43
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Mencermati perkara yang diputus pada Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt yang dikaji penulis dalam pembahasan, adapun mengenai hal-hal penting yang perlu untuk diketahui sebelum membahas rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut: 1.
Identitas Terdakwa Nama
: TERDAKWA (dirahasiakan)
Tempat lahir
: Purbalingga
Umur / Tanggal lahir
: 15 tahun / 29 Agustus 1998
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
Tempat tinggal
: Desa Karangbanjar RT 11 RW 05 Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga
2.
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
Kasus Posisi Pada hari Senin tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 23.30 WIB atau pada waktu yang lain dalam bulan Juli 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014, bertempat di Jalan Raya Martadireja, Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purwokerto, Terdakwa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki dengan melawan hukum yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Mula-mula sekitar pukul 19.00 WIB Terdakwa bersama dengan teman Terdakwa berangkat dari Purbalingga menuju ke Purwokerto berboncengan
44
menggunakan sepeda motor Suzuki Satria FU dan langsung menuju ke Terminal Lama Purwokerto setelah itu menuju GOR Satria Purwokerto selanjutnya menuju ke alun-alun Purwokerto, kemudian sekitar pukul 23.00 WIB Terdakwa bersama temannya berboncengan pulang ke Purbalingga dengan posisi teman Terdakwa mengendarai sepeda motor dan Terdakwa yang membonceng di belakang. Lalu pada saat sampai di Jalan Raya Martadireja, Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur teman Terdakwa melihat Korban sedang membonceng sepeda motor yang dikendarai teman Korban, kemudian teman Terdakwa langsung memutar balik sepeda motor ke arah Purwokerto lagi dan mendekatkan sepeda motornya ke arah Korban, selanjutnya teman Terdakawa menarik satu buah tas cangklong warna coklat muda yang berisi satu buah handphone merk Samsung warna pink, satu buah tablet merk Mito, satu buah handphone merk Nokia tipe 1100, satu set perlengkapan make up dan satu dompet warna coklat berisi uang tunai sebesar Rp. 166.000 milik Korban. Korban dan teman Korban kemudian mengejar dan membuntuti pelaku dengan jarak kurang lebih 100 meter, sampai di perempatan RSU Sinar Kasih Korban dan teman Korban ke arah kiri dan terus sampai perempatan Dukuh waluh masih lurus ke arah Larangan, selanjutnya sampai sebelum pom bensin Larangan tibatiba pelaku berhenti dan pergi meninggalkan sepeda motor dan tas milik Korban, saat itu Korban masih berteriak “jambret” sehingga ada beberapa warga yang mendengar dan akhirnya mengejar salah satu pelaku di persawahan. Pelaku yang tertangkap adalah Terdakwa yang bersembunyi di belakang rumah penduduk dan langsung dibawa ke Polsek Kembaran bersama sepeda motor yang dipakai Terdakwa dan teman Terdakwa. Teman Terdakwa yang berhasil meloloskan diri dapat ditangkap oleh Polisi pada esok harinya. 3.
Dakwaan Penuntut Umum Terdakwa dalam persidangan oleh Penuntut Umum didakwa melakukan tidak pidana sebagai berikut:
45
Bahwa Terdakwa pada hari Senin tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 23.00 WIB atau pada waktu yang lain dalam bulan Juli 2014 atau setidaktidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014, bertempat di Jalan Raya Martadireja,
Kelurahan
Arcawinangun,
Kecamatan
Purwokerto
Timur,
Kabupaten Banyumas atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purwokerto. Mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki dengan melawan hukum yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut: Mula-mula sekitar pukul 19.00 WIB Terdakwa bersama dengan teman Terdakwa berangkat dari Purbalingga menuju ke Purwokerto berboncengan menggunakan sepeda motor Suzuki Satria FU dan langsung menuju ke Terminal Lama Purwokerto setelah itu menuju GOR Satria Purwokerto selanjutnya menuju ke alun-alun Purwokerto, kemudian sekitar pukul 23.00 WIB Terdakwa bersama temannya berboncengan pulang ke Purbalingga dengan posisi teman Terdakwa mengendarai sepeda motor dan Terdakwa yang membonceng di belakang. Lalu pada saat sampai di Jalan Raya Martadireja, Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur teman Terdakwa melihat Korban sedang membonceng sepeda motor yang dikendarai teman Korban, kemudian teman Terdakwa langsung memutar balik sepeda motor ke arah Purwokerto lagi dan mendekatkan sepeda motornya ke arah Korban, selanjutnya teman Terdakawa menarik satu buah tas cangklong warna coklat muda yang berisi satu buah handphone merk Samsung warna pink, satu buah tablet merk Mito, satu buah handphone merk Nokia tipe 1100, satu set perlengkapan make up dan satu dompet warna coklat berisi uang tunai sebesar Rp. 166.000 milik Korban. Lalu Terdakwa dan teman Terdakwa kabur meninggalkan Korban namun akhirnya Terdakwa dapat diamankan pihak Kepolisian di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
46
Bahwa akibat perbuatan terdakwa bersama dengan teman Terdakwa, Korban mengalami kerugian kurang lebih Rp. 2.566.000 atau setidak-tidaknya lebih dari Rp. 250. 4.
Tuntutan Penuntut Umum Menelaah pada kasus tersebut, setelah mengajukan dakwaan di atas, Penuntut Umum mengajukan tuntutan terhadap Terdakwa sebagai berikut: a.
Menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dengan pemberatan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP;
b.
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan dikurangi selama terdakwa ditahan;
c.
Memerintahkan agar terdakwa tetap dalam tahanan;
d.
