BAB II LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS WEB
A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Komprehensif Bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian terpenting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Bimbingan dan konseling menekankan pemberian bantuannya kepada semua siswa, yang meliputi semua bidang bimbingan, akademik, karier, pribadi, dan sosial pada semua tahap atau rentang kehidupan. Bimbingan dan konseling merupakan pandangan mutakhir yang bertitik tolak dari asumsi yang positif tentang potensi manusia. Beradasarkan asumsi ini bimbingan dan konseling dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang menekankan kepada upaya membantu semua peserta didik atau individu dalam semua fase perkembangannya, yang menyangkut semua aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi dan sosial. (Shertzer & Stone, 1971; Robert D. Myrick dalam Sunaryo K, 1996:99; dan Dedi Supriadi, 1997;7). Berbeda dengan penyesuaian bimbingan dan konseling yang menekankan kepada upaya mengembangkan potensi dari dalam diri sendiri, yang difokuskan kepada pengembangan fungsi ego dan self-concept. Bimbingan dan konseling didasarkan kepada landasan filosofis, individualitas, dan organisatoris.
16
17
Bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu atau kelompok individu yang dirancang dengan memfokuskan pada kekuatan, minat, kebutuhan, dan isu-isu yang terkait dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian penting, dan integral dari keseluruhan program pendidikan, dengan cara mendorong pencapaian perkembangan dan memusatkan pada kegiatan belajarnya.
Hal ini juga berarti serangkaian
bimbingan secara bertanggung jawab dalam memfasilitasi perkembangan anak pada semua aspek kehidupannya sehingga mereka dapat memfungsikan dan memerankan perannya dengan efektif selama siklus kehidupannya berlangsung, terutama menjamin eksistensi dirinya sebagai individu dan atau sebagai anggota masyarakat yang bermaratabat. Pengertian ini sesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan dan konseling perkembangan yang dikemukakan oleh Muro dan Kottman (1995: 50-53), yakni sebagai berikut: 1. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh seluruh siswa. Sebagaimana yang kita tahu bahwa konseling itu diperlukan oleh semua pihak (counseling for all). Ini berarti konseling itu tidak hanya ditujukan untuk individu yang dianggap bermasalah saja akan tetapi seluruh individu karena setiap individu pasti akan mengalami perkembangan dan konseling ini yang akan menunjang tahapan perkembangan individu. 2. Bimbingan dan konseling memfokuskan pada pembelajaran siswa. Siswa/peserta didik belajar memahami diri, potensi, kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh dirinya serta belajar pula untuk mengoptimalkannya.
18
3. Konselor dan guru adalah fungsionaris bersama dalam program bimbingan dan konseling perkembangan. 4. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian penting dalam bimbingan dan konseling perkembangan. Seperti halnya pelajaran lainnya (seperti matematika, ilmu alam, ilmu sosial, dan sebagainya), bimbingan dan konseling juga perlu mengacu pada kurikulum yang sudah terprogram. Terlebih bimbingan dan konseling ini merupakan program yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan. 5. Program bimbingan dan konseling perkembangan peduli dengan penerimaan diri, pemahaman diri, dan pengayaan diri. 6. Bimbingan
dan
konseling
memfokuskan
pada
proses
mendorong
perkembangan (encouragement). 7. Bimbingan dan konseling perkembangan mengakui pengembangan yang terarah daripada akhir perkembangan yang definitif. 8.
Bimbingan dan konseling – sebagai team oriented – menuntut layanan dari konseling professional.
9. Bimbingan dan konseling perkembangan peduli dengan identifikasi awal akan kebutuhan-kebutuhan khusus dari anak. 10. Bimbingan dan konseling perkembangan peduli dengan penerapan psikologi. 11. Bimbingan dan konseling perkembangan memiliki kerangka dasar dari psikologi anak, pembelajaran, dan teori-teori pembelajaran. 12. Bimbingan dan konseling perkembangan mempunyai sifat yang fleksibel.
19
Pada dasarnya fungsi bimbingan dan konseling perkembangan itu tetap mengacu pada fungsi bimbingan dan konseling. Menurut Siti Sir’atun fungsi dari bimbingan dan konseling perkembangan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Pemahaman, yakni memahami setiap individu bahwa mereka memiliki pribadi yang unik dan secara bertahap akan berkembang kondisi psikologisnya dan akan mampu memahami menyadari keadaan diri maupun keadaan lingkungannya. 2. Fungsi Perkembangan, mengembangkan minat, bakat, potensi,dan kondisi psikologis individu serta mengakselerasi perkembangan melalui pengalaman belajar yang luas dan tepat. 3. Fungsi Preventif atau Pencegahan adalah memberikan dorongan pada individu untuk tidak terpengaruh pada sesuatu yang mungkin akan dapat mengganggu serta menghambat proses perkembangan individu tersebut. Agar kedepannya individu akan memiliki sikap atas keyakinannya sendiri yang kuat mengenai nilai-nilai religius dan kemasyarakatan. 4. Fungsi Kuratif adalah upaya memberikan intervensi-intervensi yang diperlukan individu sesuai dengan hambatan perkembangan yang ditemui. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk menjadikan individu lebih menyadari eksisitensi/keberadaan dirinya yang memiliki kebebasan dan kedayagunaan secara manusiawi dan mengembangkan potensinya secara optimal sehingga
diharapakn
mampu
bertanggungjawab
terhadap
pencipta-Nya,
memenuhi tuntutan lingkungan serta siap dan mampu menghadapi masa depan.
20
1.
Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling Visi merupakan “daya pandang yang jauh, mendalam, dan luas, daya pikir
abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat menerobos segala batasbatas fisik, waktu dan tempat” (Gaffar, F. 1994: 3). Guru pembimbing beserta personil sekolah lainnya, selayaknya memiliki visi yang jelas dan sama tentang bimbingan dan konseling yang diselengarakan di sekolah. Kesamaan dan kejelasan visi sangat diperlukan dalam pengembangan program bimbingan dan konseling,
karena
akan
berpengaruh
terhadap
program
yang
akan
diselenggarakan. Adanya kesamaan dan kejelasan visi dalam merencanakan, membuat dan melaksanakan program, maka layanan bimbingan dan konseling akan dapat dilaksanakan secara bersama. Artinya dalam melaksanakan layanan akan memperoleh kemudahan-kemudahan terutama dalam bekerja sama antara guru pembimbing dengan personil sekolah lainnya. Berdasarkan Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ABKIN (200 : 48) dijelaskan “bimbingan dan konseling diletakan pada dimensi edukatif, pengembangan, outreach yang berlangsung dalam lifelong learning process dan menempatkan proses belajar sebagai bagian terpadu dari hidup dan bekerja”. Edukatif, pengembangan, dan outreach karena titik sentral layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada pencegahan dan pengembangan bukan pada korektif atau trepeutik walaupun korektif juga tidak diabaikan.
21
Pengembangan karena titik sentral bimbingan adalah mengembangkan seluruh aspek kepribadian. Tujuan bimbingan konseling di sekolah adalah untuk memfasilitasi perkembangan siswa, serta target populasi layanan tidak terbatas kepada individu yang bermasalah tetapi semua individu berkenaan dengan segala aspek kepribadian dalam kontek kehidupan (lifelong learning process). Kartadinata, S. (2003) menjelaskan visi dan misi bimbingan dan konseling adalah rumusan singkat, terpadu dan esensial sebagai abstraksi dari pendapat dan harapan serta penilaian terhadap bimbingan dan konseling yang bersumber dari pimpinan, guru dan siswa. Abstraksi diintegrasikan dengan rumusan konseptual tentang hakekat dan fungsi ideal bimbingan dan konseling serta dengan mempertimbangkan aspek-aspek eksternal yang mencakup tuntutan lingkungan, perkembangan dan tantangan saat ini dan yang akan datang.
2.
Kebutuhan Siswa Membahas mengenai kebutuhan siswa tidak terlepas dari kebutuhan
individu pada umumnya, sebab kebutuhan merupakan bagian yang dirasakan oleh semua individu sebagai manusia. Isltilah kebutuhan identik dengan need dan motif. Kebutuhan merupakan titik tolak seseorang untuk bergerak mencapai sesuatu. Kebutuhan muncul karena ada motif. Dapat atau tidaknya motif mendorong terwujudnya perilaku individu, tergantung pada kekuatan motif itu sendiri. Kekuatan motif sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu: pengharapan (expectasy) dan ketersediaan (availability). Dalam hal ini, faktor pengharapan menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan
22
menurut persepsi individu berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu. Kegiatan bekerja dengan baik dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dipandang sebagai faktor pengharapan yang merupakan bagian dari tujuan bimbingan dan konseling. Istilah motif dan kadang-kadang dipakai secara bergantian. Menurut Fahmi, M. adalah; ……. Suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu pikiran (concept) yang menyatakan bahwa individu dalam perubahan dan perbaikannya selalu dihadapkan pada proses pemilihan (Zakiah Daradjat, 1977 45).
Murray, H.A. dalam (Calvin, S.H. dan Lindsey, G. 1993: 31) mengatakan bahwa: Kebutuhan adalah suatu konstruk yang mewakili suatu daya, kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi dan kegiatan yang sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan ke arah tertentu.
Selanjutnya dikatakan Murray, H.A. bahwa, dalam diri manusia itu terdapat banyak jenis kebutuhan yang mendorong manusia untuk berperilaku, yaitu: (a) kebutuhan akan sikap merendah, (b) kebutuhan berprestasi, (c) kebutuhan untuk berafiliasi, (d) kebutuhan untuk beragresi, (e) kebutuhan untuk otonomi, (f) kebutuhan untuk conteraction, (g) kebutuhan membela diri,(h) kebutuhan sikap hormat, (i) kebutuhan untuk bereksibisi, (j) kebutuhan untuk menghindari bahaya, (k) kebutuhan menghindari perasaan hina, (l) kebutuhan akan sikap memelihara, (m) kebutuhan akan ketertiban, (n) kebutuhan untuk main, (o) kebutuhan penolakan, (p) kebutuhan keharuan, (q) kebutuhan seks, (r) kebutuhan akan pertolongan, dan (s) kebutuhan akan pemahaman.
23
Sedangkan menurut Surya, M. (1985), kebutuhan dijabarkan sebagai berikut: a. Kebutuhan merupakan satu kekurangan universal di kalangan umat manusia dan manusia akan musnah bila kekurangan itu tidak terpenuhi. b. Suatu kekurangan universal di kalangan manusia yang dapat membantu dan dapat membawa kebahagiaan pada manusia bila kekurangan itu terpenuhi, walaupun tidak esensial bagi kelangsungan hidup. c. Sebuah kekurangan dapat terpenuhi secara wajar dengan berbagai benda lain apabila benda lain tersebut dapat diperoleh. Selanjutnya Surya, M. mengartikan kebutuhan sebagai sesuatu yang harus dipenuhi individu dalam melangsungkan kehidupannya. Kebutuhan itu terjadi apabila dalam diri individu ada kekurangan atau kesenjangan yang menimbulkan dorongan untuk bertingkah laku. Secara lebih luas, pengertian kebutuhan tidak hanya pada tataran biologis, tetapi yang paling penting adalah pada tataran psikologis, seperti yang dikemukakan oleh Willis,S.S. (1981: 32), kebutuhan adalah segala alasan yang mendorong makhluk untuk bertingkah laku mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituju (goal). Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan berdasarkan kebutuhan siswa. Berikut dipaparkan beberapa kebutuhan dan permasalahan siswa yang dapat dilayani oleh bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangannya (Yusuf, 2002). a.
Menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik seperti: 1) Pengenalan kurikulum.
24
2) Pemilihan jurusan. 3) Cara-cara belajar. 4) Penyelesaian tugas-tugas dan latihan. 5) Pencarian dan penggunaan sumber belajar. b.
Memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi seperti: 1) Masalah yang berhubungan dengan teman. 2) Pemahaman sifat dan kemampuan diri. 3) Penyesuaian diri dengan lingkungan (sekolah dan tempat mereka tinggal). 4) Penyelesaian konflik.
c.
Perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karier seperti: 1) Pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja. 2) Pemahaman kondisi dan kemampuan diri. 3) Pemahaman kondisi lingkungan. 4) Perencanaan dan pengembangan karier. 5) Penyesuaian pekerjaan. 6) Pemecahan masalah-masalah karier yang dihadapi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebutuhan menunjukkan kepada
adanya jarak atau kesenjangan yang dapat diukur tentang apa yang ada dengan apa yang seharusnya ada. Kebutuhan merupakan suatu keadaan atau situasi yang di dalamnya terdapat suatu yang harus dipenuhi. Keadaan atau keinginan itu muncul untuk menjembatani kesenjangan antara kualitas layanan yang diberikan kepada siswa dengan layanan yang seharusnya diselenggarakan secara terpadu sistematis dengan sistem pendidikan di SMA.
25
3.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat:
a. merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa yang akan datang; b. mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; c. menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; d. mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, siswa harus mendapatkan kesempatan untuk: a. memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya; b. memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya; c. mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut; d. memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; e. menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat; f. menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan g. mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
26
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa atau peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karier. a.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial siswa adalah sebagai berikut: 1)
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2)
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3)
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4)
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
5)
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6)
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat .
7)
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,
8)
Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
9)
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
27
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia. 10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.. 11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
b.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut: 1)
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2)
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
3)
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4)
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
5)
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
6)
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
28
c.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karier adalah sebagai berikut: 1)
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2)
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan kompetensi karier.
3)
Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
4)
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi citra-cita kariernya masa depan.
5)
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6)
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7)
Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
8)
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan
29
minat yang dimiliki. 9)
Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.
4.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Berbasis Web a. Memberikan layanan kepada siswa melalui web tentang masalah-masalah akademik, sosial-pribadi, dan karir. b. Mengembangkan seluruh potensi siswa, beradaptasi dengan lingkungan, cara mengatasi kesulitan dan hambatan di lingkungan siswa beraktivitas. Dengan demikian Bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa
atau peserta didik agar mencapai tugas-tugas perkembangannya agar siswa dapat mengembangkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya serta mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5.
Bidang Isi Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan pada pandangan dan tugas bimbingan dan konseling,
kebutuhan siswa, dan tujuan bimbingan dan konseling, maka bidang isi bimbingan konseling dirumuskan ke dalam tiga komponen, yaitu: (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual, (4) dukungan sistem a.
Layanan Dasar Layanan dasar bimbingan merupakan salah satu komponen dari program
bimbingan dan konseling yang mendukung dalam membantu individu mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Syamsu Yusuf
30
(2006) mengungkapkan bahwa layanan dasar bimbingan adalah proses pemerian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya sekolah secara optimal. Sedangkan Juntika Nurihsan (2003) menjelaskan bahwa layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya. Layanan dasar bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu peserta didik untuk mencapai tugas-tugas perkembangan. Secara terinci tujuan layanan ini dapatr dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber seperti majalah, buku dan Koran. Materi yang diberikan disamping
31
masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi dan belajar juga materi yang dipandang utama bagi siswa SMP/SMA yaitu : 1) Fungsi utama agama bagi kehidupan 2) Pemantapan pilihan program studi 3) Keterampilan kerja professional 4) Kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) 5) Perkembangan dunia kerja 6) Iklim kehidupan dunia kerja 7) Cara melamar pekerjaan 8) Kasus-kasus kriminalitas 9) Bahayanya perkelahian massal 10) Dampak pergaulan bebas Materi lainnya yang dapat diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan Self-Esteem 2) Pengembangan Motivasi berprestasi 3) Keterampilan pengambilan keputusan 4) Keterampilan pemecahan masalah 5) Keterampilan hubungan antar pribadi atau komunikasi 6) Memahami keragaman lintas budaya 7) Perilaku yang bertanggung jawab.
32
b.
Layanan Responsif Menurut Syamsu Yusuf (2005) dalam Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan segera. Kemudian Juntika Nurihsan mengartikan layanan responsif sebagai layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini. Tujuan layanan responsif adalah membantu agar siswa dapat memenuhi kebutuhan serta memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang
mengalami
hambatan,
kegagalan,
dalam
mencapai
tugas-tugas
perkembangannya. Atau dengan kata lain layanan responsif memiliki tujuan upaya intervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu yang berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karier, dan atau masalah pengembangan pendidikan. Materi yang disajikan dalam layanan responsif tergantung pada masalah atau kebutuhan siswa saat ini. Seperti masalah dan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan need to know atas segala sesuatu yang diperkirakan penting bagi perkembangan siswa yang positif. Kemudian masalah yang lainnya adalah yang berkaitan dengan pengalaman yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup dan juga menghambat perkembangannya yang positif. Dari hal-hal yang disebutkan diatas maka materi dalam layanan responsif berkenaan dengan masalah-masalah: 1) Bidang pendidikan
33
Bidang ini melingkupi beberapa topik diantaranya adalah: a) cara belajar efektif dan cara mengatasi masalah belajar; b) perencanaan belajar; c) perencanaan studi lanjutan 2) Bidang pribadi Materi-materi layanan responsif yang berkenaan dengan bidang pribadi misalnya: a) pembentukan identitas karier; b) pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan; c) pembentukan karier 3) Bidang sosial Dalam bidang sosial materi layanan responsif yang perlu diberikan pada siswa diantaranya adalah: a) cara memilih teman yang baik; b) cara memelihara persahabatan yang baik; c) cara mengatasi konflik dengan teman; 4) Bidang disiplin Materi-materi yang diberikan berkenaan dengan bidang disiplin adalah: a) pengenalan tata tertib sekolah; b) pengembangan sikap dan perilaku disiplin; 5) Bidang narkotika a) pengenalan bahaya narkotika b) pencegahan terhadap bahaya narkotika 6) Bidang perilaku seksual a) pengenalan bahaya perilaku seks bebas b) cara pacaran yang baik c) pencegahan perilaku yang kurang baik
34
c.
