16
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1.Komunikasi Antar Pribadi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Jurgen dan Gregory Reterson, komunikasi antar pribadi ditandai dengan adanya pengungkapan oleh pihak seseorang atau lebih, pengantar secara sadar dihadapkan terhadap tindakan yang pertama sudah diamati oleh pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian yang mengisyaratkan jalinan antar pribadi (Palapah, 1991 : 19). Tiga pendekatan umum dalam komunikasi antar pribadi menurut Devito : 1. Komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan oleh seseorang dan menerima pesan dari orang lain atau sekelompok kecil orang yang efek langsung. 2. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antar dua orang yang memang telah ada hubungan antar keduanya. 3. Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk perkembangan atau peningkatan dari komunikasi antar pribadi di satu sisi menjadi komunikasi pribadi. Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah : 1. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi langsung yang terjadi antara dua individu atau lebih individu dalam usaha menyampaikan pesan.
16 Universitas Sumatera Utara
17
2. Pesan yang disampaikan secara tatap muka dan melalui alat bantu seperti telepon, telegram, surat-surat dan lain-lain yang menimbulkan kontak langsung antara komunikator dan komunikan. 3. Jika hendak melakukan komunikasi antar pribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban. 4. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi, memperkuat atau merubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan.
2.1.2. Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi Menurut Barnlund ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antar pribadi, yaitu : 1. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan 2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan 4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas 6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja. Reardon juga mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai paling sedikit 6 (enam) ciri, yaitu : 1. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong 2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 3. Kerapkali berbalas-balasan 4. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang antar pribadi
Universitas Sumatera Utara
18
5. Suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan 6. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna Menurut Liliweri (1997 : 14), berdasarkan berbagai sumber tersebut dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka) 2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu 3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas 4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja 5. Kerapkali berbalas-balasan 6. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan 7. Harus membuahkan hasil 8. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna
2.1.3. Sifat Komunikasi Antar Pribadi Selanjutnya untuk membedakan komunikasi antar pribadi dan yang bukan komunikasi antar pribadi, ada baiknya kita mengenal sifat-sifatnya. Rangkuman dari pendapat-pendapat Readon, Effendy, Porter dan Carnovar (Liliweri, 1997 : 178) menyebutkan sifat-sifat yang membedakan tersebut adalah : 1. Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun nonverbal. Perilaku verbal maupun
nonverbal masing-masing dapat
menunjukkan seberapa jauh hubungan antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived. Suatu perilaku spontan timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi. Perilaku scripted merupakan hasil belajar seseorang secara terus menerus. Terakhir perilaku yang contrived karena dikuasai sebagian besar oleh keputusan-keputusan yang rasional. 3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang. Proses yang berkembang menandakan adanya kedinamisan yang pada gilirannya meningkatkan mutu studi komunikasi antar pribadi. 4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi. Suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik dan interaksi yang terjadi mengandalkan suatu perubahan dalam sikap, pendapat dan pikiran, perasaan dan minat ataupun tindakan tertentu. Koherensi menandakan adanya suatu benang merah yang terjalin antara pesan-pesan yang terungkap sebelumnya dengan yang baru saja yang diungkapkan. 5. Komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Pengertian intrinsik dimaksudkan adalah suatu standart dari perilaku yang dikembangkan oleh seseorang sebagai panduan bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Sedangkan ekstrinsik yaitu adanya aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah dihentikan. 6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.
Universitas Sumatera Utara
20
7. Komunikasi antar pribadi merupakan usaha yang bersifat persuasif karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis dan sosiologis seseorang.