Menyatakan barang bukti berupa: 1) 1 (satu) buah tas cangklong warna coklat muda; 2) 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna pink 3) 1 (satu) buah tablet merk Mito; 4) 1 (satu) buah handphone merk Nokia tipe 1100; 5) 1 (satu) set perlengkapan make-up; 6) 1 (satu) buah dompet warna coklat berisi uang sebesar Rp. 166.000,(seratus enam puluh enam ribu rupiah) dan 7) 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki Satria FU warna hitam Nomor Polisi: B-3879-KRV
e.
Menyatakan Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah)
5.
Amar Putusan Hakim Amar
Putusan
Pengadilan
01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt
Bulan
menjatuhkan putusan sebagai berikut:
Negeri September
Purwokerto 2014,
Majelis
Nomor Hakim
47
a.
Menyatakan anak Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak
pidana
“PENCURIAN
DALAM
KEADAAN
MEMBERATKAN”; b.
Menjatuhkan pidana terhadap anak tersebut dengan pidana pembinaan dalam Lembaga di PSMP Antasena Magelang selama 6 (enam) bulan;
c.
Memerintahkan agar barang bukti berupa: 1) 1 (satu) buah tas cangklong warna coklat muda; 2) 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna pink 3) 1 (satu) buah tablet merk Mito; 4) 1 (satu) buah handphone merk Nokia tipe 1100; 5) 1 (satu) set perlengkapan make-up; 6) 1 (satu) buah dompet warna coklat berisi uang sebesar Rp. 166.000,(seratus enam puluh enam ribu rupiah) dan 7) 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki Satria FU warna hitam Nomor Polisi: B-3879-KRV; “Digunakan dalam perkara lain atas nama SAKSI I”
d.
Menetapkan agar anak dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000 (seribu rupiah)
6.
Uraian Fakta Alat Bukti a.
Keteranga saksi-saksi Menimbang bahwa untuk membuktikan dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan beberapa orang saksi di depan persidangan dan telah didengar keterangannya di bawah sumpah sesuai dengan agama yang dianutnya, saksi-saksi tersebut adalah: 1) Saksi ke II (Korban), yang pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut: a) Bahwa saksi dijadikan saksi dalam perkara terdakwa sehubungan ada kejadian tas milik saksi ditarik/dijambret oleh terdakwa dan temannya yang berboncengan sepeda motor;
48
b) Bahwa kejadiannya awalnya pada hari Senin, tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 23.30 WIB saksi pulang dari tempat kerja diantar oleh teman kerja saksi bernama Sdr. Saksi III, saksi membonceng Sdr. Saksi III mengendarai sepeda motor Yamaha MIO dan saat membonceng saksi membawa tas cangklong dilengan kanan, saat kami sampai di jalan Martadireja menuju arah barat setelah GKI Indonesia kami terkejut karena tiba-tiba dari belakang ada pelaku menarik tas milik saksi dimana pelaku menggunakan sepeda motor Satria FU warna hitam; c) Bahwa yang saksi ketahui pembonceng menarik tas saksi dan membawanya lari dengan mengendarai sepeda motor; d) Bahwa yang saksi lakukan pada waktu itu yaitu saksi berteriak jambret...., lalu Sdr. Saksi III teman saksi mengejar dan membuntuti pelakunya dengan jarak kurang lebih 100 meter kami masih bisa mengawasi pelaku terus, sampai di perempatan RSU Sinar Kasih kami ke arah kiri dan terus sampai perempatan Dukuh Waluh masih lurus ke arah larangan, selanjutnya sampai sebelum pom bensin Larangan pelaku tiba-tiba berhenti dan pergi meninggalkan sepeda motor dan tas milik saksi, saat itu saksi masih berteriak jambret sehingga ada beberapa warga yang mendengar dan akhirnya mengejar salah satu pelaku di persawahan, saksi mengetahui pelaku tertangkap satu dan selanjutnya di bawa ke Polsek Kembaran bersama sepeda motor yang dipakai pelaku; e) Bahwa saksi pada waktu itu bonceng posisi duduknya ke arah depan; f)
Bahwa terdakwa dan temannya pada waktu itu memakai helm;
g) Bahwa tas cangklong milik saksi yang dijambret tersebut isinya uang tunai sebesar Rp. 166.000,- (seratus enam puluh enam ribu rupiah), 1 (satu) buah HP merk Samsung warna pink, 1 (satu) buah
49
HP merk Nokia warna hitam, alat-alat make up dan 1 (satu) buah TAB merk MITO; h) Bahwa temannya terdakwa pada waktu itu meloloskan diri dan tertangkap esok harinya oleh polisi; i)
Bahwa pada saat terdakwa dan temannya meninggalkan sepeda motornya dan melarikan diri, tas milik saksi ditinggal di sepeda motornya dan dompet saksi masih dipegang oleh terdakwa;
j)
Bahwa benar sepeda motor Satria FU warna hitam ini yang dipakai terdakwa dan temannya pada waktu itu (Penuntut Umum menunjuk pada foto yang ada di BAP);
k) Bahwa saksi tidak tahu nomor polisi sepeda motornya tersebut; l)
Bahwa pada saat itu yang menarik tas saksi siapa, saksi tidak melihat jelas karena pada waktu itu tas milik saksi ditarik begitu cepat;
m) Bahwa benar orang tua terdakwa pernah datang ke rumah saksi dan meminta maaf dan saksi memaafkan; 2) Saksi III (teman Korban), pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut: a) Bahwa pada prinsipnya keterangan saksi sama dengan keterangan Saksi II, dimana ada kejadian tas milik teman saksi bernama Saksi II
