BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persamaan dan Perbedaan Pengaturan Percobaan pada Kitab UndangUndang Hukum Pidana Indonesia dan Singapore Penal Code 1. Pengaturan Percobaan Tindak Pidana berdasarkan KUHP Indonesia Secara umum pengaturan tentang percobaan diatur menurut Pasal 53 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan : (1) percobaan untuk melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri (2) maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga (3) jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun (4) pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai. Sebagai tambahan, percobaan melakukan pelanggaran tidak dipidana, hal tersebut tercantum dalam Pasal 54 KUHP. Pada dasarnya undang-undang tidak memberikan definisi apakah yang dimaksud dengan percobaan, tetapi hanya memberikan berupa ketentuan mengenai syarat-syarat percobaan tindak pidana seperti apa yang dapat dihukum. Secara harafiah percobaan sendiri dapat dikatakan sebagai suatu tindakan menuju kesesuatu hal akan tetapi tidak sampai pada hal yang dituju tersebut, atau dapat juga dikatakan hendak melakukan sesuatu dan sudah dimulai, tapi tidak selesai. Contohnya saja hendak mencuri barang tetapi tidak sampai dapat mengambil barang tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan dalam tinjauan pustaka, bahwa dikarenakan dalam KUHP sendiri tidak memberikan definisi apa yang dimaksud dengan Percobaan Tindak Pidana, akan tetapi diberikan
41
42
penjelasan mengenai syarat-syarat suatu tindak pidana tersebut dikatakan sebagai percobaan dan dapat dikenai hukuman, yaitu : a. Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan tersebut; b. Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu; dan c. Perbuatan kejahatan itu tidak jadi sampai selesai karena terhalang oleh sebab-sebab yang timbul kemudian, bukan berasal atas kemauan orang tersebut. Contohnya apabila seseorang berniat akan berbuat kejahatan dan ia telah mulai melakukan kejahatan tersebut, akan tetapi karena timbul rasa menyesal dalam hati ia mengurungkan perbuatannya, sehingga kejahatan tidak jadi sampai selesai, maka ia tidak dapat dihukum atas percobaan atas kejahatan itu, karena tidak jadinya kejahatan itu selesai adalah atas kemauannya sendiri. Berbeda jika tidak selesainya kejahatan adalah karena tidak sengaja ketahuan oleh polisi atau orang lain, maka ia dapat dihukum karena hal yang mengurungkan kejahatannya ada diluar kemauannya. Pasal 53 KUHP tentang percobaan secara implisit berlaku bagi pasalpasal lainnya yang terdapat pada Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, akan tetapi ada beberapa pengecualian dalam pasal yang walaupun sifatnya percobaan melakukan tindak pidana tetapi tidak dijatuhi hukuman pidana, yaitu : Pasal 184 (1) Seseorang diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, jika ia dalam perkelahian tanding itu tidak melukai tubuh pihak lawannya. (2) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan empat bulan, barangsiapa melukai tmbuh lawannya. (3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa melukai berat tubuh lawannya. (4) Barang siapa yang merampas nyawa lawannya, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, atau jika perkelahian tanding
43
itu dilakukan dengan perjanjian hidup atau mati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (5) Percobaan perkelahian tanding tidak dipidana Pasal 302 (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan : 1. barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya; 2. barang siapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, yang seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya dan ada di bawah
pengawasannya,
atau
kepada
hewan
yang
wajib
dipeliharanya. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah, karena penganiayaan hewan. (3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas. (4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana Pasal 351 (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. (3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
44
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. (5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Pasal 352 (1) Kecuali yang tersebut dalam Pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya. (2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Jadi, selain beberapa pasal yang telah disebutkan, semua tindak pidana yang tercantum dalam pasal KUHP bertautan dengan Pasal 53 KUHP tentang Percobaan.
2. Pengaturan Percobaan Tindak Pidana berdasarkan Singapore Penal Code Singapura mengatur tentang Percobaan Tindak Pidana dalam Pasal 511 BAB XXIII Attempts to Commit Offences yang bunyinya : Punishment for attempting to commit offences (1) Subject to subsection (2), whoever attempts to commit an offence punishable by this Code or by any other written law with imprisonment or fine or with a combination of such punishments, or attempts to cause such an offence to be committed, and in such attempt does any act towards the commission of the offence, shall, where no express provision is made by this Code or by such other written law, as the case may be, for the punishment of such attempt, be punished with such punishment as is provided for the offence. (2) The longest term of imprisonment that may be imposed under subsection (1) shall not exceed — (a) 15 years where such attempt is in relation to an offence punishable with imprisonment for life; or (b) one-half of the longest term provided for the offence in any other case. Illustration : (a) A makes an attempt to steal some jewels by breaking open a box, and finds after so opening the box that there is no jewel in it. He has
45
done an act towards the commission of theft, and therefore is guilty under this section. (b) A makes an attempt to pick the pocket of Z by thrusting his hand into Z’s pocket. A fails in the attempt in consequence of Z’s having nothing in his pocket. A is guilty under this section. Artinya : (1) Subjek pada ayat (2), siapa saja yang mencoba melakukan tindak pidana yang dapat dihukum melalui undang-undang ini atau melalui hukum tertulis lainnya dengan penjara atau denda atau dengan keduanya, atau percobaan yang menyebabkan tindak pidana tersebut dilakukan, dan dalam tindakan percobaan tersebut telah mengarah terhadap tindak pidana, akan, dimana tidak ada ketentuan yang jelas dibuat melalui undang-undang ini atau melalui hukum tertulis lainnya, dilihat dari masalahnya untuk hukuman dari percobaan tersebut, dihukum dengan hukuman seperti dalam tindak pidana. (2) Masa hukuman penjara terpanjang yang dapat dikenakan pada ayat (1) tidak boleh melewati— (a) 15 tahun dimana percobaan tersebut berhubungan dengan tindak pidana yang dihukum dengan penjara seumur hidup (b) Setengah dari masa terlama yang diberikan untuk tindak pidana dalam kasus lain. Ilustrasi : (a) A melakukan percobaan untuk mencuri sebuah perhiasan dengan cara membobol kotak, dan menemukan ketika kotak tersebut dibuka ternyata tidak ada perhiasan di dalamnya. Dia telah mencoba melakukan tindak pidana pencurian, dengan begitu dia bersalah menurut pasal ini. (b) A mencoba mencopet dari Z dengan cara memasukkan tangannya ke kantong Z. A gagal karena Z tidak memiliki apapun di kantongnya. A bersalah menurut pasal ini. Selain itu pengaturan yang mencantumkan secara eksplisit mengenai percobaan selain apa yang tercantum pada Pasal 511 ada beberapa, yaitu :
46
Attempt to murder 307 – (1) Whoever does any act with such intention or knowledge and under such circumstances that if he by that act caused death he would be guilty of murder, shall be punished with imprisonment for a term which may extend to 15 years, and shall also be liable to fine; and if hurt is caused to any person by such act, the offender shall be liable either to imprisonment for life, or to imprisonment for a term which may extend to 20 years, and shall also be liable to caning or fine or both. Illustration : (a) A shoots at Z with intention to kill him, under such circumstances that, if death ensued, A would be guilty of murder. A is liable to punishment under this section. (b) A, with intention of causing the death of a child of tender years, throws the child into a river. A has committed the offence defined by this section, although the death of the child does not ensue. (c) A, intending to murder Z, buys a gun and loads it. A has not yet committed the offence. A fires the gun at Z. He has committed the offence defined in this section; and if by such firing he wounds Z, he is liable to the punishment provided by the latter part of this section. (d) A, intending to murder Z by poison, purchases poison and mixes the same with food which remains in A’s keeping; A has not yet committed the offence defined in this section. A places the food on Z’s table or delivers it to Z’s servants to place it on Z’s table. A has committed the offence defined in this section. Other offences by convicts (2) When any person offending under this section is under sentence of imprisonment for life, he may, if hurt is caused, be punished with death. Artinya : Percobaan melakukan pembunuhan 307 – (1) Barang siapa melakukan sesuatu dengan niatan atau mengetahui dalam keadaan apapun bahwa perbuatannya tersebut dapat menyebabkan kematian maka dijatuhi sebagai tidnak pidana pembunuhan, dengan ancaman pidana penjara hingga 15 tahun dan dapat dikenai denda; dan jika perbuatan tersebut melukai seseorang, pelaku dapat dikenai baik itu penjara seumur hidup atau ancaman penjara hingga 20 tahun, dan juga dapat dikenai hukuman cambuk atau denda atau keduanya.
