BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Econonic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel 13 perusahaan properi listing di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan non-probabiltas sampling dengan teknik purposive sampling yaitu dengan teknik tertentu mulai tahun 2003 sampai dengan 2006. Hasil penelititian menunjukkan bahwa variabel EVA dan BEP mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA, ROE, dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian peneltian
tersebut,
peneliti
mengimplementasikan
bahwa
investor
mempertimbangkan informasi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan EVA, ROA, ROE, dan EPS. Fannani (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh ROE, EPS, dan EVA Terhadap Harga Pasar Saham” dengan mengambil sampel 13 perusahaan otomotif dan komponennya yang listing di Bursa Efek Jakarta. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode sensus dengan periode penelitian mulai 2001 sampai dengan 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE, EPS, dan EVA mempunyai hubungan dan pengaruh secara bersama-sama terhadap harga pasar saham tetapi EVA tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengimplementasikan bahwa investor mempertimbangkan informasi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan ROE, EPS dan EVA. 15 Universitas Sumatera Utara
B. Saham 1. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu: a. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen
Universitas Sumatera Utara
saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham PT. XYZ dengan harga per saham Rp.3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain: a. Capital Loss Capital loss merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp.2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp.1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp.1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp.600,per saham. b. Risiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil
Universitas Sumatera Utara
penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. Pada pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
C. Economic Value Added (EVA) 1. Pengertian Economic Value Added (EVA) Secara umum EVA didefinisikan sebagai laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modalnya (cost of capital). Swewart (dalam utomo, 1999:36) menyatakan “Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profit generated in the business”. EVA adalah nilai tambah ekonomi yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan
Universitas Sumatera Utara
manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA tidak hanya melihat tingkat pengembalian, tetapi juga mempertimbangkan tingka risiko perusahaan. Jika EVA positif, berarti perusahaan menambah kekayaan (modal), sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengurangi kekayaan (modal) dan jika nilai EVA sama dengan 0 (nol), berarti perusahaan berada pada titik impas dan tidak menciptakan tambahan nilai bagi perusahaan dan pemegang saham. Manajemen dapat melakukan beberapa hal untuk menciptakan nilai tambah ekonomi perusahaan sehingga meningkatkan ekspektasi pasar dan para shareholder, tetapi pada prinsipnya EVA dapat meningkat jika manajemen melakukan salah satu dari tiga hal berikut (Stewart dalam Utomo, 1999:37): a. Meningkatakan laba operasi tanpa adanya tambahan modal yang berarti bahwa manajemen harus dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. b. Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada. Artinya manajemen hanya mengambil proyek yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan. c. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang kurang menguntungkan. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang menambah nilai. EVA dapat dihitung menggunakan rumus (Brigham dan Houston, 2001:51): EVA = NOPAT – (WACC x Capital Employed) atau
Universitas Sumatera Utara
EVA = EBIT (1 – Tarif Pajak) – (WACC x Capital Employet) Dimana: NOPAT
= Net Operating Profit After Tax atau laba operasi bersih sesudah pajak.
WACC
= Weighted Everage Cost of Capital atau biaya modal ratarata tertimbang perusahaan, yang umumnya terdiri atas hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri.
Capital Employed = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri. 2. Perhitungan Economic Value Added Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut: a. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Sartono (2001:100) menyatakan bahwa NOPAT atau laba operasi bersih sesudah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki hutang dan tidak memiliki asset financial. NOPAT dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: NOPAT = EBIT (1- Tarif Pajak) b. Menghitung Biaya Hutang (cost of debt) atau kd Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya risiko kredit (credit risk), yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Dengan kata lain, cost of debt
Universitas Sumatera Utara
sama dengan tingkat bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur. Rumus untuk menghitung cost of debt adalah: Kt = Kd (1-T) Dimana:
Kt
= tingkat bunga hutang perusahaan
T
= tarif pajak
c. Menghitung Biaya Ekuitas (Cost of Equity) Biaya ekuitas atau cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) dari pada laba operasi sehingga menyebabkan timbulnya tambahan risiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya risiko bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis adalah risiko yang berhubungan dengan titik stabilnya laba atau profit, sedangkan risiko finansial adalah risiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang. Biaya modal saham (cost of equity) dihitung dengan menggunakan motode Capital Assets Pricing Model (CAPM). CAPM merupakan model yang menggambarkan hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Rumus yang digunakan adalah (Darmadji, 2006:204): Ks = Rf + β (Rm – Rf) Dimana: Ks = biaya modal saham biasa Rf = Tingkat bunga bebas risiko β = Koefisien beta saham Rm = Return market
Universitas Sumatera Utara
Market risk premium (Rm-Rf) merupakan selisih antara return pasar dengan return bebas risiko yang artinya investor akan memiliki tambahan sebesar risk premium atau kata lain market risk premium sebagi faktor tambahan risiko perusahaan. Pada penelitian ini disepakati bahwa market risk premium adalah sebesar 6% sesuai dengan market risk premium yang ditetapkan oleh Young dan O’Byrne (2002:155). Penentuan tingkat suku bunga bebas risiko (Rf) menggunakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) periode bulanan. Sedangkan penentuan return market (Rm) menggunakan indeks harga saham gabungan. Dalam perhitungan CAPM, ada beberapa elemen yang diamati yaitu: 1) Untuk menentukan nilai Rit, dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232) Rit =
Pt − Pt −1 Pt −1