ditarik/dijambret
oleh
terdakwa
dan
temannya
yang
berboncengan sepeda motor; b) Bahwa kejadian awalnya pada hari Senin, tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 23.30 WIB saksi bersama dengan Sdri. Saksi II pulang dari tempat kerja berboncengan mengendarai sepeda motor Yamaha MIO dan Sdri. Saksi II saat membonceng saksi membawa tas cangklong dilengan kanan, saat kami sampai di jalan Martadireja menuju arah barat setelah GKI Indonesia kami terkejut karena tiba-
50
tiba dari belakang ada pelaku menarik tas milik Sdri. Saksi II dimana pelaku menggunakan sepeda motor Satria FU warna hitam; c) Bahwa yang saksi lakukan pada waktu itu dimana Sdri. SAKSI II berteriak jambret....,lalu saksi bersama Sdri. SAKSI II mengejar dan membututi pelakunya dengan jarak kurang lebih 100 meter kami masih bisa mengawasi pelaku terus, sampai di perempatan RSU Sinar Kasih kami ke arah kiri dan terus sampai perempatan Dukuh waluh masih lurus ke arah larangan, selanjutnya sampai sebelum pom bensin larangan pelaku tiba-tiba berhenti dan pergi meninggalkan sepeda motor dan tas milik Sdri. SAKSI II, saat itu saksi masih berteriak jambret sehingga ada beberapa warga yang mendengar dan akhirnya mengejar salah satu pelaku di persawahan, saksi mengetahui pelaku tertangkap satu dan selanjutnya dibawa ke Polsek Kembaran bersama sepeda motor yang dipakai pelaku; d) Bahwa Sdri. SAKSI II pada waktu itu bonceng posisi duduknya ke arah depan; e) Bahwa terdakwa dan temannya pada waktu itu memakai helm; f)
Bahwa tas cangklong milik Sdri. SAKSI II yang dijambret tersebut isinya uang tunai sebesar Rp. 166.000,- ( seratus enam puluh enam ribu rupiah ), 1 (satu) buah HP merk Samsung Warna Pink, 1 (satu) buah HP merk Nokia warna hitam, alat alat mike up dan 1 (satu) buah TAB merk MITO;
g) Bahwa temannya terdakwa pada waktu itu meloloskan diri dan tertangkap esok harinya oleh polisi; h) Bahwa pada saat terdakwa dan temannya meninggalkan sepeda motornya dan melarikan diri, Tas Sdri. SAKSI II ditinggal di sepeda motornya dan dompet Sdri. SAKSI II masih dipegang oleh terdakwa;
51
i)
Bahwa terdakwa pada waktu itu melarikan diri dipersawahan dan tertangkap bersembunyi dibelakang rumah penduduk;
3) ANDRIYANTO. AW.S.H., pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut: a) Bahwa benar saksi sebelumnya pernah diperiksa oleh penyidik Polri; b) Bahwa saksi dijadikan saksi dalam perkara terdakwa sehubungan saksi telah menangkap Sdr. SAKSI I (terdakwa dalam perkara lain) yang telah melakukan penjambretan dengan Sdr. TERDAKWA; c) Bahwa saksi menangkap Sdr. SAKSI I (terdakwa dalam perkara lain) yaitu awalnya pada hari Selasa tanggal 22 Juli 2014 sekitar pukul 00.10 wib saksi sewaktu sedang melakukan patroli di daerah Kec. Sumbang mendapat informasi dari
masyarakat
yang
menerangkan bahwa di Desa Limbangsari, Kec. Kembaran ada seorang pelaku jambret kabur ke arah persawahan dengan meninggalkan sepeda motor dipinggir jalan, mendapat kabar tersebut kami meluncur ke tempat yang dimaksud dan benar bahwa disana sudah banyak orang yang sedang mencari pelaku penjambretan yang kabur ke arah persawahan dan salah satu pelaku ditangkap adalah Sdr. TERDAKWA kemudian pelaku dan barang bukti dibawa ke Polres Banyumas, setelah diinterograsi terdakwa mengaku bahwa pada saat melakukan penjambretan bersama dengan temannya yang bernama Sdr. SAKSI I; d) Bahwa berdasarkan hasil interograsi tersebut kami langsung melakukan pencarian keberadaan Sdr. SAKSI I dan pada hari Selasa tanggal 22 Juli 2014 sekitar pukul 22.00 wib Sdr. SAKSI I berhasil ditangkap di daerah Purbalingga kemudian dibawa ke Polres Banyumas;
52
e) Bahwa dari pengakuan terdakwa sepeda motor Satria FU yang dipakai terdakwa dan Sdr. SAKSI I tersebut milik terdakwa; f)
Bahwa saksi tidak mengetahui sepeda motor Satria FU tersebut milik terdakwa atau orang tua terdakwa;
g) Bahwa saksi tidak menangkap terdakwa, tetapi terdakwa tertangkap tangan oleh warga pada saat kejadian; 4) Saksi I (teman Terdakwa), pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut: a) Bahwa benar saksi sebelumnya pernah diperiksa oleh penyidik Polri; b) Bahwa pada waktu itu terdakwa melakukan penjambretan bersama saksi; c) Bahwa kejadiannya awalnya pada hari Senin tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 19.00 wib saksi bertemu dengan Sdr. TERDAKWA bertemu dipinggir jalan desa Karangbanjar, Kab. Purbalingga lalu saksi bersama Sdr. TERDAKWA pergi main ke Purwokerto untuk meminjam uang teman saksi di Purwokerto akan tetapi tidak bertemu lalu saski main ke daerah GOR Purwokerto kemudian menuju ke Alun-alun Purwokerto dan saski bilang sama Sdr. TERDAKWA “TERDAKWA kamu bisa njambret nggak “ dan dijawab “ Coba saja “; d) Bahwa saksi mempunyai niat untuk menjambret karena saksi butuh uang dimana isteri saksi meminta baju dan pada saat itu saksi tidak mempunyai uang; e) Bahwa saksi tahu akibatnya melakukan penjambretan; f)
