BAB II URAIAN TEORITIS
Ide surat kabar usianya sudah setua zaman Romawi Kuno, dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acta Diurna”, yang terjemahan bebasnya adalah “kegiatan harian”. Itulah koran paling pertama yang pernah dibuat orang. Merupakan ide kantor keuangan di
Eropa Tengah, dimana berita-berita luar daerah/luar negerinya ditangani
dengan sirkulasi laporan berkala. Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad kelima belas, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar.
Pengertian dan Sejarah Surat Kabar Indonesia Pengertian Surat Kabar Untuk memperoleh pengertian surat kabar yang baku sehingga dapat dijadikan sebagai standarisasi dalam menelaah persoalan-persoalan ilmiah, sampai saat ini kelihatannya belum ada. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya aspek yang melatari yang harus dijadikan perhatian. Sebab itu pula dalam tinjauan teoritis ini penulis mencoba mengemukakan pengertian surat kabar dari beberapa ahli yang penulis anggap sesuai dengan penelitian ini. Tapi, sebelum sampai pada pengertian surat kabar, mungkin ada baiknya kita kemukakan terlebih dahulu kata surat kabar secara etimologis.
Universitas Sumatera Utara
Secara etimologis, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Inggris “newspaper” dan bahasa Belanda “courante” yang dipinjam pula oleh orang Belanda dari bahasa Perancis “courant”. Surat kabar terdiri dari dua kata “surat dan kabar”. Pengertian surat adalah kertas yang ditulis yang mempunyai isi tertentu serta ditujukan kepada pihak tertentu dan kata kabar diketahui berasal dari bahasa Arab “khabar” yang berarti berita. 9 Chusaeri, dalam bukunya berjudul Riwayat Persuratkabaran, mencoba memberi pengertian surat kabar. “Surat kabar ialah pemberitaan tercetak yang diterbitkan dan dijual secara tetap”. 10 Sedangkan pengertian surat kabar yang terdapat pada New Universal Dictionary, sebagai berikut : “Newspaper is a paper printed and distributed use daily or weekly and containing news, articles of opinion, features and advertising”. Terjemahannya : “Surat kabar adalah kertas yang dicetak dan disebarkan secara harian atau mingguan dan berisi tentang berita, opini dalam bentuk artikel, karangan khas, dan periklanan”. 11 Menurut Vander Hout bahwa surat kabar tidak membeda-bedakan golongan atau kebangsaan. Surat kabar mempunyai pengaruh besar terhadap para
9
Drs. Yanuar Abdullah, Dasar-dasar Kewartawanan, Teori dan Praktek, Angkasa Raya, Padang, 1992, hal. 12. 10 Chusaeri, Riwayat Persuratkabaran, Mutiara, Jakarta, 1979, hal. 4. 11 Longman New Universal Dictionary, England, 1982, hal. 659
Universitas Sumatera Utara
pembacanya dan karena itu surat kabar mirip dengan “warung pengetahuan”. Jelas disini surat kabar bukan hanya sebagai alat penghubung tetapi juga sebagai alat pendidikan dan alat kontrol sosial, karena pemberitaannya meliputi segala aspek kemasyarakatan. Selain itu, surat kabar juga sebagai penyambung lidah rakyat, pelaksana kehendak rakyat yang memberikan penerangan dan pendidikan kepada rakyat. Menurut Mr. Sumanang, bahwa surat kabar bukan sekedar memberikan informasi juga membuat pikiran-pikiran, pandangan-pandangan dan pendapatpendapat orang. Uraian di atas sangat sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Teguh Meinanda bahwa : “Surat kabar adalah alat atau media cetak yang mempunyai peranan sebagai penghubung bathiniah dan santapan rohaniah sebagai bekal pengetahuan manusia. Selain itu surat kabar berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang memberikan penerangan kepada masyarakat, serta mendidiknya untuk kehidupan di kemudian hari”. 12
Sejarah Surat Kabar Indonesia Di Indonesia, pertama kali diterbitkan pada awal abad ke-15. Saat itu beberapa daerah di Indonesia dikuasai oleh kompeni Hindia Belanda (VOC). Waktu itu, antara tahun 1715 – 1744, semua berita di Eropa diterima oleh Jan Pieterszoon Coon, pendiri Batavia. Pada tanggal 7 Agustus 1744, koran pertama yang dicetak diterbitkan di Batavia dengan nama Bataviase Nouvelles. Penanggung jawab adalah pegawai