Dimana: Rit = Return saham individu pada bulan ke-t Pt
= Harga saham pada bulan ke-t
Pt-1 = Harga saham pada bulan ke (t-1) 2) Untuk menentukan nilai Rmt, digunakan rumus (Jagiyono, 2003:232) Rmt = Dimana: Rmt IHSGt
IHSGt − IHSGt −1 IHSGt −1
= Tingkat pengembalian pasar bulan ke-t = Indeks harga saham gabungan pada bulan ke-t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada bulan ke (t-1) 3) Menghitung koefisien beta (β) Masing-masing saham memiliki sensitivitas tersendiri atas pergerakan pasar. Ada jenis saham yang begitu sensitif dengan perubahan pasar, sementara
Universitas Sumatera Utara
saham yang lain memberikan respon yang lamban, bahkan ada saham yang sebaliknya. Beta atau sering disebut koefisien beta merupakan ukuran angka koefisien yang menggambarkan sensitivitas atau kecenderungan respons satu saham terhadap pasar. Beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return-return sekuritas sebagi variabel dependen dan return-return pasar sebagi variabel independen. Bogue dan Ganedes (dalam Jogiyanto, 2003:270) menyatakan bahwa dalam menghitung beta (β), waktu 60 bulan untuk return bulanan adalah periode yang optimal yang dapat digunakan. Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta didasarkan pada model indeks tunggal dengan rumus: Ri = αi + βi.Rm Dimana: Ri = Return sekuritas bulan ke-i Βi = Beta sekuritas bulan ke-i Rm = Return market (return portofolio pasar) d. Menghitung Struktur Modal Perhitungan
struktur
perusahaan
dapat
dilakukan
dengan
cara
menjumlahkan konposisi hutang jangka panjang dengan komposisi modal saham. Kemudian untuk menghitung berapa komposisi hutang (%) adalah hutang jangka panjang dibagi jumlah struktur modal secara keseluruhan dan hasil pembagian tersebut dikalikan 100%. Demikian pula untuk komposisi modal saham. e. Menghitung Weghted Everage Cost of Capital (WACC) WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal seperti hutang jangka pandek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham yang
Universitas Sumatera Utara
ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. Young dan O’Byrne (2002:149) berpendapat bahwa biaya modal suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing komponen biaya modal ini dimiliki dalam struktur modal. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang weighted average cost of capital (WACC) yang dihitung dengan rumus (Brigham dan Houston, 2001:418) WACC = Wd x Kd (1-T) + (Ws x Ks) Dimana: Wd
= Proporsi hutang dalam struktur modal
Kd (1-T)
= Biaya hutang setelah pajak
Ws
= Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks
= Biaya modal saham biasa
f. Menghitung Modal yang Diinvestasikan (Capital Employed) Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang yang menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lain. Modal yang diinvestasikan terdiri dari jumlah hutang jangka pendek, pinjaman bank/sewa guna usaha/obligasi jangka panjang, kewajiban pajak tanggungan, kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas. g) Menghitung EVA Langkah-langkah yang dilakukan setelah semua parameter diketahui adalah menghitung EVA dengan rumus (Brigham dan Houston, 2001:51) EVE = NOPAT – (WACC x Capital Employed) 3. Kelebihan dan Kekurangan EVA
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut: a. EVA bermanfaat digunakan untuk penilai kinerja keuangan perusahaan dimana berfokus pada penciptaan nilai sehingga para manajer akan memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimumkan biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat maksimal. b. EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas yang basanya tidak diperhitungkan di laporan keuangan. c. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan maupun proyek yang memberikan tingkat pengembalian tinggi dari pada biaya modalnya. Kelemahan dari EVA adalah sebagai berikut: a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu waktu tertentu, padahal sebenarnya nilai perusahaan adalah akumulasi nilai EVA selama umur perusahaan. Karena terdapat kemungkinan perusahaan yang mempunyai EVA pada suatu tahun bernilai positif, maka belum tentu nilai EVA pada masa lalu dan yang akan datang juga bernilai positif. b. Konsep EVA terlalu bertumpuk pada kenyakinan bahwa investor mengandalkan faktor-faktor fundamental, padahal pengaruh faktor lain sebagai penentu harga saham mungkin lebih dominan. c. Konsep ini menghendaki adanya transparansi kondisi internal perusahaan agar dapat menghitung nilai akuratnya. Akan tetapi, kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya sehingga dapat menyulitkan investor menghitung nilai EVA yang akurat.
D. Rasio Profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
Rasio profitabilitas memberikan ukuran tingka efektifitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. Bagi para pekerja (karyawan dan buruh) merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji-upah) yang akan diterima. Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadikan hak pemegang saham. Dengan demikian pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan karena disadari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi kelangsungan atau masa depan perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Dalam kaitannya investasi ada beberapa rasio yang digunakan antara lain: 1. Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Abdullah, 2005:57): ROA =
Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak x100% Total Aktiva
2. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan
Universitas Sumatera Utara
membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana. Hal ini juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar (Walsh, 2004:56). Perhitungan rasio ini menggunakan rumus: ROE =
Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak x100% Modal Sendiri
3. Earning per Share (EPS) Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham (Darmadji, 2006:195). EPS dihitung dengan rumus: EPS =
Laba Bersih Jumlah Saham Beredar
4. Basic Earning Power (BEP) Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva penjualan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Hal ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat leverage keuangan yang beredar. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rasio ini hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan (oporating capital atau operating assest). Demikian pula laba yang diperhitungkan hanyalah
Universitas Sumatera Utara
laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Bagi perusahaan pada umumnya, masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belum menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal untuk menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Brigham dan Houston, 2001:90): BEP =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak x100% Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara