BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN
2.1
Telaah Pustaka
2.1.1
Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi yang diterapkan pada era globalisasi seperti
saat ini telah mengalami evolusi, hal ini dikarenakan perkembangan dan tuntutan yang semakin komplek. Susanto (2008: 22) mengemukakan bahwa “sistem adalah kumpulan/group dari subsistem/bagian/komponen apapun baik pisik ataupun non pisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan satu tertentu. Sedangkan informasi diartikan sebagai hasil pengolahan data yang telah memberikan arti dan manfaat. George Bodnar dan Hopwood (2006: 3) mengemukakan bahwa “Sistem Informasi Akuntansi merupakan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi”. Sedangkan menurut Susanto (2008: 72) mengemukakan bahwa sistem informasi
akuntansi
merupakan
kumpulan
(integrasi)
dari
subsistem/bagian/komponen apapun baik pisik ataupun non pisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan.
7
8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi
merupakan sekumpulan sumber daya yang saling berhubungan satu sama lain dan
bekerja sama secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan
dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan, sehingga akan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak intern maupun pihak ekstern. 2.1.1.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Penyusunan sistem informasi akuntansi menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2008: 19) bertujuan untuk: a) Meningkatkan Informasi Yaitu informasi yang tepat waktu, tepat guna (relevan) dan terpercaya, dengan kata lain sistem informasi akuntansi harus dengan cepat dan tepat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. b) Meningkatkan Metode Internal Cek atau Pengendalian Yaitu metode internal cek dan pengendalian yang diperlukan agar dapat mengamankan harta kekayaan organisasi. Ini berarti bahwa sistem akuntansi yang disusun harus juga mengandung kegiatan internal cek atau pengendalian intern. c) Menekan Biaya – biaya Tata Usaha Ini berarti bahwa dipihak lain biaya tata usaha menerapkan sistem akuntansi (biaya tata usaha berupa tenaga, alat tulis dan kertas) harus seefisien dan semurah mungkin. Menurut Gondodiyoto ( 2007:124) tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah : a) Untuk melakukan pencatatan (recording) transaksi dengan biaya kretikal seminimal mungkin dan meyediakan informasi (information value added mechanism) bagi pihak intern untuk pengelolaan kegiatan usaha (managers) serta pihak yang terkait (stake holder). b) Untuk memperbaiki informasi yang di hasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.
9
c) Untuk menerapkan (implentasi) sistem pengendalian intern, memperbaiki kinerja dan tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban (akuntabilitas) d) Menjaga/meningkatkan perlindungan kekayaan organisasi Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sistem
informasi
akuntansi
adalah
untuk;
Meningkatkan
kualitas
informasi,
Meningkatkan metode internal cek atau pengendalian,
terciptanya efisiensi-
efisiensi biaya sehingga akan meningkatkan kekayaan organisasi.
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Sistem Informasi Akuntansi Prinsip-prinsip sistem informasi akuntansi menurut Gondodiyoto (2007: 123) adalah: a) Keseimbangan biaya dengan manfaat Maksudnya adalah bahwa sistem akuntansi suatu organisasi harus disusun dengan sebaik-baiknya, tetapi dengan biaya yang semurahmurahnya. b) Luwes dan dapat memenuhi perkembangan Setiap perubahan harus terus menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perkembangannya, termasuk perubahan kebijakan, peraturan dan perkembangan teknologi. c) Pengendalian internal yang memadai Sistem informasi akuntansi harus memberikan informasi yang akurat sehingga sistem informasi akuntansi pun dapat dijadikan alat ukur pengendalian intern suatu organisasi d) Sistem pelaporan yang efektif Laporan mengenai hasil dari sistem informasi akuntansi ini haruslah relevan yang dapat di sajikan sesuai dengan keinginan pemakai informasi. Sistem informasi akuntansi di satu sisi dapat dipandang sebagai hubungan antara input, proses dan output, yang menggambarkan perubahan atau transformasi suatu data menjadi suatu informasi. Berikut ini merupakan gambaran
10
proses data menjadi informasi yang ada dalam Sistem Informasi Akuntansi yang digambarkan pada suatu model.
