BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kecil, maka usaha yang dilakukan dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil agar tetap berperan dalam mewujudkan struktur perekonomian nasional yang semakin baik dan seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Sehubungan dengan itu, usaha kecil perlu diberdayakan dalam rangka memanfaatkan peluang berusaha dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi di masa yang akan datang. Bimbingan dan bantuan penguatan untuk menumbuhkan usaha kecil serta meningkatkan kemampuan usaha kecil perlu ditingkatkan. Pelaksanaan hubungan kemitrausahaan antara semua pelaku ekonomi perlu dilakukan, serta bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dalam arti yang perlu dilindungi, diberdayakan dan diberikan peluang berusaha agar mampu dan sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya untuk mengoptimalkan peran sertanya dalam pembangunan.
Menumbuhkembangkan
iklim
usaha
yang
kondusif,
seperti
restrukturisasi utang, kemitraan usaha, penataan pasar, memberikan fasilitas, seperti program promosi dalam dan luar negeri, misi dagang, pengembangan klinik bisnis, bantuan dana bergulir, penguatan training serta pelatihan sumber daya manusia pelaku usaha kecil sangat perlu dilakukan hal ini akan bermanfaat bagi usaha kecil
Universitas Sumatera Utara
agar dapat memiliki kinerja yang efisien dan produktivitas dengan daya saing yang tinggi, memiliki kemampuan beradaptasi, mampu menjual barang dagangan dalam negeri yang bermutu dan mempunyai daya saing dengan harga yang kompetitif. Dalam rangka peningkatan daya saing usaha kecil diperlukan sistem manajemen usaha kecil yang baik, produktivitas yang tinggi, sistem mutu standar, akses informasi pasar yang luas dan kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan teknologi. Dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil dapat juga dilakukan dengan menerapkan sistem pembinaan melalui: 1) Kelembagaan dan manajemen dengan menggunakan sistem dan prosedur organisasi yang baku. 2) Peningkatan sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan serta memberikan transfer pengetahuan tentang mengelola dunia usaha. 3) Permodalan, hal ini dilakukan dengan cara membantu akses permodalan. 4) Distribusi/pemasaran,
dengan
memberikan
bantuan
informasi
pasar,
mengembangkan jaringan distribusi. 5) Teknologi, dengan inovasi dan alih teknologi.
2.2.
Peranan Usaha Kecil dalam Perdagangan Dalam dasawarsa terakhir, harus diakui globalisasi telah mendorong
terjadinya berbagai perubahan perilaku masyarakat, yang tentunya sangat erat kaitannya dengan sektor perdagangan dan dampaknya, baik di dalam negeri maupun
Universitas Sumatera Utara
antar negara. Bila di waktu lalu kebanyakan orang masih membeli cassette dan tape untuk menikmati musik, sarana tersebut sudah mulai ditinggalkan dan dianggap ketinggalan zaman. Sekarang, orang lebih memilih untuk menikmati musik yang telah direkam dalam compct disk (CD) melalui CD Reader/Player. Di samping itu, penggunaan telepon genggam yang di waktu lampau merupakan barang mewah, saat ini bukan merupakan hal yang luar biasa lagi. Demikian pula, menjamurnya berbagai restoran cepat saji, mall, hyper market, toko pengecer, ataupun juga layanan transportasi dan komunikasi. Pesatnya perubahan dan perkembangan tersebut tentunya tidak dapat dipisahkan dari adanya dukungan dan perkembangan teknologi, baik di bidang informasi dan komunikasi, transportasi, kimia, bioteknologi, maupun bidang-bidang lainnya yang secara bersamaan telah pula berevolusi selama ini. Perkembangan itu telah pula mempermudah dan mempercepat pergerakan, penawaran dan penyediaan barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat yang lain, sehingga jarak dan batas antar negara menjadi sangat tipis atau bahkan hampir tidak ada lagi. Tersedianya fasilitas transportasi yang memadai dan didukung sistem komunikasi yang baik, telah memperlancar berlangsungnya transaksi perdagangan yang selanjutnya menuntut adanya sistem perdagangan bebas, yaitu sistem perdagangan yang berusaha untuk menghilangkan/mengurangi berbagai aturan/ pembatasan yang dianggap dapat menghambat kelancaran transaksi perdagangan. Di satu pihak, sistem tersebut menjanjikan tersedianya barang/jasa dengan kualitas tinggi yang pengadaannya dilakukan secara terbuka dan berimbang. Di lain pihak,
Universitas Sumatera Utara
sistem tersebut mengindikasikan bahwa tanpa persiapan, koordinasi, dan sinergi yang baik seseorang akan tersingkir dalam percaturan sistem perdagangan bebas tersebut. Sebagian besar perubahan pola/perilaku
masyarakat
mengindikasikan telah
