TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
BAB IV ANALISA PEMBAHASAN
4.1 WAKTU PENGEREMAN KENDARAAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan secara umum, waktu pengereman dari sistem konvensional dan Anti-Lock ( ABS ) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Waktu Berhenti Kendaraan Setelah Direm
Waktu Berhenti Kendaraan Setelah di Rem
Sistem Pengereman Konvensional
Sistem Pengereman Anti-Lock
20 Km/jam ( 5,55 m/s )
0, 942 detik
0, 707 detik
40 Km/jam ( 11,11 m/s )
1, 887 detik
1, 415 detik
60 Km/jam ( 16,66 m/s )
2, 830 detik
2, 122 detik
80 Km/jam ( 22,22 m/s )
3, 775 detik
2, 831 detik
100 Km/jam ( 27,78 m/s)
4, 719 detik
3, 539 detik
Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel , terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk berhenti memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sebagai contoh, pada sistem pengereman konvensional pada saat kendaraan melaju pada kecepatan 20 Km/jam , kendaraan tersebut membutuhkan waktu sekitar 0,942 detik untuk dapat berhenti, sedangkan untuk kendaraan yang UNIVERSITAS MERCU BUANA
68
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
menggunakan sistem pengereman Anti-Lock , hanya membutuhkan waktu sekitar 0,707 detik.
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Kecepatan Terhadap Waktu Berhenti
Jadi antara sistem pengereman konvensional dengan sistem pengereman Anti-Lock terdapat selisih waktu sekitar 0, 235 detik. Sehingga semakin tinggi kecepatan mobil, maka selisih waktu berhenti kendaraan pun semakin lama semakin membesar.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
69
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
Gambar 4.2 Kurva Penurunan Kecepatan Terhadap Waktu Berhenti
4.2 JARAK PENGEREMAN KENDARAAN
Untuk mengetahui berapa jarak yang dibutuhkan kendaraan sampai benar – benar berhenti pada kecepatan yang telah ditentukan, dilakukang perhitungan secara teoritis pada bab 3 sehingga diperoleh data-data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jarak Berhenti Kendaraan Setelah Direm
Jarak Berhenti Kendaraan Setelah di Rem
Sistem Pengereman Konvensional
Sistem Pengereman Anti-Lock
20 Km/jam ( 5,55 m/s )
2, 611 meter
1, 961 meter
40 Km/jam ( 11,11 m/s )
10, 479 meter
7, 856 meter
UNIVERSITAS MERCU BUANA
70
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
60 Km/jam ( 16,66 m/s )
23, 570 meter
17, 669 meter
80 Km/jam ( 22,22 m/s )
41, 939 meter
31, 449 meter
100 Km/jam (27,78 m/s)
65, 537 meter
49,146 meter
Berdasarkan angka yang terlihat pada tabel diatas, jarak berhenti kendaraan setelah direm memiliki perbedaan antara kendaraan yang menggunakan sistem pengereman konvensional dengan kendaraan yang menggunakan sistem pengereman Anti-Lock.
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Kecepatan Terhadap Jarak Pengereman
UNIVERSITAS MERCU BUANA
71
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
Sebagai contoh, pada kendaraan yang menggunakan sistem pengereman konvensional, jarak yang ditempuh kendaraan untuk berhenti pada kecepatan 20 Km/jam adalah 2, 611 meter, berbeda dengan kendaraan yang menggunakan sistem pengereman Anti-Lock . kendaraan yang menggunakan sistem pengereman Anti-lock dapat menempuh jarak yang relatif lebih pendek yaitu sekitar 1, 961 meter,
sehingga terdapat selisih jarak berhenti sekitar
0, 65 meter. Hal ini
merupakan bukti bahwa sistem pengereman Anti-lock memiliki tingkat performansi yang lebih baik jika dibandingkan dengan kendaraan dengan sistem pengereman konvensional.
