1
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Hakikat Permainan Tenis meja 2.1.1.1 Pengertian Tenis Meja Hidayat dkk (2010:14) mengemukakan bahwa tenis meja atau pingpong adalah suatu olahraga raket yang dimainkan secara perorangan (untuk tunggal) atau beregu (untuk ganda). Di Tiongkok, nama resmi olahraga ini ialah "bola ping pong" (Tionghoa: Pinyin: pīngpāng qiú). Permainan tenis meja bermula pada tahun 1880-an di Inggris. Saat itu, masyarakat kelas atas Victoria menganggap permainan ini sebagai hiburan seusai santap malam. Untuk pertama kalinya pertandingan tenis meja dipertandingkan pada Olimpiade Seoul tahun 1988. Perkembangan permainan tenis meja menjadi sumber inspirasi bagi PONG, sebuah video game terkenal yang dirilis pada tahun 1972. Awal 1970-an, para pemain tenis meja Amerika Serikat diundang turut serta dalam sebuah turnamen di Tiongkok. Peristiwa tersebut mencairkan ketegangan hubungan antara kedua negara. Istilah "Diplomasi Ping Pong" muncul ketika Presiden AS Richard Nixon tak lama kemudian berkunjung ke Tiongkok. Talulesi, (2008:1) mengemukakan bahwa tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak penggemarnya, tidak terbatas pada tingkat usia remaja saja, tapi juga anak-anak dan orang tua, pria dan wanita cukup besar peminatnya, hal ini disebabkan karena olahraga yang satu ini tidak terlalu rumit untuk diteliti.. 8
2
Syarifudin (:2) Pada mulanya tenis meja dianggap sebagai permainan yang lucu dan kurang menarik, karena mulanya seorang gadis dan seorang pemuda memukul bola plastik kecil melintas di atas net (yang selanjutnya disebut pingpong). Pada perkembangan selanjutnya dari hasil latihan sampai terampil dalam bermain bola pingpong itu dapatlah ditentukan bahwa tubuh merupakan subjek yang harus melewati latihan khusus dan intensif, serta harus mampu memukul bola lebih dari 100 mph dan harus dapat menguasai bola itu sendiri. Pada saat tenis meja merupakan ukuran olahraga prestasi internasional, selebih bertahun selama 30 tahun menjadi ukuran prestasi nasional. Pertandingan tenis meja diselenggarakan di London tahun 1926, yang semata-mata merupakan kompetisi antara 7 negara dan selanjutnya diikuti oleh 34 negara. Tahun 1930 Inggris mampu mendapat unggulan, yakni Fred Derry yang memenangkan kejuaran tunggal Wimbolden pada tahun 1928 – 1929. Sukses yang diperoleh Eropa Timur, membuat nama Viktor Barna dari Richard Bergmann menjadi tokoh legendaris. Barna sendiri menjadi raja tenis meja selama 16 tahun dalam nomor tunggal dan ganda.Setelah Perang Dunia II, tenis meja mengundang simpati dan mempesonakan setengah dari benua Eropa. Hungaria dan Cekoslawakia menghasilkan pemain–pemain kaliber dunia serta memperkenalkan teknik permainan yang maju dan lebih maju. 2.1.1.2 Perlengkapan Tenis Meja Sutrisno dan Kafadi (2010:21) mengemukakan tenis meja merupakan salah satu jenis permainan yang memiliki sejumlah peralatan yang perlu dilengkapi yaitu:
3
1. Bet atau Raket Bet merupakan alat utama untuk memukul bola pada tenis meja. Pada mulanya dipakai busa atau spon, kemudian mengalami perubahan pada masa 30 tahun terakhir. Alat pemukul bola pada tenis meja ( bet atau raket) semakin disederhanakan. Bet – bet terbuat dari bahan – bahan lunak dengan postur bundar, dan terbuat dari karet. Dengan adanya karet sintetis tersebut didapatkan bet seperti yang dipakai Barna, Bergmann dan Leach. Bet yang dilapisi karet tidak saja memberi kecepatan penuh, tetapi
juga
memberi kesempatan
kepada
para pemain
mengembangkan gaya permainannya yang akurat, penuh kehalusan dan teknik yang meliputi segalanya. Bola akan berputar-putar membingungkan pandangan pada kecepatan prima. Pukulan semacam itu, harus sudah menyatu dalam perlengkapan tenis bagi pemain kaliber dunia. 2. Bola Secara tradisional bola –bola dibuat dari bahan celluloid dan pada perkembangan selanjutnya bola disempurnakan menjadi superbal yang terbuat dari serpihan plastik. Namun demikian terdapat kesulitan pada daya pantul yang tidak dapat diandalkan. Dengan bola –bola yang dihasilkan secara tradisional, tidak lagi merupakan personal bagaimana gigihnya menjatuhkan lawan, tetapi bagaimana cara dan menghindari agar supaya tidak mengikuti irama permainan lawan, sedangkan dengan menggunakan superbal, sesuai 3 -4 kali permainan bola akan tetap licin dan