Sources of Data
Data Collection
Data Maintenance
Information Generation
Users
Data Managemen
Gambar 2.1 Alur / Skema Sistem Informasi Akuntansi Sumber: Gondodiyoto (2007: 124)
Skema tersebut dapat di deskripsikan sebagai berikut : a) Data Collection Tahapan ini dilakukan pengumpulan data transaksi, mencatat data yang ada ke dalam formulir yang disediakan, serta melakukan validasi dan editing data untuk memastikan keakuratan dan kelengkapan data tersebut. b) Data Maintenance Tahapan data maintenance dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu : 1) Classifying, melakukan pengumpulan data ke dalam beberapa kategori. 2) Transcribbing, melakukan penggandaan / reproducing data ke beberapa dokumen.
11
3) Sorting, pemilihan data berdasarkan satu / beberapa karakteristik. 4) Batching, melakukan pengumpulan transaksi menjadi beberapa grup.
5) Merging, menyatukan dua atau lebih file data
6) Calculating, melakukan operasi penambahan, pengurangan, pelipatgandaan dan pembagian. 7) Summazirring, menggabungkan kuantitas elemen data. 8) Comparing, membandingkan items dari beberapa file untuk menentukan
atau membandingkan beberapa perbedaan yang membedakan file data tersebut. c) Data Management Terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1) Storing, melakukan penempatan data dalam tempat penyimpanan yang dinamakan files atau database. 2) Maintaining, melakukan penyesuaian terhadap data yang disimpan untuk merefleksikan data terbaru berdasarkan events, operations, dan decisions. 3) Retreving, terdiri dari mengakses dan membuka data, baik untuk melakukan suatu proses atau untuk membuat laporan kepada users. d) Data Control Data control memiliki dua tujuan dasar, yaitu : 1) Untuk keselamatan dan keamanan asset organisasi, termasuk data-data organisasi. 2) Untuk memastikan bahwa data yang diterima merupakan data yang akurat, lengkap dan telah diproses secara benar.
12
e) Information Generation Information generation terdiri dari tahapan seperti interpreting (mengartikan),
reporting (melaporkan), dan mengkomunikasikan (communicating) data yang
mendukung output dari pemrosesan suatu transaksi dan informasi. Sistem informasi akuntansi persediaan barang perlu diterapkan organisasi karena dengan adanya sistem ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang relevan mengenai jumlah barang, harga, konsumen, serta
informasi lainnya yang berguna untuk menunjang aktivitas organisasi, selain itu dengan adanya sistem informasi akuntansi persediaan barang diharapkan dapat mendukung terciptanya pengendalian intern yang baik untuk mengamankan persediaan barang sebagai salah satu aset penting organisasi sehinggga dapat meminimalisasikan kecurangan, kelalaian dan kerusakan.
2.1.2 Persediaan 2.1.2.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan mengandung arti yang berbeda tergantung kepada jenis persediaan tersebut, persediaan bisa berupa barang jadi yang disimpan dan dijual kembali atau bahan baku yang terdapat dalam proses produksi yang nantinya akan dijual setelah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Persediaan atau yang biasa dikenal dengan sebutan inventory ialah aset lancar berupa barang yang dimiliki oleh suatu entitas yang dibeli dengan tujuan untuk digunakan dalam operasional entitas yang bersangkutan atau untuk dijual kembali.
13
Pada instansi pemerintah jenis persediaan yang ada bergantung pada
kegiatan utama yang dilakukan instansi yang bersangkutan. Secara umum
persediaan pada instansi pemerintah adalah merupakan aset berwujud yang
meliputi: a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah; b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi; c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; d. Barang yang
disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam standar akuntansi keuangan no. 14 paragraf 3 tahun 2002 menyatakan bahwa: Persediaan adalah aktiva : 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam produksi pemberian jasa persediaan meliputi barang-barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, barang jadi yang telah di produksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang di produksi organisasi dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan di pergunakan dalam proses produksi. Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang-barang dagangan yang akan dijual dalam usaha normal organisasi, bahan baku dan bahan pembantu yang siap digunakan dalam proses produksi.
14
2.1.2.2 Asas-asas dalam pengelolaan persediaan
Pengelolaan
barang
milik
negara/daerah,
termasuk
persediaan,
dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-
masalah di bidang pengelolaan barang milik Negara/daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan gubernur/bupati/ walikota sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab
masing-masing; 2. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik Negara/daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan; 3. Asas
transparansi,
yaitu
penyelenggaraan
pengelolaan
barang
milik
negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar. 4. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan agar barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal; 5. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat; 6. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah serta penyusunan Neraca Pemerintah.
15
Dalam penilaian suatu persediaan ada beberapa cara yang dapat
digunakan, Ikatan Akuntan Indonesia (2002: 14.2) mengemukakan sebagai
berikut:
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (The Lower Or Cost and Non Reallzable Value), biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (Present Location and Conaition).
