BAB II TINJAUAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2005:4) Manajemen Keuangan
(financial management) atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh asset, mendanai asset dan mengelola asset untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Menurut James C Van Horne (2004:714) Manajemen keuangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan atkiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.
2.2
Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Ruang lingkup sesungguhnya hanya mencakup tiga hal utama, yaitu
keputusan keuangan, keputusan investasi, dan kebijakan dividen. 1. Keputusan Keuangan (Financial Decision), semua keputusan manajerial yang dilakukan untuk mencari dana. Keputusan itu tercermin pada sisi kanan neraca, yang mengungkapkan seberapa besar porsi utang dan ekuitas suatu perusahaan. Contoh keputusan keuangan adalah menentukan berapa banyak obligasi (utang
6
7
jangka panjang) yang harus ditambah dan berapa banyak saham biasa baru yang perlu diterbitkan. 2. Keputusan Investasi (Investment Decision), segala keputusan manajerial yang dilakukan untuk mengalokasikan dana pada berbagai macam aktiva. Dapat pula dikatakan bahwa keputusan investasi adalah keputusan bisnis, di luar keputusan keuangan. Keputusan itu tercermin pada sisi kiri neraca, yang mengungkapkan aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya yang dimiliki perusahaan. Contoh keputusan investasi adalah menentukan apakah aktiva tetap yang sekarang dimiliki sebaiknya diganti dengan aktiva baru, apakah pembangunan gedung baru sudah layak dijalankan. 3. Kebijakan Dividen (Dividend Policy), seluruh kebijakan manajerial yang dilakukan untuk menetapkan berapa besar laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar laba bersih yang tetap ditahan (retanined earning) untuk cadangan investasi tahun depan. Kebijakan itu akan tercermin dari besarnya perbandingan laba yang dibayarkan sebagai dividen terhadap laba bersih
(dividend payout). Contoh kebijakan dividen adalah
menetapkan apakah persentase pembagian dividen saat ini perlu ditingkatkan atau tetap dipertahankan sebagimana pada tahun sebelumnya.
2.3
Investasi Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk
satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.”
8
Menurut
Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi
merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain.
2.4
Klasifikasi Usulan Investasi Menurut Dr. Darmawan Sjahrial, MM (2008:20) secara umum investasi
jangka panjang ini dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu:
1. Investasi Penggantian (Replacements) Investasi penggantian asset karena sudah usang atau karena adanya teknologi yang baru. 2. Investasi Perluasan (Expansion) Investasi perluasan berupa penambahan kapasitas produksi karena adanya kesempatan usaha yang lebih baik. 3. Investasi Pertumbuhan (Growth) Investasi pertumbahan menyangkut penembahan produk baru atau diversivikasi produk. 4. Investasi Lain-Lain (Others) Investasi lain yang tidak termasuk kedalam ketiga kategori tersebut meliputi peralatan pengendalian polusi dan investasi peningkatan keselamatan kerja.
9
2.5
Penganggaran Modal (Capital Budgeting) Penganggaran modal atau capital budgeting adalah proses kegiatan yang
mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir). Karena waktunya panjang, maka risikonya tinggi. Oleh sebab itu, para perencana investasi jangka panjang harus mampu memprediksi pendapatan dan biaya di masa depan. Menurut James C Van Horne (2004:324) Penganggaran modal adalah proses pengidentifikasi, menganalisa, dan memilih proyek investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun. Penganggaran modal meliputi seluruh periode investasi yang mencakup pengeluaran-pengeluaran (cost) dan manfaat (benefit) yang dikuantifikasi, sehingga memungkinkan untuk diadakan penilaian dan membandingkannya dengan alternatif investasi lainnya. Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa alternatif investasi yang tersedia, untuk kemudian menetapkan atau memilih investasi yang paling menguntungkan. Ketidaktepatan dalam menetapkan pilihan investasi akan menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian ril ataupun kerugian karena kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat yang lebih menguntungkan (opportunity cost) yang sebenarnya dapat
10
diwujudkan. Analisis investasi akan menyeleksi kesempatan-kesempatan investasi yang ada, sehingga dapat dipilih investasi yang memberikan manfaat terbesar dari setiap rupiah dana yang diinvestasikan.
2.6
Arus Kas Masalah yang sering dihadapi dalam analisis investasi adalah kemampuan
mengidentifikasi arus kas (cash flow). Dalam analisis investasi, arus kas adalah dasar perhitungan yang akan ditemui para analis. Dalam banyak kasus perhitungan, arus kas akan dikaitkan dengan perhitungan laba1. Dalam analisis investasi banyak digunakan konsep arus kas untuk menilainya dan terdapat berbagai macam arus kas yang timbul dalam analisis investasi. Arus kas investasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow) Untuk menentukan initial cash flow ini, pola aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran investasi harus diidentifikasi, misalnya pembayaran untuk tanah, pematangannya, pembuatan pabrik dan perlengkapannya, pembayaran mesin-mesin dan sebagainya. Sebagi tambahan pengeluaran-pengeluaran untuk biaya-biaya pendahuluan dan sebelum operasi, termasuk juga penyediaan modal kerja, perlu dimasukan. Karena itulah, mungkin sekali untuk proyekproyek besar, initial cash flow ini tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapi terjadi beberapa kali pada tahun ke-1, tahun ke-2, dan seterusnya. 2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow) 1
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000
11
Penentuan/estimasi tentang berapa besarnya operational cash flow setiap tahunnya, merupakan titik permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan investasi tersebut. Kebanyakan cara yang dipergunakan untuk menaksir operational cash flow setiap tahunnya adalah dengan “menyesuaikan” taksiran rugi/laba
yang
disusun
berdasarkan
prinsip-prinsip
akuntansi
dan
menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya buka tunai (penyusutan misalnya). 3. Aliran Kas Terminal (Terminal Cash Flow) Terminal cash flow umumnya terdiri dari cash flow nilai sisa (residu) investasi tersebut dan pengembalian modal kerja dimana pengembalian modal kerja ini terjadi apabila proyek sudah berakhir dan modal kerja tidak lagi diperlukan maka modal kerja ini akan kembali sebagai aliran kas masuk pada akhir usia proyek. Beberapa proyek masih mempunyai nilai sisa meskipun aktiva-aktiva tetapnya sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Aliran kas dari nilai sisa ini perlu pula dihubungkan dengan pajak yang mungkin dikenakan.
