BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan karir ke depan. Menurut Super (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vocational yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Mamat Supriatna (2009: 45-46) ada dua dimensi yang perlu dikembangkan untuk membangun kematangan karir siswa, yakni dimensi kematangan karir yang bersifat kognitif dan non-kognitif. Dimensi kognitif kematangan karir siswa terdiri atas aspek (1) pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world-of-work information), (2) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), dan (3) pengetahuan tentang membuat keputusan (decission making). Dimensi nonkognitif kematangan karir siswa terdiri atas (1) perencanaan karir (career planning), (2) eksplorasi karir (career exploration), dan (3) realisme keputusan karir (realism). Sementara B. Hasan (2006: 127) menyatakan bahwa kematangan karir adalah sikap dan kompetensi yang berperan untuk pengambilan keputusan karir. Sikap dan kompetensi tersebut mendukung penentuan keputusan karir yang tepat. Criter (Uman, 2009: 52) berpendapat bahwa “... the maturity of an individual’s vocational behavior as indicated by the similary between his
6
behavior and that of the oldest indidual’s in his vocational stages”. Defenisi ini lebih menekankan pada kematangan karir sebagai tahapan hidup (life-stages). Sementara itu, Super (Uman, 2009: 52) menyatakan bahwa kematangan karir didefenisikan sebagai “.... the readiness to make appropriate career decisions” ....rediness to make (a) good choice (s) atau kesiapan individu untuk membuat pilihan karir yang tepat. Defenisi kedua ini lebih menekankan pada kesiapan untuk membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan karir merupakan tahapan hidup yang dimiliki oleh individu yang sudah mampu memahami dirinya, lingkungannya, dan hubungan keduanya sehingga mampu mengambil keputusan karir yang tepat. 1.1.2 Aspek-aspek Kematangan Karir Menurut Super (Uman Suherman, 2009: 52-54) kematangan karir remaja dapat diukur dengan indikator-indikator kematangan karir sebagai berikut: Pertama, aspek perencanaan karir (career planning). Aspek ini meliputi indikator-indikator berikut: 1) mempelajari informasi karir; 2) membicarakan karir dengan orang dewasa; 3) mengikuti pendidikan tambahan (kursus) untuk menambah pengetahuan tentang keputusan karir; 4) berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler; 5) mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan; 6) mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan; 7) mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan; 8) dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah; 9) mengetahui cara dan
7
kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan; dan 10) mampu mengatur waktu luang secara efektif. Kedua, aspek eksplorasi karir (career exploration). Eksplorasi karir didefinisikan sebagai keinginan individu untuk mengeksplorasi atau melakukan pencarian informasi terhadap sumber-sumber informasi karir, Eksplorasi karir (Sharf, 1992: 52-53) merupakan waktu ketika individu mengupayakan agar dirinya memiliki pemahaman yang lebih terutama tentang informasi pekerjaan, alternatif-alternatif karir, pilihan karir dan mulai bekerja. Aspek ini mencakup indikator-indikator sebagai berikut: 1) berusaha menggali dan mencari informasi karir dari berbagai sumber (guru BK, orangtua, orang yang sukses, dan sebagainya; 2) memiliki pengetahuan tentang potensi diri, diantaranya bakat, minat, inteligensi, kepribadian, nilai-nilai, dan prestasi; 3) memiliki cukup banyak informasi karir. Ketiga, pengetahuan tentang membuat keputusan karir (decision making), aspek ini terdiri dari indikator-indikator berikut: 1) mengetahui cara-cara membuat keputusan karir; 2) mengetahui langkah-langkah dalam membuat keputusan karir, terutama penyusunan rencana karir; 3) mempelajari cara orang lain membuat keputusan karir; 4) menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karir. Keempat, pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of work information). Menurut Super (Sharf, 1993: 158) konsep ini memiliki dua komponen dasar, yaitu: Pertama, berhubungan dengan tugas perkembangan ketika individu harus mengetahui minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara
8
orang lain mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan mengetahui alasan orang lain berganti pekerjaan. Kedua, konsep yang berkaitan dengan pengetahuan tentang tugas-tugas pekerjaan dalam satu vokasional dan perilaku-perilaku dalam bekerja. Kelima, aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator berikut: 1) memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan; 2) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang diinginkan; 3) mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan yang diinginkan; 4) mengetahui minat-minat dan alasan-alasan yang tepat dalam memilih pekerjaan. Keenam, aspek realisme keputusan karir (realism). Realisme keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan pekerjaan secara realistis (Super dalam Sharf, 1992:159). Aspek ini terdiri dari indikatorindikator berikut: 1) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhubungan dengan pilihan karir yang diinginkan; 2) mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung atau menghambat karir yang diinginkan; 3) mampu melihat kesempatan yang ada berkaitan dengan pilihan karir yang diinginkan; 4) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang beragam; dan 5) dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara efektif. Ketujuh, orientasi karir (career orientation). Orientasi karir didefinisikan sebagai skor total dari: 1) sikap terhadap karir; 2) keterampilan membuat keputusan karir; dan 3) informasi dunia kerja (Super dalam Sharf, 1992: 159).