Dalam penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap barang
yang masuk ataupun keluar harus selalu dicatat dalam stok persediaan barang, sehingga jumlah barang dalam kartu stok akan selalu sama dengan jumlah fisik barang yang masuk ataupun keluar.
2.1.3
Efektivitas Mulyadi (2008: 191) Efektif merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
tingkatan keberhasilan kegiatan manajemen didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut
pendapat
Mahmudi
(2005:92)
menjelaskan
efektivitas
“Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Sedangkan menurut Mardiasmo (2009: 4) mengemukakan bahwa efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output”.
16
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti
hubungan antara output yang dihasilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh
organisasi. Pada dasarnya, efektivitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu
organisasi, sampai seberapa jauh organisasi dinyatakan berhasil dalam usahanya
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semakin besar kontribusi output terhadap tujuan, maka semakin efektif unit tersebut. Biasanya efektif berkaitan erat dengan istilah efisien dimana kedua istilah tersebut merupakan dua kriteria yang
digunakan dalam menilai prestasi kerja organisasi.
2.1.4 Sistem Pengendalian Intern 2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Intern Pemahaman pengendalian intern menurut Bodnar dan Hopwood (2006: 129) mengemukakan bahwa: Pengendalian intern merupakan satu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi organisasi, manajemen dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait dengan tercapainyan tujuan berikut Reliabilitas pelaporan keuangan, Efektivitas dan efisiensi operasi, dan Kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. Mulyadi (2008: 180) berpendapat bahwa pengendalian intern adalah sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : Keandalan pelaporan keuangan, Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan Efektivitas dan efisiensi operasi.
17
Dengan demikian pengendalian intern merupakan suatu proses yang
meliputi organisasi dan semua metode serta ketentuan yang dijalankan serta
terkoordinasi oleh pihak organisasi untuk melindungi harta organisasi dan
ketaatan terhadap peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.4.2
Tujuan Pengendalian Intern Tujuan dari pengendalian intern menurut Midjan dan Susanto (2008: 45)
mencakup: mengamankan harta organisasi, menguji ketelitian dan kebenaran data
akuntansi organisasi, meningkatkan efisien operasi organisasi, dan ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang digariskan pimpinan organisasi. Sedangkan menurut Mulyadi (2008: 180) tujuan dari pengendalian intern adalah; keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi operasi. Pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh pengendalian intern persediaan barang akan berkaitan dengan aktivitas prosedur organisasi di dalam penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang. 2.1.4.3
Prinsip Pengendalian Intern Persediaan Barang Menurut
Midjan
dan
Susanto
(2008:
154-156)
prinsip-prinsip
pengendalian intern yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem akuntansi persediaan adalah : 1. Perlu diciptakan falsafah manajemen sebagai landasan gaya operasi organisasi atas persediaan untuk mendukung ketepatan dan kebenaran berikut efisiensi atas barang yang disimpan berikut menghindarkan kemungkinan terjadinya kecurangan. 2. Perlu diadakan pemisahan fungsi secara organisasi antara : a. Menyimpan persediaan oleh gudang (Store Custudion) b. Mencatat persediaan oleh kartu persediaan kantor (Stock card)
18
3.
4. 5.
6. 7.
8.
9.
c. Yang menguasai persediaan, dimana masuk dan keluaran persediaan atas perintah yang bersangkutan, yaitu o Bagian pembelian; atau o Bagian penjualan: atau o Biro produksi. d. Yang menerima dan mengecek pada waktu datangnya persediaan oleh bagian penerimaan (Receiving Department) dan pengiriman persediaan oleh bagian ekspedisi (Shipping Department). Aktivitas dan fungsi organisasi tersebut diberi wewenang, tugas dan tanggung jawab yang terpisah. Pada organisasi kecil fungsi penerimaan dan pengiriman barang dilaksanakan oleh gudang. Apabila organisasi semakin besar dan diperlukan adanya spesifikasi teknis (tes laboratorium), maka perlu adanya bagian penerimaan (Receiving Department ) untuk tujuan pengawasan dan pengamanan. Demikian pula pada bagian ekspedisi (Shipping Department) diperlukan bagian organisasi agar pengaturan pengiriman barang dapat dilaksanakan dengan baik. Perlu diidentifikasi dan dicatat semua transaksi persediaan secara tepat waktu dan terperinci menetapkan berikut mengukur nilai uang dari transaksi persediaan secara layak, menetapkan periode akuntansinya dan menyajikan dalam bentuk laporan persediaan. Penggunaan dokumen-dokumen persediaan yang telah dirancang dengan memadai dan diatas dokumen tersebut perlu dipantau penggunaannya. Bagi organisasi dagang yaitu toko serba ada dan lain sebagainya, untuk menciptakan pengendalian intern atas persediaan di toko dapat diciptakan melalui imprest sistem, artinya jumlah setiap barang setiap hari sama dan kalau terjual diganti hari itu juga. Juru gudang harus dibebani dengan kewajiban untuk mengamankan persediaan berikut pencatatan. Atas barang dalam proses produksi harus terkontrol pembebanan biayanya yaitu bahan baku dan pembantu, upah langsung dan biayabiaya tidak langsung (Overhead Cost) antara lain melalui budget, standard dan lain-lain. Penyerahan barang produksi selesai dari proses produksi ke gudang harus menggambarkan dengan jelas jumlah barang untuk kepentingan pencatatan digudang, biaya-biaya yang dibebankan berikut barang rusak (oval,spoiled,detective work) untuk kepentingan akuntansi biaya, dan harga persatuan untuk kepentingan bagian penjualan. Perlu diadakan inventarisasi secara phisik dan periodik berikut pengecekan atas prosedur yang berjalan mengenai persediaan yang dilakukan antara lain oleh bagian pengawasan intern berikut kegiatan pengawasan atas kemungkinan penyimpangan dari rancangan yang sudah ditetapkan mengenai lingkungan pengendalian sistem akuntansi dan prosedur pengendalian, sedangkan pengawasan atas posisi persediaan secara menerus dilaksanakan oleh kartu persediaan kantor.
19
10. Untuk mendukung pelaksanaan bagian pengawasan intern tersebut pada butir 9, maka perlu ada pengecekan secara independen oleh pengawasan ekstern yaitu akuntan publik atas transaksi persediaan. 11. Untuk menjamin keselamatan dari kemungkinan hilang, kebakaran dan lain-lain atas persediaan baik waktu pengangkutan kelangganan maupun pada saat penyimpanan sebaiknya atas barang persediaan diasuransikan. 12. Atas persediaan harus ditetapkan batas persediaan minimum maupun maksimum untuk mengendalikan agar barang tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak. 13. Pengamanan yang cukup atas akses persediaan berikut otorisasi untuk akses ke program dan arsip data computer. Sedangkan menurut Gondodiyoto (2007:256) yang menjadi prinsip dasar
pengendalian intern adalah : 1. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility. Bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasi/organisasi adalah manajemen (lebih tegasnya ialah top management/direksi). 2. Top management bertanggung jawab menyusun sistem pengendalian intern, tentu saja dilaksanakan oleh para stafnya. 3. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic, mendasar dan dapat diterapkan pada setiap organisasi pada umumnya. 4. Sifat dari pengendalian intern adalah reasonable assurance artinya tingkat rancangan yang kita desain adalah yang paling optimal. 5. Pengendalian intern mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau constraints, misalnya adalah sebaik-baiknya control tetapi kalau para pegawai yang melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi maka tujuan pengendalian tersebut tidak tercapai. 6. Pengendalian intern harus selalu dan terus menerus di evaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi. 2.1.4.4
Unsur-unsur Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (2008: 172) mengemukakan unsur penting dalam
pengendalian intern, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian
20
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur
pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah:
o Nilai Integritas dan etika
o Komitmen terhadap kompetensi o Dewan komisaris dan komite audit o Filosofi dan gaya operasi manajemen
o Struktur Organisasi o Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab o Kebijakan dan praktek sumber daya manusia Lingkungan pengendalian ini mencerminkan keseluruhan sikap, kesadaran dan tindakan dari dewan komisaris, manajemen pemilik dan pihak lain mengenai pentingnya pengendalian dan tekanan pada satuan yang bersangkutan. 2. Penaksiran Resiko Penaksiran resiko oleh tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Manajemen
menetapkan
resiko
sebagai
bagian
dari
perancangan
dan
pengoperasian pengendalian intern untuk meminimalkan salah saji. 3. Informasi dan Komunikasi Sistem
akuntansi
diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut.
21
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat untuk manajemen
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan
yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi.
