BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pengertian model pembelajaran kooperatif yang dikutip dalam cooperatif learning oleh Huda (2015) menyampaikan pendapat para ahli sebagai berikut: ROGER, dkk. (1992) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Parker (1994) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok–kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sementara itu, Davidson (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran kolaboratif. Menurutnya, pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari–hari. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan manusia. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan mengelompokkan beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda untuk saling berinteraksi dan bekerja sama agar kemampuan dari masing-masing siswa dapat meningkat sesuai tujuan pembelajaran. b. Metode Pembelajaran Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) dalam Strategi Pembelajaran oleh Hamruni (2011) : Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan 2
3 pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pembelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Secara garis besar metode yang sering digunakan dalam pembelajaran orang dewasa antara lain : 1) ceramah dan tanya jawab 2) demonstrasi/praktikum 3) diskusi kasus dan presentasi 4) simulasi/simposium/lokakarya 5) studi banding 6) dan lain-lain Menurut Sagala (2005:175) metode pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi
sebagai
pedoman bagi
perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk menyajikan materi pelajaran yang sesuai prinsip-prinsip pembelajaran untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.
c.
Student Teams-Achievment Divisions (STAD) Student Teams-Achievment Divisions (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras dan etnis. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Slavin (1995) dan rekan-rekannya di Johns Hopkins University. Dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompokkelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan dilakukan, ada sintak empat tahap yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi, tes dan rekognisi (Huda, 2015:201).
4 1. Tahap 1 : Pengajaran Pada tahap pengajaran, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan format ceramah-diskusi. Pada tahap ini, siswa seharusnya diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. 2. Tahap 2 : Tim Studi Pada tahap ini, para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru. 3. Tahap 3 : Tes Pada tahap ujian, setiap siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru men-score kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta hasil kuis pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka. 4. Tahap 4 : Rekognisi Setiap tim menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya, tim-tim yang memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 19 poin akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang memperoleh rata-rata poin peningkatan dari 20 hingga 24 akan menerima sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin 25 hingga 30 akan menerima sertifikat sebagai TIM SUPER Dari
pendapat
diatas
dapat
diambil
kesimpulan
metode
pembelajaran kooperatif Student Team Achievment (STAD) adalah metode pembelajaran yang menyelesaikan tujuan pembelajaran dengan bekerja secara berkelompok dengan level kemampuan siswa yang berbeda dengan penilaian berdasarkan nilai skor tim.
d.
Numbered Heads Together Numbered Head Together merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995), metode ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
5 Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Huda, 2015 : 203) Sintak atau tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut. 1. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. 2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. 3. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya. 4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. 5. Guru memanggil salah satu nomor secara acak. 6. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa metode pembelajaran Numbered
Head
Together
adalah
metode
pembelajaran
yang
mengedepankan aktivitas siswa untuk nantinya disampaikan kepada siswa lainnya.
e.
Student Facilitator And Explaining Strategi
Facilitator
And
Explaining
merupakan
rangkaian
penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekanrekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa (Huda, 2015 : 228). Dalam cooperatif learning oleh Suprijono (2012 : 128) sintak pembelajaran Student Facilitator And Explaining sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD. 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran. 3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. 4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa. 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. 6) Evaluasi. 7) Penutup.
6 Dari
uraian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
metode
pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah salah satu metode pembelajaran aktif untuk melatih siswa untuk belajar mempresentasikan ide/pendapat tentang materi pelajaran kepada teman–temannya..
2. Kajian Padu Padan a. Pengertian Metode Padu Padan Metodepadu padan merupakan perpaduan antara beberapa metode pembelajaran
dibawah
model
pembelajaran
kooperatif
yang
dipadukandengan mengoptimalkan kelebihan sekaligus meminimalisir kekurangan dari masing-masing metode untuk proses pembelajaran. Metode padu padan disebut juga dengan istilah multi metode atau bahasa latinnya “Multi methodes” Menurut Tony Antony dalam Husen (1997:144) multi methodes adalah sebuah istilah untuk menyederhanakan bentuk umum yang melingkupi metode serta teknik pembelajaran di kelas. Multi methodes adalah menggabungkan dari tiga metode pembelajaran yaitu pembelajaran mandiri, pemecahan masalah kolaboratif, dan penyajian (Heydon 2007). Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan metode padu padan merupakan teknik pembelajaran dikelas yang menggabungkan beberapa metode yang meliputi pembelajaran mandiri, pemecahan masalah kolaboratif dan penyajian.
b. Metode Pembelajaran Padu Padan Metode pembelajaran padu padan terdiri dari beberapa metode dibawah model pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Head Together,Student Facilitator And Explaining. Pada metode pembelajaran padu padan STAD diterapkan pada awal
dan
akhir
pembelajaran,
karena
STAD
merupakan
metodepembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam tim belajar
7 tetapi sebelumnya pada awal pembelajaran terdapat tahap pengajaran yaitu penyampaian materi dari guru. Dengan metode STAD siswa dapat mengetahui materi apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. Sedangkan pada tahap akhir STAD terdapat tahap rekognisi, yaitu tahap peneriamaan penghargaan atau reward. Dengan adanya penghargaan diakhir pembelajaran memicu siswa untuk giat belajar selama proses pembelajaran. Alasan ini sejalan dengan penelitian Afiq (2010), yang menjelaskan bahwa STAD merupakan metode pembelajaran dikelas dengan pembentukan kelompok kecil agar siswa saling bekerja sama untuk menuntaskan materi yang dipelajari dengan baik. NHT diterapkan pada proses diskusi kelompok karena metode ini sesuai dengan keadaan yang ada dikelas untuk menciptakan pembelajaran yang lebih aktif dan menarik. Dalam NHT siswa diberikan nomor dan soal masing-masing oleh guru lalu siswa diminta untuk menyelesaikan soalnya serta berbagi jawaban kepada teman satu kelompoknya. Dengan NHT susasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktivitas dari masing-masing siswa bisa terlihat, Yani (2013). Kelebihan metode pembelajaran NHT adalah melatih siswa untuk bekerja sama sekaligus bertanggung jawab atas diri sendiri untuk menyelesaiakan suatu persoalan. Kekurangan metode pembelajaran NHT memerlukan proses yang tidak sederhana karena setiap individu harus mengetahui jawaban dari teman satu kelompoknya. Sedangkan SFE merupakan metode pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan lainnya melalui gambar atau bagan. SFE diterapkan pada saat sesi presentasi penyampaian hasil diskusi kelompok. Penggunaan SFE dimaksudkan agar pada saat presentasi siswa lebih aktif menyampaikan kemampuannya secara maksimal kepada teman-temannya. Metode pembelajaran SFE menjadikan suasana presentasi menjadi lebih menyenangkan dan membantu siswa untuk berani berpendapat maupun bertanya, Lukas 2016.
8 c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Padu Padan Prosedur metode pembelajaran padu padan hasil dari perpaduan tiga metode yaitu Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Head Together, Student Facilitator And Explaining, sebagai berikut : 1) Guru menyajikan materi pelajaran dengan format ceramah. Pada tahap ini siswa diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. 2) Guru memberikan pre test individu. 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang. 4) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. 5) Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok. Tiap siswa pada masing-masing kelompok mengerjakan soal berdasarkan nomornya. 6) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. 7) Guru memanggil siswa secara acak siswa. 8) Guru memeberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui gambar atau bagan. 9) Guru menyimpulkan ide/pendapat siswa. 10) Guru mengevalusai pembelajaran. 11) Guru memberikan post test individu. 12) Setiap siswa menyelesaiakan soal ujian (post test) secara individual. Guru mencatat perolehan nilai saat itu. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor kelompok mereka. 13) Setiap kelompok akan menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata kelompok.
9 3. Kajian Prestasi Belajar a. Prestasi Menurut Para Ahli disampaikan Admin (2012) dalam skripsi Dewi menyatakan : Pengertian prestasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996: 186) adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sama halnya dengan pendapat A. Tabrani (1991 : 22) “Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha”. Tidak jauh berbeda dengan pendapat W. S Winkel (1996 : 165) “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai”. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai individu setelah melakukan usaha pembelajaran.
b. Belajar Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antar individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi pada kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated) (Hamruni, 2011: 48). Menurut E.C Tolman “learning is an identifying character of man which he wishes to include as behaviour” (Supriadie & Deni, 2012: 27). Pada umumnya para ahli psikologi berpendapat dan menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. Dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses berpikir menuju suatu perubahan yang relatif permanen.
c. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi tujuan belajar
10 potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya (Zainul dan Nasoetion, 1996:28 dalam Purwanto, 2011). Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (1956) dalam Evaluasi Pembelajaran (2012) prestasi belajar dapat dikelompokan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai pada hal yang abstrak. Dalam buku Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Arifin, 2014:84-86) mengemukakan sebagai berikut : 1. Ranah kognitif meliputi hal-hal berikut : a) Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau menghafal paraphrse materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. b) Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasikan dan menyimpulkan. c) Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan. d) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolokan, memrinci, mengurai suatu objek. e) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, menggambar, dan sebagainya. 2. Ranah afektif merupakan perilaku yang mengandung atau menifestasi perasaan emosi yang bersumber dari keadaan “stirred-up” atau getaran di dalam diri sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu. Ada beberapa tingkatan dominan afektif yang dinilai adalah kemampuan peserta didik dalam : a) Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya. b) Menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika. c) Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi. d) Menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
11 3. Ranah psikomotorik adalah segala perilaku individu diwujudkan dalam bentuk gerakan atau perbuatan jasmaniah seperti berjalan, berlari, duduk, melompat, menari, menulis dan sebagainya. Ranah psikomotorik meliputi : a) Tingkatan penugasan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik dalam menggerakkan sebagian anggota badan. b) Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. c) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu keberhasilan yang dicapai setelah melaksanakan usaha – usaha belajar yang mencakup dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Prestasi Belajar Siswa Prestasi Belajar siswa didapat dari penilaian (assesment), yang mengacu pada Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013. Pada Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 menjeaskan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assesment), penilaian “teman sejawat” (peerassessment) oleh peserta didik dan jurnal. Penilaian Kompetensi Pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan. Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio.
12 4. Kajian Keaktifan a. Aktivitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan dalam keberlangsungan proses belajar mengajar dapat dilihat secara nyata dari interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar (Rosalia, 2005: 2). Menurut Zulfikri (2008:6) dalam skripsi Sherly, aktivitas belajar siswa dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu : 1) Visual Activities, segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat dan memperhatikan. 2) Oral Activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan dan berfikir. 3) Listening Activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkosentrasi menyimak pelajaran. 4) Motor Activities, segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimiliki. Berdasarkan langkah-langkah-langkah metode pembelajaran padu padan , aktivitas belajar siswa yang terjadi selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Siswa memperhatikan guru saat penyampaian materi 2) Siswa mendapat tugas sesuai nomor 3) Siswa berdiskusi dengan kelompok 4) Siswa saling berbagi jawaban dalam satu kelompoknya 5) Siswa menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas
b.
Keaktifan Siswa Keaktifan siswa pada proses pembelajaran dapat berupa kegiatan fisik maupun non fisik. Kegiatan fisik yaitu suatu tindakan yang dilakukan secara nyata, sedangkan kegiatan non fisik dapat berupa visual, intelektual, dan lain sebagainya.
13 Menurut Sudjana (2010:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal yaitu : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah. 3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah. 8) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang dihadapinya. Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.Jadi, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang berupa kegiatan fisik maupun non fisik yang dilakukan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan prosedur model pembelajaran kooperatif Student FacilitatorAnd Explaining yang dikombinasikan dengan Snowball Throwing Blended (Lukas, 2016), keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok 2) Keaktifan siswa untuk bertanya selama proses pembelajaran 3) Keaktifan berpendapat selama proses pembelajaran
5. Mata
Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan pelajaran
Konstruksi
Bangunan
merupakan
dasar
pengetahuan tentang bangunan yang wajib dipelajari oleh peserta didik. Pada SMK Negeri 2 Sukoharjo, mata pelajaran konstruksi bangunan
14 diberikan untuk kelas X pada semester 1 dan semester 2. Mata Pelajaran konstruksi bangunan diajarkan selama 4x@45 menit dalam setiap pertemuan dan diberikan sebanyak dua kali pertemuan dalam seminggu. Menurut Silabus Kurikulum 2013 Materi Konstruksi Bangunan adalah sebagai berikut : a. Spesifikasi dan karakteristik kayu b. Spesifikasi dan karakteristik batu beton c. Spesifikasi dan karakteristik baja dan alumunium d. Spesifikasi dan karakteristik cat e. Spesifikasi dan karakteristik bahan adukan dan pasangan f. Jenis dan fungsi struktur bangunan g. Macam pondasi berdasarkan daya dukung tanah h. Macam pekerjaan utilitas pada bangunan i. Melaksanakan
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja
Serta
Lingkungan Hidup
6.
Penelitian yang Relevan
a. Penlitian Afiq (2010) Judul Penlitian : “Penerapan Kombinasi Model STAD dan Jigsaw Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan” Hasil Penelitian : Dengan menerapkan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan presentase ketuntasan dari 49,94% pada akhir tindakan siklus I menjadi 74,19% di akhir tindakan siklus III. Penilaian aspek kreativiotas siswa didasarkan pada 3 hal yaitu, kemampuan siswa dalam mengemukakan ide, kemampuan siswa dalam merumuskan ide dan kemampuan siswa dalam
mengembangkan
ide.
