BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Fajrinur dengan judul penelitian ”Analisis Faktor-Faktor
yang
mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU)” pada tahun 2007, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan variabel modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap memulai usaha kecil pada Pajak USU. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar (3,272) dengan tingkat signifikan 0,024 <0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Secara parsial diantara variabel bebas yang diteliti ternyata variabel emosional yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap memulai usaha kecil pada Pajak USU, dan di ketahui dari nilai Standardizer Coeficients tertinggi sebesar 0,04 diantara variabel bebas lainnya. Walat Altsani H.R. melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan di Lingkungan Pajak USU” Pada tahun 2005 dimana penelitian menggunakan empat indikator untuk mengukur kewirausahaan, yaitu perencanaan, resiko, peluang, dan adaptasi. Dan keberhasilan usaha akan di ukur dengan tiga indikator yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha. Berdasarkan penelitian dperoleh yaitu bahwa kewirausahaan bukan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha mikro non makanan di Pajak USU atau dapat
Universitas Sumatera Utara
dikatakan tidak terdapat hubungan antara kewirausahaan dan keberhasilan usaha yang signifikan.
B. Pengertian Usaha Kecil dan Ciri-ciri Usaha Kecil a. Pengertian Usaha Kecil Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang tentang usaha kecil Nomor 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp 1 miliyar. 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum (Iwantono: 2002:4). Menurut UU Nomor 9 Tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu unit usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak melebihi Rp 200 Juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar dari Rp 1 Miliar, milik WNI, berdiri sendiri dan berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perseorangan, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis-jenis usaha. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan
Universitas Sumatera Utara
UMKM, kelompok usaha kecil termasuk di dalam kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak RP 100 Juta. Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistik) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 (sembilan belas) orang termasuk pengusaha. b. Ciri-ciri Usaha Kecil Menurut
istilah
umum
ketenagakerjaan
(http://www.Usaha
kecil
menengah) ciri-ciri industri berskala kecil adalah: a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus menjadi pimpinan (single ownership and management). b. Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja masih bersifat kekeluargaan. c. Tidak mampu menyediakan jaminan (collateral) yang berguna untuk mendapatkan kredit dari dunia perbankan. d. Administrasi perusahaan pada umumnya masih bersifat sederhana, kurang teratur, dan belum berbadan hukum. Menurut Hutasuhut dalam (www.smeru.or.id) ciri-ciri dan watak usaha kecil adalah sebagai berikut: a. Mempunyai kepercayaan yang kurang kuat pada diri sendiri. b. Berorientasi pada tugas, hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk berperstasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan ketabahan, mempunyai tekad dan kerja keras.
Universitas Sumatera Utara
c. Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan secara tepat dan cermat. d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi saran dan kritik. e. Berjiwa inovatif, kreatif dan berorientasi kemasa depan.
C. Wiraswastaan dan Ciri-ciri Wiraswastawan a. Pengertian Wiraswataan Secara umum orang mengenal istilah kewiraswastaan adalah pengusaha swasta, yang terkesan untuk membedakan seseorang yang makan gaji dangan seseorang yang dapat menggaji dirinya sendiri. Namun demikian ada istilah lain yang mungkin dianggap secara tegas berbeda istilahnya dengan kewiraswastaan yaitu kewirausahaan. Kewirausahaan sering diartikan sebagai seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara tantangan dan peluang lalu memanfaatkan keuntungan mereka. Persoalan istilah kewiraswastaan atupun kewirausahaan tidak berbeda. (Adi Sutanto,2000:11) Para ahli mendefenisikan wirausahawan dari pandangan atau segi yang berbeda-beda. Dari segi karateristik perilaku, wirausahawan (enterpreuer) adalah mereka yang mendirikan, mengolola, mengembangkan perusahaan atau usaha milik sendiri, atau mereka yang bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemauan normal bisa menjadi seorang wirausahawan asalkan mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labour) untuk dapat menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, dan pergembangan organisasi usaha. Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi unsur-unsur dan elemem-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi, komunikasi, dan dorongan semangat, serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Dalam kontek bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha, tapi tidak
semua pengusaha adalah wirausahawan.
Karena
wirausahawan itu merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha (Suryana, 2003:11). Kewirausahaan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan / masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003:3).