5. Pemantauan (monitoring) Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
2.2 Hubungan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Sistem Pengendalian Intern Sistem informasi akuntansi bertujuan untuk menghasilkan informasi yang berkualitas informasi tersebut berguna untuk proses manajemen menciptakan, mengendalikan, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi. Manfaat utama dari sistem informasi akuntansi persediaan barang adalah menyediakan informasi bagi organisasi agar dapat melindungi aset organisasi dari kejadian dan
22
gangguan yang tidak terduga didalam menjalankan aktivitas organisasi dan dapat menunjang keefektifan pengendalian intern. Hal ini seiring dengan pendapat
(2007: 123) yang mengemukakan bahwa: Gondodiyoto
Suatu sistem informasi akuntansi harus dapat menyajikan informasi akuntansi yang diperlukan oleh pengelola organisasi dan informasi yang diajukan harus bebas bias, error, dan hal lain yang dapat menyesatkan. Selain itu sistem informasi akuntansi dapat dijadikan alat manajemen untuk menjalankan atau mengendalikan operasi organisasi termasuk mengamankan asset atau harta organisasi (adequate internal controls). Sedangkan La Midjan dan Susanto (2008: 12 ) mengemukakan bahwa
tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi mencakup: 1. Untuk meningkatkan informasi. Yaitu informasi yang tepat waktu, tepat guna (relevance) dan terpercaya. 2. Untuk meningkatkan metode internal cek atau pengendalian. Yaitu metode internal cek dan pengendalian yang diperlukan agar dapat mengamankan kekayaan organisasi. 3. Harus dapat menekan biaya-biaya tata usaha. Ini berarti bahwa dipihak lain biaya tata usaha untuk menerapkan sistem akuntansi harus seefisien mungkin. Hal tersebut seiring dengan hasil penelitian dari Atty Kurniati. (2009: STIE Pasundan Bandung). Dengan hasil penelitian Sistem Informasi Akuntansi persediaan barang berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas Sistem Pengendalian Intern persediaan barang di PT. New Inti Furnindo Cabang Bandung, dengan besaran pengaruh sebesar 39,60%. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang Dalam Menunjang Keefektifan Struktur Pengendalian Intern Pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT.INTI) Bandung. Hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat keeratan hubungan antara sistem informasi akuntansi dengan pengendalian intern dengan hasil koefisien determinasi (r²) atau R square sebesar 67.20 %, sedangkan
23
sisanya sebesar 32.80% dipengaruhi oleh faktor lain. (Rani Andriani, 2004 : STIE INABA Bandung).
Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian sebelumnya di atas penulis
menyimpulkan bahwa dengan adanya sistem informasi akuntansi yang baik maka
dapat meningkatkan internal cek atau pengendalian intern, sehingga dapat menciptakan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi.
2.3 Perumusan Model Penelitian Seiring berkembangnya sebuah organisasi akan membawa resiko semakin besar pula permasalahan yang dihadapi. Sehingga kemampuan pimpinan dalam mengawasi dan mengendalikan terbatas, karena sangat banyaknya bagian bidang atau divisi yang harus di awasi termasuk bagian persediaan barang. Persediaan barang merupakan suatu bagian yang integral dan vital terhadap penjualan organisasi, maka diperlukan alat bantu untuk mengendalikan persediaan barang. Oleh karena itu organisasi harus menetapkan sebuah sistem informasi akuntansi yang akan memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, dimana hasil dari sistem informasi akuntansi ini manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat bagi kelangsungan organisasi. La Midjan dan Susanto (2008: 12 ) pengertian sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem pengolahan data akuntansi yang terbentuk dari koordinasi manusia, alat dan metode berinteraksi dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan informasi
24
akuntansi manajemen yang terstruktur. Susanto (2008: 19), tujuan diadakannya penyusunan sistem informasi akuntansi adalah:
1. Untuk meningkatkan informasi. Yaitu informasi yang tepat waktu, tepat guna (relevance) dan terpercaya. 2. Untuk meningkatkan metode internal cek atau pengendalian. Yaitu metode internal cek dan pengendalian yang diperlukan agar dapat mengamankan kekayaan organisasi. 3. Harus dapat menekan biaya-biaya tata usaha. Ini berarti bahwa dipihak lain biaya tata usaha untuk menerapkan sistem akuntansi harus seefisien mungkin.
