BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Permainan Sepak Bola Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia dan olahraga permainan nasional bagi hampir semua negara Eropa, Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Olahraga ini seakan telah menjadi bahasa persatuan bagi berbagai bangsa di dunia dan berbagai latar belakang sejarah dan dunia, sebagai alat pemersatu dunia yang sanggup melampaui batas-batas perbedaan politik, etnik dan agama. Daya tarik sepak bola secara umum sebenarnya bukan hanya olahraga ini mudah dimainkan, tetapi karena sepak bola lebih banyak menuntut keterampilan pemain dibandingkan lahraga lain. Dengan keterampilan yang dimilikinya, seorang pemain dituntut bermain bagus, mampu menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi di dalam pertandingan dengan waktu yang terbatas (Luxbacher, 2004). Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing beregu terdiri dari sebelas pemain utama dan salah satu penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya menggunakan tungkai. Kadangkala menggunakan kepala dan dada. Untuk penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tangan dan lengannya di daerah tendangan hukumannya. Permainan sepak bola dapat dilakukan terbuka (out door) dan di lapangan tertutup (in door) (Mukholid, 2004).
1
Tujuan permainan sepak bola adalah pemain berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan bola. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola ke gawang lawannya dan apabila sama, contohnya 0-0 atau 1-1 dan seterusnya, maka pertandingan dinyatakan seri atau draw. Selanjutnya Muhajir (2007), menyatakan bahwa permainan sepak bola dilakukan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat 10 menit di anatra dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang lawan adalah tujuan dari setiap kesebelasan. Satu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukkan bola lebih sedikit jika dibandingkan dengan lawannya.
2.1.2. Peraturan Permainan Patut diperhatikan dalam sepakbola, baik itu pertandingan maupun dalam kompetisi, bahwa sikap
fair play dimulai dari pemahaman dan penegakan
peraturan, baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis, “Fair play is therefor not only the strict observance of the written rule, but also of the unwritten one.” (Comite Francais pour le Fair Play 23,rued’Anjou, Paris (1974). Peraturan tertulis merupakan kumpulan aturan-aturan permainan, baik peraturan permainan sepakbola maupun aturan-aturan yang bersifat umum untuk mengatur segala kegiatan dan tindakan (atlet, official, penonton dan panitia pelaksana) yang terjadi pada situasi permainan atau pertandingan yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk pernyataan. Peraturan tidak tertulis merupakan bentuk nilai, etika, norma,
2
moral, adat istiadat, perilaku yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Kedua bentuk peraturan ini mempunyai peranan yang sama pentingnya untuk membentuk permainan sepakbola yang fair play. Penulis filsafat olahraga Robert L Simon (1990), menyatakan bahwa di dalam sebuah kompetisi sepak bola ada beberapa perangkat aturan-aturan yang diterapkan untuk mengatur
jalannya sebuah kompetisi.
memaparkan bahwa peraturan dibagi ke dalam
Simon lebih lanjut
dua bagian, yaitu peraturan
konstitutif dan strategi. Peraturan konstitutif yaitu suatu peraturan yang tertulis yang berhubungan dengan perilaku pemain dan ofisial yang diperbolehkan dan yang tidak.
Artinya, gerakan-gerakan apa saja yang boleh dilakukan dalam
permainan dan pertandingan tersebut. Jika pemain tidak memahami dan tidak mentaati peraturan-peraturan tersebut, maka secara logis mereka akan mendapat hukuman karena melanggar aturan konstitutif. Aturan-aturan konstitutif harus dibedakan dengan aturan strategi seperti menggiring bola dengan cepat, menendang ke gawang, cara melempar bola ketika bola ke luar lapangan, dan cara menendang penalty.
Peraturan strategi adalah petunjuk-petunjuk mengenai
bagaimana memainkan permainan dengan baik sedangkan yang berhubungan dengan teknik bermain. Kompetisi yang fair sekurang-kurangnya adalah kompetisi dalam aturanaturan konstitutif dari permainan itu sendiri. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemenangan ditentukan oleh aturan-aturan konstituf sehingga cheater (pencuri) yang berhasil belum tentu 8 benar-benar menang walupun keberhasilan melakukan cheating yang mungkin menimbulkan keyakinan bahwa mereka
3
menang.