4
sukar mengendalikannya. Hampir semua pemain tenis meja dunia menola bola jenis ini karena tidak dapat memberikan kesempatan baik pada set-set yang tidak diduga. 3. Pakaian Pilihlah pakaian yang sesuai dengan postur tubuh anda, sehingga memberi kenyamanan. Jangan memilih pakaian yang menyebabkan suasana panas dan dingin, pakailah pakaian yang benar-benar sesuai dan memberi kenyamanan bagi tubuh.Sebelum mulai pertandingan suatu turnamen, pemanasan tubuh adalah penting, beberapa tempat permainan di dunia internasional, kadang–kadang terlalu dingin. Untuk itu dibutuhkan pakaian rangkap dan atau tiga untuk menghindarkan dari kejang-kejang atau kedinginan. 4. Meja TenisMeja yang baik adalah meja yang mempunyai ukuran sebagai berikut ; Panjang : 2,74 meter,
Lebar
: 1,52 meter,
Panjang net : 1,83 meter, Tinggi:76cm
Warna meja yang ideal adalah hijau dengan garis-garis batas berwarna putih dan lebar 2 cm. 5. Net Net ini berfungsi sebagai pembagi mesin menjadi dua bagian yang sama luasnya. Di kiri kanan meja dipasang dua tiang penyangga ukuran 15 sampai 25 cm, tingginya dan berjarak 15 sampai 25 dari garis pinggir. Tiang penyangga ini berguna untuk mengikatkan tali penopang net tersebut.Tinggi net berkisar antara 15 sampai 25
5
cm di atas permukiman meja, sedangkan bagian bawahnya harus dipasang sedekat mungkin dengan permulaan meja tersebut. 2.1.1.3 Peraturan Tenis Meja 1. Meja Rohani (2011:2) Permukaan atas meja yang secara umum diistilahkan sebagai ” Playing surface” harus berbentuk segi empat dengan ukuran panjang 2,74 meter dan lebar 15,25 meter. Permukaan ini harus terletak horisontal pada ketinggian 760 mm di atas lantai. Permukaan atas meja dapat terbuat dari material apapun juga, asalkan kemungkinan pantulan bola setinggi 220 sampai 250 mm dengan menggunakan bola standar (sebaiknya yang jenis medium) dan dijatuhkan dari ketinggian 305 mm dari atas permukaan meja. Permukaan meja ini harus berwarna gelap, kalau mungkin hijau tua. Permukaan meja ini tidak boleh berkilat dan dibatasi dengan garis putih sebesar 20 mm di semua sisinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan meja dalam permainan tenis meja adalah sebagai berikut: 1) Garis putih yang membatasi lebar permukaan meja sepanjang 1,525 meter akan diberi nama ” batas akhir” (endlines), 2) Garis putih yang membatasi panjang permukaan meja sepanjang 2,74 meter akan diberi nama ” batas sisi” ( side lines), Bagi permainan ganda, permukaan meja ini akan dibagi menjadi dua bagian dengan garis putih selebar 3 mm. Garis tengah ini pararel dengan batas sisi dan akan diberi nama ” batas tengah” ( centre line). Batas tengah yang sudah digambarkan
6
secara permanen ini tak perlu dihapus apabila meja hendak dipakai untuk permainan tunggal. 1
Net Dhanzrie (2011:4) mengemukakan bahwa permukaan meja akan dibagi
menjadi dua sisi dengan ukuran yang sama dengan perantaraan sebuah ” jaring” (net) yang pararel dengan batas akhir meja tersebut. b. Net ini akan ditegangkan oleh tali yang diikat pada kedua belah sisi pada sebuah tiang penyangga setinggi 152,5 mm, sedangkan batas sisi dari kedua tiang penyangga harus berjarak 152,5 mm dari batas sisi permukaan meja. c. Panjang net itu, beserta perpanjangnya di sisi kanan dan kiri harus berukuran : panjang 1.83 m sedangkan seluruh panjang tersebut, terhitung dari ujung atas net, harus berjarak 152,2 mm di atas permukaan meja. 2
Bola Bola harus berbentuk bulat, dengan diameter minimum 37,2 mm dan
maksimum 28.2 mm. Berat bola minimum harus 240 gram dan maksimum 2.54 gram. c. Bola ini harus terbuat dari selulosa atau plastik lainnya yang sejenis dan harus berwarna putih atau kuning tanpa ada efek berkilat ( harus suram). 3
Bet atau raket Ukuran raket bebas, demikian juga bentuk dan beratnya. ”Blade” ( bagian raket
yang bundar, dengan maka kita memukul bola) harus terbuat dari kayu seluruhnya, rata tebalnya, datar dan kaku. Bagian permukaan dari setiap sisi black tersebut, dipakai ataupun tidak dipakai untuk memukul bola.
