BAB II TINJAUAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Umum Technology Acceptance Model (TAM) Salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan sering digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi adalah Technology Acceptance Model (TAM). Menurut Davis (1989) TAM merupakan model yang digunakan untuk memprediksi penerimaan pengguna terhadap teknologi berdasarkan dua variabel, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Penerimaan pemakai terhadap sistem teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai kemauan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya. Semakin menerima sistem teknologi informasi yang baru, semakin besar kemauan pemakai untuk merubah praktek yang sudah ada dalam penggunaan waktu serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem teknologi informasi yang baru.
Namun, jika pemakai tidak mau
menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka perubahan 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang banyak bagi organisasi/perusahaan bahkan dapat menimbulkan berbagai problem baru yang dapat membuat perusahaan merugi. TAM diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1989. TAM dibuat khusus untuk pemodelan adopsi pengguna sistem informasi. Menurut Davis (1986), tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap sikap (personalisasi) dan tujuan pengguna komputer. Menurut Jogiyanto (2007: 113), terdapat lima konstruksi TAM, kelima konstruksi ini adalah sebagai berikut : 1) Kegunaan persepsian (perceived usefulness). 2) Kemudahan Penggunaan persepsian (perceived ease of use) 3) Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior) atau sikap menggunakan teknologi (attitude towards using technology) 4) Minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral intention to use) 5) Penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology use)
Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness)
Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use)
Sikap terhadap Perilaku (Attitude towards Behaviour)
Minat Perilaku (Behavioural Intentions)
Gambar 1: Konstruk TAM
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perilaku (Behavioural)
11
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor perilaku penggunaan
sistem e-commerce, yaitu
minat
digunakannya sistem e-commerce tersebut. Sedangkan faktor dari minat itu sendiri disebabkan oleh faktor-faktor individual seperti Perceived of cyber fraud, perceived ease of use dan perceived risk.
2. Teori Literatur 1. Pengertian Persepsi Menurut Ferrinadewi (2008:42) persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna. Orang- orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan sebenarnya. Pada kenyataanya, setiap orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain (Arfa Ihsan 2010:93). Sedangkan menurut Walgito (2004:87), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
setiap saat, pada waktu individu menerimastimulus melalui alat indera. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga indiviu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu dan proses ini disebtu persepsi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyadari dan membuat persepsi, yaitu sebagai berikut: 1. Adanya objek yang dipersepsikan. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat dating dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Nsmun sebsgisn terbesar stimulus dating dari luar individu. 2. Adanya alat indera, syaraf dan susunan syaraf. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris. 3. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu persiapan
dalam
merupakan langkah pertaman sebagai suatu rangka
mengadakan
persepsi.
Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan bjek. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada syarat yang bersifat: 1. Fisik atau kealaman 2. Fisiologis 3. Psikologis Dari definisi diatas, maka pengertian-pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau bagian-bagian yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan hal yang bersifat subjektif,
dimana
individu-individu
mengorganisasikan
dan
menafsirkan kesan indera mereka agar member makna pada lingkungan mereka. Dari pengertian-pengertian diatas dapat diartikan bahwa persepsi merupakan sebuah proses saat individu-individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Selain itu, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus tersebut.