Karena
cheater melakukan gerakan atau tindakan yang melanggar
aturan-aturan konstitutif permainan, sehingga pemain bukan hanya gagal membuktikan dirinya sebagai pemain yang lebih baik dari lawannya, melainkan mereka juga gagal dalam memainkan permainan. Jadi jelas, bahwa dalam kompetisi sepak bola berusaha mencapai kemenangan dalam batasan-batasan yang ditentukan oleh aturan-aturan konstitutif. Peraturan konstitutif dalam sepak bola yang dikeluarkan oleh FIFA tahun 2005 berjumlah 17 Bab peraturan bersifat umum yang terdiri dari; (1) peraturan lapangan permainan, (2) bola, (3) Jumlah pemain, (4) Perlengkapan pemain, (5) wasit, (6) Asisten wasit, (7) Lamanya pertandingan, (8) memulai dan memulai kembali permainan, (9) bola di dalam dan diluar permainan, (10) cara mencetak gol, (11) off side, (12) pelanggaran dan kelakuan tidak sopan, (13) Tendangan bebas, (14) Tendangan hukuman, (15) Lemparan Ke dalam, (16) Tendangan gawang, (17) Tendangan sudut. Menurut Sugiarto (2009), peraturan sepak bola meliputi 17 peraturan yaitu sebagai berikut : 2.1.2.1. Peraturan 1 : Lapangan Permainan Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan rumput yang berbentuk segi empat. Dengan panjang 91,4 meter dan lebar 54,8 meter. Garis batas akhir lapangan disebut garis gawang (goal lines). Sementara itu, garis sampingnya disebut touchlines (sideline). Lapangan dibagi menjadi dua bagian yang sama oleh garis tengah. Bagian tengah lapangan ditandai dengan titik
4
tengah. Titik tengah tersebut dikelilingi lingkaran tengah dengan radius 19,15 meter (Sugiarto, 2009). Di kedua ujung bagian tengah lapangan, yaitu di tengah garis gawang terdapat gaawang. Ukurannya adalah 24x8 kaki atau 7,32 x 2,44 meter. Sebuah kota persegi panjang pada masing-masing garis gawang tersebut disebut daerah gawang. Daerah ini dibatasi dengan garis berjarak 5,49 meter (Sugiarto, 2009). Daerah penalti merupakan kotak segi empat pada garis gawang. Jaraknya 9,15 meter dari garis gawang. Di dalam daerah penalti ini terdapat daerah gawang. Selain daerah gawang, di daerah penalti terdapat titk penalti (penalty spot). Letaknya di tengah dengan jarak 11 meter dari gawang. Dari titik penalti inilah tendangan penalti dilakukan. Di luar daerah penalti, dibuat lingkaran penalti dengan jarak 9,15 meter dari titik penalti (Sugiarto, 2009). Di setiap sudut lapangan terdapat daerah sudut. Daerah sudut memiliki radius 0,915 m. Dari bagian dalam tempat inilah dilakukan tendangan sudut. 2.1.2.2. Peraturan 2 : Bola Sepak Bola Bola untuk sepak bola berbentuk bulat dan terbuat dari kulit. Menurut aturan FIFA, bola yang resmi itu diameternya 27-28 inci. Beratnya 14-16 ons. Secara internasional, ukuran bola untuk dewasa adalah #5. Sementara itu, untuk permainan tingkat remaja digunakan bola berukuran #3 atau #4 (Sugiarto, 2009). 2.1.2.3. Peraturan 3 : Jumlah Pemain Setiap tim maksimal memiliki sebelas pemain. Salah satunya adalah penjaga gawang. Kadang-kadang ada peraturan kejuaraan yang mengharuskan jumlah minimum pemain dalam sebuah tim (biasanya delapan) (Sugiarto, 2009).
5
2.1.2.4. Peraturan 4 : Peralatan Pemain Peralatan untuk pemain lapangan adalah baju kaos, celana pendek, kaos kaki, pelindung tulang kering, dan sepatu. Sementara itu, kostum untuk kiper dibedakan. Tujuannya adalah untuk membedakannya dengan pemain lain atau wasit. Kiper menggunakan baju olahraga dan celana pendek. Namun warna lapisan pada siku dan pinggulnya lain (Sugiarto, 2009). Pemain dilarang menggunakan peralatan yang dapat membahayakan pemain lainnya. Contohnya jam tangan, kalung atau perhiasan lainnya (Sugiarto, 2009). 2.1.2.5. Peraturan 5 : Wasit Pertandingan sepak bola diperintah oleh seorang wasit. Wasit mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai peraturan permainan. Hal ini sesuai dengan isi peraturan 5. Keputusan-keputusan pertandingan yang dikeluarkan wasit dianggap keputusan akhir (Sugiarto, 2009). 2.1.2.6. Peraturan 6 : Asisten Wasit Dalam tugasnya, wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit. Asisten wasit ini dulu dikenal sebagai hakim/penjaga garis. Tugasnya adalah menunjukkan ketika bola keluar. Selain itu, penjaga garis juga menentukan tim mana yang harus melakukan lemparan ke dalam, tendangan gawang atau tendangan sudut. Dalam beberapa pertandingan, wasit juga dibantu seorang ofisial keempat. Tugasnya adalah menggantikan ofisial lain jika diperlukan (Sugiarto, 2009). 2.1.2.7. Peraturan 7 : Lama Permainan Lama permainan sepak bola normal adalah 2x45 menit, ditambah istirahat selama 15 menit (kadang-kadang 10 menit). Jika kedudukan sama imbang, maka
6
diadakan perpanjangan waktu selama 2x15 menit, hingga didapat pemenang. Namun, jika kedua tim sama kuat, diadakan adu penalti (Sugiarto, 2009). 2.1.2.8. Peraturan 8 : Memulai dan Memulai Kembali Permainan Untuk menulai permainan, seorang pemain melakukan tendangan dari titik tengah. Lawan menempatkan diri di luar lingkaran tengah pada sisi lapangan mereka sendiri. Bola dapat dimainkan jika bergerak ke arah sisi lapangan lawan. Penendang bola pertama tidak boleh menendang bola untuk kedua kalinya sebelum pemain lain menyentuh bola tersebut (Sugiarto, 2009). Tendangan pertama yang sama dilakukan kembali setelah skor berhasil dicetak. Hal itu juga merupakan awal babak permainan kedua. Gol tidak dapat dicetak langsung dari tendangan pertama (Sugiarto, 2009). 2.1.2.9. Peraturan 9 : Bola Ke Luar dan di Dalam Lapangan Bola dianggap ke luar jika melewati garis samping, baik di permukaan lapangan maupun di udara, atau ketika wasit menghentikan permainan. Bola dapat terus dimainkan pada kondisi berikut ini : 1. Bola memantul dari tiang dan palang gawang, atau bendera sudut ke arah lapangan permainan 2. Bola memantul dari wasit atau penjaga garis ketika mereka berada di dalam lapangan 3. Waktu interval saat menunggu keputusan terhadap pelanggaran yang terjadi. Jika wasit tidak mengetahui siapa yang terakhir menyentuh bola yang keluar dari lapangan, permainan diulangi kembali. Caranya adalah dengan melemparkan
7
bola ditempat terakhir bola dimainkan. Wasit melemparkan bola di antara dua tim. Kedua team tidak boleh berusaha mengasai bola hingga bola menyentuh permukaan (Sugiarto, 2009). 2.1.2.10. Peraturan 10 : Cara Mendapatkan Angka Angka diperoleh jika sebuah team berhasil memasukkan gol ke gawang lawan. Gol dicetak jika bola melewati gari gawang, yaitu antara tiang gawang dan di bawah palang. Namun, bola tidak dilemparkan, dibawa atau didorong oleh tangan atau lengan penyerang dengan sengaja. Setiap gol dihitung sebagai satu skor. Tim pencetak skor terbanyaklah yang memenangkan permainan. Jika kedua tim mendapatkan skor sama dalam waktu yang ditentukan, permainan dianggap seri (Sugiarto, 2009). 2.1.2.11. Peraturan 11 : Offside Pemain berada dalam posisi offside jika ia berada lebih dekat dengan garis gawang daripada bola saat bla dimainkan. Namun, ada pengecualiannya, yaitu sebagai berikut : 1. Pemain tersebut berada setengah lapangannya sendiri 2. Setidaknya dua lawan berada pada jarak yang sama ke garis gawangnya sendiri Pemain dinyatakan offside jika berada di posisi offside saat bola disentuh atau dimainkan rekan seregunya. Untuk itu, ia dikenakan sanksi. Sanksinya adalah tendangan benas oleh tim lawan dari titik di mana offside terjadi.
