BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung memberikan definisi sesuai dengan pandangan filosofi mereka masing-masing. penjasorkes sebagai bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial dan emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Cholik dan Lutan (1996:16) menurut mereka bahwa Pendidikan Jasmani sebagai mata pelajaran di sekolah dengan kegiatan pendidikannya mempunyai tujuan untuk pertumbuhan dan perkembangan unsur jasmani, rohani, sosial, emosional dan intelektual. Menurut Wawan S. Suherman (2004 : 23) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran Jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif, kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Menurut Engkos Kosasih (1992 :4) mengemukakan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ialah pendidikan yang mengaktualisasikan
potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita – cita kemanusiaan. Dikemukakan juga arti Pendidikan Jasmani didalam Depdiknas (2003 : 6) Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncenakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, sosial, dan emosional. Menurut Nadisah (1992 : 15) mengemukakan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola – pola perilaku individu yang bersangkutan. Menurut Rusli (1998 : 13) pada awalnya olahraga pendidikan adalah suatu kawasan olahraga yang spesifik diselenggarakan dilingkungan pendidikan formal. Aktivitas jasmani pada umumnya dan olahraga pada khususnya dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental emosional, spritiual, sosial) dan pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dalam rangka sistem pendidikan nasional.
2.1.2 Hakekat Tolak Peluru Dan Pembelajarannya Di Sekolah Dasar Dalam
http://delite20.wordpress.com/tag/pembelajaran-tolak-peluru/
dikatakan bahwa tolak peluru diadakan sebagai nomor terpisah untuk putra dan putri dan juga sebagai bagian dari dasa lomba dan sapta lomba. Selama bertahuntahun nomor ini telah didominasi oleh atlet yang bertubuh besar dan kuat. Kemajuan terbesar dalam teknik tolak peluru terjadi pada tahun 1950, ketika Parry O’Brien memulai tolakannya menghadap bagian belakang ring. Metode ini yang kemudian dikenal sebagai teknik O’Brien atau lebih dikenal dengan teknik meluncur, yang digunakan oleh mayoritas atlet tolak peluru. Teknik yang mendapat popularitas adalah teknik berputar, yang menggunakan putaran seperti lempar cakram melintasi ring tolak peluru, bukan bergerak ke belakang atau meluncur yang mencirikan teknik O’Brien. Kedua teknik ini sama-sama mencapai keberhasilan. Tetapi bagi siswa sekolah dasar teknik tidak menjadi tujuan utama, melainkan bagaimana mereka dapat mengembangkan gerak dasar dalam tolak peluru itu sendiri. Menurut Ateng (1999: 79) bahwa Tolak peluru merupakan salah satu komponen dalam nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Tolak peluru bagi siswa sekolah dasar, menjadi bagian keterampilan gerak dasar yang dilakukan dengan anggota badannya. Dalam upaya meningkatkan dan pengembangan kemampuan tersebut, guru perlu merancang proses pembelajaran yang lebih menarik bagi anak agar mereka lebih giat mempelajarinya, Untuk itu tugas utama guru penjas dalam mengajarkan tolak peluru adalah menciptakan kesempatan
yang merangsang anak-anak untuk mengembangkan kemampuannya menolak atau melempar dalam suasana bermain secara bebas, Lutan. (1997 : 37). Gerak dasar dalam tolak peluru bagi siswa sekolah dasar pada intinya tidak perlu menggunakan alat khusus. Bagi siswa sekolah dasar yang lebih penting adalah menggunakan beban ringan, karena bila beban ringan yang dipakai hasil nyata dapat dicapai. Alat sederhana untuk lempar atau tolak dapat dibuat dengan menggunakan bola tennis bekas. Keuntungannya karena penggunaan bola tersebut ringan yaitu tidak diperlukan pengamanan seperti halnya pemakaian peluru, yang sesungguhnya sebagai contoh sebuah bentuk permainan dilakukan dengan posisi siswa saling berhadapan diantara dua teman (Subroto, 2002:83). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 1. Menolak bola tennis atau benda lain yang sejenis dari gerakan samping memerlukan lebih banyak gerak. Bentuk ini tidaklah mudah , karena melibatkan koordinasi, dan menolak peluru sangat membutuhkan penempatan kaki dalam sikap dan proses yang benar. Hal tersebut menurut Saputra (2002:96) bahwa bentuk gerakan tersebut harus lebih menekankan pada pembentukan sikap menolak dan jangan dibiasakan siswa melakukan sikap melempar. Oleh karena itu guru harus mengingatkan bahwa dalam latihan ini gerakan yang dilakukan oleh setiap siswa harus gerakan menolak. Upaya ini dapat melahirkan pola gerak menolak yang benar sesuai dengan perkembangan usia mereka dan keinginan mereka secara umum dalam melakukan aktivitas fisik semakin meningkat sehingga dapat membawa dampak terhadap kebugaran jasmani kita.