2.7
Biaya Modal Modal adalah dana yang digunakan untuk membayai aktiva dan operasi
perusahaan. Modal terdiri dari hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan: 1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimumkan.
12
2. Keputusan penggagaran modal (capital budgeting) memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal. 3. Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal. Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan di himpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu. Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal (Weighted Cost of Capital atau WACC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable) tidak dperhitungkan dalam perhitungan WACC. Hutang wesel (notes payable) ata hutang jangka pendek yang berbunga (Short-term Interest-bearing debt) dimasukkan dalam perhitungan WACC hanya jika hutang tersebut merupakan bagian dari pembelanjaan tetap perusahaan bukan merupakan pembelanjaan sementara. Pada umumnya hutang jangka panjang dari modal sendiri merupakan unsur untuk menghitung WACC. Dengan demikian kita harus menghitung: 1)
13
Biaya Hutang (cost of debt), 2) Biaya laba ditahan (cost of retained earning), 3) Biaya saham Biasa Baru (cost of new common stock), dan 4) Biaya Saham Preferen (cost of preferred stock). Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis) karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relefan untuk keputusan investasi. Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain: 1. Keadaan-keadaan umum perekonomian. Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko. 2. Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah. 3. Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen. Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula. 4. Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan. Asumsi-asumsi dalam model biaya modal diantaranya: 1. Risiko bisnis bersifat konstan. Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan kebijakan
14
manajemen investasi. Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada. 2. Risiko keuangan bersifat konstan. Risiko keuangan didefinisikan sebagai peningkatan variasi return atas saham umum karena bertambahnya pemanfaatan sumber pembiayaan hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber individual merupakan fungsi dari struktur keuangan berjalan. 3. Kebijakan dividen bersifat konstan. Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan.
2.8
Biaya Ekuitas Biaya ekuitas (cost of equity) merupakan biaya yang timbul dari
penggunaan dana yang berasal dari investor, berupa ekuitas. Biaya ekuitas mencerminkan tingkat hasil (return) yang dituntut pemegang saham. Biaya ekuitas tidak dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu perlu metode khusus untuk menentukannya. Terdapat dua metode yang umum digunakan, yaitu: 1. Dividen Discount Model (DDM) Dividen Discount Model (DDM) adalah salah satu metode klasik yang digunakan untuk menentukan harga wajar saham. Idenya sederhana, harga wajar dari suatu saham merupakan present value dari seluruh dividen yang
15
akan didapatkan di masa datang. Pemikirannya cukup logis karena memang jika seorang investor membeli suatu saham dan memegangnya selamalamanya, maka hasil investasinya hanyalah dividen yang diberikan oleh perusahaan. Value perusahaan adalah present value dari potensi keseluruhan dividen yang akan diterimanya. Formula DDM adalah sebagai berikut:
Di mana: V = Harga wajar suatu saham D0 = Dividen tahun sebelumnya g =long term growth k = cost of equity (return minimal yang diharapkan oleh pemegang saham)
2. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Biaya ekuitas seringkali ditentukan dengan konsep CAPM, dalam konsep ini CAPM ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tingkat bunga bebas resiko, beta, dan premi resiko. Ide dasarnya adalah bahwa pemilik modal (investor) menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tingkat bunga bebas resiko. Apabila berinvestasi pada instrument bebas resiko saja, misalkan investor memperoleh
16
9%, maka investor tersebut akan menuntut hasil lebih tinggi karena mengambil risiko yang lebih tinggi. Semakin tinggi risiko yang diambil, investor berharap semakin tinggi hasil yang akan diperoleh (expected return). Rumus dasar perhitungannya adalah sebagai berikut: E(Ri) = Rf + {E(Rm) – Rf}I Keterangan: E(Ri)
: expected return on asset i
Rf
: risk free
E(Rm)
: expected return on market portfolio
I
: beta of asset i
Rm – Rf
: risk premium
2.9
Biaya Hutang Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari
suatau investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan Kd atau (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara: n
Harga obligasi = I + M t=1 (1+Kd)t (1+Kd)n
17
Biaya hutang ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost). Dalam menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (after-tax cost debt). Biaya hutang sesudah pajak = Biaya hutang sebelum pajak x (1 - tingkat pajak)
2.10
Pengertian Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek (biasanya merupakan investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan misalnya, penghematan devisa ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah2.
2.11
Manfaat Studi Kelayakan Proyek Semakin besar proyek yang akan dijalankan, semakin luas dampak yang
terjadi. Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga yang bersifat sosial. 2
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000
18
Karena itu ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis) termasuk di dalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial (social cost and social benefit). Dengan demikian, pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu: 1. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. Misalnya meningkatkan jumlah perdagangan ekspor, menarik minat para investor atau penghematan devisa. Sebagai contoh apabila pemerintah daerah membangun pelabuhan container di sebuah ibu kota propinsi, salah satu tujuan yang ingin dicapai pemerintah daerah adalah menggalakan perdagangan ekspor, impor dan antar pulau dari dan ke propinsi tersebut. 3. Manfaat politis, sosial dan budaya, kalau pemerintah suatu negara membangun berbagai macam proyek di daerah negaranya yang ingin memisahkan diri, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah meredam gejolak yang terjadi di daerah itu.