Layanan Perencanaan Individual Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan sendiri, kemudian merencanakan dan megimplementasikan rencana-rencananya itu sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya itu. Dapat
juga
dikemukakan
bahwa
layanan
ini
bertujuan
untuk
membimbing seluruh siswa agar, memilki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier, dapat belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya, dan dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara proaktif. Teknik bimbingannya adalah konseling dan konsultasi. Isi layanan perencaaan individual antara lain: 1) Bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program keahlian sesuai dengan bakat, minat, dan karakteristik kepribadian lainnya
35
2) Bidang karier dengan topik-topik mengidentifikasi kesempatan karier yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap positif terhadap dunia kerja, dan merencanakan kehidupan kariernya 3) Bidang sosial-pribadi dengan topik-topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar memahami perasaan orang lain Adapun kegiatan layanannya adalah sebagai berikut: 1) Siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, atau karier 2) Merumuskan tujuan, dan perencanaan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya 3) Melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan 4) Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya Keempat layanan bimbingan dan konseling tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
36
Layanan Dasar
Layanan Responsif
SISWA Komponen Program BK
Layanan Perencanaan Individual
Dukungan Sistem
Pengembangan Profesional, Konsultasi, Kolaborasi, dan Kegiatan Manajemen
Bagan 2.1 Komponen Bimbingan dan Konseling
d.
Komponen Pendukung Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dengan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990). Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaran ketiga program layanan sebelumnya. Sedangkan bagi personel pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar
37
penyelenggaran program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini mencakup dua aspek, yaitu, pemberian layanan dan kegiatan manajemen. Tujuan layanan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang objektif terhadap peserta didik dalam membantu mereka mencapai perkembangan yang optimal. Program ini memberi dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaraan program layanan lainnya. Sedangkan bagi personel pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua aspek, yaitu pemberian layanan dan kegiatan manajemen. Pemberian layanan, menyangkut kegiatan guru pembimbing yang meliputi : 1) Konsultasi dengan guru-guru, 2) Menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua/masyrakat, 3) Berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah, 4) Bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, dan 5) Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling. Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan pengembangan program, pengembangan staf, pemantapan sumber daya, dan pengembangan penataan kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan proses kerja bimbingan dan konseling pada gambar berikut:
38
Asesmen Lingkungan
Harapan dan Kondisi Lingkungan
Perangkat Tugas Perkembangan/(Ko mpetensi/kecakap an hidup, nilai dan moral peserta didik
Tataran hidup Bimbingan dan Konseling (Penyadaran, Akomodasi, Tindakan)
Asesmen Perkembangan Konseli
Harapan dan Kondisi Konseli
KOMPONEN PROGRAM
Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Untuk seluruh peserta didik dan Orientasi Jangka Panjang) Pelayanan Responsif (Pemecahan Masalah, Remiderasi) Pelayanan Perencanaan Individual (Perencanaan Pendidikan, Karier, Personal, Sosial Dukungan Sistem (Aspek Manajemen dan Pengembangan
STRATEGI PELAYANAN
Bimbingan Klasikal Pelayanan Orientasi Pelayanan Informasi Bimbingan Kelompok Pelayanan Pengumpulan data Konseling Individual dan Kelompok Referal Kolaborasi dengan Guru Kolaborasi dengan Orang tua Kolaborasi dengan ahli lain Konsultasi Bimbingan Teman Sebaya Konferensi Kasus Kunjungan Rumah Akses Informasi dan Teknologi Pengembangan Profesi Manajemen Program Riset dan Pengembangan
39
Bagan 2.2 Proses Kerja Bimbingan dan Konseling
B. Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Web 1.
Pemanfaatan TI dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Bimbingan Konseling di Indonesia merupakan suatu layanan yang sedang
bekembang menuju suatu profesi. Perkembanganya tidak lepas dari dinamika perkembangan masyarakat secara global. Salah satu hal yang ikut berperan dalam mengembangkan kegiatan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah perkembangan TI (teknologi informasi). Dengan kemajuan TI, kita diberikan berbagai kemudahan dalam berbagai hal, misalnya dapat memudahkan kita dalam berkomunikasi, dan menghemat biaya jika ingin melakukan hubungan dengan
40
teman yang berada di luar negeri sebab kita cukup menelepon atau mengirim email. Karakteristik utama dari teknologi informasi itu sendiri adalah kemampuan untuk menangkap/menerima, mengolah, dan mentransfer informasi yang berguna dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya melalui jaringan komunkasi Begitu pula dalam kegiatan bimbingan dan konseling, jika dahulu konseling masih diartikan sebagai hubungan face to face ketika seorang konselor menghadapi langsung seorang atau sekelompok konseli, saat ini dengan kemudahan dan perkembangan TI, konseli dari tempat yang jauh, atau karena kondisi fisiknya tidak memungkinkan bertemu dengan konselor atau anggota kelompok konseling lainnya, dapat berhubungan langsung melalui telepon atau melalui internet. Hal ini mau tidak mau mengubah rumusan konseling tradisional dan menyeseuaikan diri dengan perkembangan terakhir dimana layanan konseling saat ini bisa dikatakan sebagai konseling modern yang berbasis teknologi informasi. Dengan keadaan seperti ini konseling tidak lagi terikat dengan tempat, waktu, atau kesamaan budaya. Seorang konselor dapat melayani konselinya dari berbagai latar belakang budaya, tanpa harus bertemu langsung di tempat kerja konselor. Keadaan tersebut tentu saja akan juga menuntut beberapa perubahan atau pengembangan strategi layanan konseling dan bentuk hubungan konselikonselor. Pelayanan koseling selalu berhadapan dan berkaitan dengan kebutuhan dan permasalahan manusia. Oleh karena itu pelayanan konseling di masa kini harus selalu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut agar selalu berjalan dengan efekitf dan tetap hidup. Hal ini bisa saja menjadi kenyataan, salah satunya
41
adalah dengan penggunaan TI, misalnya seorang seorang akan menganalisis kebutuhan siswa, dia dapat menyebarkan angket di internet melalui salah satu website yang telah ditentukan. Terdapat dua hal yang paling tidak harus diperhatikan dalam pelayanan konseling di era global, yakni pengunaan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal, dan pendekatan lintas budaya.
Teknologi informasi dan
komunikasi merupakan salah satu pendorong terjadinya globalisasi, karena itu penguasaan TI merupakan hal yang mutlak harus dicapai (Willson: 1997). Azis Wahab (2002) mengemukakan, bahwa paling tidak terdapat empat alasan mengapa perlu menggunakan TI yaitu : a. Informasi yang disimpan secara elektronik memiliki fleksibilitas dalam mengakses dan memanfaatkannya, b. Komputer merupakan alat yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengelola informasi, c. Memudahkan para pengambil keputusan dalam mendapat informasi yang diperlukan, dan d. Komputer sebagai alat untuk memproses informasi, memiliki tingkat aplikasi dalam setiap langkah manajemen. Penggunaan TI dalam konseling mengarah pada pengembangan layanan konseling yang berbasis TI. Selain pertemuan tatap muka, dengan kemajuan TI, konseling dapat dilakukan dengan tanpa tatap muka, atau pertemuan langsung antara konselor dengan konseli. Konseling dapat dilakukan dengan jarak jauh distance/remote counseling baik secara online (konseli dan konselor berhubungan
42
langsung pada saat yang sama) maupun offline (ketika antara respons konseli dan konselor terdapat jarak dan waktu). Berikut adalah beberapa contoh penggunaan media TI dalam konseling. a.
Konseling melalui Telepon Pelayanan melalui telepon sudah banyak dilakukan baik sekedar pelayanan
yang bersifat informatif maupun untuk tingkatan yang lebih dalam, seperti konsultatif , advokatif, dan suportif
b.
Konseling melalui Video-Phone Video-phone counseling (VPC) merupakan bentuk lain dari konseling
telepon; namun dengan penggunaan perangkat teknologi komunikasi tambahan yang memungkinkan konseli dan konselor saling bertatap muka melalui layar monitor. Konseling melalui video-phone lebih memungkinkan terjalin interaksi yang lebih baik antara konseli dan konselor, dan dapat mendekati karakteristik konseling tatap muka.
c.
Konseling melalui Radio dan atau Televisi Pada radio, percakapan antara konseli dengan konselor dipancarkan dalam
siaran (broadcast). Pelayanan umumnya bersifat informatif atau nasihat, jarang hubungan konseli dan konselor mencapai taraf yang mendalam dan intensif Pada konseling melalui radio atau televisi memungkinkan permasalahan konseli untuk diketahui secara umum, oleh karena itu kerahasianan konseli harus diperhatikan.
43
a.
Konseling berbantuan Komputer Konseling berbantuan Komputer (CAC) merupakan konseling mandiri,
juga disebut konseling computer pasif atau biasa juga disebut stlone. Konseli mencari pemecahan masalah atau kebutuhannya melalui program interaktif konseling (software) dalam bentuk CD yang dirancang khusus agar konseli dapat mengeksplorasi permasalahannya, mencari sumber informasi yang dibutuhkan dari sejumlah informasi yang disediakan, dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan.
b.