2.1.4. Keefektifan Komunikasi Antar Pribadi Dikatakan efektif bila dalam waktu tertentu tujuan dapat tercapai dengan baik. Semakin sedikit waktu yang dipakai semakin efektif kegiatannya. Ini berarti komunikasi antar pribadi efektif jika dalam waktu tertentu komunikan memahami pesan yang disampaikan komunikator dengan baik dan melaksanakannya. Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2001 : 133). Kemudian efektivitas komunikasi interpersonal ini menurut McCrosky, Larson dan Knapp bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi. Tiga pengarang tersebut memilih istilah “ketepatan yang lebih besar (greater accuracy)” daripada “ketepatan yang menyeluruh (total accuracy)”, karena memperoleh ketepatan 100% antara komunikator dan komunikan tidaklah mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Total accuracy dalam komunikasi menghendaki komunikator dan komunikan mempunyai pengalaman yang benar-benar sama dalam semua hal yang dibicarakan. Hanya kalau demikianlah mereka akan mempunyai pengertian
Universitas Sumatera Utara
21
yang benar-benar sama mengenai suatu pesan, dan hanya jika demikianlah mereka akan mempunyai yang menyeluruh, pengertian yang mempunyai hubungan komunikasi yang sempurna (Effendy, 1993 : 23). Menurut Rakhmat (2001 : 129), komunikasi antar pribadi mempunyai hubungan
interpersonal
yang
baik.
Lalu
apa
saja
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hubungan yang baik ? Ada 3 (tiga) faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal, yaitu : 1. Percaya 2. Sikap suportif 3. Sikap terbuka
Ad.1. Percaya (Trust) Faktor percaya merupakan faktor yang paling penting di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Secara ilmiah menurut Griffin, percaya didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko ?” (Rakhmat, 2001 : 130). Defenisi ini menyebutkan 3 (tiga) unsur percaya, yaitu : a. Ada situasi yang menimbulkan risiko. Bila orang menaruh kepercayaan pada seseorang, ia akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami. Bila tidak ada resiko, percaya tidak diperlakukan. b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain.
Universitas Sumatera Utara
22
b. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. Disamping faktor-faktor pesonal, ada tiga lagi faktor yang berhubungan dengan sikap percaya, yaitu : a. Karakteristik dan maksud orang lain Orang akan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang tertentu. Sikap percaya kita dipengaruhi oleh persepsi kita pada maksud orang laindalam hubungannya dengan maksud kita. Kita akan percaya pada orang yang mempunyai maksud sama dengan kita. b. Hubungan kekuasaan Rasa percaya tumbuh apabila orang-orang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain. c. Sifat dan kualitas komunikasi Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan sudah jelas, bila ekspektasi sudah dinyatakan maka akan tumbuh sikap saling percaya. Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan menganggap komunikan lainnya bersikap jujur. Tentu saja sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman kita dengan komunikan. Selain pengalaman ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu menerima, empati dan kejujuran (Rakhmat, 2001 : 132).
Universitas Sumatera Utara
23
Ad.2. Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang dikatakan bersikap defensif bila tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal dan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada memahami pesan orang lain. Komunikasi
defensif
dapat
terjadi
karena
faktor-faktor
personal
(ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya). Di antara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikan orang lain.