19
2.12
Siklus Kehidupan Proyek Kehidupan proyek dari saat ia muncul sebagai ide atau gagasan proyek
sampai proyek itu beroperasi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu 3: 1. Tahap pra-investasi (pre-investment phase), tahap pra-investasi meliputi gagasan proyek, pra-studi kelayakan proyek, studi kelayakan proyek dan studi pendukung. Gagasan tentang proyek (project idea) yang akan dibangun merupakan titik berangkat seluruh siklus kehidupan proyek. Karena melihat adanya peluang bisnis yang menjanjikan atau potensi usaha bisnis yang mendatangkan manfaat tertentu, orang perorangan perusahaan atau badan usaha pemerintah mempunyai gagasan membangun proyek baru atau memperluas proyek yang sudah berjalan. Apabila gagasan mendirikan proyek telah dianggap matang, pemrakarsa proyek dapat melangkah ke tahap kedua pra-investasi, yaitu menyelenggarakan pra-studi kelayakan proyek (prefeasibility study) atau evaluasi pendahuluan. Tujuan utama pra-studi kelayakan proyek adalah menemukan faktor-faktor penghambat kritis (the critical factors) yang dapat menghalangi kelancaran operasi proyek (kalau ada). Keputusan yang diambil dari hasil pra-studi kelayakan proyek dapat berupa: membatalkan gagasan proyek, merevisi rencana pembangunan proyek, misalnya merubah lokasi proyek yang direncanakan atau meneruskan kegiatan pra-investasi ketahap selanjutnya, yaitu menyelenggarakan studi kelayakan proyek. Pra-studi kelayakan proyek berfungsi sebagai jembatan antara gagasan proyek dan studi kelayakan proyek. Ia dapat menghemat waktu dan biaya studi. Sebagai contoh 3
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000
20
apabila selama pra-studi kelayakan proyek diketahui gagasan proyek tidak sehat, tahap pra-investasi dapat diakhiri sampai pra-studi kelayakan proyek saja. Apabila hasil evaluasi pra-studi kelayakan proyek menunjukan gambaran yang positif, investor dapat menyelenggarakan studi kelayakan proyek. Fokus penelitian utama studi kelayakan proyek terpusat pada empat macam aspek yaitu: Pasar dan pemasaran barang atau jasa yang akan dihasilkan proyek Teknis dan teknologis Manajemen perusahaan dan sumber daya manusia yang lain Keuangan dan ekonomi 2. Tahap investasi atau pembangunan proyek (investment phase) Tahap kedua siklus kehidupan proyek adalah tahap pembangunan proyek. Selama tahap ini pembangunan proyek yang direncanakan dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan investor selama tahap investasi meliputi design engineering, pembangunan proyek, produksi percobaan dan training tenaga inti dan operator. 3. Tahap operasi proyek (operational phase) Dalam tahap operasi bisnis investor perlu menyusun rencana tahunan dan rencana jangka menengah. Untuk menyusun rencana jangka menengah mereka menganalisis perkembangan lingkungan bisnis ekstern proyek pada masa yang akan datang dan kekuatan dan kelemahan proyek. Selanjutnya mereka menentukan tujuan bisnis yang ingin dicapai selama jangka menengah, serta menyusun strategi untuk mencapai tujuan itu. Anggaran operasi bisnis jangka
21
menengah juga disusun, selanjutnya secara berkala pelaksanaan rencana dan anggaran itu di monitor. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan apabila terjadi penyimpangan yang substansial perlu dianalisis sebab penyimpangan bila penyimpangan bersifat negative perlu disusun terapi untuk mengatasinya.
2.13
Aspek Keuangan dan Ekonomi Studi Kelayakan Proyek Salah satu tujuan investor membangun proyek adalah ingin mendapatkan
manfaat finansial, antara lain memperoleh keuntungan yang optimal oleh karena itu dalam setiap studi kelayakan dilakukan evaluasi kelayakan rencana pembangunan proyek ditinjau dari segi keuangan4. Fokus evaluasi aspek keuangan studi kelayakan proyek terpusat pada lima hal, yaitu : 1. Menyusun anggaran investasi yang dipergunakan untuk mempersiapkan, membangun dan mengoperasikan proyek. 2. Menyusun struktur dan sumber pendanaan proyek. 3. Menghitung standar biaya produksi dan biaya operasional tahunan. 4. Menganalisis kemampuan proyek menghasilkan keuntungan 5. Analisis break event point
4
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000
22
2.13.1 Jenis dan Jumlah Anggaran Investasi Jumlah anggaran investasi proyek dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Anggaran pra-investasi (pre-investment expenses budget), yaitu dana yang diperlukan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran yang diperlukan untuk menyiapkan pembangunan dan pengoperasian proyek. Termasuk dalam anggaran pra-investasi adalah : Biaya pra-studi kelayakan proyek, riset pasar dan pemasaran, biaya studi kelayakan proyek, tes laboratorium, bahan baku produk, Biaya pembentukan badan usaha yang akan memiliki dan mengelola proyek, Biaya pengurusan berbagai macam perizinan, termasuk izin investasi, izin operasi, izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin ekspor atau impor produk dan sebagainya, Biaya perjalanan inspeksi sarana produksi yang akan dibeli, Biaya persiapan dan pelaksanaan tender pasokan sarana produksi dan pembangunan fisik proyek Biaya rekrutment dan training tenaga operator 2. Anggaran modal tetap (fixed investment budget), yaitu dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan barang modal atau sarana produksi dan hal-hal yang bersangkutan dengan pengadaan barang modal. Termasuk dalam pos-pos anggaran modal tetap adalah :
23
Biaya pengadaan dan pematangan tanah, biaya pengadaan tanah terdiri dari biaya pembelian ditambah dengan biaya balik nama, pengurusan izin penggunaan, pematangan dan penyiapan tanah. Konstruksi infrastruktur publik setempat Konstruksi gedung dan bangunan lain, yang dimaksud dalam pos anggaran pembangunan gedung dan bangunan lain adalah pembangunan gedung utama (misalnya pabrik, bangunan hotel, perkantoran dan sebagainya), pagar keliling, jalan dalam komplek, rumah diesel, gudang, kantor, perumahan karyawan, laboratorium, kantin, puskesmas, tempat parkir, sumur artesis, sarana pengolahan limbah dan lain-lain. Pembelian sarana produksi, sarana produksi utama seperti mesin dan peralatan, kapal terbang niaga, kapal laut, armada bis, peralatan medis, elevator, escalator dan sebagainya) Pembelian sarana angkutan, untuk hal ini tergantung dari bidang usaha proyek yang akan dibangun sarana angkutan dapat menjadi sarana produksi utama, dapat pula menjadi sarana pembantu. Pembelian meubel, peralatan kantor, dan sarana telekomunikasi, termasuk dalam pos anggaran ini adalah dana pembelian meja, kursi, lemari, pesawat telepon, telefax, e-mails, personal computer dan lain-lain Biaya produksi percobaan dan inspeksi, apabila biaya produksi percobaan dan inspeksi konstruksi sarana produksi utama tidak termasuk dalam kontrak pembelian sarana produksi, biaya ini dihitung tersendiri.