Dengan
menerapkan
pembelajaran
kombinasi model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dengan
15 presentase ketuntasan dari 19,36% di akhir siklus I, menjadi 51,61% di akhir siklus II dan 74,19% di akhir siklus III. b. Penelitian Lukas (2016) Judul Penelitian : “Penerapan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Blended dengan Student Facilitator and Explining Untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Bahan Bangunan Gedung Kelas X TGB SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016” Hasil Penelitian :Dengan menerapkan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Blended dengan Student Facilitator and Explining dapat meningkatkan keaktifan siswa mulai dari prasiklus menuju siklus I kemudian berlanjut ke siklus II mengalami peningkatan. Pada prasiklus siswa masih kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I siswa mulai aktif dalam mengikuti diskusi kelompok kemudian pada siklus II siswa sudah terlihat aktif dan tanggung jawab dalam mengikuti diskusi. Selain itu prestasi belajar siswa juga meningkat dari penilaian aspek kognitif dengan presentase ketuntasan 23,53% menjadi 70,6% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 82,35% pada siklus II. Penilaian aspek afektif dengan presentase ketuntasan 35,29% menjadi 67,64% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 82,35% pada siklus II. Penilaian aspek psikomotorik dengan presentase ketuntasan 41,17% menjadi 82,35% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 88,23% pada siklus II. c. Yani (2013) Judul Penelitian : “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS di Kelas X.1 Semester Genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013” Hasil Penelitian : Bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat pada analisis data
16 siklus I pertemuan pertama sebesar 55,88% dan pada siklus I pertemuan kedua sebesar 61,76%, siklus II pertemuan pertama ebesar 73,52% dan siklus II pertemuan kedua sebesar 79,41% dan siklus III pertemuan sebesar 85,29% dan siklus III pertemuan kedua sebesar 94,12% dan presentase
ketuntasan
sebesar
61,76%pada
siklus
Iimengalami
peningkatan dengan presentase ketuntasan sebesar 76,47% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan presentase ketuntasan sebesar 91,18%.
B. Kerangka Berpikir Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik maka harus menggunakan suatu metode maupun model pembelajaran yang tepat. Tidak semua guru paham akan metode pembelajaran yang sudah berkembang saat ini. Sebagian dari guru masih menggunakan metode yang cenderung membuat suasana pembelajaran membosankan dan siswa menjadi kurang aktif. Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan merupakan mata pelajaran produktif di SMK Negeri 2 Sukoharjo yang fokus pada teori mengenai bahanbahan bangunan. Berdasarkan observasi sebelum penelitian pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo menunjukkan guru kurang dapat merancang proses pembelajaran yang menarik keaktifan siswa dan memudahkan pemahaman siswa. Hal ini lah yang menyebabkan prestasi belajar dan keaktifan siswa masih kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Penerapan metode pembelajaran padu padan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Dalam metode pembelajaran padu padan ini proses pembelajaran diawali dengan presentasi materi dari guru, lalu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Masingmasing siswa dalam kelompok diberi nomor. Guru memberi pertanyaan pada masing-masing kelompok dan setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan
17 jawaban yang paling tepat. Siswa saling berbagi jawaban kepada siswa lain karena nantinya guru memanggil acak siswa untuk menyampaikan jawabannya didepan kelas. Siswa dituntut untuk aktif dalam berdiskusi dan saat presentasi didepan kelas, sehingga akan timbul rasa percaya diri pada siswa. Pembelajaran seperti ini akan menimbulkan rasa persaingan antar kelompok, sehingga masing-masing kelompok maupun dari individu siswa ingin menyampaikan hasil diskusi secara maksimal. Dari masing-masing siswa
dapat
menganalisis
sendiri
suatu
materi
sehingga
tingkat
pemahamannya terhadap materi akan lebih tinggi. Penguasaan materi yang maksimal serta keaktifan siswa yang baik akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian siswa dapat mencapai nilai batas kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari pemikiran yang disampaikan diatas dapat digambarkan kerangka berfikir dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : Kondisi Awal
Prestasi belajar dan keaktifan siswa masih kurang
Rencana Tindakan
Metode Pembelajaran Padu Padan
Prestasi belajar dan keaktifan siswa meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
18 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah disampaikan, maka hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran kooperatif teknik Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining dapat diterapkan pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan. 2. Penggunaan metode pembelajaran teknik Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining
dapat
meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran Konstruksi Bangunan. 3. Pengguaan metode pembelajaran teknik Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan.
19