diterapkannya sistem perdagangan bebas. Hal itu telah berlangsung di semua sektor perdagangan, termasuk yang digeluti oleh kalangan usaha kecil. Pentingnya peran dan posisi usaha kecil di Indonesia sebagai salah satu komponen penggerak perekonomian dan perdagangan terlihat dari tetap kokoh dan berlangsungnya sebagian besar usaha tersebut selama masa krisis/transisi beberapa waktu yang lalu. Tidak berlebihanlah kiranya dikatakan bahwa sektor usaha kecil memegang peranan penting dan merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Karenanya, Pemerintah memandang perlu untuk membantu/memenuhi kebutuhan dan fasilitas yang mereka perlukan dalam rangka menghadapi tantangan yang cukup berat di era perkembangan teknologi dan persaingan bisnis/perdagangan saat ini. Sangatlah disadari bahwa daya saing dan kemampuan usaha kecil perlu lebih ditingkatkan agar dapat memanfaatkan sistem perdagangan bebas yang berlangsung saat ini. Sistem ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperkenalkan komoditi-komoditi unggulan mereka di pasar global, ikut serta, dan bahkan berperan secara nyata dalam sistem tersebut. Sejalan dengan perubahan yang terjadi selama ini, telah tumbuh adanya kesadaran bahwa salah satu upaya penting dalam menghadapi tantangan yang berat tersebut adalah dengan meningkatkan pemahaman, pemanfaatan dan pendayagunaan sistem perlindungan di kalangan usaha kecil.
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Pengertian, Klasifikasi Usaha Kecil di Sektor Perdagangan Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 09/M-
DAG/Per/3/2006 tanggal 29 Maret 2006 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan pada Bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 di mana dalam Peraturan Menteri tersebut yang dimaksud dengan: a) Pengertian perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual beli, sewa beli, sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi. b) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha perdagangan yang bersifat tetap, berkelanjutan. Didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. c) Perusahaan Perdagangan Kecil (PK) adalah perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Selanjutnya klasifikasi usaha kecil di sektor perdagangan menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Nomor 09/M-DAG/PER/3/2006 tanggal 29 Maret 2006 tentang ketentuan dan tata cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, membagi perdagangan menjadi 3 golongan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Usaha Perdagangan Kecil adalah perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b) Usaha perdagangan menengah adalah perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. c) Usaha perdagangan besar adalah perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Pendefinisian atau pengertian usaha kecil sangat beragam sesuai dengan ketentuan dan ketetapan lembaga atau departemen yang berhubungan dengan berdasarkan kegiatan jenis usaha. Kementerian Koperasi dan UKM mengelompokkan usaha kecil menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan total asset, total penjualan tahunan, dan status usaha dengan kriteria sebagai berikut: a) Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Hasil penjualan bisnis tersebut paling banyak Rp 100 juta. b) Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,(dua ratus juta) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. 3. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar. 4. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.4.
Keuntungan (Laba)
2.4.1. Maksimisasi Laba Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual dikalikan dengan harga output per unit. Jika jumlah unit output yang sama dengan Q dan harga jual per unit output adalah P, maka pendapatan total (TR) = Q x P. Biaya usaha kecil biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun komoditi yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh komoditi yang dijual, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Rahardja, Manurung, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis profit atau keuntungan adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar resiko, keuntungan yang diperoleh harus semakin besar. Profit atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Jika profit dinotasikan , pendapatan total dengan notasi TR dan biaya total dengan notasi TC, maka: = TR – TC Perusahaan dikatakan memperoleh keuntungan, kalau nilai positif ( > 0), di mana TR > TC, dan disebut kerugian bila sebaliknya. Laba adalah pendapatan dikurangi dengan biaya total. Pendapatan perusahaan diperoleh dari menjual produknya sebesar Y dengan harga p. Biaya total yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi output Y, yaitu sebesar jumlah faktor input yang digunakan Xi dikalikan dengan harga faktor input tersebut wi. Dengan demikian, laba dapat dirumuskan: = p . Y – wi . Xi - ... – wn . Xn
(2.1)
Output Y merupakan fungsi produksi f (X1, ..., Xn), sehingga rumus laba dapat ditulis: = p . f(X1, ... , Xn) - wi . Xi - ... – wn . Xn
(2.2)
Untuk kasus dua faktor input X1 dan X2, fungsi laba dapat dituliskan: = p . f(X1, X2) – w1 . X1 – w2 . X2
(2.3)
Universitas Sumatera Utara
Turunan pertama (first order condition) dari maksimisasi laba adalah:
f p. w1 0 X 1 X 1
(2.4A)
f p. w2 0 X 2 X 2
(2.4B)
Persamaan (2.4A) dan (2.4B) dapat dinotasikan sebagai berikut: 1 = p . f1 – w1 = 0
(2.5A)
2 = p . f2 – w2 = 0
(2.5B)
Turunan pertama ini menunjukkan bahwa nilai dari produk marjinal untuk masing-masing faktor (p . fi) harus sama dengan faktor inputnya (wi). Turunan pertama ini juga menunjukkan bahwa slope dari garis isoprofit sama dengan slope isoquant (fungsi produksi) seperti pada gambar di bawah ini:
iisoprofit =p.Y–wX Slope = w/p
Y = f(x) /p
iisoquant
w
Gambar 2.1. Laba Maksimum Terjadi pada Persinggungan Isoprofit dengan Isoquant
Universitas Sumatera Utara
Turunan kedua (second order condition) untuk maksimisasi laba untuk kasus dua faktor adalah: 11 < 0
(2.6A)
22 < 0
(2.6B)
11 22 - 212 > 0
(2.6C)
Karena ij = p.fij dan p adalah nilai positif, maka tanda ij akan sama dengan tanda fij, sehingga (2.6A), (2.6B) dan (2.6C) dapat juga ditulis sebagai berikut: f11 < 0
(2.7A)
f22 < 0
(2.7B)
f11 f22 - f212 > 0
(2.7C)
Untuk kasus n-faktor input, turunan pertama adalah sebagai berikut:
f p. w1 0 X 1 X 1
(2.8A)
i = p.fi – wi = 0
(2.8B)
Atau
untuk i = 1 sampai dengan n Untuk turunan kedua kasus n-faktor adalah matrik Hessian harus bernilai negatif. 2.4.2. Fungsi Permintaan Input Fungsi yang memberikan pilihan optimal dari faktor input disebut dengan fungsi permintaan faktor input (factor demand function). Fungsi permintaan faktor input dapat diperoleh dari turunan pertama sama dengan nol dari maksimisasi laba.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Fungsi Penawaran Output Fungsi yang memberikan pilihan optimal dari output yang merupakan fungsi dari harga-harga faktor input (wi) disebut dengan fungsi penawaran output (output supply function). Fungsi Y merupakan fungsi produksi yang merupakan fungsi dari faktor-faktor input, yaitu Y = f(X1, ..., Xn). Untuk tingkat optimal maka Xi adalah Xi*, sehingga fungsi produksi optimal adalah Y* = f(X1*, ..., Xn*). Nilai Y* menunjukkan tingkat output yang menghasilkan profit maksimum. Dengan mensubstitusikan nilai Xi* = Xi* (w1, ... , wn, p) kedalam Y* = f(X1*, ... , Xn*), maka akan didapatkan: Y* f(X1* (w1, ... , wn, p), ... , Xn* (w1, ... , wn, p)) Maka akan didapatkan: Y* = Y* (w1, ... , wn, p)
(2.9)
Persamaan ini adalah fungsi penawaran output. Fungsi penawaran output ini menunjukkan hubungan antara output dengan harga-harga faktor input (w1, ... , wn) dan harga dari outputnya (p). 2.4.4. Fungsi Laba Maksimum Fungsi laba maksimum dapat dicari dengan mensubstitusikan nilai-nilai optimal ke dalam fungsi sasaran laba sebagai berikut: * = p. Y* (w1, K, wn, p) – w1 . X1* (w1, K, wn, p) – K – wn . Xn* (w1, K, wn, p)
(2.10)
Universitas Sumatera Utara
Jika fungsi laba maksimum yang diketahui, maka fungsi permintaan faktor input, X*(wi, p) dan fungsi penawaran output, Y*(wi, p) akan lebih mudah didapatkan dengan menggunakan Hotelling’s lemma.
2.5.
Xi* (wi, K, wn, P) = x2/w
(2.11)
Y* (wi, K, wn, P) = */p
(2.12)
Konsep Produksi Dalam proses produksi pertanian, seorang petani modern menggunakan faktor
produksi (input) seperti tanah, tenaga kerja, mesin dan pupuk. Input tersebut dipergunakan selama musim tanam, dan pada musim panen petani tersebut mengambil hasil (output) tanamnya. Petani selalu berusaha keras untuk melakukan produksi secara efisien atau dengan biaya yang paling rendah, dengan demikian petani selalu berusaha untuk memproduksi tingkat output maksimum dengan menggunakan suatu dosis input tertentu, dan menghindarkan pemborosan sekecil mungkin, selanjutnya petani tersebut dianggap berusaha memaksimumkan laba ekonomis. Miler dan Miner (1999) menyatakan produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud konsep arus (flow concept) di sini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan output dengan
Universitas Sumatera Utara
mengasumsikan faktor-faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Konsep produksi analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan input yang efisien untuk menciptakan output. Menyatakan bahwa produksi barang dan jasa dengan sasaran menetapkan cara yang optimal menggabungkan input untuk meminimumkan biaya. Untuk menjelaskan konsep produksi, perlu dikaji lebih jauh tentang konsep hubungan antara input dan output yang disebut dengan fungsi produksi (production function). Joesron dan Fathorrozi (2003) menyatakan produksi merupakan hasil akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Ahyari (2004) menyatakan Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat tersebut dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas. Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan produksi. Pindyck dan Rubinfield (2001) menyatakan bahwa hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat
Universitas Sumatera Utara
memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu. Produktivitas faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi.