24
Bunga kredit selama masa konstruksi dan instalasi proyek (interest during construction period-IDC), oleh karena selama masa pembangunannya proyek baru belum menghasilkan uang biasanya kreditur member kelonggaran untuk menunda pembayaran bunga kredit yang mereka berikan kepada investor. Bunga kredit yang ditunda pembayarannya itu secara kumulatif dimasukan dalam anggaran modal tetap. 3. Anggaran modal kerja awal (initial working capital budget), yaitu dana yang diperlukan untuk mengoperasikan proyek pada tahun pertama operasi bisnis. Jumlahnya dihitung secara neto yaitu jumlah modal kerja bruto (aktiva lancar) dikurangi utang dagang (utang jangka pendek) dari perusahaan-perusahaan pemasok. Modal kerja bruto menunjukan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar yang terdiri dari persediaan (bahan baku, pembantu, dan barang jadi), piutang dagang dan untuk persediaan uang kas/bank. Suatu hal yang perlu kita sadari adalah bahwa kebutuhan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan. Misalnya, perusahaan yang menganut kebijakan menjual secara kredit tentu membutuhkan modal kerja yang lebih banyak dari pada perusahaan yang menjual secara tunai. Dengan demikian kita bisa menaksir kebutuhan modal kerja tersebut dengan jalan menaksir berapa banyak dana yang diperkirakan akan tertanam pada komponen-komponen modal kerja. Dalam estimasi kebutuhan modal kerja selama usia proyek perlu diperhatikan kemungkinan adanya perubahan kebutuhan modal kerja tersebut. Umumnya
25
dalam perkembangan proyek ini akan terjadi peningkatan kebutuhan modal kerja. Pada akhir usia proyek, modal kerja ini akan menjadi salah satu komponen yang membentuk cash flow. Dari 3 golongan anggaran investasi proyek di atas maka jumlah anggaran investasi proyek sama dengan anggaran pra-investasi ditambah anggaram modal tetap dan anggaran modal kerja awal netto.
2.13.2 Struktur dan Sumber Pendanaan Proyek Dana
menengah-panjang
yang
dipergunakan
untuk
mendanai
pembangunan dan pengoperasian proyek dapat diperoleh dari pemilik proyek dan pinjaman dari pihak ketiga. Dana dari pemilik proyek lazim disebut dana modal sendiri. Dalam hal bentuk hukum perusahaan perseroan terbatas, dana modal sendiri disebut modal saham. Pinjaman jangka menengah/panjang dari pihak ketiga antara lain berbentuk kredit bank, leasing barang modal, obligasi dan kredit ekspor barang modal5. Kredit bank jangka menengah-panjang menjadi salah satu bentuk pinjaman yang dapat dipergunakan untuk mendanai proyek. Biaya kredit bank adalah bunga kredit yang dibayar tiap masa tertentu. Suku bunga kredit dapat ditentukan secara tetap atau mengambang. Pembayaran kembali kredit bank dilakukan secara menyicil. Jumlah cicilan tiap masa tertentu disesuaikan dengan likuiditas keuangan proyek. Untuk itu diperlukan proyeksi arus kas proyek, minimum dalam jangka waktu perjanjian kredit untuk bank kreditur sedangkan 5
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000.
26
untuk investor jangka waktu proyeksi arus kas sebaiknya sama dengan umur teknis proyek. Untuk menghindari kesalahan dalam menaksir aliran kas proyek, maka cara termudah yang kita gunakan adalah kita perlakukan proyek tersebut sebagai suatu proyek yang terpisah dari kegiatan perusahaan yang barangkali sudah ada. Dengan demikian kita tidak perlu menghadapi kemungkinan terjadinya “overlapping” antara aliran kas proyek tersebut dengan aliras kas kegiatan perusahaan yang lain. Kemudian untuk proyek tersebut kita juga pisahkan aliran kas yang timbul karena keputusan pembelanjaan dengan aliran kas yang terjadi karena investasi dalam proyek tersebut. Ini berarti kalu proyek itu kemudian membayarkan deviden, bunga, melunasi pinjaman, membayar kembali modal sendiri, kita tidak perlu mengurangkannya sebagai aliran kas keluar.
2.13.3 Standar Biaya Produksi dan Operasional Tahunan Standar biaya tahunan diperlukan antara lain sebagai bahan masukan menyusun proyeksi perkiraan laba/rugi. Sedangkan proyeksi perkiraan laba/rugi dipergunakan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi kemampuan proyek mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu di hampir semua studi kelayakan disusun proyeksi standar biaya tahunan proyek yang akan dibangun 6. Beban biaya yang ditanggung proyek dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu 6
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000.
27
1. Biaya Variabel Biaya variabel total jumlahnya tiap masa tertentu (misalnya tiap tahun) berubah-ubah sesuai dengan jumlah satuan produk yang berhasil di produksi atau dijual pada masa itu. Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa tertentu naik, jumlah biaya variabel total yang ditanggung proyek juga naik. Sebaliknya apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa yang lain turun, jumlah biaya variabel secara keseluruhan juga turun. Dalam proyek industri manufaktur termasuk dalam jenis biaya variabel adalah biaya bahan baku produk, bahan pembantu dan upah borongan buruh. Jumlah beban biaya variabel juga sering disebut sabagai biaya pokok penjualan (cost of good sold). Apabila biaya pokok penjualan tiap masa tertentu dikurangkan dari jumlah hasil penjualan tiap masa tertentu dikurangkan dari jumlah hasil penjualan neto produk pada masa yang sama, akan diperoleh laba kotor yang diharapkan dari proyek selama masa tersebut. 2. Biaya Tetap Yang termasuk dalam kategori biaya tetap adalah biaya dan pengeluaran yang bebannya tiap masa tertentu tetap, walaupun terjadi perubahan jumlah produksi/penjualan. Secara umum beban biaya tetap proyek tiap masa tertentu terdiri dari pos-pos biaya: Biaya Pemasaran, termasuk dalam pos biaya tetap ini adalah biaya pemasangan iklan produk, riset pemasaran, promosi penjualan, sampel produk dan biaya pameran.