8
Seorang pemain tidak dianggap offside hanya karena berada dalam posisi offside. Selain itu, pemain yang menerima bola langsung dari tendangan gawang, tendangan sudut, atau lemparan dalam tidak dianggap offside (Sugiarto, 2009). 2.1.2.12. Peraturan 12 : Pelanggaran Ada sembilan pelanggaran yang berakibat pada sanksi tendangan bebas langsung yang diberikan oleh tim lawan. Pelanggaran tersebut antara lain : 1. Menendang atau berusaha menendang lawan 2. Menjegal lawan 3. Meloncat ke arah lawan 4. Menghadang lawan dengan curang dan berbahaya 5. Menghadang lawan dari belakang, kecuali lawan menghalangi pemain memeroleh bola 6. Menabrak atau berusaha menabrak lawan 7. Memegang lawan 8. Mendorong lawan 9. Membawa, merebut, atau mendorong bola dengan tangan atau lengan (pelanggaran ini tidak berlaku bagi kiper di dalam daerah penaltinya). Sementara itu, hukuman tendangan bebas tidak langsung diberikan karana penggaran berikut : 1. bermain dengan cara yang dianggap wait membahayakan pemain lainnya 2. menghadang lawan dengan bahu, kecuali berusaha untuk mendapatkan bola
9
3. menghalangi lawan saat tidak bermaksud untuk mendapatkan bola 4. menghadang kiper, kecuali jika kiper telah menguasai bola atau bergerak keluar dari daerah gawang 5. saat menguasai bola, kiper mengambil lebih dari empat langkah tanpa melepaskannya ke dalam permainan (ini sering disebut dengan peraturan empat langkah) 6. pelanggaran peraturan backpass kiper 7. Pelanggaran peraturan offside Berikut ini sedikit catatan tentang peraturan backpass
kiper. FIFA
menetapkan perubahan peraturan utama menyangkut kiper. Dalam peraturan permainan dinyatakan bahwa kiper tidak diizinkan untuk menerima bola dengan tangannya jika bola dengan sengaja ditendang oleh rekan seregunya. Selain itu, untuk memberikan bola kepada kiper, pemain harus menggunakan kepala, dada atau lutut. Pelanggaran terhadap peraturan backpass tersebut dikenakan sanksi pemberian tendangan bebas tidak langsung (Sugiarto, 2009). 2.1.2.13. Peraturan 13 : Tendangan Bebas Ada dua jenis tendangan bebas yaitu : tendangan bebas langsung dan tendangan bebas tidak langsung. Bedanya adalah pada tendangan bebas langsung pemain dapat mencetak gol. Sementara, untuk mencetak gol dari tendangan bebas tidak langsung, bola harus dimainkan oleh pemain selain penendang sebelum bola melewati garis gawang. Posisi pemain bertahanb setidaknya 9,15 meter dari bola tendangan bebas. Namun, ketika tum penyerang berkesempatan melakukan tendangan bebas tidak langsung dalam jarak 9,15 meter dari gawang regu yang
10
bertahan, posisi pemain bertahan lebih dekat daripada 9,15 meter. Dalam situasi seperti itu, pemain yang bertahan dapat berdiri pada garis gawang mereka untuk mencegah tendangan dari seluruh penjuru gawang (Sugiarto, 2009). Ketika pemain melakukan tendangan bebas dari dalam daerah penaltinya sendiri, pemain lawan harus tetap di luar daerah tersebut. Jaraknya paling tidak 9,15 meter dari bola. Saat tendangan dilakukan dan dapat dimainkan setelah melewati daerah penalti, bola harus dalam keadaan tidak bergerak. Kiper dapat menendang bola ke lapangan. Jika bola tidak ditendang langsung keluar daerah penalti, tendangan harus diulangi kembali. Jika penendang bola menyentuh bla untuk kedua kalinya sebelum disentuh pemain lain, tim lawan mendapat kesempatan untuk melakukan tendangan bebas tidak langsung (Sugiarto, 2009). 2.1.2.14. Peraturan 14 : Tendangan Penalti Tendangan penalti terjadi jika pemain melakukan pelanggaran penyerangan langsung di dalam daerah penaltinya sendiri. Sanksi ini dapat dikenakan terlepas dari posisi bola. Tendangan dilakukan dari titik penalti, 11 meter di depan dan tengah gawang. Semua pemain harus berada di luar daerah penalti, kecuali penendang dan kiper. Kiper berdiri di garis gawang di anatara tiang gawang dan tidak boleh menendang bola. Penendang tidak bola menyentuh bola untuk kedua kalinya sebelum dimainkan oemain lain. Dari tendangan penalti ini gol dapat dicetak langsung. Untuk melakukan tendangan penalti, waktu harus diperpanjang (Sugiarto, 2009).