7
Teknik dasar permainan tennis meja dapat dibedakan menjadi : a) grip, b) stance, c) stroke, dan d) footwork. a) Grip Simpson (2008:13) mengemukakan bahwa grip atau pegangan merupakan factor yang sangat penting dalam hampir semua permainan yang menggunakan racket/pemukul. Cara memegang racket inilah yang akan menentukan teknik permainan dan cara mengembangkan permainan. Jika sejak semula cara memegang bet sudah salah, kemungkinan permainan tersebut akan menghadapi kesulitan dalam mempelajari teknik-teknik permainan selanjutnya. Dalam permainan tennis meja pegangan atau grip telah menimbulkan perdebatan bagi para pelatih/ coach dan atlit, pegangan mana yang baik diantara dua pegangan yang sering digunakan dalam permainan tennis meja, yaitu : a) Shakehand grip dan b) Penhold grip Bagi para pemula tiap grip mempunyai paling sedikit dua variasi grip, yaitu grip untuk pukulan forehand dan grip untuk pukulan backhend, untuk mereka yang ingin meningkatkan prestasi ke jenjang yang legih tinggi cara ini kurang efisien. Sedikit sekali kesempatan untuk mengganti-ganti. b) Drive . Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serang ke atas dan sikap bet tertutup. Besarnya sudut yang diakibatkan oleh gerakan kemiringan bet bervareasi sesuai dengan arah jatuhnya bola, putaran bola yang dating
8
dari lawan dan tujuan dari pemukul drive (driver) itu sendiri. Drive dapat digunakan sebagai pukulan serangan atau dapat juga kitakontrol sesuai dengan keinginan. Wikipedia ( 2009: 2) mengemukakan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik drive :
a) perhatikan arah jatuhnya bola dan
segera mengambil posisi sesuai dengan arah jatuhnya bola tersebut, b) ambil posisi side stance, pandangan mata terus mengikuti lainnya bola, b) dengan bergerak maju atau mundur ke samping bet menyentuh atau mengenai bola pada waktu bola berada pada titik ketinggiannya, pukulan diperkuat dengan perputaran tubuh dari tungkai dan kaki, dan pinggang ke atas, c) lanjutan gerakan lengan setelah perkenaan pada bola (follow through), sampai bet berada di samping kiri depan kepala. (untuk pukulan tangn kanan), dan sebaliknya untuk pukulan tangn kiri, d) kembalikan ke posisi siap sedia, siap menerima pengembalian bola berikutnya, e) untuk backhend drive posisi kakinya lebih terbuka sedikit dibandingkan dengan forehand driv. Menurut Isnaini dan Sabarini (2010:12) bahwa teknik untuk bermain tenis meja sebagai berikut, 1) Teknik memegang bat (grip), 2) Teknik siap sedia (stance), 3) Teknik memukul bola (stroke), 4) Teknik melakukan pukulan awal (service), Karena semua teknik dasar bermain tenis meja telah dibahas pada kelas sebelumnya, maka materi buku ini, membahas tentang cara bermain tenis meja dengan menggunakan peraturan yang berlaku.