2.6.
Fungsi Produksi Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input (Boediono, 2002). Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi, yaitu: Q
= f (X1,X2,X3…Xn)
Q
= Tingkat produksi (output)
X1,X2,X3,..Xn
= Berbagai input yang digunakan
Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isoquant, yaitu
Universitas Sumatera Utara
kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang sama (Joesran dan Fathorrozi, 2003). Tujuan setiap perusahaan (termasuk petani yang menggarap lahan dengan tenaganya sendiri) adalah mengubah input menjadi output sehingga tercipta produktivitas. Untuk mendapatkan outputnya, perusahaan harus menggunakan berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan sebagainya. Karena input-input ini langka, sehingga mereka harus menggunakan ukuran biaya yang diasosiasikan dengan penggunaan input, seperti petani mengkombinasikan tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk dan peralatan mesin untuk memperoleh hasil panen (Nicholson, 2002). Boediono konsekuensi
(1999)
pertumbuhan
menyatakan ekonomi
bahwa dapat
meningkatkan
dilakukan
dengan
output
sebagai
meningkatkan
ketrampilan pekerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan ketrampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Lebih lanjut Boediono (1999) menggambarkan bahwa bentuk umum fungsi produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital (K), tenaga kerja (L), sumber daya (R) dan teknologi (T) adalah sebagai berikut: Q = f (K, L, R, T) Keterangan: Q = Output atau keluaran K = Stok Kapital atau modal
Universitas Sumatera Utara
L = Labor atau tenaga Kerja R= Resource/Sumber daya T = Tingkat teknologi yang digunakan Persamaan di atas menunjukkan bahwa stok kapital, tenaga kerja, penggunaan pupuk dan teknologi dapat meningkatkan output. Apabila output meningkat pada periode itu, maka sebagian kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital akan bertambah besar sebesar output yang diinvestasikan. Proses pertumbuhan output ini akan terus berulang pada periode berikutnya, sampai pada batas penggunaan sumber daya alam dan sumber daya tenaga kerja mencapai tingkat yang optimal. Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi di mana perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan situasi produksi di mana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin semua
Universitas Sumatera Utara
input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan. Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain: 1.
Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
2.
Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, ..., X3, ...Xn) Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. Fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengkaitkan
masukan dengan keluaran. Fungsi produksi menyatakan jumlah maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Fungsi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia yaitu hubungan masukan/ keluaran untuk setiap produksi adalah karakteristik teknologi, peralatatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan. Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input tersebut ditambah. Untuk selanjutnya, input yang berubah itu dinamakan input variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP). Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical Product (TPP). Kurva Total Physical Product (TPP) ini didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input lainnya dianggap tetap, sehingga: TPP = f (X1, X2, ... Xn)
Universitas Sumatera Utara
Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva Marginal Physical Product (MPP) dan kurva Average Physical Product (APP). Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan tambahan Total Physical Product (TPP) karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel. Secara matematis dapat ditulis: ۾۾ۻൌ
ࣔࢀࡼࡼ ࣔࡽ ࣔࢌሺ࢞ሻ ൌ ൌ ࣔ࢞ ࣔ࢞ ࣔ࢞
Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut, dan ditulis secara matematis: ۾۾ۯൌ
ࢀࡼࡼ ࡽ ࢌሺ࢞ሻ ൌ ൌ ࢄ ࢄ ࢄ
Hubungan antara Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical Product (APP) di atas selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi. menyatakan bahwa dengan elastisitas produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah pertanian tersebut dalam keadaan increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu, bila produksi total menaik maka pertanian ada pada daerah increasing, dan sebaliknya bila nilai elastisitas produksi lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu, maka pertanian tersebut ada pada daerah decreasing. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2003): Ep = ∆Y
∆X
Universitas Sumatera Utara
Y X Ep = ∆ Y . X ∆X Y Di mana : Y adalah hasil produksi (output) X adalah faktor produksi (input) maka, MPP = ÄY⁄ÄX APP = Y⁄X Ep = MPP⁄APP Akan tetapi karena besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari hasil fungsi produksi Cobb Douglas (hasil analisis OLS) dan besarnya Average Physical Product (APP) dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka Marginal Physical Product (MPP) juga dapat dihitung dengan menggunakan koefisien elastisitas produksi sebagai berikut: MPPxi = Ep (Y⁄Xi) = ai (Y⁄Xi) = ai . APP
2.7.
Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah umum dan
tingkat perubahan umum output perusahaan bila salah satu sumber yang digunakan berubah-ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika salah satu input ditambah secara terus-menerus maka produksi total akan semakin meningkat sampai pada suatu
Universitas Sumatera Utara
tingkat tertentu (titik maksimum) dan apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan semakin menurun.
C TP B
A Ep > 1
0
L1
1<Ep>0
L2
EP < 0
L3
L
Q
Tahap I Tahap II Tahap III
APL 0
L1
L2
L3
L MPL
Gambar 2.2. Kurva Produksi Satu Variabel Input
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: TP
= Total produksi
Titik A = MP maksimum
L
= Tenaga kerja
Titik B = AP maksimum
MPl
= Marginal produk tenaga kerja L
Titik C = MP = 0
APl
= Produksi rata-rata tenaga kerja L Produksi Total (total product) banyaknya produksi yang dihasilkan dari
penggunaan total faktor produksi. Produksi Marginal (marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi. Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yang dihasilkan perunit faktor produksi. Di mana: Total Produksi (TP) : f(K,L) Secara matematis TP akan maksimium apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP, maka TP maksimum pada saaat MP sama dengan nol. Produksi marjinal (MP) = ∂ TP ∂L
Perusahaan dapat terus menambah tenga kerja selama MP > 0. Jika MP sudah < 0 penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil yang semakin berkurang atau the Law of Diminishing Marginal Return (LDR). Produksi Rata-rata (AP) = TP L
Universitas Sumatera Utara
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP′ = 0). Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat Nilai AP maksimum. Gambar 2.1 menunjukkan tiga tahap Produksi (the htree stages of production) yaitu sebagai berikut: 1. Tahap I, penmbahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini. Elastisitas produksi lebih besar dari satu dicapai pada waktu kurva produksi marjinal berada di atas kurva produksi rata-rata. Ini merupakan skala usaha yang menunjukkan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap penambahan 1% input (tetap dan variabel) dalam perbandingan tetap akan menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari 1%. Oleh karena itu pada daerah increasing return to scale, keuntungan perusahaan akan selalu bisa ditingkatkan dengan cara menambah input dalam proporsi yang tetap. Jadi bila pengusaha bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimum, pengusaha tersebut harus membayar usahanya dengan cara menambah input yang digunakannya. Bila tidak pengusaha tersebut dikatakan sebagai pengusaha yang tidak rasional, dengan demikian daerah increasing return to scale disebut dengan daerah yang tidak rasional. 2. Tahap II, berlakunya the Law of Diminishing Return (LDR), produksi marjinal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian keduanya
Universitas Sumatera Utara
masih positif. Penambahan tenaga kerja akan akan tetap menambah produksi sampai mencapai nilai maksimum. Elastisitas produksi yang berada diantara non dan satu merupakan skala usaha yang berada diantara AP maksimum dan MP sama dengan nol. Di daerah ini kenaikan 1% input tetap dan input variabel dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output diantara 0% sampai 1%. Bila kita perhitungkan penerimaan dan biaya produksi, di daerah decrasing return scale pengusaha bisa untung dan bisa rugi. Jadi pengusaha harus memilih skala usaha setepat-tepatnya untuk mencapai keuntugan maksimum. Oleh karena itu pengusaha yang berusaha di daerah ini haruslah pengusaha-pengusaha rasional. 3. Tahap III, pengusaha tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan mengalami kerugian, dengan demikian perusahaan sebaiknya berproduksi pada tahap II,secara matematis perusahaan kan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan biaya (marjinal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal reveneu) yang diterima. Elastisitas produksi lebih kecil dari nol dicapai pada waktu produk marjinalnya negatif. Di daerah ini kenaikan 1% input dan variabel dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output yang negatif. Dengan demikian, pengusaha yang berusaha pada skala usaha ini merupakan pengusaha yang irrasional, karena selalu menderita kerugian.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Faktor Produksi Faktor produksi disebut juga korbanan produksi, karena faktor produksi
tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) (Soekartawi, 2003). Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang bisnis/perusahaan penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja, Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan tenga kerja yang mempunyai keahlian. Biasanya perusahan kecil akan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian. Dalam perusahaan, hal ini sangat penting untuk melihat sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produlsi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tetentu dapat dihindarkan (Soekartawi, 2002). Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. Sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin perlu ditambah. Tapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak
Universitas Sumatera Utara
berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan, begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, buruh harian lepas di pabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh dapat dikurangi. Cepat atau tidaknya inovasi mengadopsi inovasi oleh petani sangat tergantung dari faktor extern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan kepemilikan lahan. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki petani (Soekartawi, 2002). Kekurangan atau kelebihan unsur khusus dalam tanah akan mengganggu keseimbangan unsur-unsur hara dan bisa mengakibatkan penyakit pada tanaman. Penyebab ketidakseimbangan semacam itu harus dianalisis, mungkin karena keracunan Fe atau Al (dalam pH-nya rendah), pemakian pupuk anorganik jangka panjang yang menyebabkan kerusakan pada tanah secara alami, maka penting untuk memperbaiki unsur hara tertentu dengan pemanfaatan pupuk organik yang seimbang dapat memeperbaiki keseimbangan tanah, pH dan ketersedian unsur hara. Penambahan unsur hara dalam tanah dapat menghasilkan peningkatan produksi tanaman baik kualitas dan kuantitasnya.