28
Gaji dan Jaminan sosial, termasuk dalam pos biaya tetap ini adalah gaji para anggota Board of Directors, manajemen perusahaan dan karyawan tetap, ditambah tunjangan hari raya, pengobatan, providen funds dan bonus. Biaya administrasi & umum, termasuk biaya perjalanan dinas, biaya telpon, pos, telefax, e-mail, listrik, stationeries, servis dan reparasi kendaraan dinas dan peralatan kantor. Biaya keuangan, pos biaya keuangan yang terbesar adalah bunga pinjaman/kredit yang dipergunakan untuk membangun dan mengoperasikan proyek. Di samping itu juga sewa leasing barang modal yang dipergunakan proyek dan bunga obligasi (jika ada). Penyusutan, harta tetap (kecuali tanah) dan harta tak berwujud yang dimiliki proyek tiap tahun disusutkan. Persentase penyusutan tiap jenis harta tetap ditentukan oleh pemerintah masing-masing negara dimana proyek dibangun. Premi asuransi, harta tetap, persediaan dan kadang-kadang juga piutang dagang diasuransikan. Premi asuransi harta proyek tersebut dimasukan sebagai pos biaya tetap. Royalty/technical assistance fee, terutama bagi proyek-proyek yang menyewa teknologi. Di samping itu pemilik proyek juga berkewajiban membiayai jaminan sosial tenaga ahli yang diperbantukan untuk ikut mengoperasikan proyek, termasuk dalam jaminan sosial tersebut adalah perumahan dan pengobatan.
29
2.13.4 Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas rencana pembangunan proyek dapat dilakukan dengan mempergunakan dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode discounted cash flow. Perbedaan utama kedua metode tersebut terletak dalam penggunaan nilai waktu uang untuk menganalisis prospek profitabilitas proyek. Metode konvensional tidak menggunakan nilai waktu uang, sedangkan metode discounted cash flow mempergunakannya7. Metode
konvensional
mempergunakan
dua
macam
tolok
ukur
profitabilitas, yaitu: 1. Average Rate of Return, persentase average rate of return dihitung dengan jalan membagi rata-rata keuntungan proyek selama masa tertentu dengan ratarata investasi dana. Jumlah rata-rata keuntungan proyek diperoleh dengan jalan membagi jumlah seluruh laba sesudah pajak yang dikumpulkan selama masa tertentu dibagi dengan masa tersebut. Sedangkan jumlah rata-rata investasi (yang juga disebut depreciable base capital) dihitung dengan rumus : (I – SV) + SV n di mana I adalah simbol jumlah investasi proyek, n adalah simbol jumlah masa tertentu, misalnya tiga atau sepuluh tahun, SV adalah simbol salvage value yaitu nilai sisa harta tetap proyek pada akhir masa tertentu. Salvage value sama dengan jumlah anggaran investasi modal tetap dikurangi kumulasi penyusutan nilai modal tetap proyek (kecuali tanah).
7
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000.
30
Semakin besar ARR, semakin disukai oleh calon investor. Pemakaian kriteria ini harus menentukan terlebih dahulu berapa besar keuntungan yang diisyaratkan sebagai patokan. Bila ARR yang ditawarkan kurang dari keuntungan yang diisyaratkan tersebut, maka usulan investasi tidak akan disetujui. Kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan ARR dengan tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Suatu usaha dikatakan layak jika ARR lebih besar dari tingkat keuntungan yang diisyaratkan, jika ARR lebih rendah dari tingkat keuntungan yang diisyaratkan maka usaha tersebut tidak layak. 2. Payback Period, yang dimaksud dengan payback period adalah jangka waktu yang
diperlukan
proyek
untuk
mengumpulkan
dana
intern
guna
mengembalikan seluruh dana yang telah dipergunakan untuk membangun proyek. Apabila payback period sama atau lebih pendek dari jangka waktu yang diinginkan pemiliknya, proyek tersebut dianggap cukup menarik. Hal itu disebabkan karena semakin pendek payback period semakin kecil resiko investasi proyek. Sebaliknya semakin panjang payback period semakin besar resiko investasi proyek. Metode analisis profitabilitas rencana investasi proyek dengan tolok ukur payback period dibedakan menjadi dua macam, yaitu Metode menghitung payback period dengan jumlah net cash flow tahunan sama, contoh perhitungan : diumpamakan nilai investasi proyek Rp 10.000 juta, laba sesudah pajak tiap tahun Rp. 600 juta, penyusutan tiap tahun Rp. 800 juta jumlah net cash flow tiap tahun sama dengan Rp. 600 juta + Rp.
31
800 juta = Rp. 1.400 juta. payback period sama dengan (10.000 : 1.400) x 1 tahun = 7 tahun. Metode menghitung payback period dengan jumlah net cash flow tahunan berbeda, dihitung dengan jalan memperbandingkan jumlah net cash flow kumulatif tiap akhir masa tertentu dengan jumlah dana investasi proyek. Untuk metode discounted cash flows mempergunakan tiga macam tolok ukur, yaitu: 1. Net Present Value, NPV adalah tolok ukur analisis profitabilitas rencana investasi proyek pertama yang memperhatikan nilai waktu uang dimana jumlah present value seluruh net cash flows tahunan selama masa tertentu dan salvage value proyek, dikurangi jumlah investasi proyek. Apabila NPV positif, dipandang dari segi profitabilitas proyek yang akan dibangun cukup layak. Di lain pihak apabila NPV negatif, proyek yang direncanakan akan dibangun tidak layak. Yang dimaksud NPV positif adalah sisa jumlah present value net cash flows dan salvage value dikurangi jumlah nilai investasi proyek positif. Rumus matematis menghitung NPV di atas sebagai berikut:
2. Internal Rate of Return, IRR adalah discount rate (r) yang bilamana dipergunakan untuk mendiskontokan seluruh net cash flows dan salvage value
32
akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan jumlah investasi proyek. Tolok ukur ini menggambarkan tingkat keuntungan (the rate of return) yang diharapkan dapat diterima pemilik proyek dari jumlah seluruh dana yang telah mereka tanamkan untuk membangun proyek. Dengan kata lain IRR adalah persentase keuntungan senyatanya yang akan diperoleh investor dari proyek yang mereka bangun. Rumus menghitung IRR sebagai berikut:
3. Profitability Index, tolok ukur ini hampir sama dengan tolok ukur NPV, dalam analisis PI jumlah present value seluruh net cash flow dan salvage value dibandingkan dengan jumlah investasi proyek. Apabila jumlah present value net cash flow dan salvage dibagi dengan jumlah investasi proyek hasilnya lebih dari satu, proyek tersebut dianggap cukup sehat. Sebaliknya apabila hasil pembagian tersebut kurang dari satu, rencana pembangunan proyek yang bersangkutan dianggap kurang sehat. Rumus PI :
di mana,
33
PI = nilai PI yang dicari nilai nya PV kas masuk = nilai PV arus kas masuk atau arus kas operasional PV kas keluar = nilai PV arus kas keluar atau arus kas awal 4. Analisa break even point, yang dimaksud dengan jumlah penjualan pada break even point adalah jumlah penjualan tiap masa tertentu (misalnya satu tahun) dimana proyek tidak memperoleh keuntungan tetapi juga tidak menderita kerugian. Jumlah hasil penjualan break even point produk (dalam satuan) dapat dihitung dengan mempergunakan rumus yang berikut: BEP = BT/h – bv di mana BEP adalah simbol jumlah satuan penjualan break even yang dicari, BT adalah simbol jumlah biaya tetap yang ditanggung proyek tiap masa tertentu, misalnya satu tahun, h adalah simbol harga jual tiap satuan produk yang direncankan, sedangkan bv adalah simbol jumlah biaya variabel tiap satuan produk.
