program bimbingan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan 3) Program bimbingan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu
12
Prayitno dan Ermananti, op. cit., hlm. 219-220.
28
4) Program bimbingan konseling perlu memberikan penilaian hasil layanan d. Permasalahan yang dialami individu (klien) 1) Menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar. 2) Timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya e. Tujuan dan pelaksanaan pelayanan BK 1) Pelayanan diarahkan untuk pengembanagan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri 2) Permasalahan individu ditangani oleh tenaga ahli/ profesional yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi 3) Perlu ada kerjasama dengan personal sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berwewenang dalam permasalahan individu 4) Pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atas kemauan sendiri 5) Proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan13
13
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 15.
29
5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Menurut Slameto yang dikutip oleh Tohirin membagi asas-asas bimbingan dan konseling menjadi dua bagian, yaitu: 1) Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa a) tiap-tiap siswa mmepunyai kebutuhan Setiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis). Pada umumnya, apabila kebutuhan tingkah laku individu tidak tercapai akan menimbulkan kecemasan dan kekecewaan sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku menyimpang. Guru bimbingan dan konseling harus bisa memahami berbagai kebutuhan siswa sehingga pelayanan bimbingan dan konseling dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis. b) ada perbedaan di antara siswa Setiap siswa mempunyai karateristik yang berbeda-beda baik fisik maupun psikis dan berbeda pula dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari pembimbing atau konselor di sekolah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karateristik pribadinya masing-masing.
30
c) tiap-tiap siswa ingin menjadi dirinya sendiri Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dapat mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau konselor tidak boleh mengarahkan perkembangan siswa ke arah yang mereka inginkan. Dalam kaitannya peran siswa, pelayanan harus diarahkan agar menjadi “baik” menurut ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri. d) tiap-tiap siswa mempunyai dorongan untuk menjadi matang Pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah harus berorientasi kepada kematangan kejiwaan, emosi dan sosial sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan kecenderungankecenderungannya. e) tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya Tidak ada siswa yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula yang tidak ingin masalahnya dapat terselesaikan. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai dorongan untuk memecahkan masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil. Pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-maslah yang dihadapi dalam hidupnya.14
14
Tohirin., Op. Cit, hlm. 85-87.
31
2) Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan Menurut prayitno ada dua belas asas yang berhubungan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling yang menjadi dasar dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut: a) Asas kerahasiaan Asas ini dikatakan sebagai asa kunci dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas kerahasiaan dapat menimbulkan rasa aman dalam diri klien. Disamping itu, asas ini juga akan menghilangkan kekhawatiran klien terhadap adanya keinginan konselor/guru pembimbing untuk menyalahgunakan rahasia dan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sehingga merugikan klien. Demikian pula catatan-catatan yang dibuat sebelum atau sesudah wawancara dalam konseling, perlu disimpan dengan baik dan kerahasiaannya dijaga dengan cermat oleh konselor. b) Asas kesukarelaan Kegiatan bimbingan dan konsleing diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan kliennya (siswa). Kerjasama akan terjalin bilamana klien dapat dengan suka rela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.
32
c) Asas keterbukaan Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor/ guru pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan klien merupakan pertemun batin tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya asas ini dapat menimbulkan kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya. Konselor yang sukses memudahkan klien untuk membuka dirinya dan berusaha untuk memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.15 d) Asas kekinian Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi pada masalah yang sedang dirasakan klien (siswa) saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi dalam proses bimbingan dan konseling adalah yang dirasakan oleh siswa, bukan masalah yang sudah lampau juga masalah yang akan datang. Dalam penanggulangan masalah siswa, masa lalu dan yang akan datang menjadi latar belakang dan latar depan masalah. Asas ini juga mengandung makna bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila klien meminta bantuan makan konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor
15
Hellen A, op. cit., hlm. 62-63.