2.1.3 Modifikasi Pembelajaran Penjasorkes Modifikasi
pembelajaran
adalah
salah
satu
pendekatan
dalam
pembelajaran yang menekankan kepada kegembiraan, kecakapan jasmani, pengajaran, dan perbendaharaan gerak anak. Karena itu modifikasi olahraga tolak peluru dalam pembelajaran pendidikan jasmani tidak merujuk kepada salah satu model pembelajaran tertentu, akan tetapi dapat merujuk pada model pembelajaran yang diadaptasikan secara tepat oleh guru selama dalam proses belajar mengajar Ngasmain dan Soepartono (1997 : 117) Menurut Berliana (1998 : 23) bahwa memodifikasi olahraga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani SD agar siswa mau mengikuti pelajaran dengan senang, tanpa beban, lebih rileks dan lebih mudah dalam menerima aktivitas visik. Modifikasi alat pembelajaran dalam pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : (1) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa dapat mening
katkan
kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (3) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar”. Berdasarkan penjelasan di ata maka dapat di katakan bahwa dalam penjasorkes, modifikasi alat pembelajaran olahraga bukan untuk mengubah isi kurikulum yang telah ditetapkan, akan tetapi dengan pendekatan modifikasi alat dapat menyesuaikan materi dengan kemampuan siswa, yakni agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan secara sistematis, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, sehingga pembelajaran penjasorkes dapat dilakukan secara intensif.
Alasan lain mengapa harus dilakukan modifikasi alat, yakni agar keterampilan motorik tertentu dapat dikembangkan sesuai masa kematangan siswa, karena itu modifikasi merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada kegembiraan, kecakapan jasmani, pengajaran, dan perbendaharaan gerak anak. Selanjutnya yang dimodivikasi adalah peraturan, jumlah pemain, alat yang digunakan dalam permainan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendekatan modifikasi olahraga dapat digunakan sebagai satu alternatif dalam pembelajaran pernjasorkes di sekolah dasar, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap perkembangan dan karakteristik siswa, sehingga anak akan mengikuti pelajaran penjasorkes dengan senang hati. Dari uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa modifikasi olahraga sebagai alternatif dalam pembelajaran penjasorkes mutlak untuk dilakukan.
2.1.4 Hakikat Pendekatan Modifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah keterlibatan guru masih sangat diperlukan agar proses belajarnya menjadi efektif, karena itu pendekatan yang layak digunakan dalam pembelajarannya adalah pendekatan modifikasi. Pendekatan modifikasi adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada kegembiraan, kecakapan jasmani, pengajaran, dan perbendaharaan gerak siswa. Karena itu modifikasi olahraga dalam pembelajaran pendidikan jasmani tidak merujuk kepada salah satu model pembelajaran tertentu, akan tetapi ia merujuk keberbagai model pembelajaran
yang diadaptasikan secara tepat oleh guru selama dalam proses belajar mengajar (Ngasmain dan Soepartono, 1997 : 117). Menurut Berliana (1998:23), memodifikasi olahraga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani sekolah dasar agar siswanya mau mengikuti pelajaran dengan senang, tanpa beban, lebih rileks dan lebih mudah dalam menerima aktivitas fisik. Pandangan tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Lutan (1988:25) bahwa:”Modifikasi alat pembelajaran dalam pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : (1) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (3) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar”. Jadi dalam pendidikan jasmani, modifikasi alat pembelajaran olahraga bukan untuk mengubah isi kurikulum yang telah ditetapkan, akan tetapi dengan pendekatan modifikasi alat dapat menyesuaikan materi dengan kemampuan siswa, yakni agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan secara sistematis, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, sehingga pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan secara intensif. Oleh karena itu modifikasi sebagai alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani mutlak dilakukan, dan guru harus mampu untuk melakukan modifikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa (Siedentop, 1994:12). Sehubungan dengan hal di atas, maka pendekatan modifikasi harus dilakukan agar keterampilan motorik tertentu dapat dikembangkan sesuai masa kematangan siswa, karena itu modifikasi meupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran yang menekankan kepada kegembiraan, kecakapan jasmani, pengajaran, dan perbendaharaan gerak siswa (Soepartono 1998:32). Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimodivikasi adalah peraturan, jumlah pemain, alat yang digunakan dalam permainan. Demikian pula materi pelajaran pendidikan jasmani berpusat pada siswa maka perlu disesuaikan dengan perkembangan psikofisik, dan jika tidak relevan maka perlu memodifikasi alat pembelajaran baik yang lebih sukar dan berat ataupun sebaliknya lebih mudah dan ringan. Jadi pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai satu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap perkembangan dan karakteristik siswa, sehingga siswa akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan gembira. Selanjutnya Soepartono (1997:3) mengemukakan bahwa:” Pendekatan modifikasi olahraga merupakan salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan secara sadar, sukarela tanpa paksaan yakni salah satu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan jasmani yang menggunakan pendekatan bilateral atau untuk pengembangan dan pengayaan perbendaharaan gerak siswa”. Demikian pula Cholick dan Lutan (1996:6), mengemukakan bahwa penekanan utama dari pendekatan modifikasi adalah bagaimana membuat siswa senang dan gembira dalam mengikuti berbagai aktifitas gerak, sehingga tingkat keterlibatan dan intensitas gerak siswa dapat dioptimalkan. Pernyataan tersebut memberi gagasan kepada guru bahwa dalam proses pembelajarannya perkembangan motorik dari siswa merupakan tanggung
jawab guru mata pelajaran. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus mengetahui bagaimana sistem motorik siswa itu berkembang. Dengan demikian maka penguasaan keterampilan olahraga khususnya keterampilan teknik dasar merupakan gejala belajar yang terjadi dalam diri seseorang. Gejala belajar itu berhubungan dengan perubahan perilaku dalam domain psikomotor atau keterampilan yang mengandung unsur gerak dalam olahraga. Seperti yang dikemukakan oleh Lutan (1988:322) bahwa: ”Proses belajar dan penampilan gerak dalam olahraga dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal yang keduanya melekat pada setiap individu, seperti tipe tubuh, motivasi, dan lingkungan belajar serta lingkungan sosial budaya yang lebih luas”. Gerak merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani. Tugasnya adalah membantu peserta didik bergerak secara efisien, meningkatkan kualitas unjuk kerjanya (performance), kemampuan belajarnya dan kesehatannya, karena gerak merupakan unsur pokok yang paling utama dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Berkaitan dengan belajar gerak tersebut Wiranto (1998:13) mengemukakan bahwa:” Pendekatan modifikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar sangat berpengaruh
terhadap
motivasi
belajar
gerak
siswa,
akibatnya
proses
pembelajaran pendidikan jasmani terlaksana dengan baik dan efisien”. Hal ini menunjukkan bahwa belajar gerak merupakan seperangkat proses yang bertalian dengan latihan secara holistik melalui pendekatan modifikasi serta pengalaman yang mengantar kearah perubahan tingkah laku secara permanen dalam kemampuan untuk bereaksi dalam situasi tertentu.
Dalam konteks pendekatan modifikasi Lutan (1997:10) mengemukakan bahwa:” Pembinaan olahraga melalui pendidikan jasmani dapat dilakukan melalui pendekatan modifikasi pembelajaran cabang olahraga serta inovasi dalam model pembelajaran sehingga dapat disintesis kepentingan pendidikan, peningkatan kebugaran dan prestasi yang memiliki dampak sosial-psikologis dan sosialekonomi untuk mencapai satu tujuan”.
2.2 Hipotesis Tindakan Apakah dengan menggunakan Bola Tennis Sebagai Media Pembelajaran Yang Dimodifikasi Keterampilan Dasar Tolak Peluru Siswa Kelas VI SDN 6 Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan ?
2.3 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu: apabila keterampilan dasar tolak peluru siswa kelas VI SDN 6 Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat minimal 75% dari tindakan yang akan diberikan di lapangan.