Bahwa kejadiannya pukul sekitar pukul 23.00 wib lebih ketika saksi bersama Sdr. TERDAKWA dalam perjalan pulang ke Purbalingga dan ditengah jalan melihat 2 (dua) dua orang berboncengan naik sepeda motor kemudian saksi berbalik arah dan mengejar
53
pengendara sepeda motor tersebut lalu memepet dan selanjutnya saksi menarik tas cangklong yang dibawa pembonceng lalu saksi melarikan diri; g) Bahwa yang didepan mengendari sepeda motor adalah saksi dan terdakwa yang membonceng; h) Bahwa posisi kendaraan saksi disebelah kanan korban dan saksi dengan menggunakan tangan kiri saksi menarik tas cangklong yang dibawa oleh korban dan talinya putus lalu tidak beberapa lama kemudian tas tersebut saksi berikan kepada Sdr. TERDAKWA dan korban yang berboncengan tetap mengejar saksi; i)
Bahwa tas cangklong korban yang saksi tarik putus;
j)
Bahwa yang terjadi pada waktu itu sepeda motor yang saksi kendarai rantainya putus lalu saksi berhenti dan meninggalkan sepeda motor dan tas tersebut, kemudian saksi bersama Sdr. TERDAKWA melarikan diri dan lari ke persawahan;
k) Bahwa dari keterangan korban katanya tas tetap dibawa oleh terdakwa, mengenai hal itu saksi tidak tahu; l)
Bahwa saksi sering main bareng sama Sdr. TERDAKWA karena tempat tinggalnya satu desa;
m) Bahwa saksi tidak minum-minuman keras; n) Bahwa saksi tidak tahu apakah terdakwa minum-minuman keras; o) Bahwa saksi berteman dengan terdakwa dan terdakwa orangnya baik; p) Bahwa saksi dan terdakwa sebelumnya belum pernah melakukan tindak pidana, tetapi kalau dengan teman saksi yang lain bernama Ariyanto, saksi pernah melakukan tindak pidana yaitu mengambil handphone; q) Bahwa yang mengajak untuk menjambret adalah saksi;
54
r)
Bahwa cara saksi mengajak terdakwa untuk menjambret yaitu saksi bilang sama Sdr. TERDAKWA “ TERDAKWA apa kamu bisa dan jawab TERDAKWA bisa “;
s)
Bahwa saksi mengajak terdakwa tidak dengan cara memaksa;
t)
Bahwa saksi setelah berhasil menarik tas cangkong korban, lalu tas tersebut saksi serahkan kepada Sdr. TERDAKWA dan kami berdua terus melarikan diri naik sepeda motor;
u) Bahwa awalnya saksi dan terdakwa mau main ke Purwokerto; v) Bahwa pada saat
di
daerah
Alun-alun
Purwokerto saksi
menyampaikan niat kepada terdakwa untuk menjambret; w) Bahwa yang saksi sampaikan ke terdakwa pada waktu itu yaitu saksi bilang kepada terdakwa “kamu bisa nggak jambret“ dan terdakwa menjawab “coba saja“; x) Bahwa dikampung tempat tinggal terdakwa, terdakwa mainnya ya ramai, ada yang masih anak-anak dan dewasa Bahwa saksi tidak pernah mengajak terdakwa untuk kegiatan yang lain
B. Pembahasan 1.
Kesesuaian proses persidangan anak terhadap anak pelaku pencurian dengan pemberatan dalam Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Pembaruan regulasi hukum terkait perlindungan hak-hak anak sebagai pelaku tindak pidana telah dilakukan dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Namun bukan berarti undang-undang lama yakni tentang Pengadilan Anak keberadaanya melanggar hak-hak anak tetapi undang-undang ini dianggap sudah tidak efektif lagi dalam melindungai hak-hak anak sebagai pelaku tindak pidana.
55
Adapun tujuan dari pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak yakni (Abintoro Prakoso, 2013: 158-159): a.
Melindungi dan mengayomi anak yang berhadapan dengan hukum agar dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang, dan memberi kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara;
b.
Mewujudkan hukum yang secara komprehensif melindungi anak yang berhadapan dengan hukum, adanya perubahan paradigma yang mendasarkan peran dan tugas masyarakat, pemerintah dan lembaga negara lainnya yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan anak serta memberikan perlindungan khusus yang berhadapan dengan hukum; Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 menjelaskan
bahwa sistem peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif yang memberdayakan para pelaku, korban, keluarga dan masyarakat untuk memperbaiki perbuatan melawan hukum dengan mengedepankan hasil akhir yang dipandang adil bagi semua pihak. Dengan demikian hak-hak anak yang menjadi pelaku dapat terlindungi. Keadilan restoratif yang melindungi hakhak anak yang menjadi pelaku tindak pidana diwujudkan dengan adanya pelaksanaan Diversi yang merupakan penyelesaian perkara anak di luar sistem peradilan pidana dengan melibatkan pelaku, korban, masing-masing keluarga, serta pihak terkait lainnya untuk mewujudkan keadilan antara pelaku dan korban. Diversi harus diterapkan pada proses penyidikan dan penuntutan serta pada proses pemeriksaan di sidang pengadilan. Diversi merupakan wewenang dari aparat penegak hukum yang menangani kasus tindak pidana untuk mengambil tindakan meneruskan perkara atau menghentikan perkara, mengambil tindakan tertentu sesuai dengan kebijakan yang dimilikinya (Marlina, 2010:1). Diversi secara khusus diatur
56
dalam BAB II Pasal 6 sampai dengan Pasal 16 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Tujuan dari dilaksakannya Diversi adalah: a.