Teknik pukulan drive dapat dimainkan pada setiap zone 1 meter, zone 2 meter, zone 3 meter, juga dapat dimainkan di atas meja. Teknik drive dapat dilakukan dari gerakan yang perlahan sampai dengan yang tercepat. Panjang pendeknya
9
pukulan drive tergantung dari zone tempat kita bermain.semakin jauh dari meja, semakin panjang strokenya. Teknik pukulan drive yang dilakukan di atas meja atau zone 1 meter dapat menggunakan kecepatan yang bervareasi, cepat,sedang atau lambat, (fast, medium, slowa), juga jenis strokenya dapat panjang, medium atau pendek. Tetapi pemain yang beada pada zone 2 meter atau zone 3 meter, sebaiknya mempergunakan kecepatan yang medium atau cepat dengan jenis stroke yang medium atau panjang. Deskripsi gerakan smash backhand adalah sebagai berikut Kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang (bagian pemain tengah kanan, sedang pemain tangan kiri sebaliknya). Badan menyerong ke kanan ± 45 derajat lutut dibengkokan. Bet ditarik ke samping belakang. Kepala bet menghadap serong ke tengah dengan lengan agak ke bawah. Pergelangan tangan tidak dibengkokan. Posisi tersebut di atas dilakukan pada saat bola lawan menuju ke arah pemukul. Kemudian lengan diayun ke depan kiri atas dengan menggesek bagian belakang bola untuk bola kosong dan dengan menggesek bagian bawah bola untuk bola isi. Agar bola berjalan dalam suatu gerak lengkung melewati net kea rah lawan. Pergelangan tangan ikut membantu menggesek bola ke atas, hingga bet berhenti disamping kiri atas kepala. c) Chop Chop adalah teknik memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak atau disebut juga gerakan memukul bola. Pada pukulan chop yang
10
normal, sudut rata-rata bet adalah 45 derajat (terbuka) dengan gerakan miring dari atas ke bawah. Pukulan chop bias digunakan untuk mengembalikan bola yang bermacam-macam putaran seperti ; backspin, topspin, atau sidespin. Chop itu sendiri dapat dilakukan di atas meja ataupun diluar meja. Chop diatas meja hampir mirip dengan gerakan push, hanya bedanya kalau dalam push gerakannya horizontal, sedangkan pada chop gerakannya diagonal dari atas ke bawah (yang normal akan membentuk sudut ± 45 derajat). Chop di luar meja biasanya lebih dikenal sebagai defensive strokes, khususnya untuk menerima bola-bola topspin. d) Smash Smash adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut, ke meja smash, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya memantulkan di meja lawan. Ketentuan lainnya tentang smash ada dalam peraturan permainan tennis meja. Gerakan atau putaran yang diberikan pada bola bias bermacam-macam, misalnya : forehand, backhand, backspin, topspin, sidespin, atau kombinasi dari ketiganya. 2.1.2. Hakikat Smash Back Hand Salah satu teknik dasar yang sangat penting dikuasai oleh setiap pemaian tenis meja adalah kemampuan smash back hand. Soedhamono (2012:1) mengemukakan bahwa Smash. Disebut juga pukulan pembunuh/pembantai bola karena merupakan pukulan yang bertenaga paling besar, cepat, serta berbahaya. Tetapi pukulan ini
11
sangat menyita tenaga. Merupakan pukulan perkembangan dari pukulan hit dan tipe perputarannya termasuk bola poros. Menurut Talulesi (2008:12)
bahwa kartu truf serangan dalam tenis meja
adalah smash. Seorang pemain khususnya akan melakukan pukulan smash ketika ia atau pemain lawan telah mengembalikan bola yang melambung terlalu tinggi atau terlalu dekat dengan net. Melakukan pukulan smash pada dasarnya cukup jelas, yakni adanya gerakan backswing yang lebar dan akselerasi cepat yang memberikan sebanyak mungkin
kecepatan pada bola. Tujuan pukulan
smash adalah