9
Sikap terhadap karir terdiri dari perencanaan dan eksplorasi karir. Keterampilan membuat keputusan karir terdiri dari kemampuan menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karir. Informasi dunia kerja terdiri atas memiliki informasi tentang pekerjaan tertentu dan memiliki informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya. 1.1.3 Tahapan Perkembangan Karir Super (Uman, 2009: 47-48) meringkas konsep life-stages kedalam 12 proposisi perkembangan karir berikut. 1) Individu
berbeda
dalam
kemampuan-kemampuan,
minat-minat,
dan
kepribadian-kepribadiannya. 2) Dengan sifat-sifat yang berbeda, individu mempunyai kewenangan untuk melakukan sejumlah pekerjaan. 3) Masing-masing pekerjaan menuntut pola khas kemampuan, minat, dan sifatsifat kepribadian. 4) Preferensi dan kompetensi vokasional dapat berubah sesuai dengan situasi kehidupan. 5) Proses perubahan dapat dirangkum dalam suatu rangkaian tahap kehidupan. 6) Sifat dan pola karir ditentukan oleh taraf sosioekonomik, kemampuan mental, dan kesempatan yang terbuka dan karakteristik kepribadian individu. 7) Perkembangan karir adalah fungsi dari kematangan biologi dan realitas dalam perkembangan konsep diri. 8) Faktor yang menentukan dalam perkembangan karir adalah perkembangan dan implementasi konsep diri.
10
9) Proses pemulihan karir merupakan hasil perpaduan antara faktor individual dan faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan. 10) Keputusan karir tergantung pada dimana individu menemukan jalan keluar yang memadai bagi kemampuan, minat, sifat dan kepribadian dan nilai. 11) Taraf kepuasan yang individu diperoleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat di mana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep dirinya. 12) Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk organisasi kepribadian baik pria maupun wanita. Berdasarkan 12 proposisi tersebut , Super (Uman, 2009: 48-51) membagi tahap perkembangan karir menjadi 5 tahapan berikut. 1) Tahap perkembangan (growth) dari lahir sampai usia 15 tahun, yakni anak yang mengembangkan berbagai potensi, sikap-sikap, minat-minat dan kebutuhan-kebutuhannya yang dipadukan dalam struktur konsep diri (self concept structure). Konsep diri tersebut perkembangan melalui proses identifikasi terhadap sosok kunci (key figures) di lingkungan keluarga dan sekolah. Tahap pertumbuhan terdiri dari tiga subtahap,yaitu: a)
Fantasi(4-10 tahun) yang ditandai dengan dominannya aspek kebutuhan akan rasa keingintahuan (curiousity).
b) Minat (11-12 tahun) yang ditandai dengan tumbuhnya rasa senang sebagai determinan utama dari inspirasi dan aktivitas. c)
Kapasitas (13-14 tahun) yang ditandai dengan pertimbangan bertambahnya bobot kemampuan, persyaratan dan latihan karir.