2. Faktor-faktor persepsi Persepsi merupakan hal hal yang bersifat subjektif, dimana individuindividu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
agar memberikan makna pada lingkungan mereka. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi individu, baik dari dalam individu mapun dari luar individu. Menurut Robbin (2002:46), faktor yang mempengaruhi persepsi individu meliputi sebagai berikut: a. Faktor pelaku persepsi. Apabila seorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan merangsang individu-individu dan dapat merupakan suatu pengaruh yang kuat pda persepsi mereka. Oleh karena kepentingan individu berbeda-berbeda, apa yang dipersepsikan oleh satu orang dalam suatu situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan orang lain. Fakator ini berkaitan dengan sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan. b. Faktor objek. Karakteristik-karakterisik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Objek atau peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya akan lebih mencolok daripada yang perna dialami sebelumnya. Disamping itu, objek-objek yang berdekatan satu dengan yang lain cenderung dipersepsikan bersama-sama. Sebagai akibat kedekatan fisik atau waktu, seiring individu menggabungkan objek-objek yang sebenarnaya tidak berkaitan. Faktor objek ini melioputi ukuran, intensitas, dan kontras atau pertentangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3. Pengertian E-commerce David Baum menyatakan bahwa e-commerce sebagai suatu set teknologi,
aplikasi
dan
proses
bisnis
yang
dinamis
yang
menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektonik. John dan Dany (2006:129) Sedangkan menurut Eric Albarda, e-commerce merupakan cara untuk melakukan
transaksi
bisnis
melalui
komputer
dan
jaringan
telekomunikasi. John dan Dany (2006:129) Secara sederhana, Association for Electronic Commerce mendefinisikan e-commerce sebagai mekanisme bisnis secara elektronik. Pada dasarnya transaksi ecommerce berbeda dengan transaksi perdagangan biasa. Transaksi ecommerce memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: a. Transaksi tanpa batas Dengan internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasaarkan produknya secara internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu 24 jam, dan tentu saja pelanggan dari seluruh dun ia mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara online. b. Transaksi Anonim Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak bertemu muka satu dengan yang lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
diotorisasi oleh penyedia system pembayaran yang ditentukan yang biasanya dengan menggunakan kartu kredit. c. Produk digital dan non digital Produk-produk seperti software komputer, musik dan produk digital lainnya dapat dipasarkan secara elektronik dengan cara mendownload secara elektronik. d. Produk barang tak berwujud Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan barang tak berwujud seperti data software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
4. Perceived of Cyber Fraud Menurut Montague (2011:66) saluran online seperti e-commerce adalah target utama para pelaku untuk meningkatkan kegiatan kecurangan. Dalam e-commerce, para pelaku dapat dengan mudah mencoba transaksi penipuan karena e-commerce adalah kesatuan tanpa batas, biaya rendah, dan ada ketersediaan tinggi terhadap kredensial dicuri. Menurut Albrecht et al (2009) dan Chuck (2000) Cyber fraud adalah tindakan seorang individu untuk mendapatkan manfaat dari orang lain dengan cara yang tidak pantas di lingkungan internet, sedangkan Perceived of cyber fraud menurut Kim et al (2008) dan Warr (2000) adalah pengakuan dan interpretasi seseorang yang melakukan transaksi internet yang rentan terhadap kehilangan uang. Clough (2010:184)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
mengidentifikasi bahwa ada lima penipuan online yang paling umum, yaitu penipuan penjualan online, skema biaya muka, kejahatan transfer dana elektronik, penipuan
investasi, dan
identitas
kejahatan.
Kebanyakan insiden penipuan penjualan online adalah penipuan lelang, diikuti oleh non-pengiriman barang.
5. Perceived Ease Of Use David (1989) mendefinisikan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) merupakan suatu tingkatan kepercayaan seseorang bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang didalam mempelajari komputer. Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang menggunakan TI bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan TI (secara manual). Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compartible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. Davis (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi: a. Komputer sangat mudah dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
c. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan Kemudahan
penggunaan
komputer
tergantung
pada
tingkat
kepercayaan seseorang bahwa computer tersebut dapat dengan mudah dipahami dan sistem yang digunakan dapat dengan mudah dipahami, dioperasikan dan digunakan.
6. Perceived Risk Teori mengenai persepsi risiko (perceived risk) sudah digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumen sejak tahun 1960. Menurut Shomad (2013)
Risiko
adalah
suatu
keadaan
ketidakpastian
yang
dipertimbangkan seseorang untuk memutuskan iya atau tidak melakukan transaksi secara online. Pavlou (2003) mendefinisikan bahwa persepsi risiko (perceived risk) sebagai kemungkinan kerugian/kehilangan saat memperoleh suatu hasil. Pavlou juga menjelaskan bahwa terdapat dua bentuk ketidakpastian dalam bertransaksi online, yaitu ketidakpastian perilaku dan ketidakpastian lingkungan. Lui dan Jamieson (2003) menyatakan tingkat resiko dalam berbelanja secara online tergantung pada persepsi konsumen dalam memperkirakan tinggi rendahnya resiko yang akan dialami ketika menggunakan internet untuk berbelanja (Perceived risk is the level of risk by using internet for shopping). Perceived risk adalah identifikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
terhadap resiko yang bisa dialami konsumen sehubungan dengan transaksi menggunakan internet. Secara teoritis Perceived Risk ini berpengaruh negatif terhadap IT, dimana semakin tinggi perceived risk, berarti semakin rendah intensi transaksi menggunakan internet (Lui dan Jamieson, 2003). Javernpa et al. (2000) menyatakan bahwa persepsi risiko memainkan peranan yang kuat untuk mengurangi minat konsumen untuk mengambil bagian dalam e-commerce sehingga persepsi risiko dimungkinkan akan berpengaruh negatif untuk melakukan pembelian secara online.