2.14
Resiko Proyek Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada satu pun usaha bisnis atau proyek
yang luput dari resiko. Usaha bisnis yang sudah dijalankan perusahaan dengan baik selama bertahun-tahun, karena berbagai macam sebab mendadak terpurukpuruk jalannya8. Contoh sebab keterpurukan usaha bisnis adalah permintaan produk yang dihasilkan perusahaan merosot tajam. Contoh lain harga bahan baku 8
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000.
34
produk yang dihasilkan meningkat tajam sehingga biaya produksi ikut meningkat tajam. Akibatnya keuntungan perusahaan yang bersangkutan merosot dan kemampuannya memenuhi kewajiban finansial, termasuk membayar dividen, bunga, dan pinjaman ikut menurun. Jerome Osteryoung dalam bukunya Capital Budgeting, Long Term Asset Selection menyatakan resiko adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Seorang pengusaha yang menganggap tidak akan ada resiko pada saat memutuskan membangun proyek, telah melakukan kesalahan yang fatal. Pernyataan Jerome di atas adalah sebagai berikut “Risk is unavoidable. To pretend it does not exist when making decision to build projects is a serious error”. Menurut Jerome Osteryoung op cit resiko tidak sama dengan ketidakpastian, resiko adalah hasil (yang tidak menyenangkan) dari keputusan, yang dapat diperhitungkan sebelumnya. Adapun ketidakpastian adalah hasil sesuatu keputusan yang sulit diterka sebelumnya. Robert J Brent membedakan resiko dan ketidakpastian berdasarkan fakta dapat diperhitungkannya probabilitas dampak komponen penentu terhadap hasil usaha, misalnya penurunan harga produk yang dihasilkan perusahaan. Apabila probabilitas dampak komponen penentu terhadap hasil usaha masih dapat diperkirakan sebelumnya, hal itu disebut resiko. Sedangkan apabila probabilitas dampak komponen penentu tidak dapat diperkirakan sebelumnya hal itu disebut ketidak pastian. Oleh karena itu resiko juga dapat disebut ketidakpastian yang dapat diukur dampaknya.
35
2.14.1 Jenis Resiko Investasi Proyek Resiko ketidak berhasilan proyek ditanggung investor dan penyandang dana yang lain, termasuk para kreditur. Berbagai jenis resiko dapat muncul di tiap tahap dari tiga tahap pembangunan dan pengoperasian proyek yang berikut 9. 1. Pada Tahap Konstruksi Proyek (Contruction and Engineering Phase) Yang dimaksud dengan resiko pada tahap konstruksi adalah kemungkinan kegiatan konstruksi proyek tidak dapat diselesaikan atau penyelesaiannya tertunda. Selama tahap konstruksi proyek sebagain terbesar dana pembangunan dibelanjakan. Proyek yang konstruksinya tidak dapat diselesaikan (lazim disebut dengan istilah “a dead horse” merupakan salah satu resiko yang paling tidak disukai, baik oleh pemilik proyek maupun oleh kreditur. Apabila penyebab proyek tidak dapat diselesaikan adalah karena kekurangan dana, proyek seperti itu sukar sekali dicairkan tambahan dana pinjaman. Oleh karena itu dalam kasus seperti itu penambahan dana menjadi tanggung jawab pemilik proyek. Proyek yang tidak selesai dibangun juga sulit dicarikan pengambilan alih proyek dengan harga yang wajar. Dalam keadaan seperti itu posisi tawar (bargaining position) pemilik proyek biasanya lemah. Konstruksi proyek tidak dapat diselesaikan atau tertunda penyelesaiannya dapat terjadi karena sebab-sebab ekonomis, finansial, atau teknis. Termasuk dalam daftar penyebab tersebut adalah: 9
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000.
36
Tingkat inflasi di dalam negeri yang lebih tinggi dari yang diprediksikan tim studi kelayakan. Tingkat inflasi yang tinggi dapat menaikan harga komponen fisik proyek, misalnya bahan bangunan dan sarana produksi yang akan dipergunakan proyek secara tidak proporsional, Jumlah dana yang diperlukan untuk membangun proyek ternyata lebih besar dari yang dianggarkan. Dalam istilah asing kekurangan dana untuk membangun proyek disebut capital cost overrun. Sebagai catatan jumlah dana membangun proyek yang lebih tinggi dari yang dianggarkan dalam studi kelayakan proyek, sehingga membutuhkan tambahan dana, nantinya dapat mempengaruhi prospek profitabilitas dan likuiditas keuangan proyek. Pasokan
sarana
produksi
dari
produsennya
terhambat.