Universitas Sumatera Utara
b. Ciri-ciri Wiraswastawan Menurut Adi Sutanto, (2000) memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang wiraswatawan yang berhasil mempunyai karakter atau ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kreatif dan inovatif. 2. Berambisi tinggi. 3. Energetic. 4. Percaya diri. 5. Pandai dan senang bergaul. 6. Bekerja keras dan berpandangan kedepan. 7. Berani menghadapi resiko. 8. Banyak inisiatif dan bertanggung jawab. 9. Senang mandiri dan bebeas. 10. Bersikap optimistic. 11. Berpikiran dan bersikap posisif, yang memandang kegagalan sebagai pengalaman yang berharga. 12. Beriman dan berbuat kebaikan sebagai syarat kejujuran pada diri sendiri. 13. Berwatak maju. 14. Bergairah dan mampu menggunakan daya gerak dirinya. 15. Ulet, tekun dan tidak cepat putus asa. 16. Memelihara kepercayaan yang diberikan kepadanya. 17. Selalu ingin meyakinkan diri sebelum bertindak. 18. Menghargai waktu.
Universitas Sumatera Utara
19. Bersedia melakukan pekerjaan rendahan (pengorbanan). 20. Selalu mensyukuri yang kecil-kecil yang ada pada dirinya sendiri. c. Manfaat Membuka Usaha Sendiri Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepusaan diri. Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan. Budaya (cultur) perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan perusahaan. Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang dilakukan untuk dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut: 1. Potensi penghasilan yang tak terbatas Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya,
Universitas Sumatera Utara
potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha. 2. Memaksimalkan kemampuan Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi maju tidaknya usaha tersebut tergantung pimpinannya dalam mengelola usaha tersebut. 3. Bebas mengatur waktu kerja Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah. Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika usaha tersebut di rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin
Universitas Sumatera Utara
banyak waktu luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk jika usahanya mulai berkembang. 4. Sikap mental yang mandiri Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan merupakan manajer pada usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen (manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi para bawahan atau karyawannya.
D. Faktor-faktor Yang Mendorong Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil. Faktor sebenarnya yang mengerakkan seseorang untuk memiliki usaha sendiri. Pertanyaan ini kerap muncul ketika kesuksesan seseorang dipublikasi pada media, pengakuan ini bukanlah suatu hal yang mudah didapatkan. Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai alasan seseorang ingin menjadi wiraswastawan, mereka yakin apabila mereka punya power atau
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan lebih efisien (Abdinagoro, 2004:2). Dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji, 2004:243), maka faktor-faktor yang mendorong wiraswastawan memulai usaha kecil adalah sebagai berikut: 1. Modal Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi masalah. Kedua kelompok tersebut, ketika akan memulai usaha jelas mempunyai keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwa wirausahaan, maka dia mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan itu. (Pandji, 2004:244). 2. Peluang Banyak orang membayangkan dirinya mengelola bisnis milik mereka sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan. Peluang merupakan
suatu
kesempatan
dalam
menjalankan
usaha.
Seorang
wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat memberikan keuntungan bagi usahanya. Peluang atau kesempatan tidak datang berulang-ulang, tetapi mungkin hanya sekali saja dalam waktu yang
Universitas Sumatera Utara
sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat
berbagai
wirausahawan
peluang
harus
dapat
agar
tidak
mengukur
mengalami dan
kegagalan.
memperkirakan
Para ukuran
pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada, dan berhati-hati dalam mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran yang ingin dicapai (Pandji, 2004:246). Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu: 1. Menemukan gagasan. 2. Mengindefikasi peluang yang ada. 3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan. 3. Pendidikan Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah. Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha. Pada umumnya hanya sedikit yang mempumyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seperti: dari SMU atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti: pelatihan tentang UMKM atau kursus (Pandji, 2004:247). 4. Emosional Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai dengan keinginannya. Faktor Emosional adalah fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang biasanya muncul bersama-sama dengan suasana hati konsumen (Mowen dan Minor, 2004: 208). 5. Pengalaman Pengalaman merupakan pengetahuan yang didapat dari pekerjaan yang terakhir maupun pada pekerjaan yang pernah dilakukan pada masa sekarang. Dengan adanya pengalaman sering kali membuat seseorang untuk melihat kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada, memperbaiki pelayanan dan menduplikasikan konsep bisnis dalam lokasi yang berbeda. Pengalaman dapatlah merupakan suatu hal yang sangat berharga karena dengan adanya pengalaman seseorang dapat lebih memahami terhadap apa yang sedang dikerjakan (Longenecker, 2000:95).