Ad.3. Sikap Terbuka Sikap terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Brooks dan Emmert (Rakhmat, 2001 : 137) memberi karakteristik orang yang bersikap terbuka, yaitu : a. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan logika b. Membedakan dengan mudah, melihat suasana dan sebagainya c. Berorientasi pada isi d. Mencari informasi dari berbagai sumber e. Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
24
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, dogmatisme harus diganti dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai diri dan yang paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
2.2. Teori Peranan Menurut teori peran, peran orangtua tidak hanya menentukan perilaku, tetapi juga keyakinan dan sikap. Orangtua memilih sikap selaras dengan harapanharapan yang menentukan peran mereka. Sehingga perubahan peran akan membawa perubahan sikap. Meskipun terdapat kesimpangsiuran mengenai konsep peranan namun peranan pada umumnya didefinisikan sebagai sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Oleh karena itu masing-masing peranan diasosiasikan dengan sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai dan dapat diterima dalam peranan tersebut. Implikasi dari teori peran adalah jika kita memiliki informasi mengenai peranan untuk posisi tertentu, maka kita dapat meramalkan bagian dari perilaku yang bermakna dari orang yang melaksanakan posisi itu. Dasar perilaku seseorang terbentuk sebagai hasil peranan antara warisan sifat-sifat, bakat-bakat orangtua dan lingkungan dimana ia berada dan berkembang. Lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam adalah lingkungan keluarga sendiri. Dari anggota keluarganya itu yang terdiri dari ayah, ibu, dan saudarasaudaranya, si anak memperoleh kemampuan dasar, baik intelektual maupun
Universitas Sumatera Utara
25
sosial. Bahkan penyaluran emosi banyak ditiru dan dipelajarinya dari anggotaanggota lain keluarganya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa anak tidak pernah merasakan kasih sayang, juga tidak dapat menyatakan kasih sayangnya kepada orang lain. Sikap, pandangan dan pendapat orangtua atau keluarga langsung dijadikan model oleh si anak dan ini kemudian menjadi sebagian dari tingkah laku anak itu sendiri. Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu istilah yang menyangkut : 1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut 2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut 3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
Ad.1. Penjelasan mengenai berbagai istilah tentang orang-orang Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan sebagai berikut : a. Aktor (actor, pelaku), yaitu orang yang sedang berperilaku menurut suatu peran tertentu. b. Target (sasaran) atau orang lain (other), yaitu orang yang mempunyai hubungan antara orangtua dan anak dalam berperilaku. Disini aktor (target) bisa berupa individu-individu atau kumpulan individu (kelompok). Hubungan antara kelompok dengan kelompok, misalnya terjadi antara orangtua (aktor) dan anak (target).
Universitas Sumatera Utara
26
Menurut Cooley dan Mead menyatakan hubungan aktor-target adalah untuk membentuk identitas aktor (person, self, ego) yang dalam hal ini dipengaruhi oleh penilaian atau sikap anak (target) yang digeneralisasikan oleh keluarga (aktor) (S.Wirawan Sarwono, 2005 : 216). Lain halnya menurut pendapat dari Second dan Backman yang menyatakan bahwa aktor menempati posisi pusat (focal position), sedangkan target menempati posisi padanan dari posisi tersebut (counter position). Dengan demikian, maka target berperan sebagai pasangan (partner) bagi aktor. Hal ini terlihat misalnya pada hubungan ibu-anak, suami-istri atau pemimpin-anak buah.
Ad.2. Berbagai Istilah tentang Perilaku Menurut Biddle dan Thomas ada 5 (lima) istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran : a. Expection (harapan) Harapan tentang peranan adalah harapan-harapan orang lain (pada umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang seyogyanya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. Misalnya dokter dan pasien, orangtua dan anak tentang perilaku yang baik dari seorang ayah dan ibu kepadanya. b. Norm (norma) Orang sering mengacaukan istilah “harapan” dengan “norma”. Namun, menurut Secord dan Backman “norma” hanya merupakan salah satu bentuk “harapan”. Jenis-jenis harapan menurut Secord & Backman adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
27
1) Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi, misalnya : seorang ibu menyatakan, “Aku kenal betul anakku”. 2) Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai suatu peran Yang mana Biddle & Thomas membagi harapan ini ke dalam 2 (dua) jenis yaitu : a) Harapan yang terselubung (covert) yaitu harapan tetap ada walaupun tidak diucapkan, misalnya orangtua harus mendidik anaknya. Inilah yang disebut norma (norm). b) Harapan yang terbuka (overt) yaitu harapan yang diucapkan, misalnya ayah meminta anaknya agar menjadi orang yang bertanggung jawab dan rajin belajar. Harapan jenis ini dinamai tuntutan peran (role demand). Tuntutan peran melalui proses internalisasi dapat menjadi norma bagi peran yang bersangkutan. c. Performance (wujud perilaku) Berbeda dari norma, wujud perilaku ini nyata, bukan sekedar harapan. Dan berbeda pula dari norma, perilaku yang nyata dan bervariasi, berbeda-beda dari satu aktor ke aktor yang lain. Oleh karena itu, teori peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilah-istilahnya menurut perilaku khusus, melainkan berdasarkan klasifikasinya pada sifat asal dari perilaku dan tujuannya (motivasinya).
