BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Simanjuntak (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham. Parameter yang digunakan adalah Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Market Value Added (MVA), dan Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian ini adalah hanya variabel ROE, ROS, MVA, dan EVA yang berpengaruh terhadap harga saham pada tingkat kepercayaan 95%. Raharjo (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisa Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Price Earning Ratio (PER), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel lainnya seperti Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), Operating Profit Margin (OPM), dan Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sasongko dan Wulandari (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan variabel lainnya seperti
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Basic Earning Power (BEP), dan Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. B. Analisis Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat didefinisikan sebagai hasil kerja para manajer dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan perusahaan (Fahmi, 2006:63). Peranan pihak manajemen menjadi penting dalam mengendalikan kinerja perusahaan. Pemerintah melalui Departemen Keuangan telah menetapkan kriteriakriteria bagi penilaian kinerja perusahaan BUMN sesuai dengan surat keputusan menteri keuangan No. 826/KMK.013/1992 tanggal 28 Juni 1992 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kinerja perusahaan merupakan penilaian terhadap efisiensi dan produktivitas perusahaan yang dilakukan secara berkala atas laporan manajemen dan laporan keuangan. Hasil penilaian kinerja tersebut digunakan untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kinerja keuangan sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Kinerja keuangan yang dilihat berdasarkan laporan keuangan yang disajikan oleh manjemen akan memberi arti pada saat dianalisis terhadap pelaksanaan kinerja yang telah dilakukan. Dari hasil analisis tersebut nantinya akan dapat diketahui tingkat kesehatan perusahaan dan juga dapat diketahui kelemahan maupun prestasi yang dimiliki
oleh perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan akan dapat menggunakannya sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. C. Variabel Kinerja Keuangan yang digunakan dalam Mempengaruhi Harga Saham Industri Makanan dan Minuman 1. Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva yang dipergunakan (Brigham dan Houston, 2006). Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Rumus ROA dapat dihitung sebagai berikut: ROA =
Laba Bersih x 100% Total Aktiva
2. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dengan cara membagi rasio laba bersih terhadap total ekuitas saham (Brigham dan Houston, 2006). Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham. Pada tingkat perusahaan secara individu, ROE yang baik akan mempertahankan kerangka kerja keuangan pada tempatnya untuk perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang.
Secara umum, rumus perhitungannya adalah sebagai berikut : ROE =
Laba Bersih x 100% Total Ekuitas
3. Return on Sales (ROS) Return On Sales (ROS) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada penjualan, dengan membagi laba bersih terhadap total penjualan. Rumus ROS dapat dihitung sebagai berikut : ROS =
Laba Bersih x 100% Total Penjualan
ROS
yang
tinggi
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, ROS yang rendah menunjukkan ketidakefisienan kinerja keuangan perusahaan. 4. Operating Profit Margin (OPM) OPM merupakan rasio antara laba usaha dengan penjualan, yang mengukur laba usaha yang dihasilkan dari setiap rupiah pada tingkat penjualan. Semakin tinggi OPM, semakin baik operasi suatu perusahaan (Syamsuddin, 2000). OPM dapat dihitung sebagai berikut : OPM = OPM
yang
Operating Pr ofit x 100% Penjualan tinggi
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba usaha yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
5. Economic Value Added (EVA) a. Pengertian EVA EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan. EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham (Young dan O’Byrne, 2001). EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah. EVA bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai , membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. b. Metode Perhitungan EVA Rumus EVA dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Brigham dan Houston, 2006:69): EVA = NOPAT – (WACC x Capital Employed)
dimana: NOPAT = Net Operating Profit After Tax atau laba operasi bersih sesudah pajak. WACC
= Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan, yang umumnya terdiri atas hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri
Capital Employed = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri 1. Menghitung Net Operating Profit after Tax (NOPAT) NOPAT adalah laba operasi bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan. NOPAT dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006:64): NOPAT = EBIT (1 – Tax) 2. Menghitung biaya hutang (cost of debt) atau kd Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya
resiko kredit (credit risk), yaitu resiko
perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Dengan kata lain, cost of debt sama dengan tingkat bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur. Rumus untuk menghitung cost of debt menurut Rosy (2009:5) adalah : Beban bunga x 100% Total u tan g
3. Menghitung biaya ekuitas (cost of equity) Biaya ekuitas atau cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki
investor karena
adanya ketidakpastian
tingkat
laba.
Kewajiban membayar bunga dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi sehingga menyebabkan timbulnya tambahan resiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya resiko bisnis dan resiko finansial. Resiko bisnis adalah resiko yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan resiko finansial adalah resiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang. Rumus yang digunakan untuk menghitung cost of equity menurut Rosy (2009:5) adalah : Laba bersih setelah pajak x 100% Total ekuitas
4. Menghitung Struktur Modal Perhitungan struktur modal perusahaan dapat dilakukan dengan cara membagi total ekuitas dengan total utang dan ekuitas dan hasil pembagian tersebut dikalikan 100%. Rumus untuk menghitung struktur modal menurut Rosy (2009:5) adalah : Total ekuitas x 100% Total u tan g dan ekuitas
5. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal seperti utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang
saham yang ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan.Young dan O’Byrne (2001:149) berpendapat bahwa biaya modal suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing komponen biaya modal itu dimiliki dalam struktur modal. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang weighted average cost of capital (WACC) yang dihitung dengan rumus (Brigham dan Houston, 2006 : 484) WACC =
Debt Equity × Cost of Debt (1 − T ) + × Cost of Equity Debt + Equity Debt + Equity
WACC = Ke × We + Ki × Wi dimana : Ke
= Biaya ekuitas
We
= Persentase ekuitas dalam struktur modal
Ki
= Biaya hutang setelah pajak
Wi
= Persentase hutang dalam struktur modal
6. Menghitung Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lain. Modal yang diinvestasikan dapat dihitung dengan rumus : Total Utang dan Ekuitas − Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga
6. Market Value Added (MVA) MVA merupakan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham dan Houston, 2006:50). MVA mengukur prestasi perusahaan sejak perusahaan tersebut berdiri dan hanya digunakan untuk perusahaan secara keseluruhan. Rumus MVA adalah sebagai berikut (Young dan O’Byrne, 2001;26) : MVA = Nilai pasar ekuitas – Modal yang diinvestasikan Nilai pasar ekuitas dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga saham. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal (Young dan O’Byrne, 2001:27) D.
Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memiliki perusahaan tersebut (Hanafi, 2004:124). Saham suatu perusahaan didaftarkan di bursa efek
dengan beberapa alasan, yaitu untuk ekspansi usaha, membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan. Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor untuk mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, investor secara aktif melakukan analisis dan pemilihan saham-saham terbaik yaitu saham yang memberikan hubungan tingkat return-resiko yang terbaik dibanding alternatif lainnya. Keuntungan yang diberikan oleh saham adalah berupa dividen. Dividen adalah pembagian yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Darmadji, 2006). Besarnya dividen perlembar saham ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen merupakan daya tarik perusahaan sehingga investor berniat menahan kepemilikan saham (orientasi jangka panjang). Dividen yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa saham. Dividen tunai artinya pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan bertambah. Saham juga memiliki risiko yaitu tidak dibayarnya dividen atau mengalami capital loss. Dividen dibayarkan apabila perusahaan mendapatkan laba bersih perusahaan. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen selama tiga tahun berturut-turut akan mendapatkan sanksi dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yaitu sahamnya akan di-delist atau dikeluarkan
dari pencatatan bursa efek. Perusahaan yang sudah di-delist dari Bursa Efek dapat mencatatkan kembali sahamnya ke Bursa asalkan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bursa. 2.
Jenis Saham Secara umum saham yang dikenal adalah saham biasa (common
stock), dan saham preferen (preferred stock). Namun masih ada beberapa jenis saham ditinjau dari beberapa sudut pandang, yaitu : a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim : 1. Saham Biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya berada di urutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi. 2. Saham Preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Seperti halnya obligasi, saham preferen memiliki nilai nominal dan sejumlah dividen tetap yang harus dibayar sebelum dividen saham biasa dibayarkan. Akan tetapi, jika dividen saham preferen tidak diperoleh, maka direksi dapat mengabaikannya tanpa
membuat perusahaan pailit. Jadi, meskipun saham preferen memiliki pembayaran yang tetap seperti obligasi, namun kegagalan membayar kewajiban ini tidak membuat perusahaan pailit. b. Dilihat dari cara peralihannya : 1. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2. Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. c. Ditinjau dari kinerja perdagangan : 1. Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
3. Growth Stocks, yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. 4. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan tinggi di masa
mendatang. 5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 6. Cyclical Stocks, yaitu saham emiten yang mempunyai masa kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah
akan menghasilkan
penjualan yang pesat menjelang tahun ajaran baru dimulai. Perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang memproduksi seragam sekolah. 7. Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Perusahaan seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki
produk yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan. 3.
Indeks Harga Saham Indeks saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka
indeks. Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah. Dengan menggunakan indeks saham dapat dihindari kesalahan analisis walaupun tanpa koreksi. Setiap bursa efek akan menetapkan angka basis indeks yang berbeda. Jenis indeks dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu : a.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. IHSG diterbitkan oleh bursa efek. IHSG berubah setiap hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari, dan adanya saham tambahan. Perubahan indeks ini dinyatakan dengan satuan poin.
b.
Indeks Harga Saham Individu (IHSI) IHSI menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG, yaitu : Harga pasar / Harga dasar x 100%.
c.
Indeks Harga Saham Sektoral Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 Januari 1996 dari BEJ, dalam indeks sektoral terdapat 9 sektor. Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor : 1. Sektor-sektor primer (ekslaratif) a. Pertanian b. Pertambangan 2. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) a. Industri dasar dan kimia b. Aneka industri c. Industri barang konsumen 3. Sektor-sektor tersier (jasa) a. Properti dan real estate b. Transportasi dan infrastruktur c. Keuangan d. Perdagangan, jasa, dan investasi
E. Analisis Harga Saham Harga saham mencerminkan segala sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat tersebut. Pergerakan harga saham setiap detik selalu dipelajari oleh banyak day trader yang berdagang dengan cara beli pagi hari dan jual sore hari, atau jual pagi hari dan beli sore hari. Day trader banyak menggunakan analisis untuk mempelajari pergerakan saham dari menit ke menit dan dari hari ke hari, sehingga menemukan suatu pola pergerakan harga saham di pasar.
Harga saham menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, dinyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam 120 hari setelah tanggal tutup buku perusahaan. Hal ini berarti bahwa laporan keuangan maksimum disampaikan pada bulan April (Hendi dan Darmaji, 2001) dank arena para pelaku pasar terus menanti munculnya informasi positif baru di Bursa Efek Indonesia maka pada saat ini investor akan bereaksi setelah laporan keuangan yang telah diaudit diumumkan atau lebih dikenal dengan sebutan april effect.