E. Tahap Menyusun Rencana Usaha Penyusunan rencana usaha bisa dilakukan dengan mengikuti langkahlangkah berikut, (Musrofi, 2004:139). 1. Bidang usaha Sebelum memulai usaha tentu timbul pertanyaan dari mana memulainya. Hal tersebut dapat dimulai dari ide usaha yang usaha dipilih, diterapkan, dan selanjutnya ditindak lanjuti. Persoalan yang sebenarnya, usaha yang di jalankan tersebut bergerak dibidang apa. Pada umunya kadang kala
Universitas Sumatera Utara
wirausahawan terjebak dalam persoalan ini. Mereka tidak menyadari atau mengetahui kearah mana usahanya akan berjalan untuk selanjutnya. 2. Visi dan tujuan Seseorang yang memulai usaha dari nol, biasanya tidak mau berpikir tentang nasib
usahanya
dalam
jangka
panjang,
yang
penting
jalan
dan
menguntungkan, begitu kira-kira yang sering ada dibenak orang. Hal ini pun tidak masalah. Namun, jauh lebih baik apabila ada visi dan misi, meskipun usaha itu dimulai dari usaha kecil. Dengan adanya visi, diharapkan orang akan tekun, dan terus menerus termotivasi menuju visi tersebut. Apabila tidak punya visi, hanya terfokus pada keuntungan jangka pendek. Ketika usaha kurang menguntungkan langsung mencari usaha baru atau memilih usaha yang lain, dan seterusnya. Dan bisa juga berhenti atau trauma untuk memulai usaha karena takut gagal lagi. Visi dapat diraih melalui beberapa tahapan. Setiap tahapan dilingkupkan kedalam tujuan jangka pendek. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat diperiksa dan terukur, apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak. Tujuan yang terukur memenuhi lima kriteria, yaitu: spesifik (spesifik), Measurable (terukur), Accountabiliting (pertanggung jawaban), Realistic (realistik atau relevan). 3. Strategi Strategi merupakan jawaban dari pertanyaan bagaimana cara mencapai apa yang diinginkan dan dituju mempunyai implikasi pada semua aspek usaha,
Universitas Sumatera Utara
yang meliputi beberapa aspek yaitu: aspek pasar/pemasaran, aspek teknik/produksi, aspek lokasi, dan aspek manajemen. Aspek Pasar/Pemasaran Pemasaran merupakan pertukaran produk atau jasa dengan uang. Pasar merupakan sekelompok orang yang akan memanfaatkan produk atau jasa tersebut. Sebelum menjual produk atau jasa kepada pasar, yang pertama kali harus dilakukan adalah mengidentifikasi pasar tersebut. Proses pemasaran strategis, dengan aktivitas utama berupa pemilihan nilai yang mencakup aktivitas: a. Segmentasi pasar (segmentation). b. Penentuan target pasar (targeting). c. Penentuan posisi pasar (positioning). Proses pemasaran praktis dengan aktivitas inti berupa penciptaan nilai yang mencakup 4P yaitu: a. Spesifikasi produk atau jasa (product). b. Penetapan harga jual (price). c. Sistem distribusi (place/distribution). d. Promosi (promotion). 3.2. Aspek Teknik/Produksi Rencana produksi pada dasarnya mencakup bagaimana proses produksi atau mekanisme usaha, penentuan apa saja fasilitas produksi yang dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
berapa kapasitas produksi, bagaimana menyediakan bahan baku dan bahan pembantu, penyediaan mesin dan alat perlengkapan lainnya. 3.3. Aspek Lokasi Lokasi adalah faktor penting dalam usaha, jika seseorang akan memulai usaha, pemikiran dan pertimbangannya hanya terfokus pada keberhasilan jangka pendek. Aspek pemilihan lokasi usaha perlu dikaji secara serius karena menyangkut masalah efesiensi. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) faktor yang menjadi bahan perbandingan untuk memilih lokasi usaha yaitu: 1. Bahan baku, pasar dan transportasi. 2. Lingkungan. 3. Lain-lain yang menunjang. 3.4. Aspek Manajemen Aspek Manajemen sangat penting untuk diperhatikan, menurut penelitian Dun, Bradstreet di Amerika Serikat, 90% kegagalan usaha disebabkan tidak bagusnya aspek manajemen (Musrafi, 2004:168). Aspek manajemen mencakup bagaimana pengelolaan orang-orang yang terlibat di dalam usaha.
Universitas Sumatera Utara