12
Teguh Meinanda, Pengantar Ilmu Komunikasi, Armico, Bandung, 1981, hal. 44
Universitas Sumatera Utara
Sekretariat Gubernur Jenderal Imhoff, yakni J.E. Jordans. Koran ini beroplah sedikit dan hanya berusia dua tahun. Tiga tahun kemudian, pemerintah menerbitkan Vendu Nieuws. Koran ini memuat pengumuman resmi dari pihak kompeni serta iklan-iklan dari pelelangan swasta. Walaupun hanya terdiri dari beberapa eksemplar, koran ini disensor sangat ketat. Gubernur Jenderal Daendels, mengadakan perombakan di segala bidang. Dan bukan itu saja ternyata dia jugalah yang menerbitkan surat kabar resmi yang kedua di Hindai Belanda. Terbit pertama kali di Jakarta pada 5 Januari 1819, dengan nama Bataviasche Courant. Pada tahun 1829, nama Bataviasche Courant diganti Jasvasche Courant terbit tiga kali seminggu, memuat pengumuman resmi serta peraturan pemerintah. Terbitan berlangsung sampai perang dunia kedua ketika Jepang menduduki Indonesia. Surat kabar terkenal yang terbit di Sumatera adalah Deli Courant (1885) dan Sumatra Post (1899). Sedangkan Borneo Advertentieblod dan Celebes Courant terbit di Banjarmasin, Ujung Pandang dan Manado. Selama yang berbahasa Belanda, sejak pertengahan abad ke-19 diterbitkan pula surat kabar berbahasa Indonesia. Yang pertama di Surakarta. Yang tertua termasuk Bromartani (Surakarta, 1862), Djoeroe Martani (Surakarta, 1864), Bianglala (Batavia, 1897), Bintang Djohar (Batavia, 1873), Retno Dhoemilah (Jogja, 1895). Meskipun berbahasa Indonesia dan beberapa dengan huruf Jawa, namun umumnya redakturnya masih orang Belanda.
Universitas Sumatera Utara
Diantara beberapa koran Indonesia berhaluan nasionalis dan radikal yang terbit di Jawa adalah Darmo-Kondo (Solo, 1904, Liberal), Oetoesan Hindia (Surabaya, 1914, Radikal), Neratja (Batavia, 1917, Radikal), Sri Djojobojo (Kediri, 1920, Radikal Islam), Sinar Hindia (Semarang, 1921, Komunis), Boedi Oetomo (Jogja, 1920, Nasional). Di luar Jawa : Tjaja – Soematra (Padang, 1914, Liberal), Benih Merdeka (Medan, 1919, Radikal Islam), Hindia Sepakat (Sibolga, 1920, Radikal Nasionalis), Oetoesan Islam (Gorontalo, 1927, Radikal Islam), Oetoesan Borneo (Pontianak, 1927, Liberal). Surat kabar terkenal yang diterbitkan oleh Indonesia – Cina dalam abad ke-20 adalah IK-PO (Solo, 1914), Sin Po (Batavia, 1910), Tjhoen Tjioe (Surabaya, 1914). Sedangkan surat kabar Cina yang memperhatikan gerakan nasional dan menganggap dirinya sebagai bagian dari pers Indonesia adalah Sin Tit Po (Surakarta, 1929). Hanya satu dari koran-koran Cina tersebut yang berbahasa Cina yaitu IK-PO, sedangkan yang lainnya berbahasa Melayu. Surat kabar berbahasa Arab yang redaksinya Indonesia – Arab adalah AlAchbar
(Padang,
1913),
Al-Ihbal (Surabaya,
1914),
dan
Boroboedoer
(Weltervreden, 1925). Antara tahun 1902 sampai 1930, jumlah koran yang diterbitkan bangsa Indonesia meningkat secara teratur. Baik pers Indonesia – Cina maupun Indonesia – Arab menerbitkan pula koran-koran dalam bahasa Cina-Arab. Selain itu, di Jawa terbit juga surat kabar lain yang menggunakan bahasa jawa dengan huruf Jawa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut sensus tahun 1920, Indonesia kurang lebih dihuni oleh 50 juta orang, dimana yang 170.000 terdiri dari orang-orang Eropa. Pada tahun 19201930 tersedia 32 harian berbahasa Belanda bagi orang-orang Eropa. Dan pada waktu yang sama, ada 39 harian berbahasa Indonesia. Kira-kira 20% dari bangsa Indonesia dapat membaca bahasa Belanda waktu itu. Jumlah harian berbahasa Belanda seluruhnya kurang lebih 6000 sampai 9000 eksemplar. Sedangkan surat kabar berbahasa Indonesianya beredar kurang dari 1000 eksemplar per hari.