Universitas Sumatera Utara
Bagi rumah tangga pedesaan hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi pertanian, produk barang dan jasa non pertanian di pedesaan. Pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Di sektor non pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi.
2.9.
Konsep Pendapatan Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik faktor
produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah/gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba (Sukirno, 2005). Menurut Sunuharyo (2002), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income). Dalam kenyataannya
Universitas Sumatera Utara
membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Oleh karenanya dalam perhitungan pendapatan migran dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income approach), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi (Production Approach). Dengan demikian berdasarkan pendekatan di atas dalam pendapatan pekerja migran telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya. Sukirno (2005) menyatakan pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1. Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapata yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. 2. Pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3. Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha tani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha tani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka (TC) = FC + FC (Soekartawi, 2002). Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh: a.
Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada; 1). Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu 2). Warisan atau pemberian
b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda: a. Tanah (termasuk di dalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya) mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena: (a) naiknya harga barangbarang pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barangbarang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu. b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor
Universitas Sumatera Utara
produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru, membeli mesin-mesin yaitu investasi. Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah sedangkan permintaan akan barang-barang modal terutama sekali dipengaruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin-mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi pada gilirannya dipengaruhi oleh dua faktor utama: (1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju, perumahan dan sebagainya). (2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau GNP perkapita). c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Di samping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun. d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisis, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini di luar
Universitas Sumatera Utara
kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisis, misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang berjiwa enterpreuner masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan. Cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah: 1) Pajak progresif atas kekayaan atau penghasilan. 2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian, perumahan). 3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara (misalnya rumah sakit, klinik). 4) Memperkecil pengangguran. 5) Pendidikan yang murah dan merata. 6)
Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).
Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Gaji dan upah. Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
b. Pendapatan dari kekayaan. Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak diperhitungkan. c.
Pendapatan dari sumber lain. Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lain (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Distribusi pendapatan dapat berwujud pemerataan maupun ketimpangan, yang
menggambarkan tingkat pembagian pendapatan yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi (Rahayu, 2000). Distribusi dari suatu proses produksi terjadi setelah diperoleh pendapatan dari kegiatan usaha. Pengukuran masalah pemerataan telah sejak lama menjadi perdebatan di kalangan ilmuan. Namun, pendekatan pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur ketidakmerataan dari distribusi pendapatan adalah Gini coefficient yang dibantu dengan menggunakan Lorentz curve (Gambar 1). Sedangkan untuk mengukur tingkat kemiskinan digunakan metode headcount measure dan poverty gap. % Kumulatif Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
% Kumulatif Populasi Gambar 2.3. Kurva Lorentz dan Garis Pemerataan Pendapatan Gini coefficient merupakan alat ukur atau indikator yang menerangkan distribusi pendapatan aktual, pengeluaran-pengeluaran konsumsi atau variabelvariabel lain yang terkait dengan distribusi di mana setiap orang menerima bagian secara sama atau identik (Bappenas, 2002). Pengukuran ketidakmerataan dapat menggunakan gini coefficient. Selain itu, tingkat ketimpangan dapat diukur juga melalui personal income dengan menggunakan Kurva Lorenz, yaitu yang menggambarkan
hubungan
kuantitatif
antara
persentase
populasi
penerima
pendapatan dengan persentase total pendapatan yang benar-benar diperoleh selama jangka waktu tertentu, seperti terlihat pada Gambar di atas (Santosa dan Prayitno, 1996 yang dikutip oleh Rahayu, dkk, 2000). Pada gambar tersebut, sumbu horisontal mewakili jumlah populasi penerima pendapatan dan sumbu vertikal menggambarkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase penduduk (Todaro, 2000). Garis Kurva Lorenz akan
Universitas Sumatera Utara
berada di atas garis horisontal, bila kurva tersebut menjauh dari kurva diagonal maka tingkat ketimpangan akan semakin tinggi. Badan Pusat Statistik memberikan pengertian pendapatan dan penerimaan dibedakan dalam dua bentuk yaitu: (BPS, 2008) 1. Pendapatan faktor yang didistribusikan, yang dapat dibagi menurut sumber yang meliputi: penghasilan sebagai gaji atau upah, penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, serta penghasilan dari pemilikan kekayaan. 2. Transfer yang bersifat redistributif, terutama terdiri atas transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penyerahan barang atau harta milik. Dilihat dari pengertian terdahulu maka pendapatan pada dasarnya dapat dikelompokkan pada pendapatan yang berasal dari sektor formal, pendapatan sektor informal, kemudian pendapatan sektor subsisten dan penerimaan yang bukan merupakan pendapatan hasil jerih payah. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya reguler dan diterima sebagai batas jasa atau kontra prestasi dari kegiatan formal misalnya gaji dan upah. Pendapatan sektor informal diperoleh misalnya dari hasil produksi pertanian, kerajinan rumah tangga, berjualan atau pendapatan dari investasi dan lain sebagainya. Pendapatan subsisten dan penerimaan yang bukan pendapatan di mana suatu pengeluaran yang seharusnya dikeluarkan tapi tidak dikeluarkan dan penerimaan berupa bantuan yang disebut dengan transfer payment.
Universitas Sumatera Utara
Ditinjau dari segi taraf hidup kesejahteraan masyarakat di dunia ini biasanya dibedakan dalam dua golongan, yakni negara-negara maju dan negara yang sedang berkembang. Pada dasarnya yang menjadi ukuran penilaian perbedaan tersebut adalah pendapatan. Di mana negara-negara yamg sedang berkembang mempunyai tingkat pendapatan perkapita masyarakatnya yang rendah. Masalah pokok yang dihadapi negara-negara berkembang adalah kemiskinan yang menimpa sebagian penduduknya. Usaha untuk mengatasinya dengan jalan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya, atau sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat bertambah dalam jangka panjang. Masalah pendapatan merupakan masalah yang sangat kompleks, karena salah satu tolak ukur tinggi rendahnya taraf hidup suatu masyarakat dapat dilihat dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup (konsumsi) yang paling mendasar menurut masing-masing rumah tangga. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar sangat erat kaitannya dengan pendapatan yang diperoleh. Apakah pendapatan yang diterima oleh masyarakat tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya atau tidak. Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya kesejahteraan suatu masyarakat dapat dilihat dengan beberapa indikator. Salah satu indikatornya adalah melihat perilaku konsumen dalam mengkonsumsi pendapatannya untuk makanan dan bukan non makanan.
Universitas Sumatera Utara
Engel dalam studinya tentang pengeluaran rata-rata 153 rumah tangga di Belgia, menyimpulkan bahwa proporsi untuk pangan menurun jika pendapatan masyarakat
bertambah.
Selanjutnya
dari
studi
perbandingan
antarnegara
menunjukkan bahwa umumnya masyarakat di negara berkembang membelanjakan persentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan persentase pengeluaran pendapatan untuk bahan pangan di negara maju, dan proporsi pengeluaran untuk pangan digunakan sebagai indikator kemiskinan (Nicholson, 2001).
Konsep Modal Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan atau dipindah tangankan. Dalam membiayai kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan modal yang terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang ditujukan dalam modal saham. Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan dari pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang tidak bagi (laba ditahan). Di dalam memenuhi modal yang dibutuhkan tersebut perusahaan dapat menerbitkan
Universitas Sumatera Utara
dan menjual surat berharga berupa obligasi (modal pinjaman) dan saham (modal sendiri). Surat berharga tersebut dijual kepada para investor yang menginginkannya di mana perusahaan berkewajiban memberikan hasil (return) yang dikehendaki oleh investor tersebut. Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan dana yang tertera di sisi aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) yaitu yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam sebelah mana dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Sedangkan modal pasif menunjukkan sumber dana yang tertera di sisi pasiva yang menggambarkan sumbersumber dana dari mana diperoleh atau asal dana diperoleh. Modal pasif terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Menurut Sawir (2001): “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Gitosudarmo (2002) “Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya hutang lancar”. Sedangkan Riyanto (2002) mengemukakan: Modal adalah baik yang berupa barang-barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debet maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang ada di sebelah kredit. Jadi yang tercatat di sebelah debet dari neraca disebut modal konkrit dan yang tercatat di sebelah kredit disebut modal abstrak.