47
Ilustrasi : (a) A menembak Z dengan niat untuk membunuh, dalam keadaan tersebut, jika terjadi kematian, maka A akan dijatuhi tindak pidana pembunuhan, A dapat dikenai pidana dalam pasal ini (b) A dengan niatan menyebabkan kematian anak dibawah umur, membuang anak tersebut ke sungai. A telah melakukan tindak pidana yang tercantum dalam pasal ini, walaupun kematian anak tersebut tidak diketahui (c) A berniat membunuh Z, membeli senjata api dan mengisinya. A belum melakukan tindak pidana. A menembak Z. Maka A telah melakukan tindak pidana yang tercantum dalam pasal ini, dan jika akibat tembakan tersebut telah melukai Z (d) A berniat membunuh Z dengan racun, membeli racun dan mencampurnya dengan makanan yang disimpan oleh A; A belum melakukan tindak pidana yang tercantum dalam pasal ini. A menempatkan makanan tersebut di meja Z atau memberikannya kepada pelayan Z agar ditempatkan di meja Z. A telah melakukan tindak pidana yang tercantum dalam pasal ini. Tindak Pidana lain yang dilakukan nara pidana (2) barang siapa yang melanggar pasal ini sedang dijatuhi pidana penjara seumur hidup, jika mengakibatkan luka, maka akan dijatuhi pidana mati.
Attempt to commit culpable homicide 308. Whoever does any act with such intention or knowledge and under such circumstances that if he by that act caused death he would be guilty of culpable homicide not amounting to murder, shall be punished with imprisonment for a term which may extend to 7 years, or with fine, or with both; and if hurt is caused to any person by such act, the offender shall be punished with imprisonment for a term which may extend to 15 years, or with fine, or with caning, or with any combination of such punishments. Illustration : A, on grave and sudden provocation, fires a pistol at Z, under such circumstances that if he thereby caused death he would be guilty of culpable homicide not amounting to murder. A has committed the offence defined in this section.
48
Artinya : Percobaan melakukan pembunuhan yang patut dipersalahkan 308. Barang siapa melakukan perbuatan dengan maksud atau mengetahui dan dalam keadaan apapun perbuatan tersebut mengakibatkan kematian, maka ia akan dinyatakan bersalah atas pembunuhan yang patut dipersalahkan tidak sama dengan pembunuhan akan dipidana dengan pidana penjara hingga 7 tahun, atau dengan denda, atau keduanya; dan jika menyebabkan luka pada seseorang, maka pelaku diancam pidana penjara hingga 15 tahun, atau dengan denda, atau dengan hukuman cambuk, atau kombinasi dari ancaman pidana tersebut. Ilustrasi : A, di suatu kuburan dan terprovokasi, menembakan pistol ke arah Z, dalam keadaan tersebut jika perbuatannya mengakibatkan kematian maka akan dijatuhi tindak pidana pembunuhan yang patut dipersalahkan. A telah melakukan tindak pidana yang diatur dalam pasal ini.
Attempt to commit suicide 309. Whoever attempts to commit suicide, and does any act towards the commission of such offence, shall be punished with imprisonment for a term which may extend to one year, or with fine, or with both. Artinya : Percobaan melakukan bunuh diri 309. Barang siapa mencoba melakukan bunuh diri dan melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan tindak pidana tersebut, dipidana penjara maksimal 1 tahun atau dengan denda, atau keduanya.
Assault or criminal force in committing or attempting to commit theft of property carried by a person 356. Whoever assaults or uses criminal force on any person, in committing or attempting to commit theft of any property which that person is then wearing or carrying, shall be punished with imprisonment for a term of not less than one year and not more than 7 years, and shall also be liable to caning.
49
Artinya : Penyerangan atau tindak pemaksaan dalam melakukan atau mencoba melakukan pencurian barang yang dibawa oleh seseorang 356. Barang siapa menyerang atau menggunakan paksaan pada setiap orang, dalam melakukan atau mencoba melakukan pencurian barang yang dipakai atau dibawa oleh seseorang, dihukum dengan pidana penjara minimal satu tahun dan maksimal tujuh tahun, juga dapat dijatuhi hukuman cambuk.
Assault or criminal force in attempting wrongfully to confine a person 357. Whoever assaults or uses criminal force to any person, in attempting wrongfully to confine that person, shall be punished with imprisonment for a term which may extend to one year, or with fine which may extend to $3,000, or with both. Artinya : Penyerangan atau tindak pemaksaan dalam percobaan mengurung seseorang 357. Barang siapa menyerang atau menggunakan pemaksaan kepada setiap orang, dalam mencoba menahan orang tersebut, dihukum pidana penjara yang dapat diperpanjang hingga satu tahun, atau dikenai denda hingga 3000 dollar atau dengan keduanya.