7. Perilaku Penggunaan Sistem Electronic Commerce (behavioural intention) Penggunaan
sistem
informasi
ini
memperlihatkan
keputusan
penggunaan sistem informasi oleh pengguna dalam menyelesaikan tugas pengguna (Davis, 1989). Minat perilaku adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika memiliki keinginan atau minat untuk melakukannya (Hartono, 2007:116). Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Perilaku penggunaan teknologi informasi didefinisikan sebagai intensitas atau frekuensi pemakai dalam menggunakan teknologi informasi (Jati, 2012). Faktor utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Kurniasari, 2005:16). Intensi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
diasumsikan sebagai minat atau niat yang timbul pada individu untuk melakukan sesuatu. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Jadi, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan dia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut.
B. Rerangka Pemikiran Berikut ini merupakan rerangka pemikiran ilustratif tentang pengaruh perceived of cyber fraud, perceived ease of use dan perceived risk terhadap perilaku penggunaan sistem e-commerce.
Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran
Perceived of Cyber Fraud
Perceived Ease of Use
Perceived Risk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perilaku Penggunaan Sistem E-commerce (Behavioural Intention)
21
C. Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh perceived of cyber fraud, perceived ease of use dan perceived risk terhadap sikap penggunaan sistem e-commerce. Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini. Ainur Rofiq (2012), meneliti tentang dampak persepsi cyber fraud dan kepercayaan terhadap niat pembelian dalam sistem e-commerce, yaitu menganalisis rencana perilaku bisnis di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian filsafat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi cyber fraud konsumen Indonesia berpengaruh negatif terhadap niat pembelian menggunakan e-commerce, semakin mereka mengalami banyak pengalaman dengan insiden cyber fraud semakin besar mereka tidak akan melakukan transaksi di dalam e-commerce. Namun, persepsi cyber fraud tidak menurunkan kepercayaan mereka terhadap penjual ketika berniat untuk membeli dalam lingkungan e-commerce. Andrie Cesario Shomad (2013), meneliti tentang pengaruh kepercayaan, persepsi kegunaan, persepsi kemudahan dan persepsi risiko terhadap perilaku penggunaan e-commerce. Metode penelitian yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa konstruk minat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan layanan e-commerce, serta konstruk persepsi kegunaan, persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan e-commerce, dan persepsi risiko berpengaruh negatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
terhadap
minat
menggunakan
e-commerce.
Sebaliknya,
konstruk
kepercayaan tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan e-commerce. Hal ini berarti bahwa perilaku untuk menggunakan e-commerce dipengaruhi oleh minat, serta konstruk minat dipengaruhi oleh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, dan persepsi risiko. Krisnu Putra Yutadi (2014) meneliti tentang pengaruh persepsi privasi, persepsi keamanan, persepsi kepercayaan, persepsi risiko, persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan terhadap minat penggunaan ecommerce. Metode penelitian yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa minat penggunaan e-commerce dipengaruhi secara positif oleh konstruk persepsi privasi, konstruk persepsi kepercayaan, konstruk persepsi risiko, konstruk persepsi kegunaan, dan konstruk persepsi kemudahan. Sedangkan konstruk persepsi keamanan tidak memberikan pengaruh positif terhadap minat penggunaan e-commerce. Pradhita dan Zaki (2012) meneliti tentang minat penggunaan layanan sistem e-commerce dengan variabel control
pengaruh
kepercayaan, persepsi manfaat dan persepsi risiko. Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa konstruk minat berpengaruh terhadap perilaku untuk menggunakan layanan e-commerce, serta konstruk kepercayaan
dan
persepsi
manfaat
berpengaruh
terhadap
minat
digunakannya layanan sistem e-commerce. Sedangkan konstruk persepsi risiko tidak berpengaruh terhadap minat digunakannya layanan e-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
commerce. Hal ini berarti bahwa perilaku untuk menggunakan layanan ecommerce dipengaruhi oleh minat, serta variabel minat dipengaruhi oleh persepsi kepercayaan dan persepsi manfaat. Iwan dan Rahmahwati (2014) meneliti tentang pengukuran persepsi manfaat dan persepsi kemudahan terhadap sikap serta dampaknya atas penggunaan ulang online shopping pada e-commerce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived usefulness, perceived Ease of use berpengaruh signifikan terhadap attitude mahasiswa STMIK dalam online shopping, serta berpengaruh signifikan pula terhadap minat untuk menggunakan sistem e-commerce. Nazar dan Syahran (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh privasi, kemanan, kepercayaan, dan pengalaman terhadap niat untuk bertransaksi secara online. Hasil dari
penelitian
tersebut
menunjukkan bahwa variabel privasi dan pengalaman berpengaruh positif, variabel kepercayaan berpengaruh negatif, sedangkan variabel keamanan tidak berpengaruh terhadap niat untuk bertransaksi secara online. Pavlou (2001) meneliti tentang minat konsumen untuk mengadopsi sistem e-commerce dengan memprediksi faktor-faktor minat untuk menggunakan teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruk kepercayaan dan persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan sistem e-commerce. Persepsi risiko
berpengaruh negatif,
sedangkan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap minat penggunaan sistem e-commerce. Berikut ini merupakan table ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari penelitian ini
No Peneliti 1 Ainur Rofiq (2012)
2
Andrie Cesario Shomad (2013)
3
Krisnu Putra Yutadi (2014)
Table 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Hasil Penelitian Impact of Cyber Dampak persepsi cyber Fraud and Trust of fraud berpengaruh negatif E-commerce Sytem terhadap niat membeli dalam on Purchasing sistem e-commerce, tetapi Intentions: tidak menurunkan Analyzing Planned kepercayaan terhadap Behavior in penjual ketika berniat untuk Indonesian Business membeli dalam lingkungan e-commerce. Pengaruh Persepsi kegunaan dan Kepercayaan, persepsi kemudahan Persepsi Kegunaan, berpengaruh positif terhadap Persepsi minat menggunakan eKemudahan dan commerce. Persepsi risiko Persepsi Risiko berpengaruh negatif, terhadap Perilaku sedangkan konstruk Penggunaan E- kepercayaan tidak commerce berpengaruh terhadap minat menggunakan e-commerce. Perilaku untuk menggunakan e-commerce dipengaruhi oleh minat,serta konstruk minat dipengaruhi oleh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, dan persepsi risiko. Pengaruh Persepsi Minat penggunaan ePrivasi, Persepsi commerce dipengaruhi Keamanan, Persepsi secara positif oleh persepsi Kepercayaan, privasi, persepsi Persepsi Risiko, kepercayaan, persepsi risiko, Persepsi Kegunaan persepsi kegunaan, dan dan Kemudahan persepsi kemudahan. Penggunaan Sedangkan persepsi terhadap Minat keamanan tidak memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Penggunaan commerce
4
5
6
7
E- pengaruh positif terhadap minat penggunaan ecommerce. Pradhita dan Penerimaan Sistem Konstruk minat berpengaruh Zaki (2012) E-commerce: tehadap perilaku penggunaan Pengaruh e-commerce, konstruk kepercayaan, kepercayaan dan persepsi Persepsi Manfaat manfaat berpengaruh positif dan Persepsi Risiko terhadap minat penggunaan sistem e-commerce. Sedangkan persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat penggunaan. Iwan dan Pengukuran Persepsi kegunaan dan Rahmahwati Persepsi Manfaat persepsi kemudahan (2014) dan Persepsi berpengaruh signifikan Kemudahan terhadap attitude dalam Terhadap Sikap online shopping dan Serta Dampaknya terhadap intention to use atas Penggunaan Ulang Online Shopping pada Ecommerce Nazar dan Pengaruh Privasi, Konstruk privasi dan Syahran Keamanan, pengalam berpengaruh Kepercayaan, dan positif, konstruk (2008) Pengalaman kepercayaan berpengaruh terhadap Niat untuk negative, sedangkan Bertransaksi secara konstruk keamanan tidak Online berpengaruh terhadap Niat untuk Bertransaksi secara Online. Pavlou (2002) Consumer Persepsi kegunaan dan Intentions to Adopt konstruk kepercayaan Electronic berpengaruh positif terhadap Commerce - minat menggunakan sistem Incorporating Trust e-commerce. Persepsi and Risk in the kemudahan penggunaan Technology (perceived ease of use) Acceptance Model memiliki pengaruh tidak signifikan. Persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat menggunakan sistem e-commerce
Sumber: Diolah oleh peneliti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
D. Pengembangan Hipotesis 1. Perceived of Cyber Fraud Saluran online seperti e-commerce adalah target utama para pelaku untuk meningkatkan kegiatan kecurangan. Dalam e-commerce, pelaku dapat dengan mudah mencoba transaksi penipuan karena e-commerce kesatuan tanpa batas, memiliki biaya yang rendah, dan ada ketersediaan tinggi terhadap
kredensial
dicuri
(Montague,2011:66).
