BAB II URAIAN TEORITIS 2.1
Kerangka Teori Kerangka
teori
adalah
kemampuan
seorang
peneliti
dalam
mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Richard West dan Lynn H. Turner mengartikan sebuah teori sebagai suatu sistem konsep abstrak yang mengidentifikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep tersebut, yang membantu kita memahami sebuah fenomena, jadi alasan utama kenapa perlu ada teori, karena kita memerlukan penjelasan atas sebuah fenomena (Santoso dan Setiansah, 2010:9) Teori berfungsi membantu peneliti dalam menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variable, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantoro, 2008:43). Adapun teori-teori yang dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian ini antara lain: 2.1.1 Komunikasi Secara epistimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin , yakni communication yang bersumber dari kata communis.Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama makna mengenai satu hal. Komunikasi berlangsung apabila di antara orang orang yang terlibat terdapat kesamaan mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jika suatu orang mengerti akan suatu hal yang disampaikan oleh orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain hubungan diantara mereka bersifat komunikatif ( Effendy,2004:30).
Universitas Sumatera Utara
Harold lasswell (Effendy,2004:10) mengatakan bahwa cara yang paling baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut;"Who says what in which channel to whom with what effect". Paradigma lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai dari jawaban pertanyaan yang diajukan, yakni: a. Komunikator (communicator) b. Pesan (message) c. Media (Channel, media) d. Komunikan (communicant) c. Efek (effect, impact) Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunuikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat atau sebaliknya. Aspek masyarakat tersebut tentunya juga termasuk kedalamnya adalah teknologi komunikasi (Arifin, 2003:20). Proses Komunikasi Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. a.
Secara Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
b.
Secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
Universitas Sumatera Utara
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 1990:16) Bentuk-Bentuk Komunikasi Berdasarkan tatanan komunikasi atau proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, maka komunikasi dapat diklarifikasikan menjadi beberapa bentuk, yakni (Effendy, 2003:53-54). a. Komunikasi pribadi yaitu komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan (Effendy, 2003:57). Komunikasi pribadi terdiri atas komunikasi intrapribadi dan antarpribadi. b. Komunikasi kelompok yaitu komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dua orang (Effendy, 2003:75). Komunikasi kelompok terdiri atas komunikasi kelompok kecil seperti ceramah, forum, simposium, seminar, dan diskusi panel serta komunikasi kelompok besar. c. Komunikasi massa yaitu komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan untuk umum serta film yang dipertunjukan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79). Komunikasi massa terdiri atas komunikasi media massa cetak seperti surat kabar dan majalah serta komunikasi media elektronik seperti radio, televisi, dan film (Effendy, 2003:53). 2.1.2
Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa (mass media communication). Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (dalam Rakhmat, 2009 : 188) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa membatasi komunikasi dengan menggunakan media massa misalnya, surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film (Effendy, 1992:20).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi meliputi berbagi dimensi, salah satunya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari berbagai sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui media. Media massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak seperti surat kabar, majalah, dan buku dan media elektronik seperti radio, televisi, film, komputer, dan lainnya (Cangara, 2003:18). Unsur-unsur komunikasi massa Unsur – unsur yang terkandung pada komunikasi massa tidak berbeda dengan unsur pada komunikasi secara umumnnya. Dalam komunikasi massa juga terkandung unsur source atau komunikator, audiens / komunikan dan pesan. Adapun unsur pada komunikasi massa yang berbeda dengan unsur pada komunikasi pada umumnya antara lain ; 1. Komunikator Dalam konteks ini merupakan lembaga, organisasi atau perusahaan yang memiliki peralatan pemancar dan mampu menyebarkan informasi secara massal. Lembaga yang memiliki akses terhadap media massa antara lain : perusahaan surat kabar, stasiun radio, serta stasiun televisi. Dan didalam lembaga media massa tersebut juga terdapat orang – orang yang memiliki akses terhadap isi pesan yang akan disampaikan kepada komunikan konsumen media massa seperti redaktur yang bertugas untuk menyaring isi berita dan berbagai hal baik yang layak maupun tidak layak untuk disebarkan melalui media massa. Yang berperan sebagai komunikator lainnya dalam komunikasi massa juga dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap media massa yakni dari pihak swasta atau pihak pemerintah. 2. Pesan Pesan yang disampaikan melalui media massa memiliki sifat yang berbeda dari isi pesan pada komunikasi umumnya. Pesan yang disampaikan melalui media massa menjangkau audiens secara luas dalam konteks kawasan geografis, isi pesan bersifat umum atau sama bagi semua kalangan tanpa terkecuali serta pesan
Universitas Sumatera Utara
terkirim pada saat yang bersamaan. Terdapat tiga karakteristik pesan dari komunikasi massa yakni : 1.