Konseling melalui Internet Biasa juga disebut cybercounseling atau online counseling. Layanan
konseling ini menggunakan sambungan internet sebagai medianya. Terdapat beberapa bentuk, antara lain chatting (konselor secara langsung berkomunikasi pada waktu yang sama), e-mail (konselor dan klien berkomunikasi melalui surat yang dikirim melalui internet), atau CAC yang dapat diakses melalui internet. E-mail merupakan cara baru yang efektif untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet. Hal ini tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka, tetapi dapat menjadi salah satu cara dalam membantu konseli memcahkan masalahnya pada jarak jauh tanpa bertemu langsung dengan konselor. E-mail konseling merupakan proses teurapetik yang di dalamnya termasuk menulis selain pertemuan secara langsung dengan konselor. Kekuatan e-counseling sendiri terletak poda menulis. Respon atau bantuan yang diberikan konselor bergantung pada informasi yang diberikan.
Konseli tidak perlu
44
mengirimkan seluruh kisa hidupnya, cukup dengan memilih informasi yang dirasakan pada situasi yang merupakan masalah.
c.
Konseling melalui Surat Magnetik (disket ke disket) Pelayanan konseling melalui surat memanfaakan fasilitas komunikasi
Tradisional, yakni konseli dan konselor saling berkomunikasi dengan berkirim surat atau buku catatan bagi anak yang dapat mengekspresikan diri melalui tulisan (bagian dari konseling biblio), meskipun tidak popular, sering dilakukan oleh beberapa konelor. Dalam era penggunaan komputer, surat biblio dalam bentuk kertas dapat diganti disket. Adapun beberapa fungsi penerapan teknologi informasi dalam BK antara lain (Budi Sutedjo Dharma Oetomo, E-education : 2005) 1) Konseli dapat menghemat waktu, karena tidak perlu mengantri berjamjam
apabila
ingin
berkonsultasi
dengan
konselor
karena
dapat
berkonslutasi lewat telepon atau e-mail. 2) Melalui teknologi informasi konseli dapat berkomunikasi tanpa batas waktu, tempat, dan situasi.
Konseli tidak perlu mancari waktu atau
bertemu secara fisik, cukup saling berkirim e-mail 3) Konseli dapat leluasa mengungkapkan problem-problemnya tanpa batasan jam kerja atau tempat konslutasinya. 4) Dengan menggunakan TI konseli dapat mencari informasi tentang apa yang dibutuhkan oleh dirinya.
45
2.
Hakekat Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Web Pelayanan bimbingan dan konseling berbasis web mempunyai pengertian
yang harus dikaji dari definisi bimbingan dan konseling serta definisi dari web. Berikut ini pengertian dari kedua hal tersebut. Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya (Rochman Natawijaya, 1993) Jika ada pertanyaan, “apa itu e-counseling?” Anthony J. Centore (2009) mengibaratkan dengan kalimat “if you ask five counselors this question, you might get five answers (and one would be,”e-What are you talking about?).... ”. Arti ungkapan tersebut adalah jika ada lima orang konselor yang ditanya mengenai apa itu e-counseling, maka akan ditemukan lima jawaban yang berbeda. Salah satu jawabannya mungkin akan berbunyi, “sedang membicarakan apa sih?” Selanjutnya disebutkan bahwa e-counseling adalah sebuah singkatan dari elektronik konseling dan cenderung dikaitkan dengan variasi layanan yang disajikan melalui telepon atau internet dengan tingkatannya mulai dari (1) informasi kesehatan mental, sampai (2) bimbingan spiritual dan layanan pelatihan hidup, sampai (3) terapi kesehatan mental profesional. Saat ini, ada empat basik media untuk e-counseling, yaitu: telepon, e-mail, text chat, dan video conference (Anthony J. Centore; www.ecounseling.com/articles/320, 2009).
46
Menurut National Board of Certified Counselor (NBCC) : “Cybercounseling or web counseling as “The practice of professional counseling and information delivery that occurs when client(s) and counselor(s) are in separate or remote locations and utilize electronic means to communicate over the Internet.” This definition would seem to include Web pages, e-mail, and that rooms but not telephones and faxes”. (www.ericcass,uncg.edu).
Pengertian lain yakni, web adalah media yang pemiliknya menuliskan catatan pengalaman pribadi, opini berupa tulisan maupun gambar yang bisa terus diperbarui dan diakses melalui internet. Pemilik weblog-disebut weblogger-bebas mencurahkan pemikiran baik berupa tulisan maupun gambar di situ, melengkapi dengan desain yang diingini dan melengkapinya dengan fasilitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pemilik dan pengunjung weblog-nya (smafonsvit2jkt.sch.id, 2009). E-counseling merupakan singkatan dari elektronik counseling atau bisa disebut dengan cybercounseling, web counseling, e-mail therapy (e-therapy), berikut ini definisi E-counseling yang dikemukakan oleh beberapa para ahli.
“E-therapy refer to the delivery of mental healt services on line. Online services are typically delivered in the form of e-mail communication, discussion list, live chat rooms, or live audio or audiovisual conefencing”. (www.E-Therapy.com).
Sedangkan definisi dengan menggunakan istilah e-counseling yaitu : “E-Counseling is a viable, alternative source of help when inperseon sessions or telephone contact are not convenient, accessible or preferred. It is a trustworthy service that is conducted by skilled, ethical professionals. For some people, it’s the only way they can get help or want to get help from a professional counselor. Online counseling can be especially helpful for those who, for whatever reason, find it difficult of impossible to go to a counselor’s office”. (www.heartcryminis-tries.com).
47
“E-Counseling is brief, solution-focused, sepcific, with attainable therapeutic goals, designed with the “end-mind.”It is important to understand that marriage and family therapists treat a wide range of serious clinical problems including: depression, marital problems, relationship issues, anxiety, individual psychological problems, and childparent problems. E-Counseling is strictly confidential, private, affordable and convenient”. (www.warrenshepell.com).
Dapat diartikan bahwa e-counseling adalah sebuah alternatif dalam membantu orang yang merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi lewat tatap muka. Metode ini ditangani oleh orang yang ahli dan profesional. E-counseling berbasis solusi dengan tujuan therapi yang mudah dicerna dan dipola dengan “end in mind”. Meskipun definisi-definisi di atas menampakkan variasi, namun istilah cybercounseling, e-therapy, web counseling atau e-counseling terdapat sejumlah unsur yang menunjukkan kesamaan. Kesamaan yang paling menonjol adalah adanya penggunaan media elektronik yaitu internet melalui e-mail, web pages, chat rooms, video conferencing, dan adanya konseli dan konselor, masalah yang dapat dikemukakan di cybercounseling adalah masalah tentang psikologis pribadi, masalah antara orang tua dan anak, masalah pernikahan dan keluarga selain itu juga cybercounseling dapat menangani masalah-masalah serius seperti depresi. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian pelayanan bimbingan dan konseling berbasis web, yakni suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
48
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya, melalui media atau situs yang di dalamnya terdapat sarana chat, pengiriman e-mail, baik itu mengenai berbagai hal atau permasalahan yang ingin dikonsultasikan.
3.
Penggunaan Model Bimbingan dan Konseling Berbasis Web Sejak kehadiran konseling online, terjadi perdebatan mengenai keefektifan
konseling online dengan konseling tatap muka tradisional. Beberapa profesional berusaha menentang konseling online tidak bisa dilakukan; sedangkan yang lain sepertinya memiliki antusias yang tinggi akan perkembangan terakhir dalam interface konseling dan teknologi. Pendukung konseling online menunjukkan keuntungan adanya layanan untuk konseli yang (a) secara geografis berada di daerah terpencil, (b) cacat fisik atau sakit parah dan tidak bisa meninggalkan rumah (Sussman, 1998), (c) ingin biasanya tidak mencari konseling tradisional (Alleman, 2002; Grohol, 2001; Morrisey, 1997), dan (d) ingin merasa lebih nyaman mengekspresikan perasaannya dalam format tulisan (Grohol, 1999b, 2001; ISMHO, 2000). Kekurangan konseling online yang terlihat yaitu (a) menjaga kepercayaan diri melalui Internet; (b) penanganan situasi yang darurat; (c) kurang informasi nonverbal seperti ekspresi wajah, tone suara, dan body language (Sussman, 1998); (d) bahaya dari memberikan layanan online di luar perbatasan yuridis negara bagian; (e) kurang berhasil study layanan konseling (Bloom, 1997); dan (f) kesulitan mengembangkan hubungan terapi dengan konseli yang belum pernah bertemu (Bloom, 1998; Morrissey, 1997).