Clough
(2010:5)
berpendapat bahwa teknologi digital rentan terhadap kejahatan seperti sifat teknologi termasuk skalabilitas, aksesibilitas, anonimitas, portabilitastransferability, jangkauan global, dan tidak adanya yang menjaga. Bukti menunjukkan bahwa uang hilang karena penipuan dalam e-commerce meningkat dan menjadi besar (Chuck 2002) dengan korban dari kedua pelanggan dan vendor (Clough 2010:185). Dengan demikian, penipuan online (cyber fraud) muncul sebagai masalah ekonomi. Ainur Rofiq (2012) meneliti tentang dampak dari persepsi cyber fraud terhadap niat untuk menggunakan sistem e-commerce. Menyatakan bahwa persepsi cyber fraud berpengaruh negatif terhadap niat untuk menggunakan sistem e-commerce. Berdasarkan studi yang telah diuraikan tersebut, peneliti merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut: H1: Perceived of Cyber Fraud berpengaruh negatif terhadap perilaku penggunaan sistem e-commerce
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2. Perceived Ease Of Use Davis (1989) mendefinisikan persepsi kemudahan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan teknologi informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Persepsi individu berkaitan dengan kemudahan penggunaan (perceived ease of use) merupakan
tingkat dimana individu percaya
bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari kesalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Andrie Cesario Shomad (2013), Pradita dan Zaki (2012), Iwan dan Rahmahwati (2014), dan Krisnu Putra Yutadi (2014) Menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap minat dan perilaku penggunaan e-commerce. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pavlou (2001) yang menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap minat penggunaan sistem e-commerce. Berdasarkan studi yang telah diuraikan tersebut, peneliti merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut: H2: Perceived Ease of use berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan sistem e-commerce
3. Perceived Risk Menurut Pavlou (2001), Persepsi Risiko dianggap merupakan penghalang penting bagi konsumen yang sedang mempertimbangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
apakah akan membuat transaksi bisnis secara online ataukah tidak. Namun menurut Engel (1995) Semakin besar Risiko Persepsian semakin besar pula kemungkinan keterlibatan pelaku ekonomi dalam penggunaan sistem. Heijden et al (2003) melakukan penelitian terhadap sekelompok mahasiswa yang menjadi anggota kursus sistem informasi pada Duct Academic Institution. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara persepsi risiko dengan sikap penggunaan pembelian secara online. Dalam penelitian Nazar dan Syahran (2008) menyebutkan bahwa persepsi risiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat penggunaan sistem e-commerce. Responden berpendapat bahwa sebelum mereka melakukan transaksi dengan web ecommerce mereka akan mengumpulkan informasi mengenai web tersebut. Berdasarkan informasi tersebut responden dapat memprediksi seberapa besar resiko yang dihadapinya ketika akan berbelanja online. Semakin banyak informasi yang bersifat positif mengenai web e-commerce, semakin kecil resiko yang akan dihadapi oleh responden. Krisnu Putra Yutadi (2014) menyatakan bahwa tindakan mengurangi atau menurunkan tingkat risiko akan berpengaruh pada sikap serta akan meningkatkan penggunaan sistem e-commerce. Berdasarkan studi yang telah diuraikan tersebut, peneliti merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut: H3:
Perceived
risk
berpengaruh
positif
penggunaan sistem e-commerce
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap
perilaku