Universitas Sumatera Utara
28
d. Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi) Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan pengertiannya jika dikaitkan dengan peran. Biddle & Thomas mengatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif dimaksudkan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif bisa menjadi positif. Penilaian maupun sanksi dapat datang dari orang lain (eksternal) maupu dari dalam diri (internal). Jika penilaian dan sanksi datang dari luar, berarti bahwa penilaian dan sanksi terhadap peranan itu ditentukan oleh perilaku orang lain. Begitu juga dengan penilaian dan sanksi yang berasal dari dalam diri sendiri (internal), maka pelaku sendirilah yang menilai dan sanksi berdasarkan pengetahuannya tentang harapan-harapan dan norma-norma masyarakat.
Ad.3. Berbagai istilah tentang kedudukan orang dan perilaku kedudukan Menurut Second & Backman dan Biddle & Thomas memberikan definisi yang saling melengkapi tentang kedudukan (posisi) (S.Wirawan Sarwono, 2005 : 226). Dari kedua definisi dapat disimpulkan bahwa kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif) diakui perbedaannya dari kelompokkelompok yang lain berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki bersama, perilaku yang sama-sama diperbuat, dan reaksi orang-orang lain terhadap bersama.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3. Teori Pesan Pesan merupakan sekumpulan lambang. Lambang-lambang itu dapat bersifat verbal maupun nonverbal. Kata-kata yang kita ucapkan dengan vokal disebut verbal vokal. Namun jika kita dalam suasana kecemasan tidak bisa dilukiskan dengan satu atau dua pilihan kata sehingga kita dapat menunjukkan dengan wajah yang pucat dan tangan dingin berkeringat. Itulah pesan nonverbal. Atas dasar tersebut maka pesan yang akan dikirimkan harus dipersiapkan dengan baik agar dia bermakna. Effendy mengemukakan bahwa kita memerlukan strategi dan perencanaan komunikasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi pesan. Dalam studi komunikasi kita mengenal teori pesan. Teori ini menggunakan dua tipe teori psikologi dan sangat cocok dikaitkan dengan komunikasi antar pribadi orangtua terhadap pola perilaku anak. Adapun teori tersebut adalah : 1. Teori yang menjelaskan mengenai sifat (trait) 2. Teori yang menjelaskan mengenai proses (process)
Ad.1. Penjelasan mengenai sifat (strait) Penjelasan mengenai sifat merupakan suatu teori yang memfokuskan kepada hubungan manusia yang bersifat tetap yang dapat disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki dalam berinteraksi dengan orang lain. Teori penjelasan mengenai sifat terbagi atas :
Universitas Sumatera Utara
30
a. Rhetorical Sensitivity Teori ini ditentukan oleh Roderick Hart dan rekannya. Teori ini menjelaskan tipe kepribadian komunikator pada saat berinteraksi cenderung untuk mengadaptasi pesan pada audience (komunikan). Teori ini menemukan bahwa komunikasi yang efektif itu timbul dari perasaan yang sensitif dan memperhatikan, serta mengatur apa yang kita sampaikan kepada pendengar (Littlejhon dan Stephen, 1996 : 105). Sebagai orangtua yang memiliki tingkat kesensitifan yang tinggi harus dapat mengerti dan memperhatikan bagaimana kebutuhan dan keinginan anaknya. Sehingga dalam berkomunikasi dengan anaknya biasanya dialog orangtua jadi lebih memahami keinginan anak tanpa memaksakan kehendak. Dengan mengetahui hal tersebut orangtua bisa menyampaikan pesan kepada anaknya dengan baik, sehingga anak merasa nyaman sewaktu berkomunikasi dengan orangtuanya. b. Gaya komunikator Teori mengenai gaya komunikator ini diselidiki oleh Robert Norton dan rekannya, berdasarkan pada pemikiran bahwa kita berkomunikasi pada dua tingkatan. Sesungguhnya seorang komunikator bukan hanya sekedar memberikan informasi melainkan seorang komunikator harus dapat mengetahui apakah pesan/informasi yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikan. Norton mengemukakan setiap gaya adalah kombinasi dari berbagai variabel tertentu (Littlejhon & Stephen, 1996 : 108).