Untuk mengukur benar atau tidaknya sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap pengendalian intern dapat dilihat dari 4 unsur terpenting (dimensi) yaitu: 1) Informasi akuntansi dapat dipahami, 2) Informasi akuntansi yang dihasilkan harus relevan, 3) Informasi akuntansi harus dapat diandalkan, dan 4) Informasi akuntansi dapat dibandingkan antar periode Sistem
informasi
akuntansi
persediaan
barang
bertujuan
untuk
menciptakan dan mengendalikan persediaan barang guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas, mempertahankan kontinuitas organisasi serta pencatatan yang baik atas persediaan barang. Manfaat utama dari sistem informasi akuntansi persediaan barang adalah menyediakan informasi bagi organisasi agar dapat melindungi aset organisasi dari kejadian dan gangguan yang tidak terduga didalam menjalankan aktivitas organisasi dan dapat menunjang keefektifan pengendalian intern. Hal ini seiring dengan pendapat Gondodiyoto (2007: 123) yang berpendapat ”Bahwa suatu sistem informasi akuntansi harus dapat menyajikan informasi akuntansi yang diperlukan oleh pengelola organisasi dan informasi yang diajukan harus bebas bias, error, dan hal lain yang dapat menyesatkan. Selain itu sistem informasi akuntansi dapat dijadikan alat manajemen untuk menjalankan atau mengendalikan
25
operasi organisasi termasuk mengamankan asset atau harta organisasi (adequate internal controls).
Sedangkan menurut Mulyadi (2008 :180) tujuan dari pengendalian intern
adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian: Keandalan
Informasi Keuangan, Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan Efektivitas dan efisiensi operasi.
Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang
terstruktur yaitu informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan berkualitas. Sehingga memudahkan organisasi dalam proses pengendalian dan pengambilan keputusan serta memudahkan didalam mengidentifikasikan kinerja organisasi antar periode, serta meningkatkan internal cek sebagai upaya pengendalian dan pengawasan terhadap kekayaan atau harta organisasi. Sistem informasi akuntansi mengenai persediaan barang perlu diterapkan di berbagai organisasi, karena dengan adanya sistem ini dapat membantu pengendalian intern terhadap seluruh faktor yang ada di sebuah organisasi sehingga dapat menunjang aktivitas organisasi. Menurut Mulyadi (2008 : 180181) pengertian pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian organisasi. Pengendalian intern diperlukan guna menjaga agar aktifitas organisasi berjalan dengan lancar, pengendalian intern perlu diterapkan dalam semua bagian terutama di bagian gudang. Bagian ini harus mendapat pengawasan yang ketat karena barang merupakan modal utama dalam organisasi untuk mendapatkan
26
keuntungan. Kurangnya pengawasan di bagian ini akan menghambat aktivitas penjualan, kecurangan, barang yang rusak pun tidak terkontrol sehingga dapat
mengakibatkan pendapatan dan kinerja organisasi yang tidak maksimal.
Pengendalian intern diukur melalui 5 dimensi yaitu: Lingkungan
pengendalian, Penetapan resiko oleh manajemen, Sistem informasi dan komunikasi akuntansi, Aktivitas pengendalian, dan Pemantauan (monitoring). Dilihat dari tujuan tersebut, maka jelaslah bahwa pengendalian intern persediaan
barang merupakan salah satu bagian yang penting dalam organisasi dimana pengawasan, pengendalian, dapat dilakukan dengan lebih terarah dan mudah. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut: Variabel X Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang 1. Informasi akuntansi dapat dipahami 2. Informasi akuntansi yang dihasilkan harus relevan. 3. Informasi akuntansi harus dapat diandalkan. 4. Informasi akuntansi dapat dibandingkan antar periode. Susanto (2008:19-20)
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang 1. Lingkungan pengendalian. 2. Penetapan resiko oleh manajemen. 3. Sistem informasi dan akuntansi 4. Aktivitas pengendalian 5. Pemantauan Mulyadi (2008:183)
Variabel Y Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang
27
Sistem informasi akuntansi mengenai persediaan barang perlu diterapkan
di berbagai organisasi, karena dengan adanya sistem ini akan mengurangi tingkat
pengawasan langsung, serta didapatkan informasi yang lebih akurat, dengan
adanya sistem informasi akuntansi yang baik maka dapat meningkatkan internal cek atau pengendalian intern, sehingga dapat menciptakan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi. Hipotesis Perumusan
Hipotesis merupakan jawaban sementara sebuah penelitian yang perlu diuji kebenarannya pada sebuah penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah “sistem informasi akuntansi persediaan
barang
berpengaruh
positif
pengendalian intern persediaan barang.”
terhadap
efektivitas
sistem