11
2) Tahap eksplorasi (eksploration) dari usia 15-24 tahun, yakni ketika individu memikirkan berbagai alternatif karir, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Pada tahap ini individu mulai melakukan penelaan diri (self examiantion), mencoba berbagai peranan, serta melakukan penjelajahan pekerjaan atau jabatan
baik di sekolah, pada waktu senggang, ataupun
melalui sistem magang. Tahap ini meliputi tiga subtahap berikut. a)
Tentatif (15-17 tahun) yang ditandai dengan mulai dipertimbangkannya aspek-aspek kebutuhan,minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh. Pilihan pada masa tentatif ini mulai diusahakan untuk keluar dari fantasi, baik melalui diskusi, bekerja maupun aktivitas lainnya.
b) Transisi (18-21 tahun) yang ditandai menonjolnya pertimbangan yang lebih realistis untuk memasuki dunia kerja atau latihan profesional sedrta berusaha mengimplementasikan konsep diri. c)
Mencoba (trial) dengan sedikit komitmen (22-24 tahun) ditandai dengan ditemukannya lahan atau lapangan pekerjaan yang sangat potensial.
3) Tahap pemantapan /pendirian (establishment) dari usia 25 sampai 44 tahun, yang berincikan usaha-usaha memantapkan diri melalui pengalamanpengalaman selama menjalani karir tertentu. Pada tahap ini individu sudah memiliki bidang yang cocok, serta berusaha memantapkan kedudukannya secara permanen dalam suatu bidang. Pada awalnya sedikit mencoba-coba (trial) dengan konsekuensi adanya pergantian bidang garapan, namun tahap ini (estalishment) biasanya dimulai tanpa adanya istilah coba-coba terutama pada suatu profesi. Tahap pementapan terdiri atas subtahap berikut ini.
12
a)
Mencoba dengan komitmen yang bersifat stabil (25-30 tahun) yang ditandai dengan berbagai dengan dugaan tentang kurang memuaskannya lapangan kerja tertentu. Pada tahap ini kemungkinan perubahan terjadi satu atau dua bidang pekerjaan dan biasanya diakhiri dengan ditemukannya satu bidang pekerjaan yang mantap.
b) Lanjutan (advancement) (31-44 tahun) yang ditandai dengan semakin jelasnya pola karir serta usaha-usaha yang mengarah pada pemantapan dan pengamanan posisi dalam bidang tersebut. Bagi kebanyakan orang, tahap ini merupakan tahap-tahap kreatif. 4) Tahun, yakni orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri, menikmati dan memaknai karir yang sedang dijalaninya. 5) Tahap kemunduran (decline) dari usia 65 tahun ke atas yakni ketika individu memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya. Peraanan baru segera dikembangkan terutama memilih penerus. Tahap kemunduran terdiri atas dua subtahap berikut. a)
Perlambatan (65-70 tahun) yang ditandai dengan kelelahan sebagai pekerja, langkah kerja yang berkurang, pelaksanaan tugas kerja yang tidak penuh, serta mulai berkurangnya kapasitas kerja. Hampir kebanyakan individu menemukan pekerjaan paruh waktu untuk menggantikan pekerjaan utamanya.