menggerakkan bola sedemikian cepatnya sehingga pemain lawan benar-benar tidak dapat mengembalikannya. Karena kecepatan bola merupakan tujuan utama tembakan bola ini, seringkali pukulan spin merupakan sesuatu yang lain dari pada topspin. Sidespin dapat digunakan secara efektif bersama smash untuk mengubah lintasan bola secara signifikan meskipun kebanyakan pemain dengan tingkat kemampuan menengah akan melakukan smash pada bola dengan sedikit saja putaran atau tidak sama sekali. Seorang pemain tenis meja yang bersifat menyerang akan memikirkan rally sebagai pembangun untuk pukulan smash yang memberikan angka. Hanya serangkaian pukulan smash yang penuh perhitungan dapat menjamin dihasilkannya angka terhadap pemain lawan yang bagus. Akan tetapi, kebanyakan pemain akan dapat mengembalikan paling banyak satu atau dua pukulan smash terus-menerus. Asalkan pemain lawan tidak terlalu dekat dengan meja atau terlalu jauh dari bola, sebuah pukulan
smash dapat dipukul tinggi-tinggi, dipotong, dihalangi atau
12
bahkan diputarbalikkan meskipun sulit. Seorang pemain yang melakukan smash umumnya bekerja keras melakukan serangkaian pukulan smash dan mungkin pukulan dropshot (pukulan pada bola yang cukup cepat dari dekat net sehingga jatuh di daearah permainan lawan dengan gerakan turun) untuk membuat pemain lawan terburu-buru keluar dari posisinya, membuatnya kehilangan keseimbangan, atau duaduanya. Pemain yang melakukan smash namun gagal menghasilkan tujuan tadi kesulitan untuk mencetak angka melawan pertahanan yang kuat sekali. Selain dari kedua dasar dan gerakan smash yang disebutkan di atas maka terdapat beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan dalam melakukan smash forehand dan smash backhand diantaranya yaitu : a) pandangan, b) ayunan bet pada saat memukul bola, c) saat perkenaan (inpact) bola dengan bet, dan d) sikap lanjut atau akhir. (Talulesi (2008:12) Penganalisaan gerakan tersebut perlu sekali dikuasai oleh setiap pemain apabila menginginkan penyajian smash berhasil dengan baik. Adapun penjelasan masing-masing sabagai dasar dan gerakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pandangan Pada pelaksanaan smash kita hendaknya melihat arah bola lambung karena kita menginginkan bola yang dipukul dapat melambung dengan baik dan akurat. Setelah kita mengarahkan pandangan ke bola selanjutnya arah pandangan beralih ke sasaran yang kita kehendaki/tuju. Dengan melakukan hal tersebut berarti kita juga telah melakukan smash perlu kosentrasi dengan baik. Smash merupakan serangan
13
pertama di dalam permainan tenis meja sebab dengan smash yang baik serta pandangan dimana kita mengetahui tempat-tempat yang sulit dikembalikan oleh pihak lawan akan menghasilkan nilai (point). 2) Ayunkan tangan pada saat memukul bola Ayunan tangan yang baik sangat diperlukan sekali di dalam menyajikan smash, karena ayunan tangan merupakan gerakan awal untuk memukul maupun untuk menentukan sasaran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik di dalam penyajian smash, ayunan tangan (bet) dan lambung bola harus tepat dan terkoordinasikan. Cara melakukannya adalah sebagai berikut : mula-mula ambil sikap berdiri menyamping dan badan condong ke depan, sedangkan bet dipegang tepat dibelakang dan di bawah bola yang tidak bergerak dengan daunya terangkat ke atas. Lemparan bola dari telapak tangan yang bebas ke atas ambil serentak mengayunkan bet ke depan dan ke atas untuk meyikat bagian atas bola. 3) Saat perkenaan (Inpect) bola dengan bet Bersamaan dengan turunnya bola dari ketinggian, saat itulah perkenaan bola dengan bet. Pada saat bet menempel atau membentur bola, komponen ke depan lebih besar dari komponen ke atas, agar bola berjalan menuju ke depan dan keras. 4) Gerakan lanjut/akhir Setelah pekenaan bola teruskan gerakan lengan ke depan samping berhenti di depan kiri atau di depan dahi jadi gerakan lanjut ini yang mengangkat bola untuk
14
melewati jaring dan selanjutnya memantul pada meja lawan. (Drs. Mashar dan Dinarhayu, 2010:24), 1985 : 554 – 556). 2.1.3 Hakikat Metode discovery Illahi (2012:29) mengemukakan bahwa discovery berate menemukan. Dalam kaitan
dengan
pendidikan
discovery
adalah
proses
pembelajaran
yang
menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi
yang
dapat
diterapkan
di
lapangan.