Akibatnya
penyelesaian konstruksi proyek secara keseluruhan juga terhambat. Terjadi berbagai macam hambatan pada perusahaan kontraktor yang ditugaskan membangun proyek, Terjadi bencana alam atau gangguan sosial-politik di daerah lokasi atau letak proyek. 2. Pada Tahap Operasi Percobaan (Start Up Phase) Konstruksi dan instalasi proyek dapat selesai seperti yang dijadwalka belum berarti ada jaminan operasi proyek yang dibangun akan berjalan mulus. Agar proyek yang bersangkutan dapat berjalan seperti direncanakan, ia harus dapat menghasilkan produk dengan mutu dan spesifikasi seperti yang direncanakan. Proyek harus mampu memproduksi produk dalam jumlah yang
37
sesuai dengan kapasitas produksi ekonomis dan dengan biaya produksi seperti yang ditentukan sebelumnya. Semua ketentuan di atas akan dicoba hasilnya dalam tahap operasi percobaan. Setiap penyimpangan dari ketentuan produksi yang telah ditetapkan dapat menyebabkan penyimpangan kinerja proyek, baik dari segi pemasaran produk, produksi maupun keuangan. Resiko penyimpangan dalam tahap operasi percobaan dapat berlangsung lama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Resiko penyimpangan dalam tahap konstruksi dan operasi percobaan yang ditanggung pemilik proyek dan kreditur dapat diperkecil dengan jalan mengadakan turn key project agreement dengan perusahaan pemasok sarana produksi utama. Dalam perjanjian pembangunan proyek seperti ini, perusahaan pemasok sarana produksi utama sekaligus ditugaskan menjadi kontraktor pembangunan proyek. Dengan demikian mereka bertanggung jawab terhadap terselesaikannya konstruksi dan mutu kinerja operasi proyek seperti yang disetujui dalam kontrak pengadaan sarana produksi dan konstruksi proyek. 3. Pada Tahap Operasional Proyek (Operation Phase) Berbagai macam resiko dapat muncul selama masa operasi bisnis proyek. John D. Finnerty Ph.D, ibid mengutarakan termasuk dalam resiko selama masa operasi bisnis proyek adalah: Resiko ekonomis (economic risk), selama masa operasi proyek dapat timbul perubahan kehidupan ekonomi nasional atau internasional yang kurang menguntungkan. Contoh perubahan ekonomi internasional adalah krisis moneter yang melanda Negara-negara Asia pada tahun 1997. Krisis moneter
38
tadi telah menyebabkan runtuhnya banyak perusahaan besar di berbagai Negara, termasuk Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Sudah tentu perubahan kehidupan ekonomi seperti itu menyebabkan berbagai macam proyeksi ekonomis-keuangan yang disusun selama studi kelayakan proyek tidak tercapai. Karena
krisi
ekonomi-moneter selama
masa
operasi
proyek ada
kemungkinan jumlah permintaan pasar akan produk lebih rendah dari yang diproyeksikan. Sedangkan jumlah perusahaan saingan tidak berubah. Akibatnya persaingan pasar menjadi semakin sengit dan harga jual produk juga dapat lebih rendah dari yang diprediksikan semula. Proyek tidak dapat menghasilkan dana yang cukup untuk membiayai operasinya. Ada kemungkinan besar proyek tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya kepada pemegang saham dan pihak ketiga, termasuk para kreditur. Resiko teknologis (technological risk), resiko teknologis muncul apabila kinerja teknologi yang dipergunakan proyek tidak sama dengan yang dijanjikan perusahaan pemasok teknologi. Resiko teknologi juga dapat timbul apabila muncul teknologi baru yang dapat menghasilkan produk yang lebih kompetitif. Dalam keadaan seperti itu teknologi yang dipergunakan proyek menjadi kuno atau absolete, sehingga kelancaran penjualan produk yang dihasilkan terganggu. Resiko pasokan bahan baku (raw materials supply risk), resiko pasokan bahan baku lebih terasa pada proyek-proyek yang bergerak pada bidang
39
usaha pengolahan kekayaan alam seperti pengolahan bahan baku perkebunan, kekayaan laut, pertanian dan pertambangan. Resiko pasokan bahan baku dapat menyangkut faktor jumlah pasokan, mutu dan spesifikasi bahan, kenaikan harga bahan serta kelangsungan pasokan karena persediaan sumber pasokan telah menipis. Resiko keuangan (financial risk), tingkat suku bunga kredit dalam valuta asing yang dipinjam pemilik proyek dapat ditentukan secara mengambang (floating rate of interest). Apabila selama tahap operasional proyek suku bunga kredit meningkat, kemampuan proyek membayar bunga dapat terganggu salah satu cara memperkecil resiko tersebut adalah melakukan perjanjian suku bunga secara tetap (fixed rate of interest) dengan kreditur. Cara yang lazim dipergunakan dalam dunia perbankan adalah dengan mengadakan perjanjian interest rate swap agreement. Dalam perjanjian ini pemilik proyek/debitur mengadakan perjanjian dengan bank kreditur dan lembaga keuangan lain (hedger). Dalam perjanjian itu lembaga keuangan hedger bersedia “membebani” suku bunga tetap atas kredit yang di pinjam pemilik proyek kepada bank kreditur. Dalam suku bunga tetap tersebut telah mereka masukan spread
keuntungan mereka. Selanjutnya
mereka
mengambil alih kewajiban membayar bunga pemilik proyek. Dengan perkataan lain mereka bersedia membayar bunga kredit yang di pinjam pemilik proyek kepada bank kreditur dengan suku bunga mengambang. Apabila pada saat pembayaran bunga telah jatuh tempo suku bunga kredit di pasar uang meningkat, lembaga keuangan tersebut akan merugi, sedangkan
40
apabila suku bunga menurun mereka beruntung. Sebagai catatan suku bunga kredit di pasar uang tiap masa tertentu (misalnya tiap tiga bulan sekali) dipergunakan sebagai patokan tingginya suku bunga kredit yang mengambang. Manfaat interest rate swap agreement bagi pemilik proyek adalah walaupun mereka meminjam kredit dengan suku bunga mengambang, mereka membayar bunga dengan suku bunga tetap. Resiko kenaikan suku bunga mereka limpahkan kepada lembaga keuangan hedger. Resiko kurs nilai tukar mata uang (currency risk), kurs nilai tukar mata uang nasional terhdap mata uang asing dapat naik-turun. Bagi proyek yang produknya di ekspor atau bahan bakunya di impor dari luar negeri, perubahan kurs nilai tukar mata uang dengan Negara importir produk atau eksportir bahan baku menjadi salah satu resiko selama tahap operasi. Apabila kurs nilai tukar mata uang nasional menguat terhadap mata uang negara importir produk, hasil penjualan produk yang dihasilkan proyek dalam mata uang nasional menurun. Sedangkan apabila nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang negara eksportir bahan baku dan bahan pembantu melemah, biaya produksi produk yang dihasilkan proyek akan meningkat. Hal serupa terjadi apabila proyek meminjam kredit dalam satuan mata uang asing. Apabila kurs nilai tukar nasional melemah terhadap satuan mata uang asing kredit yang dipinjam, jumlah kredit yang terutang proyek dan bunga dalam satuan mata uang nasional meningkat. Hal itu sangat memberatkan
41
keuangan proyek apabila produk dijual di dalam negeri, dengan harga dalam satuan mata uang nasional. Resiko naik atau turunnya nilai tukar mata uang asing dapat dikurangi dengan jalan mengadakan perjanjian foreign exchange swap agreement yang prosedurnya hampir sama dengan interest swap agreement. Resiko politik (political risk), dalam dunia investasi proyek yang dimaksud dengan resiko politis adalah kebijaksanaan ekonomi pemerintah negara di mana proyek dibangun atau pemerintah negara importir produk, yang tidak menguntungkan proyek. Contoh kebijaksanaan tersebut adalah pemerintah negara di mana proyek dibangun mencabut proteksi impor produk yang dihasilkan proyek. Contoh lain pemerintah negara pengimpor produk menentukan pajak impor tinggi atas produk yang di ekspor proyek, menghapus kuota impor atau bahkan melarang impor produk.