b) Pengunduran diri (retirement) (71 tahun ke atas) yang ditandai dengan menyerahkan atau mewariskan “kekuasaan” kepada generasi penerus. Secara umum yang terjadi pada masa ini berakhir dengan beberapa kemungkinan yaitu beberapa orang mampu menerimanya dengan hidup menyenangkan;
13
beberapa yang lainnya berakhir dengan kekecewaan dan kesulitan, kemudian sisanya berakhir dengan kematian. Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karir. 1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Shertzer dan Stone (Winkel dan Sri Hastuti, 2006: 647), membagi faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan karir sebagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimiliki seseorang yang akan mempengaruhi perkembangan karirnya adalah nilai-nilai kehidupan yang ia ikuti, taraf intelegensi, bakat khusus yang dimiliki, minat, sifat, informasi tentang bidangbidang pekerjaan, serta keadaan fisik seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang akan
mempengaruhi
perkembangan
karir
seseorang
adalah
masyarakat
(lingkungan sosial budaya), keadaan sosial ekonomi suatu negara atau daerah, status sosial-ekonomi keluarga, pengaruh dan ekspektasi dari keluarga besar dan inti, pendidikan, pertemanan, serta tuntutan yang melekat pada masing-masing pekerjaan. Super (Osipow, 1983: 162-163) mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir ke dalam lima kelompok. Berikut ringkasan kelima faktor yang dimaksud tersebut. a.
Faktor bio-sosial, yaitu informasi yang lebih spesifik, perencanaan, penerimaan, tanggung jawab dalam perencanaan karir, orientasi pilihan karir berhubungan dengan faktor bio-sosial seperti umur dan kecerdasan.
14
b.
Faktor lingkungan, yaitu indeks kematangan karir individu berkorelasi dengan tingkat pekerjaan orang tua, kurikulum sekolah, stimulus budaya dan kohesivitas keluarga.
c.
Kepribadian, meliputi konsep diri, fokus kendali, bakat khusus, nilai/norma dan tujuan hidup.
d.
Faktor vokasional, kematangan karir individu berkorelasi positif dengan aspirasi vokasional, tingkat kesesuaian aspirasi dan ekspektasi karir.
e.
Prestasi individu, meliputi prestasi akademik, kebebasan, partisipasi di sekolah dan luar sekolah.
1.1.5 Pengertian Layanan Informasi Menurut Prayitno (2004: 259) layanan informasi adalah layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Layanan informasi (Nursalim, 2002: 22) adalah kegiatan bimbingan yang bermaksud membantu siswa untuk mengenal lingkungannya, yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk masa kini maupun masa yang akan datang. SedangkanWinkel & Sri Hastuti (2006: 316-317) menjelaskan bahwa layanan informasi adalah usaha untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri.
15
Menurut Juntika (2007: 19) layanan informasi merupakan layanan yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu. Tujuan layanan ini adalah agar individu memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang dirinya maupun tentang lingkungannya, lingkungan perguruan tinggi, masyarakat, serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh individu sangat diperlukan agar individu mudah dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan. Menurut rumusan kurikulum SMU 1994 (dalam Sofian, 2011: 33-34) yang dimaksud dengan layanan informasi adalah: “Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.” Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan informasi adalah pemberian bantuan informasi kepada peserta didik mengenai diri dan lingkungannya dalam pengambilan keputusan yang tepat. 1.1.6 Metode Layanan Informasi dalam Bimbingan Karir Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 269) pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi, karya wisata, buku panduan, konfrensi karir. a.
Ceramah, merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan oleh hampir setiap petugas bimbingan di sekolah. Disamping itu, teknis ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi dapat
16
dilakukan oleh kepala sekolah, konselor, guru-guru, dan staf sekolah lainnya. Atau dapat juga mendatangkan narasumber, misalnya dari lembaga-lembaga pendidikan, Departemen Tenaga Kerja, badan-badan usaha, dan lain-lain. b.
Diskusi, suatu pendekatan yang kegiatannya bercirikan ketertarikan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan. Dalam hal ini perencanaan karir atau pekerjaan, dimana siswa sejujurnya berusaha untuk memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari dan mempertimbangkan pendapat siswa yang lain secara jujur.
c.
Karyawisata.
Penggunaan
karyawisata
berfungsi
membantu
siswa
mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif, menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi. d.
Buku panduan. Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapat banyak informasi yang berguna. Selain itu siswa juga dapat diajak membuat “buku karir” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan atau pendidikan dari koran-koran dan media cetak lainnya. Pembuatan buku-buku dibawah bimbingan langsung konselor. Versi lainnya adalah menempelkan potongan atau guntingan rubrik yang mendukung nilai informasi pendidikan dari koran atau majalah pada papan bimbingan.
e.