Attempt to commit robbery 393. Whoever attempts to commit robbery shall be punished with imprisonment for a term of not less than 2 years and not more than 7 years and shall also be punished with caning with not less than 6 strokes. Artinya : Percobaan melakukan perampokan 393. Barang siapa mencoba untuk melakukan perampokan dihukum pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal tujuh tahun, dan juga dijatuhi hukuman cambuk tidak kurang dari 6 pukulan.
50
Robbery when armed or with attempt to cause death or grievous hurt 397. If at the time of committing or attempting to commit robbery, the offender is armed with or uses any deadly weapon, or causes grievous hurt to any person, or attempts to cause death or grievous hurt to any person, such offender, and any other person jointly concerned in committing or attempting to commit such robbery, shall be punished with caning with not less than 12 strokes, in addition to any other punishment to which he may be liable under any other section of this Code. Artinya : Perampokan dengan senjata atau dengan mencoba mengakibatkan kematian atau luka serius 397. Jika saat melakukan atau mencoba melakukan perampokan, pelaku dipersenjatai
dengan
atau
menggunakan
benda
berbahaya,
atau
menyebabkan luka serius kepada seseorang, atau mencoba mengakibatkan kematian atau luka serius terhadapa seseorang, maka pelaku, dan siapapun yang bersama-sama terlibat dalam melakukan atau mencoba melakukan perampokan tersebut, dihukum dengan hukuman cambuk tidak kurang dari 12 pukulan, sebagai tambahan hukuman yang bisa jadi dijatuhkan pada pelaku dalam pasal lain di undang-undang ini.
Waging or attempting to wage war or abetting the waging of war against the Government 121. Whoever wages war against the Government, or attempts to wage such war, or abets the waging of such war, shall be punished with death, or with imprisonment for life and shall, if he is not sentenced to death, also be liable to fine. Artinya : Melakukan perang atau Mencoba mengakibatkan peperangan atau bersekongkol melakukan peperangan melawan pemerintah 121. Barang siapa yang menyatakan perang melawan pemerinyah atau percobaan menyatakan perang, atau bersekongkol melakukan perang, harus dihukum dengan ancama pidana mati, atau penjara seumur hidup, dan apabila tidak dihukum mati maka dapat dikenakan denda.
51
Taking a gratification in order, by corrupt or illegal means, to influence a public servant 162. Whoever accepts or obtains, or agrees to accept or attempts to obtain, from any person, for himself or for any other person, any gratification whatever, as a motive or reward for inducing, by corrupt or illegal means, any public servant to do or to forbear to do any official act, or in the exercise of the official functions of such public servant to show favour or disfavour to any person, or to render or attempt to render any service or disservice to any person, with the Government, or with any Member of Parliament or the Cabinet, or with any public servant, as such, shall be punished with imprisonment for a term which may extend to 3 years, or with fine, or with both. Artinya : Menerima gratifikasi dalam hal, maksud korup atau ilegal, untuk mempengaruhi pegawai negeri 162. Barang siapa menerima atau mendapatkan, atau setuju untuk menerima atau mencoba untuk mendapatkan, dari siapa saja, untuk dirinya sendiri atau orang lain, gratifikasi apapun, sebagai motif atau hadiah untuk mempengaruhi, dengan maksud korup atau tindakan ilegal, kepada pegawai negeri apapun untuk melakukan atau menahan diri melakukan tindakan yang seharusnya, atau dalam pengerjaan fungsi resmi dari pegawai negeri untuk menunjukkan suka atau ketidaksukaan kepada seseorang, atau untuk menyumbangkan atau mencoba menyumbangkan pelayanan atau kerugian kepada seseorang, dengan Pemerintah, atau Anggota Parlemen atau Kabinet, atau dengan pegawai negeri, hal tersebut dijatuhi hukuman penjara yang dapat diperpanjang hingga 3 tahun atau dengan denda atau keduanya. Dalam pasal-pasal di undang-undang Singapura ini yang dimaksud dengan istilah offence berbeda dengan terjemahan manual seperti dalam kamus bahasa Inggris. Ketentuan Umum Singapore Penal Code Pasal 40 ayat (1) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan offence adalah except in the Chapters and sections mentioned in subsections (2) and (3), ―offence‖ denotes a thing made punishable by this Code. Maksudnya yaitu bahwa kata-kata offence ini harus diterjemahkan sebagai suatu perbuatan
52
atau tindakan yang dapat dijatuhi hukuman dalam undang-undang ini, sehingga kata offence diterjemahkan sebagai ―tindak pidana‖, dan berbeda bila diterjemahkan secara harafiah dengan kamus yaitu pelanggaran. Selain beberapa pasal yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi pasal-pasal yang juga secara eksplisit menjelaskan adanya percobaan tindak pidana dalam pasal tersendiri.
3. Perbedaan dan Persamaan Percobaan Tindak Pidana Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia dan Singapore Penal Code Percobaan tindak pidana dapat terjadi di negara mana saja, karena ketika seseorang melakukan suatu tindak pidana maka akan ada kemungkinan bahwa tindak pidana yang dilakukannya tersebut tidak selesai dikarenakan adanya alasan-alasan, dimana alasan-alasan tersebut diatur dalam undang-undang. Pengaturan tersebut tentu saja terdapat beberapa perbedaan atau justru kesamaan dari satu negara dengan negara lain, berikut perbedaan dan persamaan tersebut antara lain : No
Perbedaan
KUHP Indonesia
Singapore Penal Code
1.
Pengaturan
dalam Pasal 53 dan 54 Buku Chapter XXIII Section
Undang-Undang
I Ketentuan Umum 511 KUHP
2.
Sanksi Pidana
Maksimum pokok kejahatan, percobaan
pidana Sanksi untuk tindak terhadap pidana
percobaan
dalam seperti dalam tindak dikurangi pidana.
sepertiga. 3.
Percobaan Pelanggaran
Diatur
Tidak Diatur
53
4.
Selesainya
Bukan
atas Tidak dicantumkan
Percobaan Tindak keinginannya sendiri Pidana 5.
Obyek
Tindak Bila tidak ada obyek, Walau
Pidana
tidak
dapat
Percobaan
obyeknya
disebut tidak ada, tetap dapat Tindak dijatuhi
Pidana
pasal
percobaan
tindak
pidana 6.
Ketidakmampuan
Tidak mampu Relatif Inept Attempt
menyelesaikan
dan Mutlak
tindak
pidana
karena alatnya
No 1.
2.