Mencapai perdamaian antara korban dan anak (pelaku);
b.
Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;
c.
Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;
d.
Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
e.
Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak (pelaku). Pada putusan Nomor 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN/Pwt, Terdakwa yang
pada saat itu berumur 15 tahun diproses berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam sidang perkara tersebut, Terdakwa didampingi oleh penasehat hukum, orang tua, serta Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Purwokerto. Hasil laporan penelitian kemasyarakatan dari BAPAS Purwokerto No. Reg: 15/Pid.A/VII/2014 yang dikemukakan dalam persidangan pada intinya berisi bahwa anak mudah terpengaruh dengan pergaulan yang salah dari temantemannya yang sudah dewasa karena anak berpendidikan rendah yaitu hanya sampai tingkat Sekolah Dasar dan perbuatan anak dalam perkara ini adalah karena ajakan dari kawannya yaitu Saksi I yang sudah dewasa. Laporan litmas juga menyarankan agar Terdakwa dipidana penjara dengan memperhatikan masa penahanan yang lebih ringan dibandingkan dengan masa penahanan orang dewasa. Proses penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Polri dalam perkara ini tidak mengupayakan Diversi setelah penyidikan dimulai. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya berita acara Diversi yang dibacakan oleh Peyidik dalam persidangan. Setelah proses penyidikan terlaksana, Penyidik melimpahan perkara ke Penuntut Umum dengan melampirkan laporan penelitian kemasyarakatan namun tanpa berita acara Diversi karena Diversi tidak diupayakan oleh Penyidik. Penangkapan Terdakwa dilakukan oleh Saksi Andriyanto A.W. S.H. ketika Saksi Andriyanto sedang melakukan patroli di daerah Kecamatan
57
Sumbang, ia mendapatkan informasi dari masyarakat yang menerengkan bahwa di Desa Limbangsari, Kecamatan Kembaran ada seorang pelaku jambret yang kabur ke daerah persawahan dengan meninggalkan sepeda motor di pinggir jalan. Mendengar kabar tersebut, Saksi Andriyanto mendatangi daerah yang diduga tempat kaburnya pelaku penjambretan. Setibanya di tempat, Saksi Andriyanto mendapati Terdakwa telah ditangkap oleh warga sekitar. Selanjutnya Terdakwa dibawa ke Polres Banyumas oleh Saksi Andriyanto beserta barang bukti berupa sepeda motor Satria FU beserta hasil jambretannya yang berupa 1 (satu) buah tas cangklong warna coklat muda yang berisi 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna pink, 1 (satu) buah tablet merk Mito, 1 (satu) buah handphone merk Nokia tipe 1100, 1 (satu) set perlengkapan make up dan1 ( satu) dompet warna coklat berisi uang tunai sebesar Rp. 166.000. Penahanan dilakukan terhadap Terdakwa dikarenakan terdakwa sudah berusia 15 (lima belas) tahun dan diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara minimal 7 (tujuh) tahun. Orang tua/wali dan/atau lembaga juga tidak menjamin anak tidak melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana. Jumlah masa penahanan Terdakwa selama proses penyelsaian perkara adalah 54 hari, mulai dari tanggal 22 Juli sampai 14 September 2014. Hal ini dianggap terlalu lama karena batas maksimal masa penahanan dari proses penyidikan hingga selesai proses pemeriksaan di sidang pengadilan adalah selama 50 hari. Dalam putusan tidak dijelaskan mengenai dimana Terdakwa di tahan selama proses penyelesaian perkara berlangsung. Penuntutan dilakukan segera setelah berkas perkara dilimpahkan kepada Penuntut Umum oleh Penyidik tanpa disertai berita acara Diversi karena Diversi tidak diupayakan dalam proses penyidikan. Penuntut Umum juga tidak mengupayakan Diversi pada proses penuntutan, sehingga Penuntut Umum menyampaikan laporan penelitian kemasyarakatan kepada Ketua Pengadilan Negeri sebelum jangka waktu yang ditentukan oleh undang-undang habis.
58
Diversi juga tidak diupayakan pada proses pemeriksaan di sidang pengadilan. Persidangan Terdakwa dipimpin oleh Hakim Tunggal yang bernama Agus Tjahjo Mahendra S.H dan dibantu oleh Panitera Pengganti yang bernama Imam Subekti S.H. berlangsung tertutup untuk umum dan dilaksanakan lebih dahulu dari waktu sidang orang dewasa. Terdakwa didampingi oleh orang tua, Penasehat
Hukum
yang
bernama
Junianto
S.H.