Rudiniagara
(2009:11)
mengemukakan bahwa Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problem yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang
15
memungkinkan. Metode Discovery menurut Wishati dan Santosa (2012:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Isnaini dan Sabarini,( 2010:12), metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Wishati dan Santosa (2012:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Wishati dan Santosa (2012:197) adalah: (a) menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa,
16
prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat
17
yang sederhana, (p) bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta, (r) memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya. Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Wishati dan Santosa (2012:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses,
18
(j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya. Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Wishati
dan
Santosa
(2012:200)
yaitu:
(a)
Dianggap
membantu
siswa
mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam situasi
19
penemuan yang jawabannya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak. Kelemahan metode discovery Wishati dan Santosa (2012:) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang
20
akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula prosesproses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Metode Discovery menurut Rohani (2011:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani (2011:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru. Metode Discovery menurut Isnaini dan Sabarini,( 2010:12) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental
21
dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya
mengamati,
menggolong-golongkan,
membuat
dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Isnaini dan Sabarini,( 2010:12) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa. Metode discovery menurut Hidayat dkk (2010:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Cara mengajar dengan
22
metode discovery menurut Hidayat dkk (2010:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik. 2.1.4
Kelemahan dan Keunggulan Metode Discovery Anomimous (2013:1) mengemukakan kelebihan metode discovery adalah
sebagai berikut. a) siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, b) siswa memehami benar bahwa pelajaran, c) menimbulakan rasa puas bagi siswa, d) siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks, dan e) melatih siswa belajar mandiri. Haryono (2013:1)
mengemukakan kelebihan metode discovery sebagai
berikut: 1) peserta didik terbantu mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, 2) Pengetahuan yang diperoleh pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, 3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah
23
penyelidikannya,
menemukan
keberhasilan
dan
kadang-kadang
kegagalan,
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, 5) Peserta didik termotivasi untuk belajar sendiri dan terdorong untuk menemukan hal yang baru, 6) Peserta didik bertambahn kepercayaannya pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, 7) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, 8) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak Sedangkan kelemahan metode discovery adalah sebagai berikut. a) Menyita waktu banyak, b) menyita pekerjaan guru, c) tidak semua siswa mampu melakukan penemuan, d) tidak berlaku untuk semua topic. 2.1.5
Pembelajaran Kemampuan smash back hand Melalui Metode discovery Kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand dapat dilakukan
dengan menggunakan metode discovery. Peningkatan meningkatkan kemampuan kemampuan smash back hand
sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhajir
2007:38) yang ditunjukkan dengan beberapa indikator sebagai berikut: a)
Posisi kaki: kaki kanan di depan kaki kiri di belakang.
b) Posisi badan: badan miring ke kiri hingga pundak kanan menghadap meja
24
c)
Posisi lengan: Lengan bawah di tarik ke kiri ke belakang lebih tinggi dari meja. Setelah bola mental mencapai titik teratas, lengan bawah diayun ke depan arah kanan memukul bola. Pada saat itu pergelangan tangan membantu menekan bola dan mengatur arah, berat badan pindah dari kaki kiri ke kaki kanan.
Pencapaian indikator tersebut dapat dicapai dengan optimal melalui penggunaan metode discovery. Seperti yang dikemukakan di atas metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga apa yang menjadi
tujuan mengajar dapat dicapai. Dengan demikian metode
discovery bila diterapkan pada permainan tenis meja khususnya pelaksanaan teknik dasar smash back hand yang dilakukan dengan posisi berdiri, maka tahap-tahap pelaksanaannya adalah. 3.3.1
Tahap pertama, guru menjelaskan dengan lisan disertai peragaan pada setiap unsur gerak.
3.3.2
Setiap unsur gerak kemampuan smash back hand yang diperagakan oleh guru berdasarkan metode yang digunakan yakni metode discovery, dilakukan oleh siswa.
3.3.3
Gerakan smash back hand yang dilakukan oleh siswa diamati dan diberikan koreksi apabila ditemukan gerakan yang salah.
3.3.4
Guru memberikan penguatan terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan instruksi yang diberikan agar siswa merasa dihargai dan
25
termotivasi untuk lebih memahami dan menguasai teknik dasar smash back hand. Melalui penggunaan metode discovery dalam mengajarkan smash back hand diharapkan mampu meningkatkan kecakapan siswa dalam melakukan smash back hand. Melalui kecakapan tersebut diharapkan siswa mampu bermain tenis meja dengan baik. 2.3. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika digunakan metode discovery maka kemampuan smash back hand pada siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango meningkat.” 2.4. Indikator Kinerja Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) ini adalah bila minimal 75% siswa yang menjadi objek penelitian sudah mampu melakukan kemampuan smash back hand dengan kriteria penilaian 76 – 100 (Baik)