Publicy Isi pesan tidak ditujukan kepada perorangan tertentu saja secara
ekslusif. Namun bersifat terbuka untuk umum dan publik. Semua audiens menerima pesan yang sama tanpa pengecualian. 2.
Rapid Pengiriman pesan melalui media massa bersifat luas dalam konteks
geografis dimana dapat menjangkau audiens yang tidak berada pada lokasi yang samadan tersebar secara geografis namun dapat menerima pesan selama memiliki gadget penerima dan pengiriman pesan bersifat cepat serta sampai pada saat yang bersamaan. 3.
Transient. Pesan yang dikirimkan oleh media massa bersifat sekali pakai saja
karena hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi pada saat tersebut saja seperti pada berita televisi yang menyajikan informasi hanya khusus untuk kejadian pada satu hari saja dan bukan untuk tujuan permanen. Terdapat pengecualian untuk media massa buku dimana buku memiliki informasi yang dapat diakses secara berulang – ulang. (http://adiprakosa.blogspot.com) 3. Media yang Digunakan Channel atau media dalam komunikasi massa merupakan segala perangkat elektronik yang mampu untuk menghasilkan produk informasi dimana isi pesan dapat dilipat gandakan dan dikirimkan pada saat yang bersamaan pula. Media memiliki kemampuan tersebut antara lain media cetak, radio, serta televisi. 4. Komunikan Target audiens dari komunikasi massa adalah para pengguna media massa yakni para pendengar radio, para pembaca Koran, dan para pemirsa televisi yang
Universitas Sumatera Utara
mengakses media massa tersebut. Adapun sifat komunikan media massa menurut Charles Wright antara lain : Large, Heterogen, Anonim. N Karena sifatnya yang massal, media massa juga mendapat feedback secara massal. Namun feedback hanya diperoleh berdasarkan pada keinginan dari komunikator sendiri. Feedback melalui media massa terjadi umumnya seperti pada televisi yang menggunakan sarana telepon interaktif ketika acara berlangsung dimana komunikator yang memberikan kesempatan kepada audiens untuk memberikan feedback. Jadi feedback pada media massa lebih bersifat pasif namun efek yang ditimbulkan dapat beragam. 5. Dampak Dampak dalam hal ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audien sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media. David Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengklasifikasikan dampak atau perubahan ini ke dalam tiga kategori, yaitu: perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata. Perubahan ini biasanya berlangsung secara berurutan. 6. Gangguan / Noise Dalam komunikasi massa, media yang digunakan untuk berkomunikasi karena berbentuk perangkat elektronik maka akan sering menemukan gangguan dalam proses pengiriman pesannya atau yang lebih dikenal dengan noise. Noise dapat berupa gangguan pada sinyal yang menyebabkan isi pesan yang disampaikan mengalami kendala sehingga tidak dapat di tafsirkan oleh audience seperti gangguan pada sinyal radio yang membuat suara penyiar radio terputus – putus. 7. Gate Keeper Dalam pengiriman isi pesannya, media komunikasi massa telah mengalami penyaringan terhadap isi pesan sehingga isi pesan sesuai dengan etika penyiaran. Adapun orang yang bertugas sebagai gate keeper seperti redaktur pada surat kabar yang bertugas untuk menambah dan mengurangi segala jenis kata – kata yang disusun oleh reporter agar sesuai dengan etika.
Universitas Sumatera Utara
8. Pengatur Berbeda dengan gate keeper yang merupakan penyaring dari perusahaan pemilik media massa, pengatur dalam komunikasi massa adalah pihak yang menggunakan media massa dan mendapatkan manfaat dari media massa yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah bertugas untuk mengawasi segala pesan yang disiarkan oleh media massa agar sesuai dengan etika dan tidak membahayakan kepentingan publik. Jadi penyaringan terhadap isi pesan komunikasi massa terjadi dua kali dan dari dua pihak agar kestabilan dari\ komunikasi massa dapat terjaga dan tidak berat sebelah. Ciri-ciri Komunikasi Massa Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa, adalah sebagai berikut: 1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis. 2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi. 3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim. 4. Mempunyai publik yang secara tersebar. Pesan-pesan media tidak dapat dilakukan secara langsung artinya jika kita berkomunikasi melalui surat kabar, maka komunike kita tadi harus diformat sebagai berita atau artikel, kemudian dicetak, didistribusikan, baru kemudian sampai ke audien. Antara kita dan audien tidak bisa berkomunikasi secara langsung, sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. Istilah yang sering digunakan adalah interposed. Konsekuensinya adalah, karakteristik yang kedua, tidak terjadi interaksi antara komunikator dengan audien. Komunikasi berlangsung satu arah, dari komunikator ke audien, dan hubungan antara keduanya impersonal. Karakteristik pokok ketiga adalah pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka, artinya pesan-pesan dalam komunikasi massa bisa dan boleh dibaca, didengar, dan ditonton oleh semua orang. Karakteristik keempat adalah adanya
Universitas Sumatera Utara
intervensi pengaturan secara institusional antara si pengirim dengan si penerima. Dalam berkomunikasi melalui media massa, ada aturan, norma, dan nilai-nilai yang harus dipatuhi. Beberapa aturan perilaku normatif ada dalam kode etik, yang dibuat oleh organisasi-organisasi jurnalis atau media (Elizabeth Noelle Neumann dalam Jalaluddin Rakhmat,1994 ) Proses Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi tatapmuka lainnya, karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang,maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk 1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses
komunikasi
massa
melakukan
distribusi
informasi
kemasyarakatandalam skala yang besar, sekali siaran atau pemberitaan jumlahdanlingkupnya sangat luas dan besar. 2. Proses komunikasi massa cenderung dilakukan melalui model satu arahyaitu dari komunikator kepada komunikan atau media kepada khalayak.Interaksi yang terjadi sifatnya terbatas sehingga tetap saja didominasi olehkomunikator. 3. Proses
komunikasi
massa
berlangsung
secara
asimetris
antara
komunikator dengan komunikan. Ini menyebabkan komunikasi antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi sensasi emosionalsifatnya sementara dan tidak permanen. 4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal atau non pribadidan anonym atau tanpa nama. 5. Proses
komunikasi
massa
juga
berlangsung
hubungankebutuhan-kebutuhan di masyarakat.