dan
Pembimbing
Kemasyarakatan bernama Muslihah S.H. Setelah Hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang tertutup untuk umum, Terdakwa, orang tua Terdakwa dan Penasehat Hukum dipanggil masuk untuk mendengarkan surat dakwaan yang dibacakan Penuntut Umum dan laporan hasil penelitian kemasyarakatan yang dibacakan Pembimbing Kemasyarakatan. Proses selanjutnya yaitu Hakim mendengarkan keterangan saksi-saksi tanpa adanya Terdakwa di dalam ruangan, namun orang tua dan Penasehat Hukum Terdakwa masih berada di dalam ruangan. Setelah saksi-saksi memberikan keterangan Terdakwa dipanggil masuk kembali untuk memberikan keterangan dan diberitahu keterangan-keterangan yang telah diberikan oleh saksi-saksi. Setelah itu Penuntut Umum membacakan Requisitoir/Tuntutan. Hasil laporan penelitian kemasyarakatan yang menyarankan agar Terdakwa dipidana penjara dengan memperhatikan masa penahanan yang tidak sama dengan masa penahanan orang dewasa dijadikan pertimbangan oleh Hakim, namun Hakim berpendapat bahwa lebih tepat apabila anak dijatuhi pidana pembinaan dalam lembaga di PSMP Antasena Magelang sesuai dengan ketentuan Pasal 71 ayat (1) huruf d Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Hakim juga tidak sepakat dengan permohonan Penasehat Hukum yang memohon agar anak dikembalikan kepada kedua orang tuanya. Putusan dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh Penuntut Umum, Terdakwa yang didampingi orang tua, Penasehat Hukumnya dan Pembimbing Kemasyarakatan. Terdakwa diputus dengan pidana
59
pembinaan dalam Lembaga di PSMP Antasena Magelang selama 6 bulan. Identitas Terdakwa dan korban harus tetap dirahasiakan oleh media massa Proses persidangan perkara dalam Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt dianggap belum seluruhnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Ketidaksesuaian tersebut diantaranya tidak diupayakannya Diversi dalam proses penyidikan dan penuntutan maupun dalam proses pemeriksaan di sidang pengadilan. Hal-hal dalam proses persidangan yang sudah sesuai dengan undangundang diantaranya adalah Terdakwa didampingi oleh orang tua, Penasehat Hukum dan Pembimbing Kemasyarakatan sehingga persidangan tidak batal demi hukum dan tetap dilanjutkan. Persidangan dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum dan dilanjutkan pembacaan surat dakwaan dan laporan hasil penelitian masyarakat. Ketika pemeriksaan keterangan saksi, Terdakwa dibawa keluar ruang persidangan dan sebelum Terdakwa memberikan keterangan, ia diberitahu keterangan-keterangan yang diberikan oleh para saksi. Laporan hasil penelitian masyarakat dan permohonan Penasehat Hukum juga dijadikan pertimbagan hakim untuk menjatuhkan putusan kepada Terdakwa. Pembacaan putusan dilaksanakan dalam sidang terbuka dan dihadiri oleh Terdakwa dengan didampingi orang tua, Penasehat Hukum dan Pembimbing Kemasyarakatan. Pidana yang dijatuhkan terhadap Terdakwa adalah pidana pembinaan yang merupakan salah satu dari pidana pokok yang tercantum pada Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
B. Kesesuaian pertimbangan hakim menjatuhkan sanksi pidana pembinaan terhadap anak pelaku pencurian dengan pemberatan dalam Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pada dasarnya yang menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam hal menjatuhkan berat ringannya sanksi pidana terhadap anak pelaku pencurian
60
dengan pemberatan adalah apabila pelaku melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang telah disebutkan sebagai tindak pidana pencurian dengan pemberatan dalam Pasal 363 dan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak pidana apabila telah memenuhi unsur-unsur yang dilarang dalam Undang-Undang. Apabila unsurunsur yang terdapat dalam pasal yang bersangkutan tidak terpenuhi, maka Hakim akan memberikan putusan bebas dari segala tuntutan hukum bagi Terdakwa. Seorang Hakim harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada dalam diri Terdakwa, yaitu apakah Terdakwa benar-benar melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya, apakah Terdakwa mengetahui perbuatannya tersebut melanggar hukum sehingga dilakukan dengan adanya perasaan takut dan bersalah, apakah Terdakwa pada waktu melakukan perbuatan dianggap mampu bertanggung jawab atau tidak. Selain hal tersebut, Hakim harus memberikan keputusan yang sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku serta harus berdasarkan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Ketentuan Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya. Ketentuan ini bertujuan untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian hukum bagi seseorang. Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan dapat digunakan sebagai bahan analisis tentang orientasi yang dimiliki Hakim dalam menjatuhkan putusan juga sangat penting untuk melihat bagaimana putusan yang dijatuhkan itu relevan dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa putusan Hakim yang tidak didasarkan pada orientasi yang benar, dalam arti tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, justru akan berdampak negatif terhadap proses penanggulangan kejahatan itu sendiri dan tidak akan membawa manfaat bagi terpidana.
61
Terdapat 2 (dua) kategori pertimbangan Hakim dalam memutus suatu perkara yang khususnya putusan yang mengandung pemidanaan, yaitu pertimbangan Hakim yang bersifat yuridis dan pertimbangan Hakim yang bersifat non yuridis. Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan Hakim yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis ini diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
b.
Tuntutan Pidana
c.
Keterangan Saksi
d.
Keterangan Terdakwa
e.
Barang-barang Bukti
f.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana pembinaan
terhadap anak pelaku pencurian dengan pemberatan dalam Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt adalah dengan pertimbangan yuridis yang mengacu pada pasal yang didakwakan Penuntut Umum dalam surat dakwaan, yakni menarik fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan yang timbul yang merupakan konklusi dari keterangan para saksi yang telah dihadirkan, keterangan Terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa di sidang pengadilan. Putusan
Pengadilan
Negeri
Purwokerto
Nomor:
01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt menyebutkan bahwa dakwaan Penuntut Umum sebagai bahan pertimbangan pengadilan dalam menjatuhkan sanksi pidana pembinaan terhadap anak pelaku pencurian dengan pemberatan. a.
Tuntutan pidana
62
Tuntutan pidana biasanya menyebutkan jenis-jenis dan beratnya pidana atau jenis-jenis tindakan yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum untuk dijatuhkan oleh pengadilan kepada Terdakwa, dengan menjelaskan karena telah terbukti melakukan tindak pidana yang mana, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan tuntutan pidana tersebut di atas. Penyusunan surat tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum disesuaikan dengan dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan melihat proses pembuktian dalam persidangan, yang disesuaikan pula dengan bentuk dakwaan yang digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum sebelum sampai pada tuntutannya di dalam requisitoir itu biasanya Penuntut Umum menjelaskan satu demi satu tentang unsur-unsur tindak pidana yang ia dakwakan kepada Terdakwa, dengan memberikan alasan tentang anggapannya tersebut. b.
Keterangan Saksi Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang merupakan keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Keterangan saksi merupakan alat bukti seperti yang diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP huruf a. Keterangan saksi merupakan keterangan mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar, ia lihat sendiri, dan alami sendiri, yang harus disampaikan dalam sidang pengadilan dengan mengangkat sumpah. Keterangan saksi yang disampaikan di muka sidang pengadilan yang merupakan hasil pemikiran saja atau hasil rekaan yang diperoleh dari kesaksian orang lain tidak dapat dinilai sabagai alat bukti yang sah. Kesaksian semacam ini dalam hukum acara pidana disebut dengan istilah testimonium de auditu. Kesaksian de auditu dimungkinkan dapat terjadi di persidangan.
c.
Keterangan Terdakwa Pasal 184 ayat (1) KUHAP huruf e memuat bahwa keterangan Terdakwa digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan Terdakwa adalah apa
63
yang dinyatakan Terdakwa di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau yang ia alami sendiri, ini diatur dalam Pasal 189 KUHAP. Keterangan Terdakwa dapat meliputi keterangan yang berupa penolakan dan keterangan yang berupa pengakuan atas semua yang didakwakan kepadanya. d.
Barang-barang Bukti Barang bukti adalah barang yang dipergunakan oleh Terdakwa untuk melakukan suatu tindak pidana atau barang sebagai hasil dari suatu tindak pidana. Barang yang digunakan sebagai bukti yang diajukan dalam sidang pengadilan bertujuan untuk menguatkan keterangan saksi, keterangan ahli, dan keterangan Terdakwa untuk membuktikan kesalahan Terdakwa. Adanya barang bukti yang diperlihatkan pada persidangan akan menambah keyakinan Hakim dalam menilai benar tidaknya perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa dan sudah barang tentu Hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu dikenal dan diakui oleh Terdakwa maupun para saksi.
e.
Pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Rumusan Pasal 197 huruf e KUHAP menyatakan salah satu yang harus dimuat dalam surat putusan pemidanaan adalah Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan. Pasal-pasal yang didakwakan oleh Penuntut Umum menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan. Pertimbangan
yuridis
Hakim
pada
Putusan
Pengadilan
Negeri
Purwokerto Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt adalah sebagai berikut: a.
Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dalam sidang; 1) Bahwa telah terjadi tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh Terdakwa, pada hari Senin tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 23.30 WIB atau pada waktu yang lain dalam bulan Juli 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014, bertempat di Jalan Raya Martadireja, Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur,
64
Kabupaten Banyumas atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purwokerto; 2) Bahwa benar yang melakukan perbuatan tersebut adalah Terdakwa (Dirahasiakan); 3) Bahwa Terdakwa melakukan pencurian tersebut bersama dengan teman Terdakwa; 4) Bahwa benar Terdakwa mengakui perbuatannya dan meyesalinya. b.
Dapat disimpulkan bahwa Terdakwa telah melakukan kejahatan pencurian dalam keadaan memberatkan sehingga unsur-unsur dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP telah terpenuhi menurut hukum;
c.
Bahwa karena unsur-unsur dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP telah terpenuhi menurut hukum, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan kejahatan pencurian dalam keadaan memberatkan sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1) Unsur Barang Siapa Bahwa yang dimaksud “barang siapa” adalah ditujukan kepada siapa saja orang atau subyek hukum yang diduga sebagai pelaku (dader) dari suatu tindak pidana. Terdakwa ketika dihadapkan di persidangan mengakui dan membenarkan identitasnya dan Terdakwa pun telah membenarkan dakwaan Penuntut Umum tersebut sesuai dengan yang tersebut dan terurai dalam surat dakwaan. 2) Mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain Bahwa yang dimaksud dengan mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain adalah anak bersamasama dengan saksi SAKSI I pada hari Senin tanggal 21 Juli 2014 sekira
65
jam 23.30 wib pada saat sampai jalan Raya Martadiraja, Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur SAKSI I melihat SAKSI II sedang membonceng sepeda motor yang dikendarai SAKSI III, kemudian SAKSI I yang mengendarai sepeda motor langsung memutar balik sepeda motor tersebut ke arah sepeda motor SAKSI III dan kemudian SAKSI I mendekatkan sepeda motor ke arah SAKSI II selanjutunya SAKSI I menarik 1 (satu) buah tas cangklong warna coklat muda yang berisi 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna pink, 1 (satu) buah tablet merk Mito, 1 (satu) buah handphone merk Nokia tipe 1100, 1 (satu) set perlengkapan make up dan1 ( satu) dompet warna coklat berisi uang tunai sebesar Rp. 166.000 milik SAKSI II kepada anak dan langsung meninggalkan SAKSI II. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas maka unsur mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain telah terbukti. 3) Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hak Bahwa yang dimaksud dengan dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hak adalah diketahui bahwa 1 (satu) buah tas cangklong warna coklat muda yang berisi 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna pink, 1 (satu) buah tablet merk Mito, 1 (satu) buah handphone merk Nokia tipe 1100, 1 (satu) set perlengkapan make up dan1 ( satu) dompet warna coklat berisi uang tunai sebesar Rp. 166.000 (seratus enam puluh enam ribu rupiah) milik SAKSI II yang diambil oleh SAKSI I yang kemudian diserahkan kepada anak tersebut dilakukan tidak seijin dan sepengetahuan dari pemiliknya, sedangkan maksud dari anak dan SAKSI I mengambil barang-barang tersebut di atas adalah untuk dijual dan mendapatkan uang.