Persamaan
KUHP Indonesia dan Singapore Penal Code
Pengertian
Tidak
dijelaskan
secara
rinci
Percobaan
pengertian percobaan tindak pidana
mengenai
Sanksi
pidana Apabila kejahatan diancam pidana mati atau
berupa
hukuman penjara semumur hidup maka sanksi pidana
mati atau penjara percobaan yang dijatuhkan maksimal selama
3.
seumur hidup
15 tahun penjara
Niat
Dalam percobaan tindak pidana di Indonesia salah satu syarat percobaan dapat dipidana adalah adanya niat sama dengan percobaan di Singapura
Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Pengaturan Percobaan Tindak Pidana menurut KUHP Indonesia dan Singapore Penal Code
54
Perbedaan 1. Pengaturan dalam Undang-Undang Pengaturan mengenai percobaan tindak pidana di Indonesia diatur dalam Pasal 53 dan 54 KUHP, dimana terletak dalam Buku I tentang Ketentuan Umum. Berbeda dengan pengaturan percobaan di Singapura yang menempatkannya pada bab tersendiri dan terakhir, yaitu Bab 23 Pasal 511 tentang Percobaan Tindak Pidana. Selain itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketentuan Pasal 53 dan 54 KUHP berkaitan dengan pasal-pasal lain yang ada dalam KUHP. Sedangkan Pasal 511 Singapore Penal Code tidak berkaitan secara keseluruhan dengan pasal-pasalnya, karena dapat dilihat dari keseluruhan isi undang-undangnya (penal code) pada dasarnya pengaturan penjatuhan sanksi pidananya dijelaskan secara langsung melalui masing-masing pasal yang bersangkutan.
2. Sanksi Pidana Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia sanksi untuk tindak pidana percobaan jelas berbeda dengan sanksi pidana pada kejahatan yang sudah selesai, menurut Pasal 53 ayat (2) mengatakan bahwa ―maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga‖. Namun demikian apabila ditambah dengan pidana tambahan maka pidana tambahan tersebut disamakan dengan kejahatan selesai (Pasal 53 ayat (4)). Berbeda dengan undang-undang Singapura yang mencantumkan bahwa hukuman percobaan tindak pidana adalah disamakan dengan sanksi pidana dalam tindak pidana selesai, bahkan ada juga yang memberikan sanksi hanya berupa hukuman cambuk dan/atau denda tanpa adanya sanksi pidana berupa penjara. Sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi percobaan melekat pada pasal sanksi tindak pidana, kecuali jika sanksi pidana selesai tersebut adalah hukuman mati atau seumur hidup, maka ada pengecualian.
55
3. Percobaan Pelanggaran Seperti yang sudah dijelaksan bahwa di Indonesia percobaan melakukan pelanggaran tidak diancam pidana, hal ini dapat dilihat dari Pasal 54 KUHP. Sedangkan di Singapura sendiri tidak ada penjelasan tersendiri mengenai percobaan melakukan pelanggaran, dianggap bahwa hal tersebut tidak menjadi permasalahan dalam struktur hukum Singapura.
4. Selesainya Percobaan Tindak Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia menyatakan bahwa syarat suatu tindak pidana dianggap percobaan adalah tidak selesainya tindak pidana tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari luar dan bukan keinginannya sendiri. Contohnya saja ketika seseorang hendak mencuri uang, akan tetapi saat hendak mengambil uang tersebut dia ketahuan oleh pihak keamanan, maka orang tersebut dijatuhi pasal percobaan pencurian. Berbeda apabila ketika seseorang tersebut hendak mengambil uang ternyata ia menyadari bahwa tidakannya tersebut adalah dosa sehingga atas kemauannya sendiri ia membatalkan untuk mencuri uang tersebut, maka ia tidak dipidana atas tindakan percobaan pencurian. Hal inilah yang membuatnya berbeda dengan undang-undang di Singapura, dari penjelasan Pasal 511 Singapore Penal Code dapat dilihat bahwa tidak ada penjelasan khusus bagaimana berakhirnya tindak pidana tersebut agar bisa dikatakan percobaan, apakah bila seseorang membatalkan aksi nya karena kehendak pribadi maka tidak dapat dipidana? Attempts are inchoate (or embryonic) offences where no harm to society has been done but which society regards as necessary to deter people from trying to commit crimes which they would have achieved but for some extraneous or accidental reason. Since criminalising attempts impinges on the freedom of individuals who have not actually caused harm, the scope of criminal liability for attempts must be kept within narrow limits. The relevance of this observation for impossible
56
attempts is that stringent requirements are needed which attest to a high degree of blameworthiness on the accused’s part before he or she should be convicted and punished for conduct which a court has determined to be impossible of causing harm (Stanley Yeo, 2007 : 3). Dari kalimat tersebut dapat dikatakan bahwa percobaan merupakan tindak pidana yang tidak selesai dimana tidak ada kerusakan yang ditimbulkan pada masyarakat, tetapi dianggap masyarakat diperlukan suatu pengaturan guna menghalangi seseorang untuk mencoba melakukan suatu tindak pidana yang bisa saja selesai dilakukannya. Karena percobaan tindak pidana bersinggungan dengan kebebasan individual yang sebenarnya tidak menimbulkan kerusakan, maka pertanggung jawaban pidana untuk percobaan harus dijaga dalam batasan yang sempit. Dengan demikian diperlukan pembuktian sebelum seseorang tersebut dijatuhi atas tindakan yang telah dilakukannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa selesainya suatu percobaan tindak pidana di Singapura apakah menurut keinginannya sendiri atau diluar kehendaknya dapat dipidana atau tidak tergantung pada pembuktian dan putusan pengadilan, karena tidak diatur secara jelas dalam Singapore Penal Code.
5. Obyek Tindak Pidana Indonesia mengenal dengan apa yang dimaksud Percobaan Tidak Mampu, dimana ada dua kriteria percobaan tidak mampu, yaitu tidak mampu karena obyeknya (misal, seseorang mencoba membunuh tapi ternyata orang tersebut telah mati) dan tidak mampu karena alatnya. Memorie van Toelichting (M.V.T) menyatakan bahwa : syarat-syarat umum delik percobaan menurut Pasal 53 KUHP yaitu syarat-syarat percobaan untuk melakukan kejahatan tertentu dalam buku II KUHP. Jika untuk terwujudnya kejahatan tertentu tersebut diperlukan adanya obyek maka percobaan melakukan itupun harus ada obyeknya. Kalau tidak ada obyeknya, maka juga tidak ada percobaan.