2.15
Sensitivity Analysis Neil Seitz dan Mitch Ellison op cit menyatakan langkah pertama investor
menganalisi resiko investasi proyek adalah memperkirakan resiko apa saja yang dapat muncul. Kemudian mereka memperkirakan resiko-resiko mana dapat menjadi variabel kritis terhadap profitabilitas proyek. Setelah investor menetapkan variabel atau variabel-variabel kritis, mereka melakukan sensitivity analysis. Menurut kedua pakar tersebut selama melakukan sensitivity analysis investor menghitung lebih dari satu NPV. Adapun NPV yang mereka hitung itu
42
adalah NPV proyek kalau keadaan normal seperti yang diprediksikan tim, dan NPV atau NPV-NPV lain kalau terjadi penyimpangan variabel kritis10.
2.16
Teknik Analisis Resiko Para pakar manajemen keuangan menciptakan berbagai macam teknik
menganalisis dampak penyimpangan variabel kritis terhadap manfaat proyek, terutama profitabilitas11. Dari sekian banyak teknik tersebut tiga diantaranya cukup popular, yaitu 1. Risk Adjusted Rate (RAD), adalah teknik analisis resiko yang paling mudah. Dalam teknik analisis resiko ini tolok ukur kelayakan profitabilitas proyek yang dipergunakan adalah net present value (NPV). Dengan RAD disamping menghitung NPV normal, investor juga menganalisis kepekaan NPV kalau terjadi penyimpangan variabel kritis dari yang diprediksikan semula. Adapun discount rate yang dipergunakan untuk mencari present value net cash flows yang dihasilkan proyek pada masa yang akan datang dan salvage value dikaitkan dengan tingkat penyimpangan variabel kritis, misalnya penyimpangan hasil penjualan tahunan. Discount rate yang disesuaikan dengan tingkat penyimpangan variabel kritis disebut risk adjusted rate.
10
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000. 11
Suad Husnan Suwarsono Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000.
43
Setelah ditentukan satu atau beberapa RAD, langkah selanjutnya adalah menghitung NPV Proyek dengan mempergunakan discount rate yang berbedabeda sesuai dengan tinggi rendahnya pengaruh penyimpangan variabel kritis. Semakin tinggi pengaruh penyimpangan variabel kritis terhadap profitabilitas proyek, semakin tinggi pula risk adjusted rate yang dipergunakan. Rumus menghitung NPV dengan RAD adalah sebagai berikut:
di mana huruf p adalah simbol risk adjusted rate, sedangkan huruf-huruf yang lain sama dengan simbol-simbol dalam rumus net present value dalam keadaan normal 2. Certainty-Equivalents (CE), teknik ini memperbandingkan manfaat proyek (dalam hal ini profitabilitas) proyek beresiko tinggi dengan proyek normal, dengan jalan memperbandingkan certainty-equivalents atau kepadanan kedua proyek tersebut. Seperti halnya RAD tolok ukur profitabilitas proyek yang dipergunakan teknik analisis resiko ini juga net present value. Bedanya adalah RAD dipergunakan untuk menganalisis kepekaan profit tabilitas satu proyek yang sama terhadap penyimpangan terhadap penyimpangan variabel kritis tertentu. Sedangkan CE dipergunakan untuk menganalisis profitabilitas rencana investasi proyek yang beresiko tinggi. Untuk mengetahui apakah profitabilitas proyek yang beresiko tinggi tersebut dapat diterima, ia bandingkan kepadanannya (certainty-equivalents) dengan profitabilitas proyek beresiko normal.
44
Dengan teknik certainty-equivalents NPV proyek beresiko tinggi dapat dihitung dengan rumus yang berikut:
di mana huruf et adalah simbol perbandingan profitabilitas dua proyek dengan tingkat resiko investasi yang berbeda (certainty-equivalents), sedangkan RF adalah simbol discount rate proyek beresiko normal. 3. The Decision Trees, teknik ini terutama dipergunakan apabila investor raguragu dalam mengambil keputusan membangun proyek dengan resiko tinggi, karena keraguan mereka terhadap profitabilitas proyek tersebut. Keraguan tersebut bisa menjadi semakin besar apabila pada masa yang akan datang diperkirakan dapat terjadi banyak kemungkinan (probabilitas) net cash flows yang dihasilkan proyek. Analisis resiko dengan teknik ini dituangkan dalam sebuah bagan berbentuk cabang-cabang pohon. Oleh karena itu teknik ini disebut the decision trees approach.
2.17
Rerangka Pemikiran Suatu penelitian yang baik tentunya mempunyai sebuah paradigma
penelitian. Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus menunjukkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu di jawab melalui penelitian (Sugiyono, 2007: 42).
45
Berikut kerangka berpikir peneliti mengenai variabel yang diangkat dalam penelitian ini: Proyek Perumahan BTN Anggaran Invetasi Struktur dan Sumber Pendanaan Proyek
Proyeksi Laba/Rugi
Estimasi Arus Kas Terdiskonto
NPV
IRR
Neraca
Estimasi Arus Kas
Estimasi Arus Kas Tidak Terdiskonto
Analisa Resiko
PI
CE
Sensitivity Analysis
ARR
Penilaian Investasi Layak/Tidak
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Payback Period