Konfrensi karir. Dalam konfrensi karir, para narasumber dari kelompokkelompok usaha, jabatan atau dinas lembaga pendidikan, mengadakan
17
penyajian tentang berbagai aspek program pendidikan dan latihan atau pekerjaan yang diikuti oleh para siswa. Penyajian itu dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi yang secara langsung melibatkan siswa. 1.1.7 Materi Layanan dalam Bimbingan Karir Menurut Mamat Supriatna (2009: 25-27) materi-materi layanan bimbingan karir yang dapat dikembangkan dan sejalan dengan tugas perkembangan siswa sekolah menengah, antara lain sebagai berikut. a.
Pengembangan karir yang sesuai dengan ajaran agama; praktek kegiatan bekerja yang mengarah pengembangan karir menurut ajaran agama.
b.
Pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap pengembangan persiapan karir; cara-cara mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir; praktik cara-cara mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir.
c.
Kemanfaatan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir; praktik memanfaatkan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir; konsep persamaan gender dalam pilihan dan pengembangan karir.
d.
Keterkaitan antara nilai dan cara-cara bertingkah laku dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kondisi bekerja dan pengembangan karir; praktik mewujudkan hubungan yang baik antara lain dan cara bertingkah laku pribadi dan sosial terhadap pengembangan karir.
e.
Pengaruh kemampuan, bakat, dan minat terhadap karir; identifikasi pengaruh kemampuan, bakat, dan minat sendiri terhadap pilihan karir; identifikasi arah
18
kecenderungan karir sendiri sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat; identifikasi apresiasi berbagai jenis karir termasuk karir dalam bidang seni tanpa terlalu terikat pada kemampuan, bakat, dan minat sendiri. f.
Keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program SMK dengan karir-karir tertentu; praktik peningkatan keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program SMK dengan arah pengembangan karir yang diinginkan; identifikasi pilihan pengembangan persiapan karir yang diinginkan; identifikasi peranan kehidupan masyarakat untuk pengembangan persiapan karir yang diinginkan; praktik peranan kehidupan masyarakat untuk pengembangan persiapan karir yang diinginkan.
g.
Kehidupan karir sesuai dengan gambaran tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi; cara-cara mewujudkan sikap dasar dalam pengembangan karir untuk kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi, serta penerapannya.
h.
Penerapan sistem etika dan nilai dalam pekerjaan dan pengembangan karir.
19
1.2 Kerangka Berpikir Alur kerangka berpikir secara praktis mengenai pengaruh layanan informasi terhadap kematangan karir siswa SMA Negeri 1 Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Rendahnya kematangan karir siswa
INPUT Permasalahan: 1. Kurang mengetahui cara memilih program studi 2. Kurang memiliki informasi dunia kerja 3. Siswa belum memiliki rencana karir yang pasti 4. Malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang bisa menunjang pilihan karirnya
PROCESS Topik layanan informasi:
OUT COME
1. Pengenalan diri sendiri 2. Mengidentifikasi motivasi diri 3. Mempertimbangkan kemampuan akademis 4. Jenis keterampilan yang sesuai dengan diri sendiri 5. Kondisi kerja yang disuka 6. Dukungan keluarga 7. Menyadari adanya bias gender di masyarakat terkait dengan hukum alam dan peran 8. Pekerjaan laki-laki atau perempuan?
Penyebab 1. Tidak mengetahui langkah-langkah dalam membuat keputusan karir 2. Kurang memahami minat dan bakat 3. Rendahnya pendidikan 4. Kurang memiliki motivasi untuk mencari informasi karir
20
OUTPUT Tingkat kematangan karir siswa meningkat
Siswa lebih memahami dirinya sendiri sehingga sudah mampu merencana an karir ke depan dengan tepat
1.3
Hipotesis Berdasarkan kajian teori maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah terdapat pengaruh layanan informasi terhadap kematangan karir siswa SMA Negeri 1 Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.
21