Gambar 4.4 Kurva Penurunan Kecepatan Terhadap Jarak Pengereman
UNIVERSITAS MERCU BUANA
72
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
4.3 GAYA PENGEREMAN PADA RODA DEPAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan secara umum, gaya pengereman pada roda depan dari sistem konvensional dan Anti-Lock ( ABS ) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Gaya pengereman pada roda depan
Gaya pengereman pada roda depan
Sistem Pengereman Konvensional
Sistem Pengereman Anti-Lock
20 Km/jam ( 5,55 m/s )
6774, 236 N
7073, 682 N
40 Km/jam ( 11,11 m/s )
13683, 958 N
14288, 837 N
60 Km/jam ( 16,66 m/s )
20519, 77 N
21426, 825 N
80 Km/jam ( 22,22 m/s )
27367, 916 N
28577, 675 N
100 Km/jam ( 27,78 m/s)
34216, 053 N
35728, 524 N
Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel , gaya pengereman pada roda depan antara sistem pengereman konvensional dengan sistem pengereman Anti-Lock terlihat perbedaan yang cukup signifikan. Sebagai contoh, pada sistem pengereman konvensional pada saat kendaraan melaju pada kecepatan 20 Km/jam , gaya pengeremannya sebesar 6774, 236 N sedangkan untuk kendaraan yang menggunakan sistem pengereman Anti-Lock , gaya pengereman yang
UNIVERSITAS MERCU BUANA
73
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
dihasilkan yakni 7073, 682 N sehingga gaya pengereman yang dihasilkan lebih besar.
Gambar 4.5 Grafik gaya pengereman pada roda depan
Jadi antara sistem pengereman konvensional dengan sistem pengereman Anti-Lock , pada saat peristiwa pengereman berlangsung, terdapat selisih gaya sebesar 299, 446 N . Semakin tinggi kecepatan mobil, maka selisih gaya pengereman pada roda depan kendaraan pun semakin lama semakin membesar.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
74
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
Gambar 4.6 Kurva gaya pengereman pada roda depan
4.4 GAYA PENGEREMAN PADA RODA BELAKANG
Untuk mengetahui
gaya pengereman pada roda belakang berdasarkan
kecepatan yang telah ditentukan, dilakukang perhitungan secara teoritis sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.4 Gaya pengereman pada roda belakang
Gaya pengereman pada roda belakang
Sistem Pengereman Konvensional
Sistem Pengereman Anti-Lock
20 Km/jam ( 5,55 m/s )
4968, 26N
4667, 07 N
UNIVERSITAS MERCU BUANA
75
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
40 Km/jam ( 11,11 m/s )
10035, 89 N
9427, 49 N
60 Km/jam ( 16,66 m/s )
15049, 32 N
14137, 002 N
80 Km/jam ( 22,22 m/s )
20071, 78 N
18854, 99 N
100 Km/jam ( 27,78 m/s)
25094, 246 N
23572, 985 N
Berdasarkan tabel diatas, sebagai contoh pada kecepatan kendaraan 20 Km/jam terlihat bahwa gaya pengereman yang terjadi di roda belakang kendaraan yang menggunakan sistem pengereman konvensional lebih besar yakni 4968, 26 N jika dibandingkan dengan kendaraan yang menggunakan sistem pengereman AntiLock yaitu sebesar 4667, 07 N. Hal ini terjadi karena pada sistem pengereman AntiLock gaya pengereman yang terjadi pada roda depan lebih besar sehingga gaya pengereman pada roda belakang menjadi berkurang.
Gambar 4.7 Grafik gaya pengereman pada roda belakang
UNIVERSITAS MERCU BUANA
76
TUGAS AKHIR
TEKNIK MESIN
Gaya pengereman yang terjadi pada roda depan lebih besar jika dibandingkan dengan gaya pengereman yang terjadi pada roda belakang dikarenakan adanya pertambahan gaya pada roda depan dan pengurangan gaya pada roda belakang pada saat peristiwa pengereman berlangsung.
Gambar 4.8 Kurva gaya pengereman pada roda belakang
Dengan demikian dapat dipahami, berdasarkan hasil yang didapatkan melalui proses pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, sistem pengereman Anti-Lock ( ABS ) memiliki tingkat performansi yang lebih baik jika dibandingkan dengan sistem pengereman konvensional.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
77