49
Meskipun kami tidak memungkiri bahwa konseling online telah menjadi kontroversi, karena di luar jangkauan dan tujuan dari artikel ini untuk memasuki perdebatan tersebut. Ini merupakan pendirian kami bahwa konseling online, menggunakan teknologi paling terkini, akan terus berkembang; oleh karena itu, profesi ini harus menemukan cara memonitor konseling online dan meyakinkan jika bentuk layanan profesional yang baru ini tidak melenceng dari etika bimbingan (Banach & Bernat, 2000). Fenomena perkembangan teknologi internet harus dimanfaatkan sebesarbesarnya, tidak terkecuali tentunya oleh para pendidik. Memanfaatkan internet sebagai produk dari teknologi saat ini bukan merupakan sebuah kebutuhan lagi tapi merupakan tuntutan. Untuk melihat gambaran bantuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan saat ini di internet ditunjukkan dengan survei terhadap 83 situs yang menyediakan jenis layanan konseling online, hasilnya dapat dilihat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa layanan e-mail menduduki peringkat pertama (78%) dan chat di urutan kedua (57%) (Keller & Goodman, 2004:140). Pengalaman dalam penggunaan komputer terhadap pelayanan konseling dan karier telah menunjukkan bahwa pelaksanaan yang tidak optimal menghambat keefektifan pemberian pelayanan. Masalah pelaksanaan yang spesifik mencakup perencanaan yang lemah, integrasi yang lemah dari pelaksanaan aplikasi komputer dan pengaturan pemberian pelayanan, kurangnya pelatihan staf, dan kecemasan & daya tahan staf (Sampson, 1984; 1996; Sampson & Norris, 1997). Tujuan dari bimbingan dan konseling berbasis web adalah untuk mengurangi
50
kerumitan, dengan demikian pembuatan proses yang komprehensif dapat memotivasi
praktisi
dalam
menginvestasikan
waktu
dan
energi
dalam
pelaksanaan. Pada akhirnya, pelaksanaan yang lebih efektif akan mengarah pada penggunaan yang lebih baik terhadap sumber dan pelayanan kualitas yang lebih baik oleh konseli dan individu. Model ini mengandung empat keunggulan,yakni sebagai berikut: Pertama, model ini dimaksudkan menjadi lebih fleksibel yang dapat diterapkan sebagian maupun seluruhnya, tergantung pada kesediaan waktu dari stafnya. Kedua, model ini dapat digunakan untuk mendukung awal dan keberlangsungan pelaksanaan website. Jika website diimplementasikan untuk pertama kalinya, model ini dapat digunakan sebagai titik awal bagi pendesainan dan penggunaan website ini. Ketiga, jika website sudah beroperasi, model ini dapat digunakan dalam mempertimbangkan pilihan-pilihan untuk meningkatkan desain dan penggunaan website ini. Keempat, model implementasi ini didesain untuk menerangkan perbedaan masing-masing konseling dan pelayanan karier konseli, staf, organisasi, dan sumber-sumber. Pada akhirnya, praktisi dapat menggunakan model ini sebagai titik awal untuk pembentukan sebuah perencanaan implementasi singkat (atau yang lengkap) untuk pelayanan konseling atau karier yang lebih spesifik. Dipercaya bahwa lebih baik mencitakan perencanaan singkat yang meningkat sepanjang waktu daripada terlalu banyak praktisi dengan perencanaan
51
implementasi yang tidak realistis yang akhirnya mengakibatkan frustasi ketika tidak memenuhi tujuan-tujuann yang diharapkan. Asumsi khusus dari model penggunaan bimbingan konseling berbasis web ini adalah bahwa: a.
Perencanaan yang baik memperbaiki desain dan penggunaan website;
b.
Beberapa rencana lebih baik daripada tidak ada rencana sama sekali;
c.
Implementasi merupakan proses yang berkelanjutan yang dapat meningkat sepanjang waktu.
4.
Tahapan Proses Pelaksanaan Model Bimbingan dan Konseling Berbasis Web Pada proses pelaksanaanya, model bimbingan dan konseling berbasis web
dibagi ke dalam beberapa bagian yang mencakup: a) Evaluasi program, b) Pengembangan website, c) Integrasi website, d) Pelatihan staf, e) penggunaan Percobaan, f) Pengoperasian, dan g) Evaluasi. a.
Evaluasi Program Tahapan ini menyajikan dasar bagi proses implementasi, yang membantu
meyakinkan bahwa website digunakan untuk hal yang benar oleh konseli yang tepat pula. Prosesnya dimulai dengan evaluasi seberapa baik sumber dan pelayanan organisasi dalam memenuhi kebutuhan konseli dan individu. Jika evaluasi menekankan bahwa perubahan diperlukan dalam sumber dan pemberian layanan maka fitur-fitur dalam website itu dikaji ulang. Jika website baru atau yang sudah direvisi nampak sesuai maka organisasi selanjutnya menyiapkan
52
proses implementasi dengan membentuk panitia pelaksanaan dan kordinator website untuk membimbing proses itu. Sebuah perencanaan implementasi disiapkan dan dukungan diperoleh dari para pihak terkait dan administrator bagi penggunaan website tersebut. Evaluasi sumber dan layanan terkini yang tersedia berupa: 1) Mengkaji kebutuhan konseli dan individu; 2) Mengkaji penilaian, informasi dan sumber pembelajaran terkini yang tersedia; 3) Mengkaji layanan yang secara efektif membantu konseli menggunakan sumber yang tersedia; 4) Mengidentifikasi kebutuhan konseli dan individu yang secara efektif dipenuhi oleh sumber dan layanan; 5) Mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam sumber dan layanan terkini secara efektif dalam pemenuhan kebutuhan konseli dan individu; 6) Mengkaji konten dan fitur unggulan dari website tersebut; 7) Mengidentifikasi bagaimana website dapat meningkatkan kesuksesannya dan mengurangi hambatan dalam sumber/layanan;
Menyiapkan implementasi website antara lain: 1) Membentuk panitia implementasi dan memilih koordinator website; 2) Menyiapkan perencanaan bagi immplementasi website; 3) Mengidentifikasi pihak terkait dan administrator yang dapat mendukung peningkatan pelayanan
53
b. Pengembangan Website Dengan menggunakan evaluasi program data di atas, tahapan ini membantu meyakinkan bahwa pengembangan website berpotensi secara efektif memenuhi kebutuhan konseli dan organisasi. Prosesnya dimulai dengan pesiapan bagi pengembangan website (mengkaji ulang desain yang lain dan adanya persetujuan dalam hal anggota dan anggaran). Selanjutnya, anggota organisasi secara bersama-sama mengembangkan isi website. Target, kebutuhan, dan sumber terkait dapat digambarkan dengan menggunakan latihan yang dibuat oleh Panke, Carr, Arkin,& Sampson (2001). Tahapan selanjutnya dari proses ini adalah pengembangan fitur website. Disini dibuat keputusan mengenai fitur desain yang mana diprototype-kan, dievaluasi, direvisi, dan kemudian diimplementasikan. Lihat rekomendasi desain website milik Sampson, Carr, Panke, Minvielle, & Vernick (2001). Elemen dari fase “pengembang fitur website” dapat diinisiasi ketika
fase
“pengembang
konten
website”
dilengkapi.
Ketika
website
dioperasikan, pengguna, staff, dan pihak terkait mengevaluasi konten dan fitur website. Akhirnya, keberlangsungan dokumentasi dari website ini telah dilengkapi ketika website resmi diluncurkan untuk pertama kalinya. Mempersiapkan pengembangan website dengan cara: 1) Mengkaji contoh website yang memiliki fitur beragam; dan 2) Menyetujui tugas para staf dan anggaran yang diperlukan. Mengembangkan konten website dengan cara:
54
1) Bagi setiap target yang telah diteliti, uraikan kebutuhan dan sumber informasi terkait berdasarkan tahapan evaluasi program di atas; 2) Bagi tiap link kebutuhan pengguna yang jelas, buat deskripsi judul dan hasil pembelajarannya; 3) Bagi tiap sumber informasi, kembangkan konten spesifik yang membantu sesuai kebutuhan; 4) Kembangkan informasi bantuan yang umum dan informasi organisasi untuk dimasukkan dalam website; 5) Edit semua konten untuk kejelasan dan konsistensi website; dan 6) Mengkaji ulang semua konten yang sesuai dengan praktek yang professional. Desain fitur website yaitu: 1) Menyetujui fitur website; 2) Menyetujui format tampilan teks (potongan informasi, panjang halaman, kapasitas memori, keterbacaan, dapat diakses, dan urutan daftar hal); 3) Menyetujui format tampilan grafik (penggunaan efektif dari ikon atau symbol dan fotografi); 4) Memilih software pengembangan dan penyampaian website; 5) Membuat desain halaman (header, footer, huruf, warna, kejelasan garis yang dipilih, style sheets, dll); 6) Membuat template untuk kejelasan target, kejelasan kebutuhan, dan penyampaian informasi;
55
7) Membuat halaman dan memasukkan link diantara halaman-halaman tersebut; dan 8) Membuat alat berdasarkan sumber (mesin pencari, peta situs, dan indeks). Mengevaluasi konten dan fitur website yaitu: 1) Mengadakan tes layak guna (mengobservasi pengguna); 2) Mensurvey tanggapan target, staf, dan pihak terkait; dan 3) Memilih software untuk memantau penggunaan website Melengkapi dokumen website (kepengarangan, strategi desain, dan spesifikasi teknis).
c.
Integrasi Website Dengan adanya pengembang website dalam tahapan sebelumnya, staf kini
dapat merancang bagaimana mengintegrasikan penggunaan website dengan cara yang sama dengan cara dimana sumber dan layanan disampaikan dalam organisasi. Prosesnya dimulai dengan mengkaji ulang kebutuhan terkini para staf serta sumber dan layanan terkini. Semua staf menjadi paham dengan webstie kemudian mengevaluasi bagaimana sistem tersebut “cocok” dengan layanan lama maupun
yang
baru.
Sebuah
rencana
kemudian
dikembangkan
untuk
menghubungkan website dengan sumber dan layanan organisasi lain. Peran semua anggota diteliti, termasuk staf profesional khusus, paraprofesional, dan intervensi dukungan staf administrasi terhadap konseli. Prosedur operasional ditentukan, dan sebuah perencanaan bagi pengevaluasian penggunaan website pun disiapkan.