didasarkan
pada
Misalnya program akan
ditentukanoleh apa yang dibutuhkan pemirsa. Dengan demikian media massa jugaditentukan oleh rating yaitu ukuran di mana suatu program di jam yangsama di tonton oleh sejumlah khalayak massa (McQuail dalam Nuruddin,2007:31)
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Komunikasi Massa Dengan perkembangan tekonologi menyebabkan fungsi komunikasi massa telah banyak mengalami perubahan, di antaranya: 1. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau international. 2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bisa bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ada serta, bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. 3. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dan dengar lewat media massa. 4. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang mneyangkut orang banyak. 5. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik, dan mengesankan. 6. Memajukan kebudayaan, yakni media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi atau bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan lainnya. 7. Hiburan, yakni sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik, dan bunyi maupun gambar dan bahasa membawa orang lain pada situasi menikmati hburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya. 8. Integrasi, yakni banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi
seperti
satelit
dapat
dimanfaatkan
untuk
menjembatani
perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa (Effendy, 2003:27). 2.1.3 Teknologi komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Penemuan-penemuan
dalam
bidang
elektronika
komunikasi
pada
gilirannya berdampak luas dalam bidang komunikasi khususnya interaksi, relasi, maupun komunikasi antar pribadi. Usaha-usaha manusia untuk mengubah caracara berkomunikasi selain melalui penemuan teknologi komunikasi pun sebenarnya telah dilakukan sejak lama (Liliweri,1991:63). O'Brien dalam Bungin, (2006:111) mengatakan bahwa perilaku manusia dan teknologi memiliki interaksi di dalam lingkungan sosioteknologi. Dimana, manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa akan memiliki interaksi dengan teknologi dalam kehidupannya sehari-hari. Dijelaskan Rodgers, 1986 dalam Lubis (2005:42). yang mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai "alat perangkat keras.struktur organisasi dan nilainilai
sosial
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan
memproses
dan
mempertukarkan informasi dengan orang lain. Teknologi komunikasi sendiri sebenarnya telah berkembang sejak dulu sekali dimana ditandai dengan munculnya era media tulis dan cetak. Teknologi adalah aplikasi ilmu dan engineering untuk menggerakan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia. atau tidak memeperbaiki efesiensi manusia pada berbagai aspek. Dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi dan era komunikasi interaktif. Bukan tidak mungkin bahwa teknologi akan terus berkembang, memunculkan bentuk dan fungsi baru namun dalam jangka waktu yang belum diketahui. Bungin (2006:111). Terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi teknologi komunikasi ,antara lain : 1. Informasi, dapat berupa tulisan, suara, musik, gambar,dan data yang memiliki spektrum frekuensi dan bentuk-bentuk yang berbeda. 2. Alat yang dipergunakan untuk meneruskan informasi, dengan media transmisi dan sistem modulasi
Universitas Sumatera Utara
3. Dengan cara yang sesuai,bentuk akhir ( informasi yang diterima ) harus seserupa mungkin dengan bentuk awal ( informasi yang dikirimkan ) dan dalam batas-batas distorsi yang dapat ditolerir. 4.
Dalam jumlah maupun kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak yang semakin jauh dengan biaya yang seekonomis mungkin.
2.1.4 Teori Uses and Gratifications Teori ini merupakan salah satu teori atau pendekatan yang digunakan dalam komunikasi. Teori uses and gratification memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan sangat selektif. Penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratiftcation) atas kebutuhan seseorang atau uses and gratifications yang ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu. Teori ini tidak tertarik pada apa saja yang dilakukan media pada khalayak, tetapi dia tertarik pada apa saja yang dilakukan khalayak terhadap media. (Effendy dalam Bungin, 2005: 284). Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a drmatic break with effect tradition of the past, suatu lompatan dramatis dari teori jarum hipodemik. Teori ini tidak tertarik terhadap apa yang dilakukan media untuk media. Media dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2004:65). Uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber yang lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (keterlibatan media kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, dan barang kali termasuk yang tidak kita inginkan.Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan prilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadinya dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak
Universitas Sumatera Utara
yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Jalaluddin Rakhmat 2007:205) Pendekatan
uses
and
gratification
memberikan
alternatif
untuk
memandang antara isi media dengan audience dan pengkategorian isi media menurut
fungsinya. Meskipun
masih
diragukan
masih adanya satu atau
beberapa model uses and gratification, Katz (Effendy, 2000:290) menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai
uses and gratifications : Yang
pertama, kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan, yang
menciptakan
harapan-harapan terhadap media massa atau
sumber-sumber lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktifitas lainnya) yang akhirnya menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. Sebagai tambahan bagi elemen-elemen dasar tersebut di atas, pendekatan uses and gratifications sering memasukkan unsur motif untuk memuaskan kebutuhan dan alternatif-alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Blumler dan Katz (dalam Fiske, 2007:213-214) beberapa asumsi mendasar dari uses and gratifications adalah sebagai berikut: 1. Khalayak itu aktif. Khalayak bukanlah penerima yang pasif atas apa pun yang media siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi program. 2. Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan program-programnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya. 3. Media bukanlah satu-satunya sumber pemuasan kebutuhan. 4. Orang bisa atau dibuat bisa menyadari kepentingan dan motifnya dalam kasus-kasus tertentu. 5. Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah.Semisal, tidaklah relevan untuk menyatakan program-program infotainment itu sampah, bila ternyata ditonton oleh sekian juta penonton.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan teori ini dapat kita lihat dari sinetron-sinetron televisi yang banyak ditayangkan televisi swasta di Indonesia, sinetron-sinetron ini umumnya banyak disukai oleh para kaum hawa, khususnya ibu rumah tangga. Hal ini merupakan suatu fenomena yang dapat kita nilai dengan teori Uses and Gratification, dari fenomena ini bisa dilihat bahwa para ibu rumah tangga menilai positif akan tayangan sinetron tersebut. Padahal jika kita menilik alur ceritanya, banyak peristiwa budayan yang sama sekali tidak rasional dan sangat bertentangan dengan pola budaya di Indonesia. Dilihat dari aspek rasionalitas ceritanya juga banyak yang aneh atau ganjil. Dramatisasinya juga sangat berteletele, namun demikian cerita sinetron tersebut masih tetap disukai oleh para ibu rumah tangga. Contoh di atas membuktikan bahwa audiens berlaku aktif dalam memilih tayangan yang disampaikan oleh media massa. Dalam kasus perkembang media tradisional ke media baru. Uses and gratifications sangat penting posisinya untuk memetakan kecenderungan media baru yang menjadi suplemen atau bahkan menggantikan posisi media tradisional di dalam masyarakat (Baran & Davis, 2009:238). Akan tetapi, uses and gratifications juga tidak lepas dari adanya kritik. Beberapa pakar menilai teori ini terlalu membesar-besarkan peran pengguna media dalam memilah media. Mereka menilai bahwa sebagian besar pengguna media adalah kelompok yang pasif dan dan hanya menjalani kebiasaan, dan tidak masuk akal untuk menanyakan tentang hal itu kepada orang-orang tersebut. Menurut teori ini, konsumen media memiliki kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas media mana yang mampu memuaskan kebutuhan khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak bagi khalayak itu sendiri. Seleksi itu terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik cetak maupun elektronik.
Universitas Sumatera Utara
Katz, Blumler dan Gurevitch (1974, dalam Baran & Davis, 2009:241-242) menjelaskan juga adanya situasi sosial yang membuat seorang pengguna membutuhkan media, antara lain: 1. Situasi sosial dapat melahirkan tekanan dan konflik, ketika itu konsumsi media bisa jadi adalah obat untuk keluar dari tekanan tersebut. 2. Situasi sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus mencari informasi yang ditawarkan pada media. 3. Situasi sosial dapat membatasi peluang untuk berinteraksi di dunia nyata, di situlah media dapat berfungsi sebagai suplemen atau bahkan menggantikan kehidupan nyata tersebut. 4. Situasi sosial seringkali melahirkan nilai-nilai sosial tertentu. Pemenuhan kepuasan dari nilai-nilai tersebut dapat difasilitasi oleh konsumsi media tertentu. 5.
Situasi sosial dapat membuat pengguna semakin akrab dengan media. Kedekatan pengguna dengan media beserta isinya, dimaksudkan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam kelompok-kelompok tertentu.
Namun teori Uses and Gratification ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan..Beberapa kelebihan dan kekurangan teori Uses and Gratification ini antara lainv (Baran & Davis, 2009:242) : 1. Kelebihan
dari
teori
Uses
and
gratification
adalah
:
Mengubah audiens yang cenderung pasif menjadi audiens yang lebih aktif dan selektif. 2. Untuk mengontrol penggunaan media dalam kehidupan kita. 3. Untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan dan pencapaian tujuan dari fungsi media itu sendiri. Kekurangan dari teori Uses and Gratification adalah: 1. Seseorang menjadi ketergantungan terhadap suatu media sehingga tidak dapat berkembang
Universitas Sumatera Utara
2. Audiens akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dengan media dengan berbagai cara, meskipun itu merugikan dirinya sendiri 3. Media sering kali menciptakan kebingungan dan ketika hal yang membingungkan itu hadir, ketergantungan kepada media akan meningkat. 2.1.5 Teori afiliasi Teori afiliasi (affiliation) memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. la ingin memelihara hubungan baik dalam hubungan interpersonal dengan saling membantu dan salmg mencintai. Lasswell, 1948 dalam Rakhmat (2005:215) menyebutkan fungsi "correlalions". Asumsi pokok dari Katz, Gurevitz, dan Has adalah pandangan bahwa komunikasi massa digunakan individu untuk;
menghubungkan
dirinya,
melalui hubungan instrumental, afektif dan integrative-dengan orang-orang lain (diri, keluarga, kawan, bangsa, dan sebagainya). Kebutuhan untuk melakukan interaksi dengan orang lain dikenal dengan konsep kebutuhan afiliasi. Kebutuhan affiliasi adalah suatu istilah yang dipopulerkan oleh David McClelland, ia menguraikan bahwa kebutuhan afiliasi adalah suatu kebutuhan dari seseorang untuk merasakan suatu perasaan terlibat dan ikut serta di dalam suatu kelompok sosial. Orang-orang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi mendambakan suatu hubungan antar pribadi yang hangat. Kebutuhan afiliasi adalah hasrat untuk disukai dan diterima baik oleh orang-orang lain (McClelland dalam Robbins, 1996:198). Afiliasi merupakan keinginan untuk bersatu dengan orang lain tanpa memperdulikan apapun kecuali kebersamaan yang jelas dapat diperoleh. Kebutuhan akan afiliasi menggambarkan seorang perlu merasa rasa keterlibatan "milik" dalam kelompok sosial . Kebutuhan ini adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Budiardjo dkk. menjelaskan kebutuhan afiliasi sebagai formasi hubungan sosial, keinginan untuk bergabung, beramah-tamah dan membentuk persahabatan.
Universitas Sumatera Utara
Orang-orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berafiliasi biasanya memiliki kesenangan dari kasih sayang dan cenderung menghindari kekecewaan karena ditolak oleh suatu kelompok sosial. Secara individu, mereka cenderung berusaha membina hubungan sosial yang menyenangkan, rasa intim dan pengertian, siap untuk menghibur dan menyukai interaksi dan bersahabat dengan orang lain (Stanley, dalam Gellerman, 1984:202). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan berafiliasi adalah suatu kebutuhan untuk membentuk hubungan sosial secara hangat, memelihara, mengembangkan hubungan afeksi yang positif dan memperbaiki hubungan sosial dengan orang lain, sehingga individu memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi akan cenderung untuk menghindari kekecewaan karena ditolak dalam kelompok sosial, serta berusaha membina hubungan sosial yang menyenangkan dan positif. Ada beberapa faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Afiliasi. Martaniah (dalam Nurwanti,1998) mengemukakan bahwa faktor-faktor kebutuhan berafiliasi adalah sebagai berikut: 1. Kebudayaan Kebutuhan afiliasi sebagai kebutuhan sosial juga tidak luput dari pengaruh kebudayaan, nilai-nilai yang berlaku pada suatu tempat ataupun kebiasaan-kebiasaan. Dalam masyarakat yang menilai tinggi kebutuhan berafiliasi, akan mengakibatkan pengembangan dan pelestarian kebutuhan tersebut, sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak di nilai tinggi, itu akan menipis dan tidak akan tumbuh subur. 2. Situasi yang Bersifat Psikologik Seseorang yang tidak yakin akan kemampuannya atau tidak yakin pendapatnya, akan merasa tertekan, rasa tertekan ini akan berkurang jika dilakukan pembandingan sosial. Kesempatan untuk meningkatkan diri melalui pembandingan dengan orang akan meningkatkan
afiliasi,
dan
bila
orang
tersebut
dalam
pembandingan ini merasa lebih baik, ini akan lebih menguatkan
Universitas Sumatera Utara
sehingga
menghasilkan
afiliasi
yang
lebih
besar.
Keinginan untuk berafiliasi akan meningkat kalau orang dalam keadaan bimbang yang bertingkat sedang dan yang bertingkat tinggi Martaniah (dalam Nurwanti, 1998) 3. Perasaan dan Kesamaan Remaja yang mempunyai kebutuhan akan afiliasi yang tinggi lebih suka menyeragamkan diri, daripada mempunyai kebutuhan berafiliasi yang rendah. Pengaruh faktor-faktor persamaan dan kesamaan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh dapat dilihat bahwa orang yang memiliki kesamaan pendidikan, kesamaan status, kesamaan kelompok etnik lebih tertarik satu sama lain dan saling membentuk kelompok, misalnya kelompok perguruan tinggi tertentu, kelompok profesi tertentu, kelompok suku tertentu dan lain sebagainya. Orang yang kesepian akan lebih terdorong membuat afiliasi daripada orang yang tidak kesepian, juga orang yang kurang mempunyai perasaan aman akan terdorong untuk membuat afiliasi daripada orang yang mempunyai perasaan aman tinggi. Selain itu,terdapat ciri – ciri seorang individu memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi, biasanya individu seperti itu cenderung melakukan hal – hal seperti berikut: 1. Mendahulukan kepentingan umum saat bekerja. 2. Setuju, bersimpati serta menghibur orang lain. 3. Lebih
mengutamakan
perasaan
daripada
logika
saat
berkomunikasi. 4. Lebih efektif jika bekerja secara kelompok. 5. Menghindari suasana menyendiri atau tidak ada kontak dengan orang lain. 6. Suka menyenangkan orang lain. 7. Sabar dalam melayani orang lain. 8. Melihat suatu argumen dari banyak sisi. 9. Perfeksionisme dalam memecahkan masalah.
Universitas Sumatera Utara
10. Memiliki rasa tanggungjawab yang kuat.
2.1.6 Instant Messaging Pesan instan (Instan messaging) adalah sebuah teknologi internet yang mengizinkan para pengguna dalam jaringan internet untuk mengirimkan pesanpesan secara singkat langsung pada saat yang bersamaan (real time) menggunakan teks kepada penggunaan lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama. Fungsi antar muka yang terdapat dalam instant messaging adalah : a) Instant message
: Untuk mengirim pesan kepada teman yang secara
online pada saat yang bersamaan b) Chat
: Untuk menciptakan chat room dengan teman atau
rekan kerja sehingga pembicaraan dapat berlangsung c) Web Links
: Untuk berbagi link mengenai website favorit
d) Video
: Untuk mengirim serta menyaksikan video dan
melakukan chatting secara face to face dengan teman e) Images
: Untuk melihat gambar yang teman anda miliki
f) Files
: Untuk berbagi file dengan mengirimkan file
tersebut langsung kepada teman g) Talk
: Berfungsi agar pengguna benar-benar berbicara
dengan teman mereka, layaknya telepon h) Mobile capabilities
: Untuk mengirimkan
instant
mesaage melalui
handphone.
2.2 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai yang dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi, 2003:40). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan,
Universitas Sumatera Utara
kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006: 38). . Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar kerangka konsep dapat diteliti secara empiris maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya jadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Kriyantono,2008:21) : 1.
Variabel Bebas (x) Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya (Krisyantono,2008:21).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media sosial LINE pada handphone Android.
2.
Variabel terikat (y) Variabel terikat yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebutuhan afiliasi.
3.
Variabel Antara (z) Variabel antara adalah variabel yang menghubungi variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y) yang berfungsi sebagai penguat dan pelemah hubungan antara variabel bebas dan penghubung tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yaitu usia jenis kelamin, dan stambuk.
2.3
Operasional Variabel
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Operasional Variabel Variabel Toritis
Variabel Operasional
Variabel bebas (x)
1. Chatting
Penggunaan Media sosial line pada
2. Diskusi grup
smart phone
3. Berbagi (share) link 4. Berbagi (share) video 5. Berbagi (share) file 6. Voice note 7. Display picture 8. Personal status
Variabel Terikat (Y)
1. Penerimaan
Pemenuhan kebutuhan afiliasi
2. Rasa memiliki 3. Kerja sama 4. Rasa Solidaritas 5. Hubungan yang erat
Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Stambuk 4. Intensitas
penggunaan
instant
messaging
2.4
Defenisi Operasional Defenisi
Variabel
memberitahukan
bagaimana
Operasional caranya
adalah untuk
unsur
penelitian
mengukur
suatu
yang variabel
(Singarimbun,1995:46). Defenisi variabel operasional dalam penelitian ini adalah :
Variabel Bebas 1. Chatting merupakan sebuah teknologi komunikasi online chat yang memudahkan penggunaan untuk bertukar pesan singkat. Mengacu pada segala bentuk komunikasi menggunakan internet, tetapi secara speesifik
Universitas Sumatera Utara
mengacu kepada percakapan basis teks antara dua orang pengguna tersebut. 2. Diskusi group merupakan teknologi komunikasi online chat secara bersamaan dengan sejumlah anggota group yang termasuk kedalam group tersebut 3. Berbagi (share) foto merupakan transfer atau penerbitan foto digital pengguna online sehingga memungkinkan pengguna untuk berbagi dengan orang lain, baik umum maupun pribadi. 4. Berbagi (share) link merupakan aplikasi instant messaging yang dapat memudahkan para penggunanya dalam berbagai link maupun website. 5. Berbagai (share) video merupakan transfer atau video digital penggunaan online sehingga memungkinkan pengguna untuk berbagi dengan orang lain, baik umum maupun pribadi. 6. Berbagi (share) file merupakan transfer file kepada sesama pengguna online yang dapat memudahkan antara satu sama lainnya dalam berbagai data, dokumen, dan file lainnya. 7. Voice Note merupakan transfer suara atau rekaman suara yang dikirimkan kepada pengguna online. 8. Display Picture merupakan aplikasi yang menampilkan foto sebagai gambar utama pada profil pengguna fitur line. 9. Personal Status merupakan status update atau informasi yang paling baru tentang pengguna online, status pribadi ini dapat dibaca oleh semua pcngguna media sosial line lainnya .
Variabel Terikat (Y) 1. Penerimaan, yaitu bentuk penghargaan atau pengakuan yang diberikan pihak lain kepada dirinya. 2. Rasa memiliki, yaitu rasa kebersamaan antar anggota dalam suatu group.
Universitas Sumatera Utara
3. Kerja sama, yaitu bentuk tindakan yang dilakukan sesama teman dalam kontak Media Sosial line smart phone dalam melakukan sesuatu. 4. Sosial, yaitu melibatkan diri dalam diskusi-diskusi yang dibangun bersama group. 5. Hubungan yang erat ,yaitu membina hubungan persahabatan yang mendalam yang terbangun dalam intensitas percakapan di dalam Media sosial line pada smart phone.
Variabel Antara (z) Sudah merupakan ciri khas tiap individu yang membuatnya berbeda
dengan yang lain. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel antara adalah karakteristik responden, hal ini mencakup: a. Jenis kelamin. Merupakan jenis kelamin mahasiswa USU stambuk 2010 -2012 yang mengisi kuisioner. b. Usia merupakan umur mahasiswa USU stambuk 2010 - 2012 yang mengisi kuisioner. c. Fakultas merupakan fakultas dari Responden ketika mengisi kuisioner. d. Stambuk merupakan angkatan kuliah responden ketika mengisi kuisioner. Intensitas pengguanaan Instant Messaging merupakan tingkat penggunaan Media Sosial Line Smart Phone pada mahasiswa USU stambuk 2010-2012. 2.5
Hipotesis Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan
yang belum sempurna. Pengertian ini kemudia diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin, 2005: 75). Ho: Tidak ada hubungan antara Fungsi dan Pengaruh media sosial line terhadap kebutuhan afiliasi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu 2010-2012. Ha: Ada hubungan antara Fungsi dan Pengaruh media sosial line terhadap kebutuhan afiliasi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip USU 2010-2012.
Universitas Sumatera Utara