57
Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika obyeknya tidak ada, maka percobaan tindak pidana pun dianggap tidak ada, sehingga tidak dapat dipidana. Sedangkan di Singapura berbeda, menilik kembali isi Pasal 511 Singapore Penal Code beserta ilustrasinya menyatakan bahwa : a. A makes an attempt to steal some jewels by breaking open a box, and finds after so opening the box that there is no jewel in it. He has done an act towards the commission of theft, and therefore is guilty under this section. b. A makes an attempt to pick the pocket of Z by thrusting his hand into Z’s pocket. A fails in the attempt in consequence of Z’s having nothing in his pocket. A is guilty under this section. Menelaah penjelasan tersebut jelas dapat kita ketahui bahwa menurut hukum Singapura, walaupun obyeknya tidak ada maka orang tersebut dijatuhi pasal percobaan tindak pidana sehingga dapat dijatuhi sanksi pidana. Tertulis bahwa A mencoba mencuri berlian tapi ternyata berlian tersebut (obyek yang akan dicuri) tidak ada, begitu pula ketika A yang hendak mencopet Z tapi ternyata tidak ada apapun di kantong Z (obyeknya tidak ada).
6. Percobaan tidak selesai karena alatnya Percobaan tindak pidana Indonesia, menganut teori tentang Percobaan Tidak Mampu, dimana dibedakan menjadi dua yaitu menurut obyeknya dan menurut alatnya, tidak mampu secara obyeknya telah dijelaskan sebelumnya. Untuk percobaan tidak mampu menurut alatnya sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu tidak mampu mutlak dan tidak mampu relatif. Menurut M.V.T tidak mampu mutlak itu ada bila dengan alat itu tidak pernah mungkin menimbulkan delik selesai, dan dalam hal alat tersebut tidak mampu mutlak maka tidak ada delik percobaan. Sedangkan percobaan tidak mampu relatif bila dengan alat itu tidak ditimbulkan delik selesai, karena justru hal ikhwal yang tertentu, dalam mana si pembuat melakukan perbuatan atau justru karena keadaan tertentu dalam mana orang yang dituju itu berada.
58
Singapura mengenal apa yang disebut dengan Inept Attempt, yaitu istilah yang dapat dikatakan hampir sama dengan percobaan tidak mampu berdasar alatnya dalam hukum Indonesia. A person may also have failed to accomplish the completed offence because of his or her own ineptitude. An example is where a person tries to break open a safe with a jemmy which is too small for the task. Whether or not the accused is liable for the attempted offence will depend on the proximity of the accused’s conduct to the completed offence. Thus, in the example given earlier, it was possible for the safe to be prised open with a larger or stronger jemmy, the use of explosives or by a safecracker (Stanley Yeo, 2007 : 4). Dalam penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa seseorang dapat gagal melakukan tindak pidan karena kecerobohannya, contohnya ketika
seseorang
mencoba
membobol
brankas
bank
dengan
menggunakan derek yang terlalu kecil untuk membuka brankas tersebut. Maka dengan demikian ia telah gagal menyelesaikan tindak pidananya karena alat yang digunakannya tidak sesuai, padahal ia bisa saja menyelesaikan tindak pidana yang dilakukannya tersebut apabila ia menggunakan alat yang lebih besar atau peledak ketika akan membuka brankas tersebut.
Persamaan 1. Pengertian Percobaan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia tidak menyatakan secara eksplisit mengenai apa yang dimaksud dengan percobaan tindak pidana, melainkan hanya memberikan syarat-syarat suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai percobaan dan dapat dijatuhi sanksi pidana, yaitu : a. Adanya suatu maksud atau niat; b. Telah adanya suatu permulaan pelaksanaan; dan c. Pelaksanaan untuk melakukan kejahatan yang ia kehendaki itu tidak selesai bukan karena kemauannya, atau dengan perkataan lain tidak selesainya pelaksanaan untuk melakukan kejahatan yang
59
telah ia mulai itu haruslah disebabkan oleh masalah-masalah yang berada di luar kemauannya sendiri. Sehingga, ketika suatu perbuatan seseorang telah memenuhi unsur yang tercantum dalam pasal tersebut maka ia dapat dikenai pasal tentang percobaan. Hampir sama dengan percobaan tindak pidana di Singapura, Pasal 511 Singapore Penal Code sama sekali tidak memberikan penjelasan khusus mengenai apa yang dimaksud dengan percobaan itu sendiri. Hanya berupa penjatuhan sanksi dan ilutrasi tindakan seperti apa yang dapat dikatakan sebagai percobaan dan bagaimana sanksi yang diberikan.
2. Sanksi Pidana Berupa Hukuman Mati atau Penjara Seumur Hidup Menurut Pasal 53 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan bahwa ―jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun‖. Sanksi pidana yang dijatuhkan pada seseorang yang melakukan percobaan tindak pidana adalah maksimum pidana pokok dikurangi sepertiga, tetapi berbeda ketika suatu pidana tersebut penjatuhan sanksi pidananya adalah pidana mati atau penjara seumur hidup, maka sanksi yang diperikan pada pelaku tindak pidana tersebut bukan dikurangi sepertiga melainkan dijatuhi pidana penjara paling lama lima belas tahun. Hal ini juga sama dengan pengaturan dalam Singapore Penal Code Pasal 511 yang menyatakan bahwa ―The longest term of imprisonment that may be imposed under subsection (1) shall not exceed — a) 15 years where such attempt is in relation to an offence punishable with imprisonment for life; or b) one-half of the longest term provided for the offence in any other case.‖. Diketahui bahwa sanksi biasa untuk percobaan tindak pidana antara Indonesia dan
60
Singapura adalah berbeda, dimana KUHP Indonesia menjatuhkan sanksi
maksimum
dikurangi
sepertiga dan
Singapura sendiri
menerapkan sanksi yang sama untuk percobaan dengan tindak pidana selesai. Tetapi berbeda ketika dalam pasal tindak pidana selesai perbuatan tersebut diancam hukuman penjara seumur hidup, maka masa hukuman penjara terpanjang yang dapat dikenakan tersebut tidak boleh melewati lima belas tahun. Sama persis dengan yang diterapkan dalam KUHP Indonesia.
3. Niat Salah satu syarat menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia Pasal 53, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai percobaan tindak pidana adalah adanya niat, dalam Singapore Penal Code walaupun tidak dijelaskan dalam pasalnya
akan tetapi juga
menggunakan syarat ini ketika menerapkan pasal percobaan tindak pidana dalam suatu kasus. In cases of legal impossibility, the result the accused intends, if achieved, will not be the crime he or she believed would be committed. An example is where the accused had taken his own umbrella from a stand thinking that it belongs to another person. Whether the accused should be guilty of attempted theft is very much dictated by public policy. On one view, the accused should not be guilty because it would amount to punishing him for merely having a guilty intention. The opposing view is that the accused should be punished to promote deterrence. The latter view has been adopted by the Singapore High Court. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa di Singapura ada yang disebut dengan legal impossibility (ketidakmungkinan hukum), artinya bahwa seorang pelaku yang hendak melakukan suatu tindak pidana ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya, sehingga tindak pidana tersebut dianggap tidak selesai karena tidak mungkin. Contohnya adalah ketika seseorang mencoba mengambil payung milik orang lain yang ternyata adalah payung miliknya sendiri. Keadaan tersebut menyatakan bahwa orang tersebut telah memiliki niat untuk
61
mengambil payung orang lain, dan hukum Singapura menegaskan bahwa hal tersebut dapat dijatuhi pasal mencoba melakukan tindak pidana (pencurian).
B. Kelebihan dan Kekurangan Pengaturan Percobaan Tindak Pidana pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia dan Singapore Penal Code Berdasarkan perbedaan dan persamaan pengaturan percobaan tindak pidana menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia dengan Pengaturan tentang percobaan tindak pidana menurut Singapore Penal Code maka dapat dilihat kekurangan dan kelebihan dari kedua pengaturan tersebut, yang pertama kelebihan dan kekurangan menurut KUHP Indonesia adalah sebagai berikut : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia Kelebihan a. Adanya
syarat-syarat
Kekurangan suatu a. Tidak ada penjelasan secara rinci
perbuatan dikatakan sebagai suatu
mengenai apa yang disebut dengan
percobaan tindak pidana
percobaan
b. Memberi kesempatan pada pelaku b. Sukar menafsirkan percobaan tidak untuk mendapatkan pengurangan
mampu karena alatnya relatif dan
sanksi
mutlak
pidana,
karena
pada
dasarnya percobaan tindak pidana c. Unsur
percobaan
niat
sulit
adalah tindak pidana yang belum
dibuktikan, karena merupakan isi
selesai, sehingga kerugian materi
hati dan pikiran seseorang
atau fisik masih belum ada
d. Belum ada batas antara perbuatan persiapan
dan
permulaan
pelaksanaan Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Pengaturan Percobaan Tindak Pidana menurut KUHP Indonesia
62
Kelebihan dan Kekurangan Pengaturan Percobaan Tindak Pidana menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia 1. Kelebihan a. Syarat-syarat
suatu
perbuatan
dikatakan
sebagai
suatu
percobaan tindak pidana Seperti yang dijelaskan dalam memori penjelasan Pasal 53 KUHP Indonesia bahwa syarat suatu perbuatan merupakan percobaan tindak pidana adalah adanya niat, permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. Memahami syarat tersebut maka akan memudahkan aparat penegak hukum dalam menjatuhkan pasal dan sanksi pidana yang tepat, artinya syarat-syarat tersebutlah yang memberi kejelasan hukum apakah seseorang tersebut melakukan percobaan, tindak pidana selesai, atau justru dianggap tidak melakukan tindak pidana apapun.
b. Memberi
kesempatan
pada
pelaku
untuk
mendapatkan
pengurangan sanksi pidana Pasal 53 ayat (2) KUHP menyatakan bahwa maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga dan Pasal 53 ayat (3) menyatakan jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Dari keterangan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa ada unsur meringankan untuk percobaan tindak pidana, karena pada dasarnya percobaan merupakan tindak pidana yang tidak selesai, sehingga kerugian dan/atau kerusakan yang seharusnya ditimbulkan oleh pelaku tidak jadi ada atau dapat diminimalisir. Oleh karena itu pengurangan pidana dianggap perlu guna terciptanya keseimbangan hukum dan memberi kesempatan untuk berubah kepada pelaku.
63
2. Kekurangan a. Tidak ada penjelasan secara rinci mengenai apa yang disebut dengan pengertian percobaan Berbeda dengan isi pasal dalam ketentuan umum lainnya yang biasanya berisi keterangan-keterangan, Pasal 53 KUHP Indonesia tidak menjelaskan secara rinci pengertian percobaan tindak pidana, hanya berupa penjelasan syarat-syarat perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai percobaan serta sanksi pidana apa yang diterapkan.
b. Sukar menafsirkan percobaan tidak mampu karena alatnya relatif dan mutlak Ukuran yang ditentukan oleh M.V.T untuk menentukan tidak mampu mutlak dan tidak mampu relatif mengandung kesukarankesukaran.
Vos,
Jonkers,
Noyon-Langemeyer
Van
Hattum
berpendapat bahwa perbedaan antara absolut dan relatif itu sedikit banyak
willekeurig
(tergantung
dari
kehendak
orang
yang
menggunakan). Percobaan tidak mampu mengenai alatnya dibedakan antara tidak mampu mutlak dan tidak mampu relatif. Menurut M.V.T tidak mampu mutlak itu ada bila dengan alat itu tidak pernah mungkin menimbulkan delik selesai, dan dalam hal alat tersebut tidak mampu mutlak maka tidak ada delik percobaan. Contohnya seseorang mencoba untuk memberi racun pada korbannya, namun ternyata karena kesalahan apoteker justru memberikan sebungkus gula, sehingga karena sudah ditukar makan korban racun yang seharusnya mati tersebut tidak jadi mati. Sedangkan percobaan tidak mampu relatif bila dengan alat itu tidak ditimbulkan delik selesai, karena justru hal ikhwal yang tertentu, dalam mana si pembuat melakukan perbuatan atau justru karena keadaan tertentu dalam mana orang yang dituju itu berada, dalam hal ini mungkin ada delik percobaan. Contohnya seseorang mencoba
64
untuk memberi racun pada orang lain menggunakan warangan (arsenicum), akan tetapi ternyata dosisnya kurang atau daya tahan orang yang diberi racun tersebut kuat terhadap jenis racun apapun, sehingga orang tersebut tidak mati. Ukuran yang dikemukakan dalam memori penjelasan inilah yang sebenarnya tidak mudah. 1) Pertama alat itu dapat dilihat sebagai jenis tersendiri dari keadaan konkritnya, dimana apabila dilihat dari jenis tersendiri, maka gula adalah alat yang tidak mampu digunakan untuk membunuh, sedangkan arsenicum adalah mampu. Apabila dilihat dari keadaan konkritnya, maka alat yang pada umumnya mampu untuk membunuh arsenicum dapat menjadi tidak mampu bila jumlahnya tidak memenuhi dosis yang mematikan. 2) Kemudian orang yang dituju, dapat dilihat secara abstrak untuk rata-rata orang dan dapat dilihat dari keadaan tertentu, maka gula adalah alat yang tidak mampu digunakan untuk membunuh orang pada umumnya, tetapi dapat menjadi alat yang mematikan untuk orang yang mempunyai penyakit diabetes. Sedangkan arsenicum yang memenuhi dosis merupakan alat yang mampu untuk membunuh, tetapi bila ada seseorang yang sudah biasa dengan arsenicum tersebut bukan merupakan alat yang mematikan. Hal demikian yang menimbulkan kesukaran dalam menafsirkan apakah contoh perbuatan diatas merupakan suatu perbuatan percobaan tindak pidana yang dapat dipidana.
c. Unsur percobaan niat sulit dibuktikan, karena merupakan isi hati dan pikiran seseorang Salah satu unsur percobaan adalah adanya niat, dalam hal ini sukar untuk dibuktikan karena apakah ketika seseorang berniat untuk melakukan suatu tindak pidana saja maka ia dapat dipidana karena memiliki kehendak untuk melakukannya. Contohnya saja apabila
65
seseorang hendak berencana membunuh orang lain dan telah membeli alat-alat yang akan digunakan olehnya untuk melancarkan aksi, seperti pisau, tali, gergaji, atau barang-barang sejenisnya maka dapatkah dia dipidana? Karena jika bergantung pada niat bisa saja seseorang yang mencoba membunuh tersebut mengelak karena alat-alat tersebut tidak hanya dapat digunakan sebagai membunuh, bisa saja digunakan untuk alat pertukangan. Profesor Van Bemmelen dan Haziwinkel Suringa mengartikan niat atau voornemen dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP sebagai voorwaardelijk opzet atau yang dapat disebut sebagai kesengajaan dengan sadar kemungkinan. Artinya diperlukan kesadaran orang tersebut bahwa niat atas perbuatannya tersebut dapat mengakibatkan suatu kecelakaan atau dapat membahayakan orang lain. Namun demikian niat atau maksud seseorang tersebut harus telah dieksekusi dalam bentuk perbuatan pelaksanaan agar dapat dikatakan sebagai percobaan tindak pidana, bila hanya berdasar niat belaka akan sulit ditentukan karena niat datangnya dari isi hati seseorang dan dapat dengan mudah berganti-ganti sesuai dengan keadaan sekelilingnya. d. Belum ada batas antara perbuatan persiapan dan perbuatan pelaksanaan Salah satu unsur dalam percobaan tindak pidana yang sering menjadi pokok permasalahan adalah unsur permulaan pelaksanaan, dimana secara teori maupun praktek selalu dipersoalkan batas antara perbuatan persiapan dan perbuatan pelaksanaan. Contohnya saja apabila seseorang berniat melakukan pembunuhan dengan pisau belati, mengambilnya dari rumah dan kemudian berjalan dengan belati tersebut ke rumah korbannya, akan tetapi sampai dimuka rumah ketahuan dan ditangkap polisi. Maka hal tersebut masih belum dapat dikatakan perbuatan pelaksanaan, melainkan masih berupa persiapan saja, orang tersebut baru dapat dikatakan memulai perbuatan
66
pelaksanaan ketika ia telah menyerang dengan belati tersebut, inilah yang membuat sulit menentukan batas antara persiapan dan perbuatan pelaksanaan. Bahwa untuk menentukan perbuatan manakah yang dapat dianggap sebagai perbuatan pelaksanaan suatu percobaan tindak pidana, ada dua ajaran yang dapat dijadikan pedoman, yakni : 1) Teori Percobaan Subjektif Harus dilihat apakah perbuatan seseorang itu sejalan dengan dengan niatnya atau tidak. Kalau perbuatan itu sejalan dengan niat atau kehendaknya, maka perbuatan inilah yang dimaksud dengan perbuatan pelaksanaan suatu percobaan pidana. Contohnya seseorang ingin mencuri sepeda di sebuah toko, apabila berdasarkan teori ini, maka proses berangkat pelaku ke toko yang hendak dicurinya sudah dapat dianggap sebagai perbuatan pelaksanaan niat jahatnya. 2) Teori Percobaan Objektif Harus dilihat apakah perbuatan seseorang itu mengakibatkan hl yang dilarang oleh undang-undang atau tidak. Kalau sudah mengakibatkan hal yang dilarang undang-undang, maka perbuatan tersebut barulah dapat dianggap sebagai perbuatan pelaksanaan. Contohnya yaitu A ingin mencuri sepeda di toko B yang sedang tutup, menurut teori ini, perjalanan A ke toko B masih belum dianggap
sebagai
permulaan
pelaksanaan
dan
belum
mengakibatkan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, baru dapat dianggap sebagai perbuatan pelaksanaan ialah ketika B mulai merusak pintu atau jendela toko itu untuk mencari jalan masuk ke dalam. Sedangkan menurut Prof. Moeljatno dalam menentukan adanya perbuatan pelaksanaan dalam delik percobaan, ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu sifat atau inti dari delik percobaan, dan sifat
67
atau inti dari delik pada umumnya. Mengingat kedua faktor tersebut, maka perbuatan pelaksanaan harus memenuhi tiga syarat, yaitu : 1) secara obyektif, bahwa apa yang telah dilakukan terdakwa harus mendekatkan kepada delik yang dituju, dengan kata lain harus mengandung potensi untuk mewujudkan delik tersebut 2) secara subyektif, dipandang dari sudut niat, harus tidak ada keraguan lagi bahwa yang telah dilakukan oleh terdakwa itu ditujukan atau diarahkan pada delik yang tertentu 3) bahwa apa yang telah dilakukan oleh terdakwa itu merupakan perbuatan yang bersifat melawan hukum. Oleh karena itulah dianggap sulit menentukan apakah perbuatan tersebut disebut persiapan atau perbuatan pelaksanaan, dimana beberapa teori menyatakan bahwa selama ada perbuatan yang mengarah pada delik yang hendak dilaksanakan atau sudah dalam proses hampir menimbulkan kerusakan maka baru bisa dikatakan sebagai perbuatan pelaksanaan. Namun demikian ada pula yang menyatakan bahwa hanya dengan merealisasikan niatan dari orang tersebut serta bahwa pelaku menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah merupakan suatu pelanggaran pidana, maka sudah dapat dikatakan suatu perbuatan pelaksanaan.
68
Setelah membahas kelebihan dan kekurangan pengaturan percobaan tindak pidana menurut KUHP maka berikut kelebihan dan kekurangan pengaturan percobaan tindak pidana menurut Singapore Penal Code, adalah sebagai berikut : Singapore Penal Code Kelebihan
Kekurangan
a. Isi pasal 511 Singapore Penal a. Tidak ada penjelasan rinci tentang Code tentang percobaan tindak
percobaan
pidana tidak berbelit-belit seperti b. Tidak menjelaskan secara rinci yang
tertuang
dalam
KUHP
Indonesia b. Pengaturan pidana
atas
syarat perbuatan seperti apa yang merupakan
percobaan
tindak
penjatuhan
sanksi
pidana dan yang bukan merupakan
percobaan
tindak
suatu percobaan
pidana tidak serumit di Indonesia
c. Karena sanksi pidana percobaan disamakan
dengan
kejahatan
selesai, terlihat ada kesan tidak ada alasan yang dapat meringankan d. Pengaturan
percobaan
kurang
lengkap Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Pengaturan Percobaan Tindak Pidana menurut Singapore Penal Code
Kelebihan dan Kekurangan Pengaturan Percobaan Tindak Pidana menurut Singapore Penal Code 1. Kelebihan a. Isi Pasal 511 Singapore Penal Code tentang percobaan tindak pidana tidak berbelit-belit Pengaturan tentang Percobaan Tindak Pidana dalam undangundang Singapura sangatlah simple, dimana tidak ada penjelasan rinci
69
syarat apa saja yang menunjukkan suatu perbuatan dikatakan sebagai percobaan tindak pidana. Subject to subsection (2), whoever attempts to commit an offence punishable by this Code or by any other written law with imprisonment or fine or with a combination of such punishments, or attempts to cause such an offence to be committed, and in such attempt does any act towards the commission of the offence, shall, where no express provision is made by this Code or by such other written law, as the case may be, for the punishment of such attempt, be punished with such punishment as is provided for the offence. Pasal tersebut hanya mengatur mengenai bahwa siapa saja MENCOBA melakukan tindak pidana yang diatur dalam undangundang ini (Singapore Penal Code) akan dipidana sesuai dengan sanksi pidana pada tindak pidana selesai. Tidak ada syarat apakah percobaan tersebut harus ada niat atau tidak selesai bukan atas kehendaknya sendiri, melainkan hanya berupa penegasan sanksi pidana dan ilustrasi yang menunjukkan salah satu contoh percobaan pencurian yang gagal karena obyek curiannya ternyata tidak ada.
b. Pengaturan penjatuhan sanksi pidana atas percobaan tindak pidana tidak serumit di Indonesia Seperti yang telah diketahui bahwa sanksi atas percobaan tindak pidana di Singapura disamakan dengan pemberian sanksi pidana untuk kejahatan selesai, hal inilah yang membuat aturan pemberian sanksi pidana di Singapura tidak rumit, karena langsung melihat kepada konteks pasal-pasal tindak pidana yang telah dijelaskan dalam undang-undang sebelumnya. Pasal 511 pada dasarnya hanya mempertegas kembali pengaturan tentang percobaan tindak pidana serta satu ayat tambahan sebagai pengaturan penjatuhan sanksi pidana khusus apabila sanksi pidana pada tindak pidana selesai tersebut adalah penjara seumur hidup.
70
2. Kekurangan a. Tidak ada penjelasan rinci tentang pengertian percobaan Sama seperti KUHP Indonesia yang tidak menjelaskan pengertian percobaan secara eksplisit, melainkan hanya berupa syarat-syarat dapat dipidananya suatu perbuatan dikatakan sebagai percobaan tindak pidana, Singapore Penal Code pun demikian. Dalam Pasal 511 hanya ada penjelasan sanksi pidana bagi seseorang yang mencoba melakukan tindak pidana yang telah diatur dalam Singapore Penal Code, bahkan tidak ada unsur-unsur seperti apakah yang harus dipenuhi agar tindakan yang dilakukan oleh pelaku delik dapat dijatuhi pasal percobaan tindak pidana.
b. Tidak menjelaskan secara rinci syarat perbuatan seperti apa yang merupakan percobaan tindak pidana dan yang bukan merupakan suatu percobaan Berbeda dengan Indonesia yang memberikan syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk suatu perbuatan dikatakan sebagai percobaan tindak pidana dan apakah perbuatan tersebut dapat dikenai sanksi pidana. Dalam undang-undang Singapura tidak dituliskan secara jelas syarat-syarat seperti yang ada di KUHP Indonesia, walaupun isi Pasal 511 Singapore Penal Code sederhana dan tidak serumit KUHP Indonesia tetapi justru hal tersebut menimbulkan pedang bermata dua, dimana tidak ada penjelasan rinci perbuatan seperti apa yang dapat dikatakan sebagai percobaan, oleh karena itu segala perbuatan mencoba melakukan tindak pidana dianggap sebagai percobaan dan dapat dikenai sanksi pidana. Hal tersebut dapat dilihat juga dari penjelasan sebelumnya dimana bahwa perbuatan seseorang yang mencoba mengambil payung orang lain yang ternyata adalah miliknya sendiri tetap dianggap sebagai suatu percobaan tindak pidana. Namun demikian masih menjadi putusan pengadilan Singapura dalam menentukan sanksi pidananya,
71
karena pada dasarnya Singapura merupakan penganut sistem Common Law maka dirasa bahwa penjelasan sederhana dalam undang-undang sedangkan penerapan pasalnya dalam kasus diserahkan kepada pengadilan.
c. Sanksi pidana percobaan disamakan dengan kejahatan selesai Pasal 511 ayat (1) Singapore Penal Code menyatakan bahwa siapa saja yang mencoba melakukan tindak pidana yang diatur dalam undang-undang tersebut akan dipidana sesuai dengan apa yang tertulis dalam pasal yang bersangkutan. Berbeda dengan Indonesia yang memberikan sanksi pidana untuk percobaan adalah dikurangi sepertiga dari maksimum pidana pokok, karena pada dasarnya percobaan pidana belum menimbulkan delik selesai dan kerusakan terhadap
masyarakat
dapat
diminimalisir,
maka
ada
unsur
meringankan kepada pelaku percobaan tindak pidana. Sedangkan di Singapura sanksi pidana tersebut disamakan dengan pidana selesai dan hal tersebut memberikan kesan tidak ada unsur meringankan atau memberikan ampunan terhadap tindakan apapun yang intinya mencoba melakukan tindak pidana. Hal ini menurut Singapura guna menghindari pencegahan agar orang lain tidak berani mencoba melakukan delik apapun, bahkan selama orang tersebut telah bersiap atau memiliki inisiatif untuk melakukan tindak pidana maka konsekuensi hukumnya adalah seseorang tersebut dapat dipidana.
d. Pengaturan percobaan kurang lengkap KUHP Indonesia selain mengatur tentang percobaan tindak pidana beserta syarat suatu perbuatan dianggap sebagai percobaan pidana,
KUHP
Indonesia
juga
mengatur
tentang
percobaan
pelanggaran, dimana percobaan pelanggaran tidak dipidana. Namun berbeda dengan Singapore Penal Code tidak mengaturnya secara khusus, selain itu karena syarat masuknya suatu perbuatan dianggap
72
sebagai percobaan tindak pidana juga tidak dijelaskan secara eksplisit. Sehingga pengaturan percobaan dianggap kurang lengkap dalam undang-undang Singapura.