Fungsi, Bentuk dan Ciri Surat Kabar Fungsi Surat Kabar Wilbur
Schramm,
seorang
ahli
komunikasi
ternama,
pernah
mengemukakan pendapatnya bahwa fungsi surat kabar telah mempercepat kemajuan pembangunan suatu negara, surat kabar juga dapat memberikan ide, gagasan, pandangan-pandangan, mengajak berpartisipasi dan mengangkat harkat dan martabat manusia. Lebih lanjut Wilbur Schramm mengatakan fungsi media massa untuk negara berkembang yang semula hanya pemberi informasi, kini telah bertambah fungsi baru media massa terutama surat kabar dalam hal, perubahan sosial, mempercepat perkembangan keadaan, menampung pendapat dan memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat serta pendidikan dan hiburan. Teguh Meinanda dalam bukunya berjudul, Pengantar Ilmu Komunikasi, mengemukakan lima fungsi surat kabar : 13
13
Teguh Meinanda, Op.Cit, hal. 45-46
Universitas Sumatera Utara
a. Publishing The News Merupakan fungsi utama dari surat kabar. Disini berita harus dilaporkan secara lengkap dan benar untuk memberi kepuasan kepada para pembacanya. Namun demikian ada surat kabar yang menyiarkan hanya sebahagian dari beritanya. Hal ini karena policy dari staf redaksinya, mungkin untuk menghindari adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itu, suatu pemberitaan harus dilaporkan secara teliti dan disiarkan dengan fair. b. Commenting On The News Disini si pembaca mungkin menemukan maksud dari suatu berita untuk memberikan komentarnya. Misalnya melalui editorial, tajuk rencana, dan lain-lain. c. Entertaining Readers Banyak hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa artikel-artikel dalam surat kabar mempunyai audience yang cukup banyak, karena artikel-artikel ini dapat memberikan hiburan kepada para pembacanya. Dengan demikian fungsi surat kabar disini adalah memberikan hiburan kepada para pembacanya. d. Helping Readers Fungsi ini dapat membantu si pembaca untuk mengetahui tentang sesuatu. Misalnya mengenai resep makanan. e. Publishing Advertising Melalui fungsi ini dapat dipertemukan antara penawar dengan si pembeli suatu barang atau jasa. Selain itu merupakan support bagi penerbitan surat kabar. Untuk itu disini harus diciptakan pedoman AIDDA, yaitu : Attention, Interest, Desire, Decision dan Action.
Bentuk Surat Kabar Prof. Albert F. Henning membagi surat kabar menjadi empat bentuk : 14 a. Surat kabar umum Meliputi surat kabar yang terbit tiap hari dan biasanya menurut berita-berita yang bermanfaat dari kejadian-kejadian yang terjadi di tempat atau daerah dimana surat kabar itu terbit, dan penyajiannya dipandang aktual, penting, menarik bagi pembaca daerah tersebut.