Universitas Sumatera Utara
31
Sebagai orangtua bisa menciptakan suasana yang rileks sewaktu berkomunikasi dengan anaknya. Jika suasana sewaktu berkomunikasi dalam keadaan tegang, seorang anak akan sulit berkonsentrasi dan menerima pesanpesan yang disampaikan orangtuanya. Orangtua juga bisa memberikan perhatian yang cukup, misalnya dengan menanyakan hal-hal apa saja yang telah dilakukan anaknya di sekolah maupun luar sekolah. c. Agresi Agresi merupakan penerapan penekanan kepada orang lain. Teori ini dikemukakan oleh Dominick dan rekannya. Agresi dapat berupa hubungan yang bersifat membangun dan juga yang bersifat merusak. Agresi selanjutnya dapat terbagi menjadi empat sifat, yaitu tegas, bersifat argumen, bermusuhan dan agresi verbal. Sifat tegas yaitu meletakkan hak-hak seseorang untuk maju, tanpa menghambat hak-hak individu lainnya. Sebagai orangtua harus memiliki sifat ini dalam menghadapi tingkah laku anaknya yang kurang baik. Ini diperlukan untuk menciptakan perilaku yang positif terhadap si anak. Sifat argumen yaitu kecenderungan untuk ikut terlibat dalam suatu diskusi mengenai topik-topik tertentu, mendukung sudut pandang sendiri dan menyangkal pendapat yang berbeda. Orangtua sebagai orang pertama yang paling dekat dengan anaknya harus memberikan kesempatan bagi anak didik untuk berargumen, jangan bersifat otoriter yang mengakibatkan anaknya menjadi pasif. Sifat permusuhan dan agresi verbal tidak boleh dimiliki oleh orangtua. Karena kedua sifat tersebut merupakan suatu upaya untuk melukai seseorang secara fisik maupun emosional.
Universitas Sumatera Utara
32
Ad.2. Teori tentang proses Pada teori ini kita memilih cara-cara pengiriman pesan sehingga terjadi penerimaan
yang
sesungguhnya.
Penjelasan-penjelasan
mengenai
proses
penangkapan mekanisme pemikiran tentang manusia. Semua menitikberatkan pada cara-cara informasi didapatkan dan diselenggarakan, bagaimana memori digunakan, bagaimana orang memutuskan untuk bertindak. Sifat dan pendekatan keadaan tidak sejalan dengan penjelasan proses, dan ini akan menyatu. Pada komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak, pengiriman pesan yang dilakukan orangtua bisa melalui dialog, ceramah, nasehat ataupun perintah. Hal ini diupayakan agar komunikasi yang terjadi dapat terjadi secara efektif.