33
hendaklah lebih mementingkan kepentingan klien daripada yang lainnya. e) Asas kemandirian Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaklah bisa mandiri tidak tergantung kepada orang lain dan kepada konselor. Ciri-ciri kemandirianpada siswa yang telah dibimbing adalah: (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya, (2) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu, (5) mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan profesi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. Menentukan kemandirian dengan ciri-ciri di atas harus disesuakan dengan tingkat perkembangan siswa. f) Asas kegiatan Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang berarti apabila klien tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling.
Konselor harus
dapat membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses bimbingan.
34
g) Asas kedinamisan Proses bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada klien yaitu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan yang tidak sekedar mengulang-ulang, hal-hal yang lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan atau sesuatu yang lebih maju dan dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki. h) Asas keterpaduan Proses bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian klien. Selain keterpaduan pada klien, juga harus terpadu dalam isi dan proses layanan yang diberikan. Asas keterpaduan menuntut konselor memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. i) Asas kenormatifan Proses bimbingan dan konsleing tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh proses konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula prosedur, terknik dan peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
35
j) Asas keahlian Pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian (memiliki pengetahuan dan ketrampilan) tentang bimbingan dan konseling. Asas ini mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling. k) Asas alih tangan Apabila konselor telah mengerahkan segenap kemampuan untuk membantu klien (siswa), tetapi siswa yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan maka konselor dapat mengirim siswa yang bersangkutan kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Asas ini juga bermakna bahwa konselor dalam memberikan pelayanan
bimbingan
dan
konseling
jangan
melebihi
batas
kewenangannya. l) Asas tut wuri handayani Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah. Bimbingan
dan
konseling
hendaknya
dirasakan
adanya
dan
manfaatnya sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, konselor menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif. Asas ini juga memberikan makna bahwa untuk bisa menjadi pemecah maslah yang
36
efektif dan bisa dicontoh (diteladani) oleh klien, konselor harus memulai dari diri sendiri (ifda’ bi nafsik).16 6. Bidang Bimbingan dan Konseling Bidang bimbingan dan konseling dibedakan menjadi empat, yaitu: a. Bimbingan pengembangan kehidupan pribadi Bimbingan pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan dalam kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karateristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistis. b. Bimbingan pengembangan kehidupan sosial Bimbingan pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. c. Bimbingan kemampuan belajar Bimbingan kemampuan belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/ madrasah dan belajar.
16
Tohirin, op. cit., hlm. 90-95.
37
d. Bimbingan karier Bimbingan karier yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karier.17 7. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Sukiman menyebutkan ada sembilan jenis layanan bimbingan dalam BK pola 17 plus yaitu: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konsleing perorangan, bimbingan dan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi. a. Layanan orientasi Layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada sesorang dalam mengenal lingkungan baru. Layanan ini bertujuan agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Bagi peserta didik, layanan ini bertujuan agar peserta didik mendapatkan informasi tentang lingkungan pendidikan sekolah yang baru dimasukinya, sehingga peserta didik tersebut bisa segera menyesuaikan diri. b. Layanan informasi Pemeberian layanan informasi bertujuan untuk membantu individu dalam memperoleh pengetahuan yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar individu tersebut dapat menentukan keputusan secara tepat. Selain itu, layanan ini membantu individu dalam
17
Jamal Ma’mur Asmani, op. cit., hlm. 98.
38
menguasai berbagai informasi yang berguna untuk mengenal sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. c. Layanan penempatan dan penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran di sekolah dapat berupa layanan dalam menempatkan peserta didik di kelas, kelompok belajar, kegiatan ekstrakulikuler, setelah lulus atau penempatan dan penyalura ke dalam jabatan/ pekerjaan. d. Layanan penguasaan konten Menurut Sukiman layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan kepada individu untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. e. Layanan konseling perorangan Layanan konseling perorangan di sekolah bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu. Dengan layanan ini, membantu menumbuhkan pemahaman pada diri individu atas permasalahannya, sehingga individu tersebut dapat mengembangkan persepsinya ke arah positif. f. Layanan bimbingan kelompok Layanan ini diselenggarakan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi. Pembahsan dilakukan dengan melibatkan peserta didik dan diharapkan dapat terwujud pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan wawasan pemabahruan menuju ke arah yang lebih baik.
39
g. Layanan konseling kelompok Tujuan dari layanan konseling kelompok adalah terselesainya masalahn yang dialami individu. Dalam layanan ini membahas masalahmasalah yang sifatnya homogen dengan anggota kelompok yang terbatas 5-10 orang. Masing-masing anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengutarakan Keterlibatan
permasalahannya dan
dinamika
dan
memberikan
interaksi
sosial
umpan
balik.
diperlukan
dalam
berlangsungnya konseling kelompok dengan menerapkan asas rahasia. h. Layanan konsultasi Layanan konsultasi membantu individu dalam memperoleh wawasan, dan permasalahan dan cara yang diperlukan untuk menangani masalah pihak ketiga. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konseli
agar
dapat
menghadapi
pihak
konseli
ketiga
yang
dipermasalahkannya. i. Layanan mediasi Layanan mediasi merupakan layanan yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam ketidakcocokan.18 8. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling Kegiatan layanan pendukung berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, yaitu:
18
Endang Artiati Suheti, op. cit.,hlm. 19-22.
40
a. Aplikasi instrumentasi Aplikasi instrumentasi yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui instrumen, baik tes maupun nontes. b. Himpunan data Himpunan data yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup. c. Konferensi kasus Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untukmembahas permasalahan yang dialami klien dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terntaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. d. Kunjungan rumah Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien melalui kunjungan ke
41
rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien yang lainnya. e. Alih tangan kasus Alih tangan kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).19 9. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling Dalam melaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, guru bimbingan dan konseling (konselor) menjadi pelayan bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan kepribadian peserta didik. Dalam SK Menpan No. 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah “menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan
19
Jamal Ma’mur Asmani, op. cit., hlm. 116-117.
42
bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya.20 10. Peran Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Peran Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah antara lain: a. Pembimbing sebagai Perencana Program Bimbingan dan Konseling Dalam peranan ini pembimbing membuat program Bimbingan dan Konseling, baik itu tahunan, semesteran atau kuartalan, bulanan, mingguan maupun program harian. b. Pembimbing sebagai Administrasi Sekolah Kegiatan
pembimbing
sehubungan
dengan
ini
adalah
mengadministrasikan dana peserta didik yang perlu, misalnya dalam kertu pribadi, format pengintegrasian data, serta mencatat kegiatankegiatan bimbingan yang dipandang perlu di masa yang akan datang. c. Pembimbing sebagai Penasihat Sehubungan dengan ini pembimbing perlu memikirkan masalahmasalah tentang kapan nasihat akan diberikan kepada peserta didik, isi nasihat yang akan diberikan dan bagaimana nasihat yang akan diberikan, tujuan yang akan dicapai melalui pemberian nasihat-nasihat, dan akibatakibat yang mungkin akan timbul dengan pemberian nasihat.
20
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 43.
43
d. Pembimbing sebagai Konsultan Pembimbing dalam peranan ini mungkin berkonsultasi dengan guru, orang tua, atau petugas (ahli) dalam bidang yang berlainan dalam rangka menolong peserta didik. e. Pembimbing sebagai Pemberi Informasi Tugas utama pembimbing dalam peranan ini adalah memberikan informasi. Informasi tersebut dapat diberikan kepada peserta didik dengan cara-cara wawancara, ditulis (dalam buletin, majalah, surat kabar), dan diskusi. f. Pembimbing sebagai Tester Sehubungan dengan peranan ini pembimbing haruslah mempunyai pengetahuan yang cukup, memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk mengadakan, menyelenggarakan tes, menyediakan alat-alat tes yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka menolong peserta didik. g. Pembimbing sebagai Penatar Bimbingan dan Konseling (Trainer) Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah, pembimbing diharapkan mampu menjadi penatar bagi teman-teman sekerja atau untuk orang lain yang membutuhkannya. h. Pembimbing sebagai Konselor atau Penyuluh Sehubungan dengan peranan ini tugas pembingan adalah mengadakan konseling.21
21
Slameto, Bimbingan di Sekolah (Jakarta: Bina Aksara, 1991), hlm. 121-126.