66
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Hakim berpendapat unsur dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hak telah terpenuhi. 4) Dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih secara bersama-sama Bahwa yang dimaksud dengan dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih secara bersama-sama adalah anak bersama-sama dengan saksi SAKSI I pada hari Senin tanggal 21 Juli 2014 sekira jam 23.30 wib pada saat sampai jalan Raya Martadiraja, Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur SAKSI I melihat SAKSI II sedang membonceng sepeda motor yang dikendarai SAKSI III, kemudian SAKSI I yang mengendarai sepeda motor langsung memutar balik sepeda motor tersebut ke arah sepeda motor SAKSI III dan kemudian SAKSI I mendekatkan sepeda motor ke arah SAKSI II selanjutunya SAKSI I menarik 1 (satu) buah tas cangklong warna coklat muda yang berisi 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna pink, 1 (satu) buah tablet merk Mito, 1 (satu) buah handphone merk Nokia tipe 1100, 1 (satu) set perlengkapan make up dan1 ( satu) dompet warna coklat berisi uang tunai sebesar Rp. 166.000 (seratus enam puluh enam ribu rupiah) milik SAKSI II dan tas berikut isi yang ada di dalamnya diserahkan oleh SAKSI I kepada anak dan mereka langsung kabur meninggalkan SAKSI II. Berdasarkan fakta tersebut di atas dapat diketahui bahwa perbuatan mengambil tas milik korban adalah dilakukan oleh SAKSI I bekerjasama dengan anak sehingga unsur dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih secara bersama-sama telah terpenuhi. Menurut fakta hukum tersebut di atas, Majelis Hakim menetapkan bahwa Terdakwa telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan memaksa dan melanggar Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP.
67
Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, Hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari Terdakwa. Dijelaskan bahwa dalam menentukan berat ringannya pidana yang akan dijatuhkan, Hakim wajib memperhatikan sifat baik atau sifat jahat dari Terdakwa sehingga putusan yang dijatuhkan sesuai dan adil dengan kesalahan yang dilakukannya. Disamping
pertimbangan
yang
bersifat
yuridis,
Hakim
dalam
menjatuhkan putusan membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Pertimbangan yuridis saja tidaklah cukup untuk menentukan nilai keadilan, tanpa ditopang dengan pertimbangan non yuridis yang bersifat sosiologis, psikologis dan kriminologis. Aspek sosiologis berguna untuk mengkaji latar belakang sosial mengapa seseorang melakukan suatu tindak pidana, aspek psikologis berguna untuk mengkaji kondisi psikologis pelaku pada saat melakukan suatu tindak pidana dan setelah menjalani pidana, sedangkan aspek kriminologi diperlukan untuk mengkaji sebab-sebab seseorang melakukan tindak pidana dan bagaimana sikap serta perilaku seseorang yang melakukan tindak pidana, dengan demikian Hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang adil sesuai dengan kebutuhan pelaku. Pertimbangan non yuridis meliputi pertimbangan pada hal-hal yang memberatkan ataupun yang meringankan hukuman bagi Terdakwa. Seorang Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan apakah Terdakwa benar-benar melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Lalu Hakim juga harus mempertimbangkan juga hal-hal yang memberatkan dan meringankan Terdakwa. Dalam hal penjatuhan pidana, Hakim dipengaruhi oleh banyak hal yang dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk menjatuhkan berat ringannya pemidanaan, baik yang terdapat di dalam maupun di luar Undang-Undang,
68
jangan sampai penentuan pidana oleh Hakim itu akan berdampak buruk dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan hukum itu sendiri pada khususnya. Pertimbangan non yuridis Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Pwt adalah berupa hal-hal yang memberatkan ataupun yang meringankan hukuman bagi Terdakwa anak, yaitu: a.
Hal-hal yang memberatkan: 1) Perbuatan anak dapat meresahkan masyarakat dan merugikan orang lain khususnya saksi korban;
b.
Hal-hal yang meringankan 1) Anak berlaku sopan dan mengakui terus terang akan perbuatanya sehingga memperlancar jalannya persidangan; 2) Anak merasa bersalah dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi; 3) Anak belum pernah dihukum; 4) Korban sudah memaafkan perbuatan anak. Pasal 197 butir f KUHAP menjelaskan bahwa salah satu yang harus
dimuat dalam putusan pemidanaan adalah pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan. Pasal tersebut menjadi salah satu pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusannya. Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa dalam perkara ini menetapkan bahwa Terdakwa telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan memaksa dan melanggar Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP. Berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan sebagaimana tersebut di atas, dengan mengingat ketentuan Pasal 183 KUHAP, Majelis Hakim menjatuhkan sanksi pidana terhadap Terdakwa yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum berdasar alat-alat bukti yang sah sesuai Pasal 184 KUHAP, bersalah melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan memaksa dan melanggar Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP. Menyatakan bahwa Terdakwa
69
bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja melakukan pencurian dalam keadaan memaksa dan menjatuhkan pidana terhadap anak tersebut dengan pidana pembinaan dalam Lembaga di PSMP Antasana Magelang selama 6 (enam) bulan. Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian mengenai dasar pertimbangan Hakim dalam perkara pencurian dengan pemberatan yaitu kesesuaian terhadap Pasal 197 huruf f KUHAP tentang Pasal perundangundangan yang menjadi dasar pemidanaan dengan pertimbangan yuridis maupun non yuridis sesuai ketentuan KUHAP. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Hakim telah cermat dalam memeriksa dan mengadili perkara pidana sesuai dengan kaidah Hukum Acara Pidana.