11
2.1.2.15. Peraturan 15 : Lemparan Dalam Ketika bola keluar dari garis samping, dilakukan lemparan dalam dari titik di mana bola meninggalkan lapangan. Lemparan dilakukan oleh pemain lawan dari pemain yang terakhir menyentuh bola. Cara melakukan lemparan dalam adalah bola dipegang dengan kedua tangan. Kemudian bola dilemparkan dari belakang melintasi garis samping ke lapangan, bola dapat segera dimainkan. Pelempar tidak boleh menyentuh bola untuk kedua kalinya sebelum bola dimainkan oleh pemain lainnya. Jika bola dilepaskan ke dalam tidak sempurna, lemparan dalam diberikan kepada tim lawan. Namun, gol tidak dapat dicetak langsung dari lemparan dalam (Sugiarto, 2009). 2.1.2.16. Peraturan 16 : Tendangan Gawang Tendangan gawnag dilakukan jika bola disentuh team penyerang melewati garis gawang di luar bagian garis antara tiang gawang dan di bawah palang gawang. Tendangan dilakukan dari titik pertengahan daerah gawang di dekat bagian bola melewati garis gawang. Bola dapat dimainkan setelah bergerak melewati daerah penalti. Penendang bola tidak dapat memainkan bola untuk kedua kalinya sebelum disnetuh pemain lain. Tendangan gawang tidak boleh diarahkan langsung pada kiper di dalam daerah penalti. Ketika tendangan dilakukan, semua pemain lawan harus berada di luar daerah penalti. Gol tidak dapat dicetak langsung dari tendangan gawang (Sugiarto, 2009). 2.1.2.17. Peraturan 17 : Tendangan Sudut Tendangan sudut dilakukan jika bola yang terakhir disentuh oleh anggota tim yang bertahan melewati garis gawang di luar bagian garis antara tiang gawang
12
dan di bawah palang gawang. Tendangan dilakukan oleh tim penyerang. Penendang melakukannya dari dalam perempatan lingkaran sudut di dekat titik di mana bola meninggalkan lapangan permainan. Sementara itu, pemain yang bertahan menempatkan diri setidaknya 9,15 meter dari bola hingga bola dimainkan. Penendang bola tidak dapat memainkan bola untuk kedua kalinya sebelum disentuh pemain lain. Berbeda dengan tendangan gawang, gol dapat dicetak langsung dari tendangan sudut (Sugiarto, 2009).
2.1.3. Strategi Pembelajaran Telah dijelaskan pada bagian pembahasan peraturan, bahwa untuk memiliki sebuah kompetisi yang baik dan para pemain tidak banyak melanggar permainan adalah harus mematuhi peraturan permainan. Untuk itu upaya yang harus segera dilakukan oleh setiap dosen, guru, pelatih sepak bola dalam mengajar sepak bola hendaknya merubah strateginya untuk meningkatkan pemahaman anak didiknya supaya mereka lebih mendalami dan memamhami peraturan permainan yang terdiri dari 17 bab. Karena secara tidak langsung bahwa pemahaman peraturan permainan merupakan langkah pertama bagi pemain sepak bola untuk bermain fair play. Seperti yang diungkapkan oleh James Keating 1995, “Keep by a rules” atau menjaga atau melaksanakan peraturan merupakan komponen pertama dalam meningkatkan fair play. Hasil pengamatan penulis selama ini, bahwa para atlet, siswa, dan mahasiswa banyak sekali yang tidak memahami peraturan permainan sepakbola. Pembelajaran dilakukan secara membaca dan memperhatikan ketika guru
13
menjelaskan. Melalui kegiatan penelitian ini, strateginya dirubah dengan cara membaca peraturan permainan sepakbola, mendiskusikan di ruangan sambil membahas secara khusus setiap bab dari peraturan, dan simulasi atau mempraktekan di lapangan. Tidak kalah pentingnya dalam diskusi tersebut, para siswa diberikan beberepa contoh kasus pelanggaran, sehingga mereka lebih mampu memahami dari konsep atau kata kunci peraturan tersebut.
Setelah
pembahasan peraturan selesai, dilanjutkan dengan simulasi perwasitan untuk mempraktekkan peraturan permainan di lapangan.
Sebagian siswa menjadi
pemain, dan sebagian lagi menjadi hakim garis dan wasit.
2.2. Pengajuan Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : “Jika menggunakan metode diskusi dan simulasi perwasitan, maka kemampuan siswa dalam pemahaman peraturan sepak bola pada siswa kelas V SDN 8 Kabila dapat meningkat”
2.3. Indikator Pencapaian Bertolak dari permasalahan yang ada, maka yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : “Jika prosentase siswa yang sudah mampu dalam hal penguasaan peraturan sepak bola minimal 75% siswa yang menjadi objek penelitian sudah mampu
14
menguasainya dengan skor rata-rata penilaian 75-84 dengan kategori mampu (M), maka penelitian dinyatakan selesai.
15
16