44
B. Kedisiplinan Belajar 1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Istilah kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Secara bahasa disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan, tata tertib dan sebagainya.22 Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tampa paksaan dari siapa pun.23 Moch Shochib mendefinisikan disiplin sebagai suatu kepatuhan menjalankan peraturan dan hukuman karena kesalahan diri bukan takut sanksi.24 Sedangkan Rasdiyanah mendefinisikan disiplin sebagai suatu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang
mengharuskan orang untuk pada keputusan, perintah atau peraturanyang berlaku.25 Menurut Ngalim Purwanto, kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
22
W. J. S Poerwardimanta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 254 23 Asy Mas’udi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Yogyakarta: PT Tiga Serangkai, 2000), hlm. 88. 24 Moch Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 3 25 Andi Rasdiyanah, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Lubuh Agung, 2000), hlm. 28.
45
ketertiban.26 Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagaimana hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.27 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar adalah suatu peraturan atau tata tertib yang ditujukan kepada siswa dalam menaati dan mematuhi aturan-aturan yang ada di sekolah baik yang boleh dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan sehingga dapat menyebabkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan. 2. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Adapun bentuk-bentuk kedisiplinan belajar dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: a. Disiplin siswa dalam menentukan dan menggunakan cara atau strategi belajar Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Siswa yang memiliki cara belajar yang efektif memungkinkan
26
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 85. 27
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 2.
46
untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif. Untuk belajar secara efektif dan efisien diperlukan kesadaran dan disiplin tinggi setiap siswa. Belajar secara efektif dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektif dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain. Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Slameto yang mengatakan bahwa: ”kebiasan belajar mempengaruhi belajar antara lain dalam hal pembuatan jadwal belajar dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulagi pelajaran konsentrasi serta dalam mengerjakan tugas”. b. Disiplin terhadap pemanfaatan waktu 1) Cara mengatur waktu belajar Keterampilan mengatur waktu merupakan suatu keterampilan yang sangat penting. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Dalam ajaran islam disiplin dalam pemanfaatan waktu sangat dianjurkan,
47
disiplin bukan hanya dalam pemanfaatan waktu belajar saja, tetapi disiplin perlu juga dilakukan oleh setiap orang dalam setiap waktu dan kesempatan. Dalam belajar pemanfaatan waktu secara baik dan dikerjakan dengan baik dan tepat waktu adalah merupakan hal yang terpuji. 2) Pengelompokan waktu Cara yang lebih sederhana mengenai pengelompokan waktu, menurut Slameto adalah dengan menggunakan dasar harian yang terdiri dari 24 jam dengan perincian sebagai berikut: Tidur: ± 8 jam Makan, mandi, olah raga: ± 3 jam Urusan pribadi dan lain-lain: ± 2 jam Sisanya (a, b, c) untuk belajar: ± 11 jam 3) Penjatahan waktu belajar Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik adalah (a) memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olah raga dan lain-lain. (b) Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari. (c) Merencanakan peggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajaran dan urutan-urutan yang harus dipelajari. (d) Merencanakan peggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajaran dan urutan-urutan yang harus dipelajari.
48
c. Disiplin terhadap tata tertib Dalam disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk diterapkan, karena dalam suatu sekolah tidak memilki tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tata tertib tersebut. Dalam hal ini staf sekolah atau guru perlu menjalin kerja sama sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertib kelas yang baik tampa adanya kerja sama tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah serta terciptanya suasana balajar yang tidak diinginkan.28 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar Belajar sebagai proses atau aktifitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor kedisiplinan ada dua yaitu: a. Faktor internal Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yaitu berupa kesadaran diri yang mendorong seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya. Dalam penelitian ini menggunakan landasan yang mengenai faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar adalah faktor psikologis dari faktor internal. Faktor psikologis yang mempengaruhi kedisiplinan 28
Mas Rukin. “Selidik 86” Makalah Disiplin dalam Belajar. http://Selidik86.blogspot.com/2013/03/09/makalah-disiplin-dalam-belajar/. (09 Maret 2013). Diakses, 22 Agustus 2014.
49
belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang kedisiplinan belajar adalah kondisi mental yang menetap dan stabil. Ini tampak dalam bentuk sikap yang positif dalam mengahadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses belajar mengajar.29 b. Faktor eksternal Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi: 1) Lingkungan keluarga Faktor keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga di sini merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi. Keluarga sebagai lingkungan pertama kali sebelum anak mengenal dunia yang lebih luas, maka sikap dan perilaku seisi keluarga
terutama
kedua
orang
tua
sangat
mempengaruhi
pembentukan kedisiplinan pada anak dan juga tingkah laku orang tua serta anggota keluarga lainnya akan lebih mudah dimengerti anak apabila perilaku tersebut berupa pengalaman langsung yang bisa dicontoh oleh anak. 2) Lingkungan sekolah
29
Thoursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2001), hlm. 11.
50
Selain
lingkungan
keluarga,
maka
lingkungan
sekolah
merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku siswa termasuk kedisiplinannya, di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan siswa lain, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada di lingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan perkataan guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa akan masuk dan meresap ke dalam hatinya. 3) Lingkungan masyarakat Masyarakat
merupakan
lingkungan
yang
mempengaruhi
perilaku anak setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah. Pada awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah itu seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Karena
masyarakat
merupakan
faktor
penting
yang
mempengaruhi disiplin anak, terutama pada pergaulan dengan teman sebaya, maka orang tua harus senantiasa mengawasi pergaulan anakanaknya agar senantiasa tidak bergaul dengan orang yang kurang baik.30 4. Alasan Ditingkatkannya Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar siswa dapat terjadi secara optimal bila pihak sekolah dan guru melakukan perbaikan proses belajar mengajar yang menjadikan siswa itu memiliki tingkat yang sama yaitu: sama-sama mencari ilmu tanpa ada dinding pemisah yang menghalangi antara keduanya. 30
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm. 45-49.
51
Sehingga antara guru dan siswa itu akan tercipta saling kerjasama dan siswa pun menjadi bersemangat dalam belajar karena siswa tidak merasa lebih rendah daripada guru mereka. Disiplin akan bertumbuh dengan baik apabila atas kemauan diri sendiri, tetapi apabila disiplin didasarkan bukan atas kemauan diri sendiri maka yang terjadi disiplin tidak akan tumbuh dalam diri anak tersebut. Dengan adanya disiplin yang tertanam dari diri siswa akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan akan meningkatkan serta memperbesar kemungkinan siswa untuk berkreasi dan berprestasi dalam sekolah. 5. Usaha-usaha untuk Menumbuhkan Kedisiplinan Belajar Adapun usaha-usaha yang merupakan proses dalam meningkatkan kedisiplinan adalah sebagai berikut: a. Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kesadaran diri akan menjadi motif yang kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. b. Ketaatan sebagai langkah penerapan atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku seseorang. Hal ini sebagai lanjutan diri adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar dirinya sebagai usaha untuk mendorong dan menekan agar disiplin dilaksanakan pada diri seseorang, sehingga peraturan-peraturan yang ada dapat diikuti dan dipraktekkan.
52
c. Teladan Perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya dibandingkan hanya sekedar dengan kata-kata. Oleh karena itu contoh dan teladan disiplin kepala sekolah dan para guru sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan pada siswa. Mereka lebih mudah meniru dari apa yang mereka lihat, dibandingkan hanya sekedar mendengar. d. Hukum Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. e. Lingkungan Berdisiplin Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Bila seorang anak berada pada lingkungan yang berisiplin, kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang disiplin. f. Latihan Berdisiplin Disiplin dapat juga dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan. Artinya,
mempraktikkan
disiplin
secara
berulang-ulang
dan
membiasakan dalam prilakunya sehari-hari. Dengan latihan dan membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk pada diri siswa.31
31
Ibid., hlm. 49-50.