56
Menyiapkan integrasi website dengan sumber dan layanan terdahulu atau yang baru yaitu: 1) Mengkaji kebutuhan konseli, staf, dan organisasi; 2) Mengkaji sumber dan layanan terkini yang disediakan bagi konseli; 3) Mendiskusikan isu teori dan praktek diantara staf untuk membangkitkan ide mengenai layanan terdahulu maupun yang baru untuk membantu konseli dan individu dalam menggunakan website tersebut; 4) Mengkaji relevansi secara professional untuk membangkitkan ide mengenai kualitas layanan yang disediakan oleh konseli; 5) Mengenalkan semua staf terhadap fitur dan pengoperasian website; 6) Menentukan bagaimana penggunaan website dalam pemberian layanan; 7) Menentukan bagaimana website dapat digunakan dengan penilaian, informasi dan sumber belajar yang lain; 8) Menentukan bagaimana konselor, paraprofessional, dan staf pendukung dapat membantu konseli menggunakan website secara efektif; dan 9) Menentukan bagaimana website dapat berkolaborasi dengan penyedia layanan yang lain. Menentukan cara pengoperasian website yaitu: 1) Menentukan bagaimana website akan digunakan oleh konseli dalam computer di pusat konseling/karier; 2) Mengembangkan prosedur untuk penjadwalan konseli dalm menggunakan website jika membuat janji digunakan; 3) Mengembangkan rencana pengevaluasian keefektifan website;
57
4) Merivisi kinerja hubungan masyarakat untuk dimasukkan dalam website; 5) Mengkomunikasikan perkembangan dengan para pihak terkait dan administrator yang dapat memberi dukungan
d. Pelatihan Staf Staf kini diberikan pelatihan yang penting bagi pengintegrasian website dengan pemberian layanan terdahulu. Prosesnya dimulai dengan pengembangan rencana pelatihan. Staf profesional, paraprofesional, dan staf administrasi kemudian menerima pelatihan khusus yang sesuai bagi peran mereka dalam pemberian layanan. Administrator dan pihak terkait kemudian dikenalkan dengan fitur dan penggunaan website. Keefektifan pelatihan ini kemudian dievalusi dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya untuk kegiatan latihan. Untuk itu diperlukan kegiatan yang terdiri dari: 1) Mengembangkan perencanaan pelatihan staf; 2) Melatih staf professional, paraprofessional, dan staf pendukung; 3) Mengenalkan desain dan penggunaan website kepada administrator dan pihak terkait; 4) Mengevaluasi keefektifan pelatihan dan rencana pelatihan selanjutnya; dan 5) Melanjutkan pelatihan staf sesuai kebutuhan
e.
Penggunaan Percobaan Keefektifan website dalam praktik aktualnya berdasarkan pada integrasi
software dan usaha pelatihan staf yang telah dijelaskan di atas dievaluasi oleh
58
grup pengguna percobaan. (Dalam buku ini, “pengguna” merujuk pada konseli yang menggunakan website konseling atau pusat karier sebagai sumber self-help). Prosesnya dimulai dengan identifikasi oleh pengguna percobaan terhadap hadirin yang dijadikan target website ini. Ketika pengguna percobaan menjelajahi website ini, observasi dan kritik mereka direkam dan dievaluasi. Pendesainan website, peran staf, prosedur operasional, dan usaha pelatihan dimodifikasi sesuai kebutuhan berdasarkan observasi dan interview pengguna percobaan. Kegiatannya meliputi: 1) Mengidentifikasi pengguna percobaan; 2) memulai sistem penggunaan percobaan; 3) mengobservasi
dan
mewawancara
pengguna
percobaan
untuk
mengidentifikasi keunggulan dan hambatan dalam desain dan integrasi website; 4) merevisi peran staf dan prosedur operasional sesuai kebutuhan; 5) melanjutkan pelatihan staf sesuai kebutuhan; 6) melanjutkan usaha penyebaran kepada masyarakat.
f.
Pengoperasian Dengan adanya pengalaman yang dicapai dalam masa percobaan, website
digunakan sebagai salah satu komponen dari usaha-usaha pemberian layanan secara total dari organisasi. Anggota dari target memiliki akses harian terhadap sumber dan layanan yang disajikan dalam website tersebut. Anggota staf secara terus-menerus mengelola konten dan fitur website. Data evaluasi dikumpulkan
59
dan usaha penyebaran kepada publik tetap dilanjutkan. Adanya respon terhadap data ini dan masukan dari kampanya kepada publik memberikan sumber yang penting bagi pengevaluasian data yang dapat digunakan dalam tahap selanjutnya. Kegiatan ini meliputi: 1) Mengoperasikan website; 2) mengumpulkan data evaluasi; dan 3) melanjutkan kinerja hubungan masyarakat.
g.
Evaluasi Dengan adanya pengalaman yang diperoleh selama pengoperasian, hasil
dari evaluasi ini digunakan untuk mengindikasikan perbaikan yang diperlukan dalam pendesainan dan penggunaan website tersebut. Informasi yang diperoleh dalam tahap ini kemudian digunakan dalam perbaikan pemberian layanan. Dengan bergantung pada sifat hasil evaluasi yang diperoleh dan perubahan hasil yang dibutuhkan, maka proses implementasi berputar kembali melalui masukan terhadap evaluasi program, pengembangan website, integrasi website, atau pelatihan staf, yang diikuti oleh penggunaan percobaan dan kelanjutan operasi website tersebut. December (1996) mencatat bahwa proses inovasi memerlukan kelanjutan siklus dalam pembuatan perubahan untuk mencapai tujuan website tersebut, antara lain: 1) Mengevaluasi desain dan penggunaan website dalam hal pemberian layanan; dan 2) memperbaiki desain dan penggunaan website berdasarkan hasil evaluasi.
60
Adapun ke tujuh tahapan model implementasi bimbingan dan konseling berbasis web dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan 2.3 Tujuh Tahapan Model Implementasi
Evaluasi Program
Pengembangan Website
Integrasi Website
Pelatihan Staf
Penggunaan Percobaan
Pengoperasian
Evaluasi
61
C. E-mail sebagai Alternatif Pengembangan Model Bimbingan dan Konseling Berbasis Web E-mail saat ini masih merupakan media yang paling banyak digunakan dalam elektronik terapy atau webcounseling (Keller & Goodman, 2004:140, Lia Yulianti, 2004:56). Faktor penyebabnya adalah baik konselor maupun konseli tidak harus online pada waktu yang bersamaan dan juga keduanya bisa memiliki cukup waktu untuk menuliskan pikiran-pikiran secara lengkap dan panjang. Oleh karena itu, biasanya media e-mail banyak diminati oleh orang yang suka menulis dan memiliki kesibukan padat. Salah satu layanan komunikasi melalui internet adalah e-mail, atau electronic-mail. Apabila kita berkomunikasi menggunakan e-mail, maka yang kita lakukan adalah mengetikkan pesan yang akan kita kirim pada program komputer yang dikhususkan untuk keperluan ini (e-mail clinet), seperti Outlook Express, Netscape Communicator, Eudora, Pegasus, dan lain-lain. Kemudian pesan yang telah disusun kita kirimkan, sebelumnya kita menghubungkan komputer kita dengan internet. Biasanya bersamaan dengan mengirim, kita juga sekaligus menecek apakah ada pesan yang ditujukan ke alamat kita. Setelah itu kita bisa memutuskan hubungan dengan internet. Bila kita telah terampil mengoperasikan program e-mail yang digunakan, proses tadi dapat berlangsung sangat cepat. Alhasil kita dapat melakukan penghematan pulsa telepon.
62
Electronic mail (e-mail) atau surat elektronik adalah layanan yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan surat dengan menggunakan komputer (Jaryana S, 1998). Seperti surat biasa, e-mail yang dikirim akan ditampung dalam mailbox si penerima. Beberapa alasan untuk menggunakan e-mail konseling sebagai berikut: 1.
E-mail konseling menyediakan ruang pribadi, kenyamanan dan keamanan bagi individu-individu yang memiliki kesulitan untuk membahas masalahmasalah pribadi mereka secara langsung dengan orang lain. Untuk beberapa individu, lebih mudah untuk mengekspresikan diri mereka secara tertulis dari tatap muka atau di telepon. E-mail konseling menawarkan tingkat privasi pribadi yang berlangsung di luar kemampuan telepon dan terapi face to face.
2.
Dengan e-mail konseling, mengatur kecepatan, dapat mengambil waktu sebanyak yang tanggapan
inginkan untuk menenangkan pikiran, mencerminkan
dan orang-orang yang
konselor, menanggapi mereka ketika
sudah siap. Konseling melalui e-mail menyediakan cara yang sangat baik untuk melacak kemajuan dan meninjau catatan sesi terakhir. 3.
E-mail atau online konseling pedoman yang ditetapkan oleh organisasi profesi. The California Dewan perilaku Ilmu set ketat pedoman untuk lisensi profesional dan memberikan informasi kepada konsumen di situs Web mereka.
4.