2.4. Perilaku Anak Perilaku ialah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan. Perilaku yang umum meliputi menangis, merangkak, berjalan, berbicara, berlari, tertawa, menghisap, menggigit, menggaruk, dan makan. Kecuali itu ada yang mudah dan tidak mudah dilihat dari luar. Maka perilaku dibagi 2 (dua) kelompok yaitu : 1. Perilaku tertutup/terselubung (cover behaviour) 2. Perilaku terbuka (over behaviour) Melihat dan memperhatikan perilaku orang akan terlihat macam-macam perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
Universitas Sumatera Utara
33
1. Perilaku yang disadari, dilakukan dengan kesadaran penuh, tergantung dari aksi dalam otak besar (voluntary movement berkaitan dengan cerebrum). 2. Perilaku reflektoris, gerakan refleks yang dalam tahap pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah laku refleks disadari bila kesan sampai ke taraf pusat. 3. Perilaku diluar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada sumsum penyambung (medulla oblogata) atau gerakan otot kepekaan otot. Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubung : 1. Kognisi : Penyadaran ini melalui proses penginderaan terhadap rangsangan dan interpretasinya. Perilaku ini meliputi segala hak yang berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa yang dipelajari. 2. Emosi : efek, perasaan, suasana di dalam diri yang dimunculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsangan. 3. Kognisi : pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk perilaku 4. Pusat, penginderaan : meliputi penyampaian atau mengantar pesan (rangsangan) sampai ke susunan saraf pusat pengertian Ada beberapa aspek perilaku untuk mewujudkan terbentuknya perilaku positif yang diinginkan adalah sebagai berikut : 1. Perilaku penyesuaian Terbentuknya perilaku positif atau negatif (gangguan perilaku) seseorang pada umumnya disebabkan gagalnya penyesuaian diri dari orang tersebut terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Kegagalan dalam penyesuaian ini dapat disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
34
a. Gangguan emosional dalam diri si anak Walaupun lingkungan sekitarnya tidak menunjukkan adanya penolakan terhadap keberadaan si anak, tetapi dari pihak si anak timbul masalah karena merasa dirinya lain dari yang lainnya. b. Gangguan hubungan dengan lingkungan Pada awalnya anak merasa yakin mampu bergaul dengan lingkungannya, tetapi dari pihak lingkungan memperlakukannya sebagai orang aneh sebagai si anak tidak tahan lama bergaul dengan lingkungannya. 2. Aspek perkembangan Timbulnya penyimpangan perilaku dapat merupakan manifestasi dari hambatan atau gangguan perkembangan. Bagi seorang anak yang mengalami fisik yang lemah maka ia akan mengalami hambatan perkembangan sosial, bahkan ia juga tidak mampu menyerap norma-norma sosial dengan baik sehingga menyebabkan sosialisasinya menjadi buruk. 3. Aspek hubungan keluarga dan anak Tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting bagi perkembangan psikisnya. Pembentukan sikap, perasaan dan kepribadian yang fundamental terjadi pada waktu-waktu itu. Anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya tumbuh dan berkembang dalam ikatan hubungan dengan keluarga terutama dengan orangtua. Perilaku seseorang tidak mekar dengan sendirinya tetapi dikembangkan oleh orangtua. Perilaku orangtua yang penuh kasih sayang dan wajar terhadap anak sehingga dapat membantu si anak dalam menjalani hubungan dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
35
Beberapa ciri-ciri positif dan negatif seseorang dalam berperilaku yaitu : 1. Ciri perilaku positif : a. Kompensasi yang sehat dan baik b. Merasa sama dengan orang lain c. Yakin akan kemampuan diri d. Dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruannya e. Suka akan persaingan atau kompetisi f. Bercita-cita sesuai dengan kemampuannya 2. Ciri perilaku negatif : a. Bertingkah laku over kompensasi b. Agresif, emosional, asosial, takut yang berlebihan, egosentris c. Membuat reaksi melarikan diri dan menghindar dari kontak sosial d. Cenderung menyalahkan orang lain Memang tidak mudah untuk merubah perilaku yang tertanam sejak lahir menjadi perilaku yang sesuai dengan tuntutan kewajaran. Beberapa faktor penyebab sulitnya perubahan itu : 1. Adanya perasaan-perasaan tertentu menyertai terbentuknya suatu konsep seperti pengalaman buruk, tekanan sosial dan prasangka 2. Adanya perilaku tertentu yang mencerminkan konsep diri tertentu pula baru tampil setelah konsep tersebut sudah berakar dan baru diidentifikasikan di kemudian hari, dimana kemungkinan untuk diubah menjadi kecil sekali. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsanganrangsangan dari lingkungan, anak ibarat secarik kertas yang masih kosong, artinya bagaimana nanti bentuk dan corak kertas tersebut bergantung pada bagaimana kertas tersebut ditulis.