Universitas Sumatera Utara
Konsep Pendidikan Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi atau standar kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Standar kompetensi yaitu batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Cakupan materi yang terkandung pada setiap standar kompetensi cukup luas terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pendidikan berbasis kompetensi ini berimplikasi terhadap pengembangan silabus dan sistem pengujian berbasis kemampuan dasar. Notoatmodjo (2002) mengemukakan, pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum. Sementara itu, pelatihan menurut Sunarto dan Sahedhy (2001), adalah proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan organisasional. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan di mana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Handoko (2000) berpendapat, pendidikan dilaksanakan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan dengan adanya program pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaransasaran kerja yang telah ditetapkan. Setiap standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar yang merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi tersebut. Perumusan kemampuan dasar, dapat menggunakan kata-kata kerja misalnya: menunjukkan, menghitung, menggambarkan, membedakan, mengidentifikasikan, menafsirkan, menerapkan, menggunakan, menentukan, menyusun, menyimpulkan, mengevaluasi, merumuskan, membuat, menganalisis, mensintesis dan sebagainya yang merupakan tingkah laku hasil belajar yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurable). Tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konsepsual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Konsekuensi dunia pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat, di mana kedua komponen lembaga tersebut merupakan aset negara yang memerlukan pengelolan secara hati-hati dan cermat. Penelitian Sebelumnya Uluputty (2008) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usaha perikanan tangkap tuna skala kecil di Kecamatan Amahai dan Kecamatan Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah. Hasil penelitian disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa variabel kekuatan mesin dan jumlah trip berpengaruh nyata terhadap hasil tangkap sedangkan variabel kekuatan mesin, jumlah bahan bakar, jumlah tenaga kerja, pengalaman nelayan, dan lamanya trip tidak berpengaruh nyata, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan (keuntungan) dari usaha penangkapan ikan tuna hand line secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan dan secara individual test variabel jumlah hasil tangkapan dan upah ABK berpengaruh nyata terhadap pendapatan sedangkan variabel jumlah harga ikan, jumlah bahan bakar, harga bahan bakar, dan jumlah ABK (di luar keluarga) tidak berpengaruh nyata. Suryananto (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi (Studi Kasus di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta). Hasil penelitian menunjukkan modal dagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi, jam berdagang tidak berpengaruh atau signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi dan pengalaman berdagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Insanuddin Lingga (2009) menganalisis pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi. Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha
Industri
Kecil.
Keseluruhan
variabel,
signifikan
mempengaruhi
pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, lama usaha, pendidikan dan bantuan modal. Di lain pihak variabel bantuan usaha pengaruhnya
Universitas Sumatera Utara
masih rendah. Rendahnya pengaruh bantuan modal bagi pengusaha industri kecil tersebut sebagai indikasi, di mana variabel bantuan modal kurang menggerakkan variabel pendapatan. Berdasarkan nilai total elastisitas untuk modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal mempunyai tingkat elastisitas di bawah 1 (0,82<1), yang digolongkan bersifat tidak elastis (inelastis). Salman (2009) menganalisis pengaruh modal kerja, jumlah tenaga kerja, jam kerja dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan usaha kecil di Kabupaten Langkat. Hasil penelitian adalah nilai koefisien Determinasi (R²) menunjukkan bahwa semua variabel seperti pendidikan, modal kerja, jumlah tenaga kerja dan jam kerja dapat menjelaskan semua variasi dalam pendapatan yang diterima oleh pengusaha kecil sebesar 67% sementara 33% tidak dijelaskan di dalam model. Kemudian uji serempak (F Test) menunjukkan bahwa semua variabel independent dapat mempengaruhi Variabel terikat (Dependent Variable) secara signifikan. Hasil menunjukkan bahwa variabel modal kerja secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh pengusaha kecil pada á= 5% sementara total tenaga kerja, jam kerja dan tingkat pendidikan signifikan pada á= 10%.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran
Modal Kerja
Jumlah Tenaga Kerja Pendidikan
Pendapatan Pengrajin Bambu
Pengalaman Bekerja
Gambar
2.4.
Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai
Mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Modal Kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai, Ceteris Paribus. 2. Jumlah Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif terhadap Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai, Ceteris Paribus. 3. Pendidikan pengrajin bambu mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai, Ceteris Paribus. 4. Pengalaman yang dimiliki pengrajin bambu mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai, Ceteris Paribus.
Universitas Sumatera Utara