14
Ibid, hal. 49
Universitas Sumatera Utara
b. Surat kabar yang memuat berita khusus. Surat kabar ini ditujukan kepada publik tertentu atau publik khusus. Misalnya tentang berita ekonomi, agama dan lain-lain. c. Surat kabar yang terbit satu kali seminggu, dua kali seminggu dan seterusnya. Surat kabar semacam ini biasanya hanya memuat berita-berita/ peneranganpenerangan seperti kebudayaan, mode dan lain-lain. d. Surat kabar kecil (Tabloides) Biasanya bersifat sensasional, berita-berita yang dimuatnya bersifat emosional dan menghebohkan.
Ciri Surat Kabar Ciri media yang dipergunakan dalam rangka kegiatan jurnalistik amat berpengaruh kepada komponen-komponen proses komunikasi lainnya, jurnalistik surat kabar berbeda dengan jurnalistik majalah, berbeda pula dengan jurnalistik radio dan jurnalistik televisi meskipun dalam hal-hal tertentu ada kesamaannya. Karena yang bobotnya dibicarakan disini adalah surat kabar, maka yang akan dibahas adalah media tersebut. Adapun ciri surat kabar menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA., sebagai berikut : 15 a. Publisitas Pengertian publisitas adalah bahwa surat kabar diperuntukkan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. Mungkin saja ada instansi atau organisasi, misalnya sebuah universitas yang menerbitkannya secara berkala 15
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remadja Rosda Karya, Bandung, 1993, hal. 154-155.
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk dan dengan kualitas kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat kabar atau pers sebab diperuntukkan khusus bagi civitas akademika universitas tersebut. b. Universalitas Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan-wartawan khusus mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota-kota penting, baik di dalam negeri untuk meliput berita-berita nasional maupun diluar negeri guna meliput berita-berita internasional. Untuk itu ada wartawan olahraga, wartawan politik, wartawan ekonomi, wartawan kriminalitas, wartawan perang dan lain-lain. c. Aktualitas Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas adalah terjemahan dari bahasa Belanda, actualiteit. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan. d. Periodisitas Yang berarti suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik, teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu sehari sekali, seminggu sekali, sehari dua kali atau tiga kali seperti di negara-negara yang sudah maju, syaratnya ialah harus teratur.
Sifat Surat Kabar Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komuniksi sifat surat kabar adalah sebagai berikut : 16 1. Terekam Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam 16
Ibid, hal. 155-156
Universitas Sumatera Utara
sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu. 2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif Berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak ”mati” di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. Kenyataan tersebut berbeda dengan proses penyiaran berita radio dan televisi dimana setiap berita dibacakan oleh penyiar dan para pendengar serta pemirsa tinggal menangkapnya saja dengan perangkat mental yang pasif. Lebih-lebih lagi berita radio dapat didengarkan oleh pendengar sambil makan, sambil mandi, sambil bekerja bahkan sambil mengemudikan mobil. Karena berita surat kabar menyebabkan pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya
secara
aktif,
maka
wartawan
yang
menyusunnya
harus
menggunakan bahasa yang umum dan lazim sehingga para pembaca mudah mencernakannya. Hal ini erat kaitannya dengan sifat khalayak surat kabar yang heterogen, yang tingkat pendidikannya tidak sama dan mayoritas dari mereka rata-rata berpendidikan rendah sampai menengah.
Pers Sebagai Sarana Kegiatan Jurnalistik Pengertian Pers Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).
Universitas Sumatera Utara
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita. Kenyataan bahwa radio dan televisi termasuk ke dalam lingkup pers ialah jika diadakan jumpa pers, maka yang meliputi berita dalam pertemuan itu bukan hanya wartawan-wartawan surat kabar, majalah dan kantor berita, melainkan juga wartawan-wartawan radio dan televisi. Hal ini ialah karena pada radio dan televisi terdapat kegiatan jurnalistik yang hasilnya berbentuk berita seperti yang dimuat dalam surat kabar. Meskipun pers mempunyai dua pengertian seperti diterangkan di atas, pada umumnya orang menganggap pers itu media massa cetak, surat kabar dan majalah. Anggapan umum seperti itu disebabkan oleh ciri khas yang terdapat pada media itu dan tidak dijumpai pada media lain.
Fungsi Pers Pers di negara-negara bebas, termasuk di Indonesia merupakan perusahaan yang jelas mencari keuntungan finansial. Meskipun demikian, dalam upayanya mencari keuntungan finansial itu pers tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai lembaga yang dinamakan pers. Pers harus idealisme, dalam arti kata tidak hanya mengejar keuntungan finansial belaka. Idealisme yang melekat pada pers sebagai lembaga kemasyarakatan ialah melakukan sosial control dengan menyatakan pendapatnya secara bebas, tetapi sudah tentu dengan rasa tanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :17 a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiranorang lain, apa yang dilakukan oleh orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya. b. Fungsi mendidik (to educate) Fungsi kedua dari pers ialah mendidik, sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisantulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. c. Fungsi menghibur (to entertain) Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, teka-teki silang, pojok, karikatur, features dan kadang-kadang tajuk rencana. d. Fungsi mempengaruhi (to influence) Fungsinya yang keempat inilah, yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar, secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Mengenai fungsi pers di Indonesia sudah jelas landasan dan pedomannya disamping fungsi pers secara universal sebagaimana dipaparkan di atas. Hal tersebut dapat dikaji dalam Pasal 2 Undang-undang Pokok Pers No.40 Tahun 2000 yang kemudian ditambah dengan ayar baru berdasarkan Undang-undang No.4 Tahun 2002 sehingga bunyinya sebagai berikut : a. Pers nasional adalah alat perjuangan nasional dan merupakan mass media yang bersifat aktif, dinamis, kreatif, edukatif informatoris dan mempunyai
17
Universitas Sumatera Utara
fungsi kemasyarakatan, pendorong dan pemupuk daya pikiran kritis dan progresif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia. b. Dalam rangka meningkatkan peranannya dalam pembangunan, pers berfungsi sebagai penyebar informasi yang objektif, menyalurkan aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat serta melakukan kontrol sosial yang konstruktif. Dalam hal ini perlu dikembangkan interaksi positif antara pemerintah, pers dan masyarakat.
Berita Defenisi Berita Menurut Prof. Curtis Mac Dougal, dalam buku berjudul Memburu Uang dengan Jurnalistik, tulisan Muh Ngafuan : “Berita adalah apa saja yang ingin diketahui oleh pembaca. Apa saja asal cukup banyak orang yang ingin membacanya. Yang tentunya bukan sesuatu yang melanggar undang-undang atau yang berbau penghinaan. Berita adalah apa saja yang terjadi dan menarik perhatian orang, dan yang banyak dipergunjingkan orang. Makin hebat orang mempergunjingkan, makin besar pula harganya sebagai berita. Berita adalah segala sesuatu yang benar-benar terjadi, penemuan-penemuan baru, pikiran atau pendapat yang baru. Berita adalah sesuatu yang mampu mempengaruhi keselamatan umum dan mampu menyebutkan terjadinya sesuatu”. 18 Muh Ngafuan sendiri mendefenisikan berita sebagai berikut : “Berita adalah kenyataan-kenyataan yang perlu tentang apa saja yang terjadi, kejadian-kejadian yang mampu menyentuh perasaan manusia (human interest) dan yang dapat mempengaruhi kehidupan dan kebahagiaan manusia. Berita haruslah yang hangat dan aktual dan menarik perhatian umum”. 19
18 19
Muh Ngafuan, Memburu Uang Dengan Jurnalistik, CV. Aneka Solo, 1995, hal. 21. Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kalau Neil Macneil, Assistant Night Managing Editor dari New York Time, lebih mendekati apa yang dimaksud dengan berita. Berita adalah sebuah kompilasi (susunan) kenyataan-kenyataan tentang kejadian sekarang yang menarik perhatian atau berarti penting bagi para pembaca surat kabar yang memuat berita-berita itu.
Unsur-unsur Berita Sebelum menyusun dan menulis berita, seorang wartawan harus tahu terlebih dahulu secara pasti dengan “apa” atau materi informasi yang hendak disampaikannya kepada khalayak. Guna mengetahui dengan tepat apa yang hendak disampaikan atau hendak disiarkan dalam bentuk berita, seorang wartawan harus mampu menjawab enam buah pertanyaan pokok terlebih dahulu. Daftar pertanyaan yang digunakan untuk memastikan materi berita yang hendak ditulis seorang wartawan adalah sebagai berikut :20 What Who Where When Why How
= Apa (A) = Siapa (S) = Dimana (DI) = Bilamana (BI) = Mengapa (ME) = Bagaimana (GA)
Rumus ini digunakan oleh seluruh wartawan sebagai patokan dalam menyusun berita, dikenal dengan sebutan 5W + 1H. Agar sesuai dengan bahasa Indonesia dalam hal digunakan akronim, seperti yang tertulis dalam tanda kurung di atas hingga terbaca ASDIBIMEGA. 20
Drs. Yanuar Abdullah, Op.Cit, hal. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
Seorang wartawan dikatakan sudah tahu dengan persis tentang apa yang hendak disiarkannya, ia harus mampu menjelaskannya dengan rinci bila diajukan ASDIBIMEGA. Bisa dikatakan, ASDIBIMEGA merupakan alat ukur bagi wartawan bahwa bahan beritanya sudah siap ia susun untuk kemudian disiarkan.
Bentuk Berita Sesudah mengetahui dan mencatat jawaban atas enam pertanyaan pokok ASDIBIMEGA, seorang wartawan akan melangkah kepada proses penyusunan pengiriman dan pemuatan/penyiaran berita. Menyusun berita adalah pekerjaan yang paling banyak menyita waktu terutama bagi wartawan pemula atau calon wartawan. Setelah berita ditulis dan disusun sedemikian rupa dan disiarkan, akan terlihatlah bentuk berita tersebut. Bentuk-bentuk berita yang biasa kita lihat adalah: 21 a. Piramida Terbalik Piramida terbalik adalah salah satu bentuk berita yang umum atau paling banyak digunakan wartawan dalam menyusun beritanya. Terutama beritaberita yang dimuat di halaman satu surat kabar. Bagian akhir berita atau penutup, biasanya tidak terlalu penting, sebab bagian-bagian penting dari berita tersebut telah dituliskan di teras berita dan tubuh berita. Penutup berita hendaknya selalu siap untuk dipotong oleh Redaktur Pelaksana, seandainya halaman atau ruang (kaveling) suratkabar yang tersedia sempit.
21
Ibid, hal. 22-25
Universitas Sumatera Utara
Bentuk berita piramida terbalik biasanya dipakai untuk menyusun berita yang mengandung unsur aksi dan dinamik, atau berita yang harus berpacu dengan waktu yang terbatas untuk dapat disiarkan segera. Umumnya berita kebakaran, gunung meletus, pabrik meledak dan sebagainya biasa disusun dengan bentuk piramida terbalik. b. Bentuk Piramida Bentuk berita piramida, pada bagian atas atau teras beritanya tidak banyak mengandung informasi, namun yang ditetapkan dalam mengisi teras beritanya adalah unsur-unsur untuk menarik perhatian. Baru ketika menyusun tubuh berita diperhitungkan untuk menyusun fakta-fakta yang merupakan informasi yang hendak disampaikan mulai dari bagian atas tubuh berita, semakin ke bawah, nilai informasinya semakin penting. Bentuk penulisan ini jarang terpakai dalam penyusunan berita langsung (stright news). Tetapi akan mudah terlihat atau terbaca di saat membaca berita yang dikerjakan oleh wartawan muda atau calon wartawan yang tengah berlatih. Sebaliknya akan mudah terbaca bagi kita disaat membaca berita yang disusun wartawan dalam bentuk reportase atau berita kisah (news story). c. Bentuk Paralel Bentuk berita paralel, struktur tubuh beritanya terlihat agak bebas, namun ia akan terlihat paralel, dimana setiap alinea mempunyai nilai informasi yang hampir sama pentingnya. Bentuk ini biasanya digunakan untuk menulis berita yang disusun secara kronologis, berita kisah, laporan perjalanan, kutipan pidato dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Klimaks atau fakta yang paling dramatis, biasanya ditempatkan pada bagian akhir. Penutup penulisan berita dalam bentuk feature (karangan khas), yang biasanya menggunakan anatomi piramida dan paralel, penutupnya berperan penting. Penutup bisa ditulis dengan membuat paragraf terakhir yang berisikan, kata (kalimat) yang relevan dengan pembukaan atau topik, menyinggung adegan-adegan puncak, atau isi-isi penting dari fakta yang dipaparkan sebelumnya.
Bisa
berbentuk
kesimpulan.
Juga
bisa
ditulis
dengan
memasukkan hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya hingga bisa mengagetkan atau menjadikan paragraf terakhir itu sebuah kejutan. Bisa pula penutup itu hanya sekedar menjelaskan kembali, dari bagianbagian yang diperkirakan sebelumnya kurang jelas sehingga tulisan itu betulbetul utuh. 22
Berita Politik Untuk mengetahui berita politik, maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang politik itu sendiri. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tata cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan). 23
22 23
Drs. Yanuar Abdullah, Op.Cit, hal. 38 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hal. 763
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Dan Nimmo menyebutkan bahwa proses politik senantiasa melibatkan kekuasaan (negara), pengaruh, konflik, tujuan, serta sarana dan cara untuk melaksanakan tujuan tersebut.24 Selanjutnya G.A. Jacobson dan W.H. Lipman dalam bukunya “Political Science, Term and Basic Theories, Institutions and Practice” mengemukakan : Ilmu politik adalah ilmu tentang negara. Hal ini bertalian dengan : a. Hubungan antara individu dengan individu satu sama lain yang diatur dengan negara dan undang-undang. b. Hubungan-hubungan antara individu atau kelompok orang-orang dengan negara. c. Hubungan antar negara dengan negara. 25 Dengan demikian jelas bahwa politik adalah pengetahuan tentang negara dan dasar-dasar pemerintahan yang bertalian dengan pengaturan hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok orang, dan hubungan antara satu negara dengan negara lain. Dalam kondisi masyarakat yang demokratis, aspirasi politik tidak hanya terkanalisasi melalui saluran organisasi sosial politik yang ada, tapi ada berbagai alternatif saluran, salah satunya adalah pers. Salah satu fungsi pers adalah menyampaikan informasi/berita kepada masyarakat. Melalui berita-berita politik masyarakat dapat mengetahui perilaku politik, keputusan politik, peristiwa dan pernyataan politik. Pada dasarnya berita-berita politik itu meliputi aspek-aspek tentang pemilihan umum, kegiatan partai politik, masalah-masalah kenegaraan, sidangsidang kabinet, diplomasi internasional dan masalah-masalah politik yang timbul di daerah-daerah. 24
Dan Nimmo, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1989, hal. 76. 25 Sukarna, Sistem Politik, Alumni, Bandung, 1981, hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa berita politik merupakan laporan fakta maupun opini tentang kegiatan suatu negara yang menyangkut kekuasaan, hubungan kelompok masyarakat dan studi tentang lembaga kekuasaan yang penting, baru dan menarik perhatian. Berita politik juga membahas tentang lembaga-lembaga politik dengan fungsi dan peranannya, tindakan/perilaku dari aktor/pelaku politik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, negara, kebijaksanaan dan konflik-konflik politik.
Efek Komunikasi Massa Surat kabar seperti sudah menjadi santapan biasa bagi kita, manusia zaman sekarang. Surat kabar sudah bukan barang konsumsi mahal. Koran sudah masuk desa. Surat kabar sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan informasi, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan usaha bisnisnya. Dengan kata lain, kita percaya bahwa surat kabar dapat menambah pengetahuan kita. Kita juga menaruh perhatian pada peranan televisi dalam menanamkan mentalitas pembangunan, sehingga kita bersedia meminjam uang untuk membeli satelit komunikasi. Semuanya didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayaknya. Waktu menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi massa, kita telah melihat pasang surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan kata “efek” itu sendiri. Seperti dinyatakan Donald K. Robert : “Ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa”. 26 Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan peranan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee : “Ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa. Penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku ; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif dan behavioral, pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa-bangsa”. 27 Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. 26
Drs. Jalaluddin Rakhmat, MSc., Psikologi Komunikasi, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996, hal. 218 27 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, setelah menyaksikan wawancara seorang transmigran dengan reporter TVRI, mungkin kita mengetahui prosedur transmigrasi (efek kognitif), atau mungkin kita terbaru karena mendengar keberhasilan mereka dan mendukung digalakkannya transmigrasi (efek efektif), atau mungkin kita segera mendaftarkan diri untuk ikut transmigrasi (efek behavioral). Dalam skripsi ini penulis hanya membahas masalah efek kognitif dan efek afektif komunikatif massa.
Efek Kognitif Komunikasi Massa Bila televisi, radio dan surat kabar menyampaikan informasi atau nilainilai yang berguna, apakah khalayaknya akan memperoleh manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat ? Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Efek radio, surat kabar, majalah, lebih-lebih buku dalam menyebarkan informasi dan menanamkan pengertian telah terbukti, baik dengan penelitian lapangan maupun penelitian historis. Banyak orang memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang bidang yang diminatinya dari berita dan pandangan yang ditampilkan dalam surat kabar. Majalah-majalah, terutama majalah khusus yang diterbitkan untuk profesi atau kalangan tertentu, telah menjadi sumber informasi dan rujukan bagi pembacanya. Buku sudah menjadi tempat penyimpanan memori peradaban manusia sepanjang zaman. Pada buku orang menyimpan pengetahuan dan dari buku mereka memperoleh pengetahuan. Dalam perkembangan peradaban manusia, dalam mewariskan nilai-nilai dan perbendaharaan pengetahuan manusia, media massa apapun telah memberikan kontribusinya.
Universitas Sumatera Utara
Efek Afektif Komunikasi Massa Ketika Carl I Hovland meneliti pengaruh film pada kelompok angkatan bersenjata di Amerika, ia ingin mengetahui efek media massa dalam pembentukan dan perubahan sikap. Sayang sekali, peristiwa itu hanya sampai di laboratorium. Selama bertahun-tahun setelah itu, seperti dinyatakan Walter Wriss (1969 : 101). “Kebanyakan penelitian yang biasanya dikutip dalam membicarakan efek komunikasi massa terhadap pendapat dan sikap, telah dilakukan dengan prosedur eksperimental yang mencakup penerpaan seecara paksa khalayak terpilih pada komunikasi yang tunggal. Hasil penelitian umumnya menunjukkan sedikit sekali bukti yang menunjukkan adanya efek media massa pada perubahan sikap”. 28 Pada tahun 1960, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek
media massa. Dalam hubungannya dengan
pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum : 29 a. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok. b. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah. c. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain. d. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidangbidang tertentu, misalnya pada iklan komersial. e. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus dipertegas. Sesungguhnya, efek afektif bukan tidak pernah dibuktikan dalam penelitian ilmiah. Penelitian dalam bidang komunikasi politik, khususnya peranan
28 29
Ibid, hal. 231-232 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
media massa dalam sosialisasi politik, telah berulang kali menunjukkan korelasi yang berarti antara terpaan media massa dengan sikap-sikap pada pemimpin negara, sikap pada politisi, erat kaitannya dengan terpaan televisi, radio dan surat kabar.
Universitas Sumatera Utara