Universitas Sumatera Utara
36
Ingatan anak pada usia 6-12 tahun ini mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan memori (dengan sengaja memasukkan dan meletakkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat, dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Hubungan orangtua anak juga bervariasi dari perilaku-perilaku yang menghambat (orangtua sepenuhnya mengontrol anak dan membuat keputusankeputusan untuk anaknya) sampai perilaku-perilaku yang serba boleh (orangtua membiarkan saja anak untuk membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa petunjuk pihaknya). Kecemasan anak adalah bahwa ia tidak tahu apa yang diharapkan ada padanya dalam hirarki kekuasaan, bahwa ia adalah seorang yang tidak mampu menangani persoalan-persoalan dan bahwa ia adalah seorang yang tidak bertanggung jawab. Hubungan orangtua anak yang ideal akan mengurangi kecemasan ini. Kalau kecemasan itu berlangsung terus menerus, maka untuk mengurangi peraturan-peraturan dengan ketat dan mendominasi orang lain, atau ia mungkin menarik diri sama sekali, menolak untuk diatur dan mengatur. Dan masih banyak lagi hubungan orangtua dan anak tersebut dalam berbagai aspek perilaku tersebut.
Universitas Sumatera Utara
37
2.5. Televisi 2.5.1. Pengertian Televisi Menurut Rusdi Muchtar, dibandingkan media lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya). Televisi nampaknya mempunyai sifat istimewa yang merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informasi, hiburan maupun pendidikan. Bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas dengan layar yang relatif kecil diletakkan di sudut ruangan rumah, televisi menciptakan suasana tertentu dimana para pemirsa duduk dengan santai tanpa kesengajaan mengikutinya. Penyampaian isi atau pesan seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembawa berita, artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan bahwa mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio (suara) dan terlihat secara visual (gambar) (Wawan Kuswandi, 1996 : v). Menurut Raymond B.William (1975) televisi merupakan sistem yang dirancang terutama untuk kepentingan transmisi dan penerimaan yang merupakan proses abstrak, yang batasan isinya sangat terbatas atau bahkan sama sekali tidak ada (Wawan Kuswandi, 1996 : 7).
2.5.2. Kekuatan dan Kelemahan Televisi Menurut Rhenal Kasali (1992 : 121) sekalipun televisi merupakan media yang sangat spasial yang dapat dinikmati khalayak secara audio (suara) dan visual (gambar) televisi juga mempunyai kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
38
1. Kekuatan a. Efisiensi Biaya Banyak pengiklanan menganggap televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan untuk menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jutaan orang menonton televisi secara teratur. Televisi menjangkau khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lainnya, tetapi juga khalayak yang tidak terjangkau oleh media cetak. Jangkauan masal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala. b. Dampak yang kuat Keunggulan lain adalah kemampuannya menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indera penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan pekerjaanpekerjaan kreatif dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna drama, dan humor. c. Pengaruh yang kuat Akhirnya televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat meluangkan waktunya di muka televisi, sebagai sumber berita, hiburan, dan sasaran pendidikan. Kebanyakan calon pembeli lebih “percaya” pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi dari yang tidak sama sekali. Ini adalah cermin bonafitas pengiklanan.
Universitas Sumatera Utara
39
2. Kelemahan a. Biaya yang besar, kelemahan yang serius dalam beriklan di televisi adalah biay absolut yang sangat ekstrem untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial. Sekalipun biaya untuk menjangkau setiap kepala adalah rendah, biaya absolut dapat membatasi minat pengiklan. Biaya produksi, termasuk biaya pembuatan film dan honorarium artis yang terlibat, bisa menghabiskan jutaan rupiah. Belum lagi penyiarannya yang harus diulangulang pada jam-jam siaran utama. b. Khalayak yang tidak selektif, sekalipun berbagai teknologi telah diperkenalkan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif, segmentasinya tidak setajam surat kabar atau majalah. Jadi iklan-iklan yang disiarkan televisi memiliki kemungkinan jangkauan pasar tidak tepat. c. Kesulitan teknis, media juga tidak luas dalam pengaturan teknis. Iklaniklan yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam-jam penyiarannya.
Universitas Sumatera Utara