Online atau e-mail konseling memberikan akses ke orang-orang yang cacat fisik, atau orang-orang yang tidak akan atau tidak dapat mengakses pengobatan lokal.
Berbicara dengan orang-orang cacat atau mendengar,
63
orang-orang yang prihatin tentang pendapat orang lain dapat faedah dari terapi itu sendiri. 5.
Hal ini diyakini bahwa kesalahpahaman yang terjadi dalam tatap muka terapi dapat diminimalkan menggunakan e-mail konseling.
6.
Therapies formal telah disesuaikan untuk penggunaan online.
7.
Konseling oleh videophone atau e-mail dapat sangat membantu bagi masyarakat.
E-mail mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan surat biasa. 1.
Keuntungan E-mail konseling a. Pengirimnya cepat, dari setengah jam sampai sehari. b. Sangat murah biayanya, yakni beberapa detik dari pulsa telepon, baik di dalam maupun ke luar negeri. c. Dapat mengirimkan beberapa surat, semudah mengirimkan satu surat. d. E-mail yang masuk dapat dengan mudah dicatat dan dikembalikkan kepada pengirimnya, atau disampaikan kepada orang lain.
2.
Kelemahan E-mail konseling a. E-mail tidak selalu sampai. Kesalahan sedikit saja pada alamat akan menggagalkan pengiriman. b. Tidak semua orang dapat melihat e-mail secara teratur. Sementara sampul surat biasa akan mudah dibaca. c. Beberapa karakteristik jenis layanan (online) dikategorikan menjadi empat macam (etherapy.com, 2009), yaitu sebagai berikut.
64
1) Konseling melalui internet (elektronik therapy) adalah konseling dengan konsultasi intensif, mendalam, dan berkelanjutan. 2) Nasihat adalah konseling yang tidak mendalam karena biasanya hanya sekali konsultasi saja. 3) Praktek pribadi adalah website yang ada di internet dengan cara menghubungi seorang atau beberapa konselor yang menawarkan konsultasi lebih personal. 4) Klinik adalah gabungan beberapa website dengan banyak konselor. Biasanya kurang personal tetapi lebih aman.
E-mail konseling sebagai alternatif pengembangan model layanan bimbingan dan konseling berbasis Web memiliki kelebihan dan kekuarangan, seperti yang telah dikemukakan di atas, adapun untuk lebih jelasnya kelebihan dan kekurangan tersebut dapat dilakukan analisis SWOT. Dalam analisis SWOT tidak hanya kelebihan (Strengths) dan kekurangan(Weakness) E-mail konseling saja yang dapat diketahui, namun tantangan (Opportunities) serta upaya untuk menanggulanginya (Threats) pun dapat diketahui. Berikut adalah analisis SWOT mengenai penggunaan E-mail konseling sebagai alternatif pengembangan model layanan bimbingan dan konseling berbasis Web.
Tabel 2.1 Analisis SWOT Pelaksanaan Webcounseling WEAKNESS OPPORTUNITIE THREATS STRENGTHS -Melintas ruang -Tidak diketahui -Cukup Terbuka -Memerlukan dan waktu -Siapa saja dapat
reaksi non verbal -Reaksi
-Diperlukan
Sarana dan
peningkatan mutu
Prasarana yang
65
mengakses
tertunda/tidak
untuk
mahal, serta
-Dapat direkam
langsung
profesionalisme
belum merata
-Kerahasiahan
SDM yang terlatih
disetiap sekolah
-Lebih cepat
tidak terjaga
- Munculnya
-SDM yang
-Hemat tenaga
-Infrastruktur
softwear yang
belum hl terhadap
memudahkan
penggunaan
konselor dan proses
Komputer untuk
dan dijaga
-Hemat waktu -Jangkauan Luas
mahal -Pemerataan
-Lintas Budaya
sarana yang
konseling.
e-counseling
-Dapat di akses
kurang
- Mengembangkan
-Karena
institusi yang
keterbatasan
memberikan
SDM maka
kapan saja
-Terbatasnya
-Manipulasi data Skill ICT oleh ekonseli -Security system
pengguna
pendidikan/pelatihan mengakibatkan dan menerbitkan
pelayanan yang
terjadinya
sertifikasi ataupun
tertunda
Kendala Real
lisensi bagi
-Manipulasi data
time
ecounsellor.
oleh ekonseli
(sending
- Meluaskan
-Security system
interrupted)
jaringan bagi
(data hacking)
-Masih
-Koneksi tidak menentu -Belum tersedia
ecounsellor untuk saling bertukar informasi.
Str kompetensi
- Penggunaan data-
e-counsellor
data konseling untuk
- Belum diaturnya Kode etik penggunaan ecounseling -Lemahnya Keamanan
melakukan riset konseling
66
Selain analisis SWOT di atas, berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan beberapa jenis layanan webcounseling termasuk perbedaan antara satu dan yang lainnya (Latipah, 2009:23-24).
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Layanan No
Jenis Situs
1.
Weblog
Kelebihan 1. Dapat diakses oleh teman yang tidak terbatas. 2. Bisa menuliskan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara panjang. 3. Ada publikasi jam dan tanggal penulisan secara otomatis.
Kekurangan 1. Komentar bisa menyinggung perasaan blogger bila tidak difilter. 2. Tema penulisan yang bervariasi bisa mengurangi makna weblog sebagai media yang membangun.
4. Pesan multimedia. 2.
E-mail
1. Bisa dikirim melalui ponsel.
1. Akses terbatas.
2. Cepat
2. Salah kirim.
3. Reliabel (bisa disimpan).
3. Rawan penyadapan.
4. Pesan multimedia (bisa dengan
4. Pemalsuan identitas.
foto, gambar, video, file, dan program bahkan suara).
5. Kebanjiran e-mail (karena mailbox sudah lama tidak dibuka/dihapus. 6. Banyak sekali sampah (junkmail/spam) yang berupa iklan komersial. 7. Respon yang lambat karena tidak semua orang membuka email tiap hari.
67
3.
Friendster
1. Paling populer di 1. Tidak punya filtering spam Indonesia. 2. Mengubah tampilannya lebih mudah dan lebih variatif 3. Keleluasaan membuat profil pribadi . 4. Mudah untuk memberikan
yang baik sehingga mudah dipenuhi oleh iklan-iklan yang mengganggu. 2. Desain yang terlalu semarak menyulitkan meneliti profil member tertentu . 3. Fitur-fiturnya belum banyak yang dikembangkan, seperti pengkategorian foto yang ditampilkan secara polos.
komentar atau testimony. Social
5. Menu search
networking
friendster
(layanan
menyediakan
jejaring
pilihan atau
sosial)
kategori yang banyak. Facebook
1. Peringkat paling tinggi di dunia. 2. Tampilannya
1. Mail confirmation pascapendaftaran tidak masuk ke inbox, melainkan ke bulk.
bersih dan
2. Fitur yang berlimpah
minimalis.
3. Aplikasi yang banyak di
3. Dilengkapi dengan fitur yang lebih privat, fair, dan beretika. 4. Jumlah foto tak
halaman profil.
68
dibatasi. 5. Menyediakan fitur mobile acces dan mobile browsing. 6. Proses loadingnya lebih cepat. 7. Ada fitur games sehingga member bisa sambil main game. 5.
Chat room
Mudah mendapatkan respon jika
Kedua pihak harus online pada
(chatting)
sama-sama online.
waktu yang bersamaan.
Sumber: (Latipah, 2009:23-24)
D. Model Kesenjangan Pemberian Layanan Menurut Brown And Bond (1995), model kesenjangan merupakan salah satu kontribusi paling baik dan paling heuristis (bersifat menyelidik) terhadap khasanah pelayanan. Model ini mengidentifikasi tujuh kunci penyimpangan atau kesenjangan terkait dengan persepsi manajerial terhadap layanan mutu, dan tugas yang berhubungan dengan pelayanan (service delivery) terhadap pelanggan. Enam kesenjangan pertama (kesenjangan 1, 2, 3, 4, 6, dan 7) diidentifikasi sebagai fungsi dimana layanan disampaikan, sementara kesenjangan 5 berkenaan dengan pelanggan dianggap sebagai ukuran layanan mutu yang sebenarnya. Kesenjangan dimana metode SERVQUAL memberikan pengaruh adalah kesenjangan 5.
69
Terdapat tujuh kesenjangan utama dalam konsep layanan mutu. Model ini merupakan penjabaran dari Parasuraman et al. (1985). Berdasarkan penjelasan berikut (ASI Quality System, 1992; Curry, 1999; Luk and Layton, 2002), tiga kesenjangan utama yang terkait pelanggan luar adalah kesenjangan 1, kesenjangan 5 dan kesenjangan 6; karena ketiganya memiliki hubungan langsung dengan pelanggan. 1)
Kesenjangan 1: ekspektasi pelanggan vs persepsi manajemen: sebagai akibat dari kurangnya orientasi riset pasar, komunikasi dari bawahan ke atasan (upward communication) yang tidak memadai, dan terlalu banyak tingkatan manajemen.
2)
Kesenjangan 2: persepsi manajemen vs spesifikasi layanan: sebagai akibat dari kurangnya komitmen terhadap layanan mutu, suatu persepsi tentang ketidakmungkinan (unfeasibility), standarisasi tugas yang tidak memadai, dan tidak adanya seting tujuan.
3)
Kesenjangan 3: spesifikasi layanan vs penyampaian layanan (service delivery): sebagai akibat dari peran ambigu dan konflik, lemahnya kesesuaian pegawai dan pekerjaan dan lemahnya kesesuaian teknologi dan pekerjaan, kurangnya sistem kontrol pengawasan, kurangnya pengendalian dan kerja tim.
4)
Kesenjangan 4: service delivery vs komunikasi eksternal: sebagai akibat dari kurangnya komunikasi horizontal dan akibat dari kecenderungan untuk terlalu menjanjikan (over-promise).
70
5)
Kesenjangan 5: penyimpangan (discrepancy) antara ekspektasi dan persepsi pelanggan terhadap layanan yang diterima: sebagai akibat dari pengaruh dari pihak pelanggan dan kegagalan dari penyedia layanan (service provider). Dalam hal ini, ekspektasi pelanggan dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan personal, rekomendasi dari mulut ke mulut dan pengalaman layanan yang telah lalu.
6)
Kesenjangan 6: penyimpangan antara ekspektasi pelanggan dan persepsi pegawai:
sebagai akibat dari perbedaan dalam memahami ekspektasi
pelanggan oleh ujung tombak penyedia layanan. 7)
Kesenjangan 7: penyimpangan antara persepsi pegawai dan persepsi manajemen: sebagai akibat dari perbedaan dalam memahami ekpektasi pelanggan antara manajer dan penyedia layanan. Dari perspektif best value, pengukuran layanan mutu pada sektor layanan
jasa harus mempertimbangkan ekspektasi dan persepsi pelanggan terhadap layanan yang diterimanya. Namun demikian, disimpulkan oleh Robinson (1999) bahwa terdapat sedikit saja konsensus pendapat tentang bagaimana mengukur layanan mutu, sebaliknya terdapat perbedaan pendapat yang ada sangatlah besar. Salah satu model pengukuran layanan mutu yang telah diaplikasikan secara intensif adalah model SERVQUAL yang dikembangkan oleh Parasuraman et al. (1985, 1986, 1988, 1991, 1993, 1994; Zeithaml et al., 1990). SERVQUAL sebagai pendekatan yang dipakai untuk mengukur layanan mutu telah membandingkan ekspektasi pelanggan sebelum menerima layanan dengan persepsinya setelah layanan benar-benar diterima (Gronroos, 1982; Lewis and Booms, 1982;
71
Parasuraman et al., 1985). SERVQUAL telah menjadi metode yang paling dominan yang digunakan untuk mengukur persepsi pelangan terhadap layanan mutu. Instrumen ini memiliki lima dimensi atau faktor generik sebagai berikut (van Iwaarden et al., 2003): 1)
Tangibes. Fasilitas fisik, perlengkapan dan penampilan personel.
2)
Reliability. Kemampuan untuk menyajikan layanan seperti yang telah dijanjikan secara akurat dan dapat dipercaya.
3)
Responsiveness. Keinginan untuk menolong pelanggan dan memberikan layanan yang cepat dan tepat.
4)
Assurance (termasuk didalmnya kompetensi, sopan santun, kredibilias dan keamanan). Pengetahuan dan sopan santun pegawai serta kemampuan mereka untuk menginspirasikan kepercayaan dan rasa percaya diri.
5)
Empathy (termasuk akses, komunikasi, pemahaman terhadap pelangan). Rasa peduli dan perhatian secara individu yang diberikan perusahaan terhadap pelanggannya. Dalam instrumen SERVQUAL, pernyataan yang mengukur performa
dalam kelima dimensi ini, menggunakan tujuh poin skala Likert yang mengukur ekspektasi dan persepsi pelanggan (Gabbie and O’neill, 1996). Penting untuk diperhatikan bahwa, tanpa informasi yang memadai berkenaan dengan layanan mutu yang diharapkan (ekspektasi) dan persepsi akan layanan yang diterima, maka feedback dari survey pelanggan akan sangat menyesatkan (misleading) dari perspektif kebijakan dan operasional.
72
E. Penelitian Terdahulu Penggunaan layanan konseling melalui internet telah menarik perhatian beberapa peneliti. Hasil penelitian Neng Sri Hayati (2003) menunjukkan bahwa masalah-masalah yang ditangani melalui layanan e-mail dikelompokkan menjadi masalah belajar, akademik, karier, dan pribadi sosial. Teknik konseling yang digunakan adalah direktif dengan mengikuti prosedur diagnostik, yaitu meliputi identifikasi kasus, identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, dan pemberian treatment. Konseli yang mengikuti layanan ini menyatakan puas dengan ditunjukkan oleh respon mereka setelah melakukan proses konseling. Sementara itu, pada tahun 2004 Lia Yulianti melakukan kajian mengenai cybercounseling
atau
konseling
melalui
internet.
Dalam
penelitiannya,
dieksplorasi mengenai situs-situs yang menyediakan layanan konseling. Dari beberapa situs yang digambarkan, belum ada layanan yang khusus untuk Indonesia. Lia Yulianti mencatat bahwa spesifikasi layanan banyak menggunakan e-mail, chat room, dan video conference. Menurut pengakuan orang yang telah mencoba dan sukses baik secara langsung atau online adalah keterlibatan perasaan-perasaan lebih mendalam melalui tulisan. Begitu pun pada pembahasan setiap permasalahan. Bahkan konsultasi online juga mampu melatih untuk bisa mempercayai orang lain (Lia Yulianti, 2004:57). Ternyata menurut penelitian, kedekatan perasaan antara konselor dan konseli atau yang biasa disebut dengan “therapeutic alliance” terbukti merupakan faktor utama keberhasilan penyembuhan, bukan tekniknya. Dari survei yang melibatkan 400 lebih konseli, 90% lebih merasakan manfaat
73
konseling online. Jadi, jelas bahwa kelekatan dan jalinan rasa yang walaupun hanya lewat korespodensi surat dapat menyembuhkan (www.ismho.org; Yulianti, 2004:57). Konsultasi online bukan merupakan psikoterapi (Yulianti, 2004:58). Tetapi sesungguhnya mempunyai peran yang sama seperti terapi itu sendiri. Banyak pertanyaan untuk membandingkan antara konseling online dengan konseling konvensional. Isu-isu yang berkaitan di antaranya menyangkut efektivitas, etika, hubungan antara konseli dan konselor serta komunikasi nonverbal dalam mikro bimbingan dan konseling. Bagaimana pun, tidak semua orang bisa atau menyenangi menjalin hubungan tanpa bertemu langsung. Bagi orang seperti ini diperlukan kerja keras. Perbedaan itu bukan untuk dipermasalahkan, tetapi harus disingkapi. Itu sudah menjadi suatu yang alami untuk menyelidiki inovasi terbaru. Berdasarkan penelitian (Hughes, 1999; Kraut dkk., 1998; Sanders, Field, Diego, & Kaplan, 2000; Weitzman, 20001; Young & Rogers, 1998), remaja yang sering menggunakan Internet kemungkinan akan merasa tertekan atau terasing secara sosial. Banyak remaja malah akan mencari treatment untuk masalah kesehatan psikis seperti depresi dan kecemasan dan kemungkinan punya niat bunuh diri.
74
Berdasarkan penelitian skripsi berjudul “Model Sistem Ecounseling Dengan Media Weblog untuk Layanan Bimbingan dan Konseling” yang dilakukan oleh Hanry pada tahun 2009 mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Siswa SMAN 3 Bandung telah memiliki kebiasaan berintenet, hal ini merupakan sebuah komoditas yang dapat mendorong kreativitas dan inovasi pendidikan dapat diimplementasikan. 2. Pelayanan bimbingan dan konseling di SMAN 3 belum sepenuhnya optimal, karena terdapat keterbatasan waktu dan tempat, jadi pemberian layanan selama ini masih difokuskan pada siswa yang bermasalah saja. 3. Masih banyak siswa yang belum pernah datang ke ruang bimbingan dan konseling, mereka merasa canggung ketika berkunjung ke ruang bimbingan dan konseling, dan sering mendapatkan hambatan ketika akan berkonsultasi. 4. Seluruh siswa yang pernah melakukan bimbingan dan konseling melalui media internet merasa sangat terbantu. Setelah membaca hasil penelitian terdahulu ada benang merah tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa (remaja) pada umumnya. Masalah tersebut antara lain masalah di bidang pribadi, sosial, belajar dan karier. Teknik yang digunakan dalam konseling online tidak menjadi penentu keberhasilan proses konseling online, tetapi lebih menekankan kepercayaan kepada konselor. Oleh karena itu, pada prakteknya di lapangan (sekolah) diperlukan pendekatanpendekatan personal sebagai pengantar perkenalan dengan pihak siswa. Sementara daya dukung kemampuan siswa dan konselor dalam memahami IT juga menjadi pendukung keberhasilan proses konsultasi secara online. Karena
75
itu ke depan arah penelitian yang dikembangkan memerlukan dukungan sistem seperti: kebijakan, kerjasama, sarana yang memadai, kompetensi konselor bukan halnya dalam konten program bimbingan dan konseling, tetapi juga kompetensi menggunakan IT, serta dukungan dari siswa secara sinergi.