BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Utami dan Rahayu (2003) melakukan penelitian dengan judul “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode krisis ekonomi tahun 1997. Namun secara parsial hanya suku bunga dan nilai tukar yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama periode krisis ekonomi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 30 badan usaha dengan periode penelitian tahun 1998 sampai dengan tahun 2000. Jacob dan Harahap (2004) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Indikator Mikro dan Makro Terhadap Nilai Buku dan Harga Pasar Saham Perusahaan”. Penelitian ini dilakukan pada 11 perusahaan perusahaan perbankan dengan menggunakan tahun penelitian 1999 sampai tahun 2002, dan menemukan bahwa aspek makro yang diwakili oleh interest rate dan inflation rate tidak begitu berpengaruh signifikan pada nilai buku dan harga pasar saham perusahaan. Budilaksono (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing dan SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan SBI kurang signifikan mempengaruhi pergerakan IHSG, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
variabel kepemilikan saham oleh investor asing signifikan menjelaskan pergerakan IHSG. Ada korelasi yang lemah antara nilai tukar rupiah terhadap SBI dan kepemilikan saham oleh investor asing. Penelitian ini dilakukan selama periode bulan Juni 2002 sampai dengan bulan Juni 2004 atau selama 2 tahun.
B. Ekonomi Makro Ekonomi
makro
merupakan
bagian
dari
ilmu
ekonomi
yang
mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan (Putong, 2002:145). Aspek makro bersifat lebih luas dan tidak hanya dua unit usaha atau industri tetapi secara menyeluruh. Aspek makro khususnya interest rate juga sering digunakan untuk memprediksi harga pasar saham dan juga interest rate di masa yang akan datang, juga menjelaskan bahwa kondisi ekonomi dapat mempengaruhi harga pasar saham (Jacob dan Harahap, 2004:160). Menurut Putong (2002:146), permasalahan dalam ekonomi makro secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1. Masalah jangka pendek atau kadang disebut juga masalah stabilisasi. Masalah ini berhubungan dengan bagaimana men-drive perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya dalam jangka pendek (bulan,tahun) agar dapat terhindar dari “penyakit” ekonomi makro yang utama, yaitu inflasi yang besar dan berkepanjangan, tingkat pengangguran terbuka yang besar, dan ketimpangan dalam neraca pembayaran. 2. Masalah jangka panjang atau kadang disebut juga sebagai masalah pertumbuhan. Masalah ini berhubungan dengan bagaimana men-drive perekonomian agar tetap berada dalam kondisi keserasian antara pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
jumlah penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi (dengan program penggalakkan tabungan masyarakat). Bodie, Kane, dan Marcus (dalam Utami dan Rahayu, 2003:125) menyatakan ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu Gross Domestic Product (GDP), inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun tidak semua faktor tersebut dapat dipergunakan sebagai variabel penelitian, antara lain : GDP, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Oleh sebab itu, indikator makro ekonomi yang dinilai relevan adalah inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. C. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga-harga produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money) (Tandelilin, 2001:212). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang perusahaan pada pihak ketiga berupa beban bunga juga akan menjadi meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan jangka panjang dari pemerintah yaitu menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena tingkat inflasi nol persen adalah sukar untuk dicapai, yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah (Sukirno, 2004:333). 1. Teori Inflasi Teori Kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000:15-31). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi: a. Demand pull inflation, terjadi karena adanya permintaan agregatif di mana kondisi produktif telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment) sehingga kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga. b. Cost push inflation. Pada kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) yang terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi akan menyebabkan kenaikan hargaharga. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga kerja, industri yang monopolis, kenaikan bahan baku industri, dan kebijakan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
c. Structural approach. Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi. Untuk itu, inflasi akan dapat ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur ekonomi. d. Monetary approach. Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess demand for goods). e. Accounting approach to inflation, diketahui bahwa terjadinya inflasi bersumber pada perkembangan harga-harga pada kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK). 2. Jenis-jenis Inflasi Jenis-jenis inflasi dapat dikelompokkan sehubungan dengan kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi (Khalwaty, 2000:31-35), sebagai berikut: a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. 2) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. b. Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
1) Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat, karena kenaikan harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan. 2) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat. c. Ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung perlahan dan berada di bawah 10% per tahun. 2) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di antara 10-30% per tahun. 3) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara 30-100% per tahun. 4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun.
D. Nilai Tukar Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Dengan kata lain bahwa nilai tukar yaitu mengukur nilai valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. 1. Teori yang Berkaitan dengan Nilai Tukar Teori-teori yang berhubungan dengan nilai tukar antara lain (Berlianta, 2004:18-21) :
Universitas Sumatera Utara
a. Balance of Payment Approach Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan tersebut adalah Balance of Payment. Apabila Balance of Payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil daripada pengeluaran (arus uang keluar), maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan sebaliknya. b. Teori Purchasing Power Parity Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut Law of One Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama. c. Fisher Effect Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher Effect menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal di satu negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu. Pernyataan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: Suku Bunga Nominal = Suku Bunga Riil + Tingkat Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menyebabkan tingkat suku bunga nominal di dua negara dapat berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda. d. International Fisher Effect Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara dibanding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah. 2. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah (Madura, 2006:219-226). Sistem nilai tukar suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori sistem tetap (fixed), sistem mengambang bebas (freely floating), sistem mengambang terkendali (managed floating), dan sistem terpatok (pegged). a. Sistem Tetap (fixed) Nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan
Universitas Sumatera Utara
intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. b. Sistem Mengambang Bebas (freely floating) Nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas nilai tukar, maka pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. c. Sistem Mengambang Terkendali (managed floating) Sistem nilai tukar ini berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasanbatasan resmi. Hal ini hampir sama dengan sistem tetap, akan tetapi pemerintah
sewaktu-waktu
dapat
melakukan
intervensi
untuk
menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. d. Sistem Terpatok (pegged) Mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004:402-403), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Kenaikan harga (inflasi) Inflasi yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap kurs atau nilai tukar negara tersebut. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yaitu inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor akan menurun karena harganya bertambah mahal. 2) Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. 3) Perubahan dalam citarasa masyarakat Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat menyebabkan ekspor meningkat. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
Universitas Sumatera Utara
4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri, dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat pengembalian tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila lebih banyak modal mengalir ke dalam negeri maka permintaan ke atas mata uangnya bertambah dengan demikian akan menambah nilai mata uangnya. 5) Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan naik yang akan meninggikan nilai mata uang. Sebaliknya, apabila kemajuan ekonomi tersebut mengakibatkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan menjadi turun yang akan menurunkan nilai mata uang. E. Suku Bunga Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas (Brigham dan Houston, 2001:158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung tergantung pada:
Universitas Sumatera Utara
1) Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan dari modal yang ditanamkan. 2) Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen/penabung (preferensi waktu dalam mengkonsumsi). 3) Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut. 4) Tingkat inflasi yang diperkirakan. 1. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian Tingkat
suku
bunga
mempunyai
beberapa
fungsi
dalam
suatu
perekonomian, antara lain (Sunariyah, 2006:80-81): a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi. c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat
moneter dalam
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku bunga selain perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keadaan permintaan dan penawaran (Brigham dan Houston, 2001:158) adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Kebijakan Bank Sentral b. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara c. Neraca perdagangan luar negeri d. Tingkat kegiatan usaha 3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. BI menggunakan beberapa piranti moneter dalam melaksanakan tugasnya, yang terdiri dari giro wajib minimum (reserve requirement), fasilitas diskonto, himbauan moral dan operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar terbuka Bank Indonesia dapat melaksanakan transaksi jual beli surat berharga termasuk SBI. Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. a. Tujuan Penerbitan SBI Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah sebagai otoritas moneter. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berkelebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. Besar kecilnya suku bunga SBI sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume
Universitas Sumatera Utara
penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal adalah jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin naik (Haryanto dan Riyatno, 2007). b. Dasar Hukum Penerbitan SBI Surat keputusan Direksi BI No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta intervensi Rupiah.
F. Harga Saham Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia tahun 2003 (dalam Haryanto dan Riyatno, 2007:26), saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya pada saat banyak pemilik saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan (Anoraga, 2001:59) Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa. Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa sehingga sering disebut harga penutupan (closing price). Oleh karena itu harga saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari bursa. Market Price merupakan harga pada saat riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar
Universitas Sumatera Utara
yang sedang berlangsung. Harga pembukaan bursa merupakan harga pada saat penutupan (closing price) sebelumnya. Harga sebuah saham dapat berubah atau berfluktuasi dengan cepat bahkan dalam hitungan menit maupun hitungan detik. Hal tersebut diakibatkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke JATS (Jakarta Automated Trading System). Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal komputer di mana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, terdapat beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji dan Herdy, 2006:131): a.
Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.
b.
Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan, yaitu pada jam 09.30 WIB.
c.
High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
d.
Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
e.
Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
f.
Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir yang terjadi.
g.
Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham, yang ditentukan pada akhir perdagangan yaitu jam 16.00 WIB. Faktor-faktor yang dapat menentukan harga saham sebuah perusahaan
yaitu (Manurung dan Rahardja, 2004:96):
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor-faktor ekonomi Faktor-faktor ekonomi yang paling diperhatikan dalam penentuan harga saham adalah perkembangan tingkat bunga dan nilai tukar. Jika dianggap tingkat inflasi akan rendah, maka diperkirakan bank sentral tidak akan menaikkan tingkat bunga nominal dan hal itu dapat membuat harga saham stabil atau meningkat. Perubahan nilai tukar akan mempengaruhi perkembangan eksporimpor dan tentunya mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan semakin baik, maka harga saham akan semakin mahal. b. Faktor-faktor pasar Faktor-faktor pasar adalah faktor-faktor yang terkait dengan aktivitas di pasar saham, yaitu: (1) Efek Januari (January Effect), pada bulan Januari aktivitas perdagangan saham masih baru dimulai dan hal ini mendorong para manajer portofolio untuk membeli saham-saham yang risikonya lebih kecil. Untuk itu mereka akan lebih menyukai membeli saham-saham perusahaan yang relatif lebih stabil. Hal ini akan mendorong naiknya harga saham perusahaanperusahaan yang dianggap stabil. (2) Tren (trend), sebenarnya tren perkembangan pergerakan harga saham bukan faktor fundamental penentu harga saham, tetapi tren dapat menentukan persepsi tentang harga saham suatu perusahaan sehingga berpengaruh terhadap penentuan harga saham. c. Karakteristik perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Harga saham tidak hanya ditentukan oleh kondisi ekonomi makro dan pasar saham, tetapi juga kondisi atau karakteristik perusahaan itu sendiri. (1) Perubahan Kebijakan Deviden. Hal ini dapat menyebabkan persepsi terhadap perusahaan berubah yang menyebabkan harga saham berubah. Perusahaan yang menaikkan dividen dinilai kondisi keuangannya semakin baik. Sebaliknya, perusahaan yang menurunkan dividen kondisi keuangannya dinilai memburuk. Ada kalanya, perusahaan menurunkan dividen karena ingin meningkatkan investasi. Hal ini dapat saja membuat pandangan terhadap perusahaan semakin baik. Hanya saja, bila penurunan dividen sangat besar, perusahaan akan kehilangan daya tariknya, sehingga harga saham akan turun. (2) Penawaran dan Pembelian Kembali Saham. Peningkatan jumlah saham yang ditawarkan dapat ditafsirkan bahwa bagi perusahaan penerbit saham, nilai sahamnya terlalu tinggi (overvalued), sehingga lebih menguntungkan jika terus menjual sahamnya. Akan tetapi, langkah ini bagi investor dapat merupakan sinyal negatif tentang perkembangan perusahaan. Sebaliknya perusahaan yang membeli kembali sahamnya berpandangan saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued). Hal ini merupakan sinyal positif bagi para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara