BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Martondang dengan judul penelitian
“ Analisis Faktor–Faktor Yang Mendorong
Wirausahawan Memulai Usaha Kecil “ pada tahun 2006, diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang paling umum dijumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecil adalah tension modalities (modal pemaksa). Penelitian yang dilakukan oleh Erin Karina Sitepu dengan judul penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang Menghambat Women Entrepreneurship Dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan)” pada tahun 2008, diperoleh kesimpulan bahwa dari lima faktor yang dianggap sebagai penghambat women entrepreneurship dalam berwirausaha, hanya empat yang di anggap sebagai penghambat women entrepreneurship dalam berwirausaha. Adapun faktor–faktor penghambat tersebut adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi dan faktor pendidikan. Faktor emosional dianggap tidak menjadi penghambat dalam berwirausaha karena seluruh responden merasa bahwa mereka selalu bersifat rasional dalam pengambilan keputusan. Selain itu, elemen–elemen emosional yang muncul pada saat bekerja tidak mempengaruhi hubungan dengan karyawan secara pribadi. Hal ini yang membuat penulis mengambil kesimpulan bahwa
faktor emosional
bukan
merupakan
faktor
penghambat
women
entrepreneurship dalam berwirausaha.
21
Universitas Sumatera Utara
22
B. Wirausaha Istilah wirausaha ini berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go–between. Sebagai contoh dari pengertian go–between atau perantara yang dimaksudkan dalam istilah bahasa Perancis, entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke Timur jauh. Dia setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 22,5 % termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa–apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat pelayaran tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka si pemilik modal menerima keuntungan lebih dari 75 % sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil. Pada dewasa ini kewirausahaan (entrepreneurship) diartikan orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menentukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi–potensi yang ada dalam dirinya untuk mengenali produk, mengelola, dan menentukan cara untuk produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Dari beberapa konsep. Ada 6 hakikat penting kewirausahaan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
23
(Suryana, 2006:18), yaitu : 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 1994) 2. kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different ) (Drucker, 1959). 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan
persoalan
dan
menemukan
peluang
untuk
memperbaiki kehidupan (Zimmerer, 1996). 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start–up) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997) 5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang inovatif (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber–sumber melalui cara–cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang kreatif dan inovatif
Universitas Sumatera Utara
24
(create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Menurut Geoffrey G Meredith (dalam Suryana, 2006:24) mengemukakan ciri– ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut : Tabel 2.1 Ciri–ciri dan Watak Kewirausahaan Ciri–ciri Watak (1) Percaya Diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme (2) Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, energik dan inisiatif. (3) Pengambilan resiko dan suka Kemampuan untuk mengambil resiko tantangan yang wajar. (4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran–saran dan kritik. (5) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel (6) Berorientasi ke depan Pandangan ke depan, perspektif
C. Pandangan Terhadap Kewirausahaan Menurut
(Sukirno,
2004:369),
definisi
dan
pandangan
terhadap
kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapat didorong oleh keinginan sendiri (psikologi) yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekelilingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan–pandangan tentang kewirausahaan mengikuti perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, sosiologi, serta menurut Islam.
Universitas Sumatera Utara
25
1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi Dari sudut pandang bidang ekonomi, kewirausahaan adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah ialah harga, biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya (nilai atau perolehannya) adalah keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang di bayar karena resiko yang diambil oleh wirausaha. 2. Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi Didalam bidang Psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri (dimana keberhasilan dicapai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib). Ini termasuk sifat–sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif dan semangat yang terus menerus berkembang untuk bersikap independent. 3. Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul, mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat. 4. Perspektif Kewirausahaan Menurut Islam Kesemuanya kegiatan manusia haruslah di hubungkan dengan pemiliknya. Amalan ekonomi di dalam semua cabangnya termasuk mengelola perusahaan dan segala aktivitas yang berkaitan dengan-Nya hendaklah
Universitas Sumatera Utara
26
berlandaskan etika dan peraturan yang telah digariskan oleh syariat Islam. Termasuk di dalamnya aspek halal atau haram, wajib atau sunat dan harus atau makruhnya. Dengan berlandaskan dasar–dasar dan ruang lingkup ciri–cirinya, nyata bahwa tujuan ekonomi Islam adalah bersifat ibadah dan melaksanakannya berarti sebagian dari ibadah yang menyeluruh. Dengan itu, kewirausahaan dan segala aktivitasnya baik kecil maupun besar merupakan usaha yang dipandang sebagai ibadah dan di beri pahala jika dilakukan menurut syarat–syarat yang telah ditetapkan baik dari segi tuntutan aqidah, akhlak maupun syariat. Berikut adalah beberapa dasar pertimbangan yang menjadikan aktivitas ekonomi yang dilakukan di pandang sebagai : a. Ibadah sebagai aqidah yang benar Umat Islam harus berkeyakinan bahwa amalan dalam sistem ekonomi Islam adalah satu–satunya sistem yang mendapat ridho ALLAH. b. Niat harus lurus Niat yang lurus memiliki kaitan dengan kesucian hati. Segala kegiatan ekonomi haruslah mendapat keridhaanNya bukan bertujuan untuk selainNya, seperti bermegah–megah dan memamerkan diri. Niat ikhlas ini lahir dari keyakinan yang kukuh terhadap kemanfaatan dunia dan akhirat dengan mengamalkan perintah–perintah Allah. c. Cara melakukan kerja yang sesuai dengan ajaran Islam Ini meliputi tekun, sabar, amanah, berbudi, berpribadi mulia, bersyukur dan tidak melakukan penindasan dan penipuan d. Hasilnya betul dan membawa faedah kepada masyarakat luas
Universitas Sumatera Utara
27
Hasil ekonomi harus dibelanjakan ke arah yang benar dan sesuai dengan kehendak Islam. Di samping digunakan untuk keperluan sendiri dan keluarga, hasil ini perlu dimanfaatkan untuk keperluan orang banyak. Disini timbullah kewajiban berzakat dan kemuliaan bersedekah. e. Tidak meninggalkan ibadah wajib yang khusus Kegiatan perusahaan yang berbentuk ibadat umum tidak seharusnya menjadi alasan untuk meninggalkan ibadat khusus, seperti shalat dan puasa. Kesibukan mencari rezeki tidak seharusnya menyebabkan pengabaikan tanggung jawab terhadap ALLAH.
D. Berbagai Macam Profil Wirausaha Menurut (Zimmerer dan Scarborough, 2008:26), jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini, maka di jumpai berbagai macam profil. 1. Young Entrepreneur Orang–orang muda mengambil bagian dalam memulai bisnis. Didorong kekecewaan akan prospek pada perusahaan pemerintah dan keinginan untuk memiliki peluanng menentukan nasib mereka sendiri, banyak generasi muda lebih memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka. 2. Women Enterpreneur Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor–faktor antara lain ingin
Universitas Sumatera Utara
28
memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. 3. Minority Entrepreneur Kaum minoritas di Negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari–hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga
berniat
mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis ini semakin lama semakin maju, dan arena mereka membentuk organisasi minoritas di kota–kota tertentu. 4. Immigrant Entrepreneur Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non formal yang dimulai dari berdagang kecil–kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah. 5. Part Time Entrepreneur Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong merupakan pintu gerbang untuk
berkembang
menjadi
usaha
besar.
Bekerja
paruh
waktu
tidak
mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor
bermaksud
mengembangkan
hobinya
untuk
berdagang
atau
mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendapat keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih bisnis yang merupakan hobinya. 6. Home–Based Entrepreneur
Universitas Sumatera Utara
29
Ada pula ibu–ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu–ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue–kue ke toko eceran di tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak, kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta. 7. Family–owned Busineess Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dahulu oleh Bapak setelah usaha Bapak ini maju dibuka cabang baru dan di kelola Ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing–masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak–anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan pekerjaan pada saat ini maka kegiatan ini perlu dikembangkan. 8. Copreneurs Corpreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja sama–sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka. Corpreneurs di buat dengan cara menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing–masing orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang sudah ada.
E. Wirausahawan Wanita (Women Entrepreneur ) Menurut (Zimmerer dan Scarborough, 2008:27), meskipun telah diperjuangkan selama bertahun–tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi di tempat kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi
Universitas Sumatera Utara
30
pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik kewirausahaan maupun pekerjaan. Dikatakan bahwa “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, dimana di sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”. Semakin banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausaha adalah cara terbaik untuk menembus dominasi laki–laki yang menghambat peningkatan karir waktu ke puncak organisasi melalui bisnis mereka sendiri. Faktanya, wanita yang membuka bisnis 2,4 kali lebih banyak daripada pria. Meskipun bisnis yang di buka oleh wanita cenderung lebih kecil dari yang di buka pria, tetapi dampaknya sama sekali tidak kecil. Perusahaan–perusahaan yang dimiliki wanita memperkerjakan lebih dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih banyak dari semua karyawan fortune 500 di seluruh dunia. Wanita memiliki 36 persen dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat daripada perusahaan yang dimiliki pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada keseluruhan bisnis. Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki wanita terpusat dalam bidang eceran dan jasa, wirausahawan wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai oleh laki–laki , seperti pabrik, konstruksi, transportasi, dan pertanian.
F. Faktor–faktor yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk Berwirausaha Faktor–faktor yang mendorong wanita memilih untuk berwirausaha antara lain: 1. Faktor Kemandirian
Universitas Sumatera Utara
31
Sebagai seorang wanita, ada kalanya wanita ini dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini karena wanita ingin menunjukkan jika tanpa laki–laki Dia dapat bertahan hidup dengan keahlian yang dia punya yang direalisasikan menjadi suatu usaha yang dapat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Walaupun tidak memungkiri keahlian laki–laki dalam bekerja, tetapi wanita juga ingin menunjukkan bahwa mereka dapat mengerjakan apapun yang dikerjakan oleh pria . 2. Faktor Modal Dalam pembuatan usaha maka wanita biasanya melihat berapa modal yang mereka punya untuk membuat suatu usaha, biasanya semakin banyak modal yang mereka miliki untuk pembuatan suatu usaha maka semakin terencana dan matanglah pemikiran untuk rencana pembuatan usaha ini. 3. Faktor Emosional Faktor emosional yang dimiliki wanita, dapat mempengaruhi dirinya untuk melakukan sesuatu yang berguna baginya maupun keluarga. Hal ini karena dalam diri seorang wanita memiliki keinginan untuk dapat berdiri sendiri maupun untuk bisa mempraktekkan teori–teori yang diikutinya melalui pendidikan formal maupun informal yang diinginkannya. Selain itu wanita juga mempunyai keinginan untuk membantu keuangan keluarga yaitu dengan membuka usaha. 4. Faktor Pendidikan Faktor pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi wanita untuk berwirausaha karena banyak wanita–wanita yang tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi tetapi mengikuti
Universitas Sumatera Utara
32
pendidikan informal seperti kursus–kursus yang dapat mengasah keterampilan mereka, sehingga ilmu yang mereka dapat di pendidikan informal dapat mereka jadikan modal untuk membuat suatu usaha. Begitu bagi wanita–wanita yang memiliki pendidikan tinggi, mereka akan berpikir kembali untuk menggunakan ijazah perguruan tinggi mereka unutk bekerja di kantor–kantor yang mempunyai waktu bekerja “from eight to five“ atau dari jam delapan hingga jam 5 sore, ini dikarenakan mereka juga nantinya harus mengurusi rumah tangga dan anak–anak mereka, yang tidak dapat mereka lakukan jika mereka bekerja di kantor–kantor dari pagi hingga sore.
Universitas Sumatera Utara